Anda di halaman 1dari 14

AdministrativA | Vol 2 Nomor 1 Tahun 2020

PERANAN SAI BATIN KERAJAAN ADAT PAKSI PAK SEKALA BEKHAK


DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK BERWAWASAN BUDAYA DI
KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Bima Novian1, Yulianto2 , Intan Fitri Meutia3


1;2;3
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung
bimaliwa@gmail.com

Abstrak
Kabupaten Lampung Barat memiliki kekayaan nilai budaya yang berakar dari Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala
Bekhak dan masih berkembang hingga saat ini. Namun saat ini, nilai-nilai tersebut terkesan mulai luntur karena
modernisasi. Mengacu pada permasalahan tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat memberikan
kepercayaan kepada Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak melalui Sai Batin untuk membantu merumuskan
kebijakan publik berwawasan budaya di Kabupaten Lampung Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan pengetahuan mengenai teori formulasi kebijakan terhadap Peran Sai Batin Kerajaan Adat Paksi Pak
Sekala Bekhak dalam merumuskan kebijakan publik berwawasan budaya di Kabupaten Lampung Barat. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Proses formulasi kebijakan terkait Peran Sai Batin Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala
Bekhak dalam merumuskan kebijakan publik berwawasan budaya di Kabupaten Lampung Barat sudah ideal dan
mengandung nilai kebijakan. Aktor-aktor yang terlibat telah terpenuhi, yakni official actors dan unofficial actors.
Pemerintah daerah berperan aktif dalam merealisasikan kebijakan publik berwawasan budaya yang telah
dirumuskan oleh Sai Batin Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak.

Kata Kunci: Kebijakan Publik, Formulasi Kebijakan

Abstract
West Lampung Regency has a wealth of cultural value that comes from Paksi Pak Sekala Bekhak Tradisional
Kingdom and still gorw today. But now, the values seem to be fading because of modernization. Reffering to the
problem, the regional goverment of West Lampung Regency gives trust to the Paksi Pak Sekala Bekhak Tradisional
Kingdom trough Sai Batin to help formulate a culture oriented public policy in West Lampung Regency. The purpose
of this study was to gain knowledge about the theory of policy formulation on the role of Sai Batin Paksi Pak Sekala
Bekhak Traditional Kingdom in formulation a culture oriented public policy in West Lampung. The type of this
research is a descriptive research with a qualitative approach. Data were collected through interviews, observation,
and documentation. Data analysis was performed with data reduction, data presentation and conclusion or
verification. The process of policy formulation related to the role of Sai Batin Paksi Pak Sekala Bekhak Traditional
Kingdom in formulation a culture oriented public policy in West Lampung Regency is ideal and contains the value of
the policy. The actors involved have been fulfilled, official actors and unofficial actors. The local goverment plays an
active role in realizing a culture oriented public policy that has been formulated by the Sai Batin Paksi Pak Sekala
Bekhak Traditional Kingdom .

Keywords: Public Policy, Policy Formulation

I. PENDAHULUAN Kerajaan ini mampu bertahan hingga


Masyarakat Lampung memiliki ragam sekarang karena masih memegang teguh adat
kebudayaan yang masih bertahan hingga istiadat yang telah dianut sejak masa nenek
sekarang. Salah satunya yaitu warisan budaya moyang hingga kini dan tentunya karena
yang diwarisi oleh kerajaan-kerajaan adat. adanya komunikasi yang baik ditubuh
31
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
kerajaannya. Salah satunya adalah tingkatan yang sama dalam lingkup Kerajaan
masyarakat Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Adat Paksi Pak Sekala Bekhak.
Bekhak di Kabupaten Lampung Barat
Sementara Budaya Kerajaan Adat Paksi
Provinsi Lampung.
Pak Sekala Bekhak sendiri berkembang
Menurut Safari Daud (2012), sejarah adat
karena adanya suatu kebiasaan pada
dan budaya masyarakat Lampung berasal
masyarakat terdahulu yang kemudian
dari daerah Sekala Bekhak yang berlokasi di
diwarisi oleh generasi berikutnya. Sehingga
daerah Lampung Barat atau persisnya di
budaya saat ini sering juga dikatakan sebagai
daerah Kecamatan Batu Brak, Belalau, Balik
bentuk kebiasaan masyarakat tertentu.
Bukit dan Kecamatan Sukau. Awal mula
Kompleksitas yang terdapat dalam suatu
berdirinya Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala
budaya pada akhirnya akan menampilkan
Bekhak bermula dari datangnya 4 (empat)
suatu perilaku sosial yang kemudian menjadi
orang bangsawan keturunan Sultan Iskandar
ciri suatu etnik. Kebudayaan merupakan
Zulkarnain, ke Sekala Bekhak. Sesampainya di
pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan
Sekala Bekhak ke-empat bangsawan ini
orang untuk menginterpretasikan
menemukan Suku Tumi yang beragama
pengalaman dan melahirkan tingkah laku
animisme dengan menyembah pohon yang
sosial.
bernama Belasa Kepappang. Karena Suku
Tumi tersebut tidak mau diubah Sebagai upaya mempertahankan
kepercayaannya maka terjadilah eksistensi dan mempertahankan nilai-nilai
peperangan/pertempuran yang besar dan luhur Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala
berakhir dengan dikalahkannya Suku Tumi, Bekhak, maka pemerintah Kabupaten
dan sebagai tanda dan bukti telah Lampung Barat memberikan ruang kepada
ditaklukkannya Sekala Brak maka Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak
ditebanglah sesembahan dari Suku Tumi tadi melalui Sai Batin selaku pemimpin tertinggi
(Belasa Kepappang) dan dijadikan sebagai dalam adat di setiap kepaksian untuk
tempat duduk Raja dan menjadi hak milik membantu dalam merumuskan kebijakan
bersama ke-empat bangsawan tersebut. publik berwawasan budaya di Kabupaten
Setelah Suku Tumi berhasil ditaklukkan oleh Lampung Barat. Pada masa yang modern ini,
ke-empat bangsawan tersebut maka mereka pemerintah mencoba mengembalikan nilai
sepakat untuk membagi masing-masing nilai luhur tersebut dengan cara melibatkan
daerahnya di Sekala Bekhak dan berkuasa Sai Batin untuk membantu pemerintah
mutlak dalam wilayah kekuasaannya daerah dalam merumuskan kebijakan
tersebut, tetapi untuk menjalin kebersamaan berwawasan budaya di Kabupaten Lampung
dalam kesatuan maka mereka juga Barat.
membentuk persekutuan yang disebut Paksi Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah
Pak, dan ini merupakan kerajaan islam yang Kabupaten Lampung Barat Nomor 1 Tahun
pertama di Sekala Brak. 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Maka Sekala Bekhak kemudian diperintah Kabupaten Lampung Barat Tahun 2010-2030
oleh keempat Paksi dengan menggunakan BAB VII Pasal 57 Ayat 5 yang berbunyi,
nama Paksi Pak Sekala Bekhak. Keempat Rencana kawasan stategis merupakan
paksi tersebut adalah Paksi Buay Nyerupa, kawasan budi daya maupun kawasan lindung
Paksi Buay Belunguh, Paksi Buay Pernong, yang memiliki nilai strategis sosial budaya di
dan Paksi Buay Bejalan Di way. Inilah cikal wilayah kabupaten, antara lain kawasan yang
bakal Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak merupakan: (a) Tempat pelestarian dan
yang dipercaya merupakan puyang bangsa pengembangan adat istiadat atau budaya, (b)
Lampung. Dari keempat kepaksian ini tidak prioritas peningkatan kualitas sosial dan
ada yang merasa lebih tinggi kedudukannya, budaya, (c) aset yang harus dilindungi dan
sesuai janji keempat paksi pada saat dilestarikan, (d) tempat perlindungan
penaklukan Sekala Bekhak animisme di atas peninggalan budaya, (e) tempat yang
gunung pesagi yaitu bahwa keempat paksi ini memberikan perlindungan terhadap
Berdiri Sama Tinggi, Duduk Sama Rendah. keanekaragaman budaya; atau (f) tempat
Dari kesepakatan itulah setiap paksi memiliki
32
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
AdministrativA | Vol 2 Nomor 1 Tahun 2020
yang memiliki potensi kerawanan terhadap Kegiatan perumusan kebijakan oleh Sai
konflik sosial. Batin di masing-masing Kepaksian ini
dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun
Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut,
sekali yaitu dalam agenda “HIPPUN ADAT
maka pemerintah berupaya untuk melibatkan
KERAJAAN ADAT PAKSI PAK SEKALA
Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak untuk
BEKHAK” yang merupakan musyawarah adat
membantu merumuskan kebijakan publik
untuk mengumpulkan dan membahas usulan-
berwawasan budaya di Kabupaten Lampung
usulan dari setiap kepaksian melalui Sai Batin
Barat. Pelibatan Kerajaan Adat Paksi Pak
sebagai pemimpin tertinggi dalam adat untuk
Sekala Bekhak melalui Sai Batin nya bukan
selanjutnya direkomendasikan sebagai calon
tanpa alasan, ini karena Sai Batin selaku
kebijakan berwawasan budaya di Kabupaten
kepala adat dianggap mampu menampung
Lampung Barat. Keikutsertaan Sai Batin
aspirasi masyarakat adatnya untuk kemudian
dalam perumusan kebijakan berwawasan
disampaikan kepada pemerintah daerah
budaya ini sudah dimulai sejak tahun 2014
untuk membantu merumuskan kebijakan
yaitu bertepatan dengan Festival Sekala
publik berwawasan budaya yang sesuai
Bekhak I.
dengan niai luhur dan kearifan lokal yang ada
didaerah tersebut. Kebijakan publik berwawasan budaya
dianggap sangat penting mengingat kondisi di
Proses ini tentunya dengan harapan akan
Kabupaten Lampung Barat pada era sekarang
memberikan kemaslahatan dan keuntungan
ini pelestarian nilai-nilai adat dan
tidak hanya bagi pemerintah, tapi juga bagi
kebudayaan perlahan mulai ditinggalkan oleh
masyarakat adat itu sendiri. Pelestarian,
masyarakat. Menanggapi hal tersebut,
perlindungan, pengembangan, pembinaan,
Pemerintah Kabupaten Lampung Barat
dan pemanfaatan berbagai warisan budaya
memberikan ruang kepada Kerajaan Adat
lokal sebagai subsistem dari kebudayaan
Paksi Pak Sekala Bekhak untuk dapat
nasional menjadi bagian tidak terpisahkan
membantu melestarikan nilai-nilai adat dan
dari kebijakan pembangunan berwawasan
kebudayaan tersebut. Kerajaan Adat Paksi
budaya secara nasional. Konsep dan
Pak Sekala Bekhak yang dalam hal ini
kebijakan pembangunan berwawasan budaya
dilimpahkan kepada Sai Batin Paksi sebagai
menunjuk pada suatu politik pembangunan
pimpinan tertinggi didalam adat dimasing-
yang mengedepankan penguatan harkat dan
masing kepaksian untuk terlibat dalam
martabat manusia dalam proses-proses,
merumuskan kebijakan berwawasan budaya
langkah-langkah, dan tahapan pembangunan
di Kabupaten Lampung Barat.
nasional maupun di daerah. Pembangunan
tiada henti-hentinya mencari format
masyarakat baru di era modern yang lebih II. TINJAUAN PUSTAKA
beretika, bermoral, berakhlak, dalam arti
membangun budaya berbasis iman, akhlak, Menurut Hogwood dan Lewis dalam
dan beramal saleh, sehingga mampu lebih Tresiana (2017:7) memandang kebijakan
mencerahkan, lebih adil, dan lebih sebagai sebuah program. Kebijakan Publik
manusiawi. sebagai program, maka dimaksudkan sebagai
suatu lingkup pemerintahan yang relatif
Semakin jelas kiranya, pembangunan yang khusus dan cukup jelas batas batasnya. Dalam
berwawasan budaya hanya dapat dikatakan konteks kebijakan sebagai program itu
berhasil apabila ia mampu meningkatkan sendiri biasanya akan mencakup serangkaian
harkat dan martabat manusia, bukan semata- kegiatan yang menyangkut pengesahan,
mata menghasilkan tercapainya kecukupan pengorganisasian dan pengerahan atau
dan kelimpahan materiel, melainkan lebih- penyediaan sumberdaya yang diperlukan.
lebih dan terutama menghadirkan penguatan Sedangkan menurut Anderson dalam
nilai-nilai etika, moral, spiritual yang Tresiana (2017: 6) memberikan pengertian
fundamental bagi kehidupan manusia di masa atas definisi kebijakan publik, sebagai
kini dan masa mendatang. serangkaian kegiatan yang mempunyai
maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan
33
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
dilaksanakan oleh seorang aktor atau Menurut Madani dalam Agustino (2016 : 97),
sekelompok aktor yang berhubungan dengan formulasi kebijakan atau yang sering juga
suatu permasalahan atau suatu hal yang disebut dengan perumusan kebijakan,
diperhatikan. merupakan sebuah bagian dari tahap awal
Konsep kebijakan publik banyak pembuatan keputusan kebijakan atau
dikemukakan oleh beberapa ahli, berbagai kebijakan publik. Ini artinya proses formulasi
definisi tersebut mengarah pada satu kebijakan dianggap penting karena
pemahaman bahwa kebijakan pada umumnya memberikan informasi kepada para analisis
diartikan sebagai keputusan yang diambil kebijakan untuk benar-benar memahami
oleh pemerintah guna mengatasi masalah fenomena apa yang sedang terjadi dilapangan
publik dan mencapai suatu cita-cita atau sehingga formulasi kebijakan tersebut
tujuan tertentu. Ide kebijakan publik diharap dapat memberikan solusi terhadap
mengandung anggapan bahwa ada suatu fenomena yang ada dilapangan. Bukan hanya
ruang atau domain dalam kehidupan yang itu, perumusan kebijakan merupakan turunan
bukan privat atau murni milik individual, dari perumusan masalah yang telah
tetapi milik bersama atau milik umum. Publik diagendakan dalam agenda kebijakan.
itu sendiri berisi aktivitas manusia yang
Pendapat lain juga dikemukakan oleh
dipandang perlu untuk diatur atau
Anderson dalam Madani (2011 : 22), ia
diintervensi oleh pemerintah atau aturan
berpendapat bahwa pembuatan sebuah
sosial, atau setidaknya oleh tindakan
kebijakan publik merupakan serangkaian
bersama.
kegiatan atau agenda yang dilakukan melalui
Proses kebijakan publik dapat dipahami
tahap-tahap pembuatan kebijakan dalam
sebagai serangkaian tahap atau fase kegiatan
sistem kebijakan publik. Anderson
untuk membuat kebijakan publik. Menurut
mengemukakan tahapan-tahapan dalam
Thomas R. Dye dalam Widodo (2013:46)
pembuatan kebijakan adalah; Identifikasi
proses kebijakan publik meliputi beberapa
masalah publik, Agenda Kebijakan dan
hal, yaitu:
partisipasi masyarakat, formulasi kebijakan,
a. Identifikasi masalah kebijakan implementasi kebijakan serta evaluasi
(Identification of policy problem), sebagai tahap penilaian dari sebuah
b. Penyusunan agenda (Agenda setting), kebijakan tersebut.
yakni
Dalam proses perumusan kebijakan
c. Perumusan kebijakan (Policy
terdapat aktor-aktor yang berperan
formulation)
didalamnya. Setiap peran yang diemban oleh
d. Pengesahan kebijakan (Legitimating
aktor-aktor ini tentunya meiliki tanggung
of policies)
jawab terhadap hasil yang telah dilakukan
e. Implementasi kebijakan (Policy
oleh aktor-aktor tersebut. Menurut Leo
implementation)
Agustino (2016 : 29), Aktor dalam hal ini
f. Evaluasi kebijakan (Policy evaluation)
dibagi menjadi 2 yaitu Official Actor dan
Unofficial Actor. Dari kedua bentuk aktor
tersebut tentunya memiliki peran yang
Formulasi kebijakan yang kemudian
berbeda, official Actor merupakan aktor yang
disinonimkan dengan perumusan kebijakan.
terdiri dari lembaga legistalif, eksekutif dan
Formulasi Kebijakan dimaknai sebagai
yudikatif sebagai lembaga sah yang memiliki
sebuah kegiatan dimana pejabat merumuskan
kewenangan dalam pengesahan kebijakan
alternative kebijakan untuk mengatasi
publik.
masalah yang ada dilapangan. Tahapan ini
tentunya merupakan hal yang kritis Sedangkan Unofficial Actor terdiri dari
mengingat pengaruh langsung yang orang orang yang berada diluar lingkup
dihasilkan dan biasanya oleh proses ini pemerintahan. Menurut Meutia (2019:1),
mengekspresikan dan mengalokasikan masyarakat merupakan salah satu
kekuatan tarik menarik diantara kelompok stakeholder (selain pemerintah dan swasta)
kepentingan sosial, politik dan ekonomi. yang berkedudukan sebagai tuan rumah,

34
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
AdministrativA | Vol 2 Nomor 1 Tahun 2020
memiliki sumber daya berupa adat istiadat, dihasilkan. Ini artinya masyarakat adat dalam
tradisi dan budaya guna menunjang hal ini juga memiliki peran yang kuat dalam
keberlangsungan pariwisata. Selain itu berpartisipasi membantu pemerintah daerah
masyarakat dapat berperan sebagai pelaku merumuskan kebijakan publik berwawasan
dalam pembangunan dan pengembangan budaya di Kabupaten Lampung Barat. Maka
kepariwisataan sesuai kemampuan yang dari itu para Sai Batin atau Raja Adat dari
dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan setiap Kepaksian dalam lingkup Kerajaan
bahwa kedudukan masyarakat memiliki Adat Paksi Pak Sekala Bekhak akan
peran yang strategis dalam upaya menghimpun aspirasi dari masyarakat
pembangunan dan pengembangan di daerah. adatnya untuk kemudian merumuskan
kebijakan yang dapat bermanfaat tidak hanya
bagi pemerintah tapi juga bagi masyarakat
Perumusan Kebijakan Publik Berwawasan umum dan masyarakat adat Kerajaan Adat
Budaya pada umumnya.
Keeksistensian Kerajaan Adat Paksi Pak III. METODE PENELITIAN
Sekala Bekhak baik ditingkat nasional
maupun internasional tentu menjadi sebuah Tipe penelitian yang digunakan dalam
kearifan lokal daerah yang menjadi penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kebanggaan bagi masyarakat dan pemerintah dengan menggunakan metode penelitian
daerah. Pelestarian nilai-nilai luhur dalam kualitatif. Adapun fokus penelitian ini adalah
lingkup Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala mendeskripasikan bagaimana proses
Bekhak tentunya tak terlepas dari dukungan perumusan kebijakan publik berwawasan
pemerintah daerah sebagai pemegang budaya dan peran aktor didalamnya.
kebijakan daerah. Sedangkan jenis dan sumber data penelitian
terdiri dari data primer dan data skunder,
Untuk terus melaksanakan dan data primer diperoleh dari hasil wawancara
melestarikan hal tersebut, pemerintah dengan informan dan observasi secara
daeraah Kabupaten Lampung Barat langsung ke lapangan. Sedangkan data
memberikan ruang terhadap Kerajaan Adat sekunder diperoleh dari sumber-sumber
Paksi Pak Sekala Bekhak melalu Sai Batin di buku cetak, dokumentasi dan beberapa
masing masing kepaksian untuk membantu sumber yang bersal dari situs internet yang
dalam perumusan kebijakan berwawasan berhubungan dengan tujuan penelitian.
budaya di Kabupaten Lampung Barat. Analisis data pada penelitian yang bersifat
Perumusan kebijakan publik berwawasan kualitatif berlandassan pada penggunaan
budaya yang dilaksanakan di Kabupaten keterangan secara lengkap dan mendalam
Lampung Barat yang melibatkan tokoh adat dalam menginterprestasikan data tentang
dan masyarakat adat di Kerajaan Adat Paksi variabel, bersifat non-kuantitatif dan
Pak Sekala Bekhak merupakan bentuk dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi
partisipasi dalam pemenuhan hak-hak mendalam dan tidak luas dalam fenomena. Di
masyarakat untuk menyampaikan dalam penelitian ini penulis sependapat
aspirasinya kepada pemerintah daerah. dengan Mile dan Huberman dalam Sugiyono
Menurut Duadji (2013:2), partisipasi publik (2012 : 247), menyebutkan ada tiga langkah
akan dapat meningkatkan kualitas isi pengolahan data kualitatif, yakni reduksi data
keputusan yang dibuat dan ditetapkan (data reduction), penyajian data (data
pemerintah daerah yang berbasis display), dan penarikan kesimpulan
kepentingan dan pengetahuan riil yang ada di (conclusion drawing and verification).
dalam lingkup masyarakat lokal. Partisipasi
juga bermanfaat sebagai instrumen
pendorong terbangunnya komitmen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
masyarakat untuk memberikan dukungan
Berdasarkan hasil penelitian pada subbab
moral, turut membantu dan bahkan juga turut
sebelumnya, maka peneliti melakukan
bertanggung jawab terhadap keputusan yang
pembahasan terkait hasil temuan di lapangan.
35
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
Tahap ini peneliti melakukan pembahasan kebijakan tidak selalu menghasilkan
berdasarkan fokus penelitan yang telah peraturan, perintah eksekusi, ataupun aturan
ditetapkan, serta data dari hasil penelitian administrasi yang diusulkan. Para analis
yang diperoleh selama penelitian kebijakan juga dapat memutuskan untuk
berlangsung. Adapun pembahasan mengenai tidak mengambil tindakan apapun bagi suatu
“Peranan Sai Batin Kerajaan Adat Paksi Pak masalah publik.
Sekala Bekhak Dalam Perumusan Kebijakan Ini artinya, proses perumusan kebijakan
Publik Berwawasan Budaya di Kabupaten publik berwawasan budaya yang dilakukan di
Lampung Barat” akan dideskripsikan sebagai Kabupaten Lampung Barat tentu masih
berikut: termasuk dalam tahap perumusan kebijakan
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh
Dye dalam buku Leo Agustino. Berikut
penulis lampirkan alur proses perumusan
Proses Perumusan Kebijakan Publik
kebijakan publik berwawasan budaya di
Berwawasan Budaya
Kabupaten Lampung Barat.
Proses perumusan kebijakan publik
Formulasi kebijakan atau yang biasa
berwawasan budaya yang dilaksanakan di
disebut dengan perumusan kebijakan.
Kabupaten Lampung Barat tidak melalui
Menurut Sidney dalam Leo Agustino
proses Musyawarah Perencanaan
(2017:97), mengatakan bahwa perumusan
Pembangunan yang dimulai dari tingkat desa
kebijakan merupakan bagian dari tahap awal
hingga kabupaten. Proses perumusan
pembuatan keputusan kebijakan. Perumusan
kebijakan publik berwawasan budaya
kebijakan merupakan tahapan awal yang
langsung dilakukan melalui hippun adat
sangat penting karena memberikan informasi
karena dalam proses ini dianggap lebih efektif
pada para analis kebijakan tentang apa saja
dibanding melalui agenda musrenbang. Hal
yang akan dibuat untuk mengatasi fenomena
ini bisa dilihat dari efisiensi waktu
dan permasalahan publik yang sedang terjadi.
pelakasanaannya yang dilaksanakan hanya
Dalam proses perumusan kebijakan publik
dalam kurun waktu satu minggu saja.
berwawasan budaya di Kabupaten Lampung
Berbeda dengan kegiatan musrenbang yang
Barat, pemerintah daerah menggandeng
harus melalui beberapa tahapan yaitu
Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak
musrenbang tingkat desa atau pekon,
selaku lembaga adat tertinggi yang ada di
musrenbang tingkat kecamatan dan
Lampung Barat untuk bersinergi bekerjasama
musrenbang tingkat kabupaten yang
membantu pemerintah daerah merumuskan
memerlukan waktu penyelenggaraan yang
kebijakan publik berwawasan budaya. Hal ini
lebih lama dibanding dengan proses hippun
didasari karena kebudayaan di Lampung
adat. Kemudian, mengingat keempat
Barat makin hari makin luntur akibat
kepaksian berada dalam kecamatan yang
masuknya modernisasi.
berbeda-beda maka sangat dimungkinkan
Melihat kondisi tersebut, maka
apabila proses ini dilaksanakan dalam agenda
pemerintah daerah berinisiatif melalukan
musrenbang maka akan sulit menemukan
sebuah inovasi untuk melimpahkan
kesimpulan tentang apa saja usulan
perumusan kebijakan publik berwawasan
masyarakat adat untuk pembangunan
budaya kepada Sai Batin Kerajaan Adat Paksi
berwawasan budaya yang ada di Kabupaten
Pak Sekala Bekhak meningat Sai Batin
Lampung Barat.
merupakan pimpinan tertinggi didalam adat.
Dalam implementasinya, proses
Sehingga diharapkan kebijakan publik
perumusan kebijakan publik berwawasan
berwawasan budaya yang dihasilkan sesuai
budaya dimulai dari lingkup masing-masing
dengan adat istiadat dan kearifan lokal serta
kepaksian terlebih dahulu. Ini merupakan
tidak menyimpang dari nilai-nilai luhur yang
tahap awal dimulainya perumusan kebijakan
ada pada Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala
berwawasan budaya di Kabupaten Lampung
Bekhak.
Barat. Sai Batin di masing-masing kepaksian
Menurut Dye dalam Leo Agustino
selaku pimpinan tertinggi didalam adat akan
(2017:98), mengatakan bahwa perumusan
menampung aspirasi yang disampaikan
36
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
AdministrativA | Vol 2 Nomor 1 Tahun 2020
masyarakat adatnya tentang apa saja yang dimusyawarahkan dengan usulan dari
akan diusulkan sebagi kebijakan berwawasan kepaksian lainnya. Setiap kepaksian
budaya kepada pemerintah daerah, kemudian membawa materi usulan dari masing-masing
Sai Batin membuat usulan kebijakan Sai Batin dan dipaparkan dalam agenda
berwawasan budaya yang ditampung dari Hippun Adat. Namun tidak semua materi
aspirasi masyarakat adat tersebut dan apa usulan dari masing-masing kepaksian dapat
saja yang cocok untuk diterapkan di diterima. Hanya materi usulan yang dianggap
Kabupaten Lampung Barat melalui masing- perlu direalisasikan dalam tahun berjalanlah
masing raja jukkuan dan raja kappung batin. yang kemudian dimasukkan dalam hasil
Dalam hal ini penunjukan langsung Sai Batin hippun adat. Dalam setiap materi usulan dari
untuk menghimpun aspirasi masyarakat masing-masing kepaksian biasanya hanya
adatnya untuk kemudian mengusulkan apa diambil beberapa usulan saja. Hal ini bukan
saja yang akan dijadikan kebijakan publik berarti usulan yang tidak diterima dianggap
berwawasan budaya tentu bukan tanpa tidak penting. Namun materi usulan yang
alasan. Hal ini tentunya karena beliau belum diterima dianggap belum masuk
merupakan orang yang dipandang pantas dan kedalam kriteria calon kebijakan yang
layak karena Sai Batin merupakan pemilik dianggap penting untuk direalisasikan.
adat, pemimpin didalam adat dan juga Sejalan dengan model sebelumnya, proses
penguasa didalam adat. Sehingga apapun perumusan kebijakan publik berwawasan
yang disampaikan Sai Batin dalam usulan budaya di Kabupaten Lampung Barat juga
tersebut tentunya akan berdampak baik bagi sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh
seluruh masyarakat adat. Sabatier dalam Leo Agustino (2017:132),
Dalam pelaksanaan nya, kebijakan bahwa model bottom up ini sama dengan
berwawasan budaya merupakan sebuah model advcacy coalition framework yaitu
kebijakan dengan model Bottom-Up yaitu sebuah pendekatan yang dimulai dari
sebuah kebijakan penyelesaian masalah masalah kebijakan dan berlanjut dengan
dengan sebuah kebijakan yang dimulai dan membangun strategi aktor terkait dengan
dirancang dari bawah. Sama hal nya dengan memecahkan masalah.
kebijakan berwawasan budaya ini. Proses Setelah didapatkan hasil dari hippun adat
pembuatannya dimulai dari bawah, yaitu atau musyawarah adat tersebut, maka hasil
dimulai dari masyarakat adat selaku warga tersebut akan disatukan yang kemudian
negara yang patuh terhadap Undang Undang disepakati oleh seluruh peserta yang hadir
Dasar, yang kemudian memberikan usulan pada agenda tersebut. Hasil yang telah di
kepada kepala adatnya berupa hal-hal dapatkan dari hippun adat tersebut kemudian
penting apasajakah yang sebaiknya akan dibawa kembali oleh raja-raja kappung
diimpelentasikan dalam sebuah kebijakan batin dan raja jukkuan melalui dewan adat
untuk menjaga nilai-nilai luhur yang ada di untuk kemudian dilaporkan kembali kepada
lingkungan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Sai Batin.
Bekhak. Hasil dari hippun adat tersebut akan
Seperti yang dikemukakan Lester dalam diserahkan kembali kepada Sai Batin masing-
Leo Agustino (2017:131), Model kebijakan masing kepaksian. Selanjutnya Sai Batin akan
Bottom Up berbeda dengan model Top Down. menindaklanjuti hasil musyawarah adat yang
Karena pada penerapannya untuk telah dilaksanakan oleh para raja kappung
menyelesaikan masalah publik sebaiknya batin, raja jukkuan dan juga dewan adat. Hasil
dimulai dari bawah. Karena yang mengenal yang diterima Sai Batin sebagai laporan
dan memahami tentang masalah yang bahwa usulan yang diberikan oleh Sai Batin
dirasakan masyarakat adalah masyarakat telah disampaikan dalam musyawarah adat
sendiri yang berada di bawah. atau hippun adat tersebut.
Setelah tahap pertama yaitu pembuatan Walaupun hasil dari musyawarah adat
usulan oleh Sai Batin, maka Sai Batin akan atau hippun adat yang berisikan calon
menyerahkan usulan tersebut kepada raja- kebijakan publik berwawasan budaya di
raja kappung batin dan raja jukkuan melalui Kabupaten Lampung Barat telah didapatkan,
dewan adat untuk selanjutnya dibawa untuk bukan berarti rangkaian kegiatan ini selesai.
37
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
Masih ada satu lagi agenda yang dilaksanakan Setiap tahunnya terhitung sejak tahun
pada satu hari setelah dilaksanakannya 2014 hingga 2019, jumlah hasil hippun adat
hippun adat atau musyawarah adat tersebut. yang telah dihasilkan tidaklah sama setiap
Pada hari berikutnya merupakan puncak dari tahunnya. Hal ini dikarenakan dalam proses
hippun adat atau musyawarah adat dengan perumusan kebijakan publik berwawasan
agenda penyampaian hasil yang telah budaya tentunya harus didasari dengan
disepakati kepada Sai Batin Kerajaan Adat kebutuhan apa saja yang sedang diperlukan
Paksi Pak Sekala Bekhak, Pemerintah Daerah pada tahun berjalan. Sehingga dapat dilihat
Kabupaten Lampung Barat dan kepada dari grafik tersebut bahwa ketidakstabilan
masyarakat yang akan menjalankan jumlah hasil hippun adat dari tahun ketahun.
kebijakan tersebut kedepannya. Pada awal penyelenggaraannya hasil hippun
Agenda ini tentunya dihadiri oleh seluruh adat yang kemudian menjadi rekomendasi
aktor yang terlibat didalam proses kebijakan publik berwawasan budaya
perumusan kebijakan publik berwawasan berjumlah 7 poin, tahun 2015 sebanyak 3
budaya. Mulai dari Sai Batin Kerajaan Adat poin, tahun 2016 sebanyak 5 poin, tahun
Paksi Pak Sekala Bekhak, Bupati, Wakil 2017 menghasilkan 9 poin, pada tahun 2018
Bupati, DPRD, dan Masyarakat Adat yang ini merupakan hasil hippun adat dengan
kemudian diwakili oleh para raja kappung jumlah terbanyak yaitu sebanyak 13 poin dan
batin, raja jukkuan dan dewan adat. Pada terakhir pada tahun 2019 sebanyak 7 poin.
agenda ini, kemudian diawali dengan tangguh Dalam pengimplementasiannya, tidak
atau permohonan izin dari perwakilan semua hasil hippun adat yang telah
peserta musyawarah kepada Lembaga diserahkan kepada pemerintah daerah dapat
Masyarakat Adat Lampung untuk kemudian terealisasi seutuhnya. Perealisasian hasil
menyerahkan hasil musyawarah tersebut. hippun adat yang kemudian disebut sebagai
Pemilihan Lembaga Masyarakat Adat kebijakan publik berwawasan budaya
Lampung sebagai penerima hasil disesuaikan kembali dengan kebutuhan di
musyawarah adat bukan tanpa alasan. Kabupaten Lampung Barat pada tahun
Mengingat Lembaga Masyarakat Adat berjalan. Bukan tanpa alasan, tidak semua
Lampung merupakan perpanjangan tangan hasil hippun adat dapat direalisasikan pada
dan juga perantara antara Sai Batin Kerajaan tahun yang sama diakibatkan karena
Adat Paksi Pak Sekala Bekhak dengan terbatasnya anggaran pemerintah daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung yang juga harus dibagi untuk keperluan
Barat. Setelah hasil musyawarah adat diluar perealisasian kebijakan publik
diterima oleh Lembaga Masyarakat Adat berwawasan budaya.
Lampung, maka selanjutnya hasil Pengimplementasian hasil hippun adat
musyawarah akan diserahkan kepada Bupati sebagai kebijakan publik berwawasan budaya
Kabupaten Lampung Barat untuk kemudian di Kabupaten Lampung Barat setiap tahunnya
ditanda tangani bersama dengan keempat Sai tidaklah sama. Kebijakan publik berwawasan
Batin dan juga Ketua DPRD. budaya dianggap semakin berwawasan
Hasil musyawarah adat yang telah budaya ketika hasil hippun adat berbanding
ditandatangani kemudian akan diserahkan lurus dengan implementasi kebijakan
kepada DPRD Kabupaten Lampung Barat tersebut. Apabila tidak berbanding lurus dan
untuk dibahas dan di masukkan kedalam bahkan semakin menurun setiap tahunnya,
RAPBD (Rancangan Anggaran Pembangunan maka kebijakan tersebut dianggap semakin
dan Belanja Daerah) tahun berikutnya. tidak berwawasan budaya karena semakin
Namun tidak semua hasil hippun adat yang mengecilkan hasil musyawarah adat yang
telah ditandatangani dapat direalisasikan. telah dilaksanakan.
Melihat kebutuhan dan juga anggaran yang Dari penjelasan diatas dapat diambil
ada. Apabila ada hasil hippun adat yang kesimpulan bahwa output suatu lingkungan
belum direalisasikan sebagai kebijakan publik atau sistem yang ada dalam model ini adalah
berwawasan budaya maka akan dimasukkan masih kuatnya nilai nilai luhur atau kearifan
ke dalam RAPBD tahun selanjutnya. lokal yang ada di Kabupaten Lampung Barat.
Untuk itu, agar tidak terjadinya kevakuman
38
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
AdministrativA | Vol 2 Nomor 1 Tahun 2020
dalam pengimplementasian kebijakan maka memiliki peran yang sangat penting dalam
pemerintah daerah berinteraksi dan proses perumusan kebijakan publik
bersinergi dengan lembaga adat yang ada berwawasan budaya ini. Karena aktor utama
yaitu Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak inilah yang memberikan usulan, dan serta
untuk membantu merumuskan kebijakan mengesahkan usulan tersebut untuk
publik berwawasan budaya demi terjaganya kemudian disahkan dan dijadikan kebijakan
dan melestarikan nilai luhur serta kearifan publik berwawasan budaya di Kabupaten
lokal yang ada di Kabupaten Lampung Barat. Lampung Barat.
Official actors atau aktor utama ini
Peran Aktor dalam Perumusan Kebijakan terdiri atas Sai Batin Kerajaan Adat Paksi Pak
Publik Berwawasan Budaya Sekala Bekhak yang merupakan empat Raja
Adat yang berkuasa diwiliyah kerajaan
Dalam perumusan kebijakan publik tersebut. Bupati, Wakil Bupati serta DPRD
setidaknya ada 2 kelompok yang berperan (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) yang
dalam formulasi kebijakan yakni para merupakan lembaga pemerintahan yang
pemeran serta resmi dan para pemeran serta kemudian akan mengimplementasikan usulan
tidak resmi. Kelompok pemeran serta resmi dari Sai Batin untuk dijadikan kebijakan
yaitu mereka yang berasal dan berlatar publik berwawasan budaya. Dalam
belakang dari agen agen pemerintah, prakteknya aktor-aktor ini memiliki peran
presiden, legislatif dan yudikatif. Sedangkan masing-masing. Pertama yaitu Masyarakat
pemeran serta tidak resmi adalah para adat akan mengusulkan beberapa
kelompok kelompok kepintangan seperti rekomendasi melalui raja kappung batin dan
partai politik dan individu-individu. raja jukkuan untuk kemudian disampaikan
Dalam proses perumusan kebijakan kepada Sai Batin selaku kepala adat dan
terdapat aktor-aktor yang berperan pimpinan tertinggi dalam Kerajaan Adat Paksi
didalamnya. Menurut Leo Agustino (2016 : Pak Sekala Bekhak. Setelah usulan tersebut
29), Aktor dalam hal ini dibagi menjadi dua diterima maka Sai Batin akan menyaring
yaitu Official Actor dan Unofficial Actor. Dari usulan tersebut untuk kemudian disampaikan
kedua bentuk aktor tersebut tentunya kepada pemerintah daerah. Pembuatan
memiliki peran yang berbeda, official Actor usulan oleh Sai Batin ini tentu berdasarkan
merupakan aktor yang terdiri dari lembaga nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang ada di
legistalif, eksekutif dan yudikatif sebagai Kabupaten Lampung Barat yang masuk
lembaga sah yang memiliki kewenangan kedalam wilayah adat Kerajaan Adat Paksi
dalam pengesahan kebijakan publik. Pak Sekala Bekhak, serta dengan melihat
Sedangkan Unofficial Actor terdiri dari kondisi dan kebutuhan dilapangan, dan
orang orang yang berada diluar lingkup kebutuhan yang saat ini dibutuhkan
pemerintahan. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat adat untuk kemudian di
mereka dalam proses kebijakan terutama sampaikan kepada pemerintah daerah.
dalam memberikan masukan terhadap Setelah merumuskan usulan tersebut,
formulasi kebijakan. Beberapa Unofficial maka Sai Batin akan mengundang orang-
Actor yang diidentifikasikan sering orang yang dipercayai nya yang terdiri dari
berpartisipasi dalam proses perumusan raja kappung batin, raja jukkuan dan juga
kebijakan publik antara lain; kelompok dewan adat sebagai lembaga atau struktur
kepentingan, partai politik, media massa, dan yang berada langsung dibawah Sai Batin.
warga negara. Dalam agenda ini, Sai Batin akan
Dalam proses perumusan kebijakan publik menyerhakan titah serta memerintahkan
berwawasan budaya ini terdapat dua aktor orang-orang kepercayaannya ini untuk
yaitu official actors atau aktor utama dan membawa berkas yang telah dibuat oleh Sai
unofficial actors atau aktor pembantu. Kedua Batin berupa rumusan kebijakan tersebut
aktor ini mempunyai peran penting dalam untuk dibahas dalam agenda Hippun Adat
proses perumusan kebijakan publik atau Musyawarah adat. Setelah dipaparkan
berwawasan budaya di Kabupaten Lampung dan dimusyawarahkan dalam hippun adat,
Barat. Dalam pelaksanaannya, aktor utama
39
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
maka hasil tersebut akan diterima kembali dianalisis menggunakan model
oleh Sai Batin dan ditandatangani. kepemimpinan untuk melihat bagaimana
Selain Sai Batin, yang juga merupakan model kepemimpinan yang dilakukan oleh
aktor utama dalam perumusan kebijakan aktor dalam perumusan kebijakan
publik berwawasan budaya ini adalah Bupati, berwawasan budaya yang ada di Kabupaten
dan juga DPRD selaku pemerintah daerah Lampung Barat.
yang memiliki hak dan wewenang Kepemimpinan diartikan sebagai
mengesahkan hasil musyawarah adat atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
hippun adat dan diimplementasikan sebagai untuk menggerakkan orang-orang yang ada
kebijakan publik berwawasan budaya. Dalam di dalam organisasi agar mereka dengan
agenda ini, pemerintah daerah tentunya akan sukarela diarahkan maupun dikendalikan
menerima segala masukan, usulan yang guna mencapai sebuah tujuan yang telah
diberikan Sai Batin untuk kepentingan ditetapkan.
pelestarian nilai-nilai luhur dan kearifan lokal Menurut Cuban (2016), “Leaders are
yang ada di Kabupaten Lampung Barat. people who shape the goals, motivations, and
Selain aktor utama, dalam perumusan actions of others. Frequently they initiate
kebijakan publik berwawasan budaya ini juga change to reach existing and new goals”,
terdapat aktor pembantu. Yaitu mereka yang artinya Pemimpin adalah orang yang
bertugas sebagai perpanjang tanganan Sai membentuk tujuan, motivasi, dan tindakan
Batin untuk memusyawarahkan usulan yang orang lain. Seringkali mereka melakukan
telah dibuat oleh Sai Batin. Aktor pembantu perubahan untuk mencapai tujuan yang ada
atau unofficial actors dalam hal ini adalah raja dan baru ”
kappung batin, raja jukkuan dan dewan adat. Menurut Kingdon dalam Oborn (2016:9)
Pemilihan aktor ini bukan tanpa alasan, Leadership in formulating policy is a unique
mengingat raja kappung batin merupakan challenge involving the engagement of
masyarakat adat masih memiliki hubungan different stakeholder groups, each of which is
langsung dengan Sai Batin. Raja jukkuan atau entangled in a unique historical and
yang dikenal juga dengan raja suku institutional context. Policy scholars emphasise
merupakan raja yang memimpin di wilayah the importance of developing coalitions as a
perkampungan yang ada didalam wilayah way of mediating diverse interests.
adat Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak. Kepemimpinan dalam sebuah perumusan
Raja jukkuan dipilih sebagai perwakilan kebijakan merupakan sebuah tantangan yang
aspirasi dari masyarakat adat yang tinggal unik, yang melibatkan berbagai kelompok
diwilayah pedesaan. Serta Dewan Adat yang pemangku kepentingan, yang masing masing
merpakan lembaga internal yang mengurusi terjerat dalam konteks historis dan
rumah tangga kerajaan. Ketiga aktor ini kelembagaan yang unik. Sarjana kebijakan
berperan dalam perumusan kebijakan publik menekankan pentingnya mengembangkan
berwawasan budaya sebagai wakil dari koalisi sebagai cara memediasi beragam
masyarakat adat yang ada disetiap kepaksian. kepentingan.
Dalam implementasinya aktor yang Seorang pemimpin memiliki gaya
terlibat dalam proses perumusan kebijakan kepemimpinannya masing-masing. Metode
publik berwawasan budaya ini memiliki dan gaya kepemimpinan seorang pemimpin
perannya masing-masing. Setiap peran yang terdiri dari beragam jenis yang dipengaruhi
diemban oleh aktor tentunya bertujuan untuk oleh faktor disekitarnya. Dalam penelitian ini,
kemajuan dan pelestarian nilai-nilai luhur dapat dianalisis bahwa gaya kepemimpinan
serta kearifan lokal yang ada di Kabupaten yang dimiliki oleh Sai Batin selaku pimpinan
Lampung Barat. tertinggi didalam adat Kerajaan Adat Paksi
Dari peran aktor tersebut kemudian dapat Pak Sekala Bekhak adalah gaya
dianalisis gaya kepemimpinan seorang Sai kepemimpinan Partisipatif.
Batin selaku kepala adat dapat memimpin Menurut Mashadi (2019:24) gaya
masyarakat adatnya dalam membantu partisipatif yaitu gaya kepemimpinan yang
merumuskan kebijakan publik berwawasan mengharapkan saran dan ide dari
budaya. Indikator ini kemudian akan bawahannya sebelum mengambil sebuah
40
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
AdministrativA | Vol 2 Nomor 1 Tahun 2020
keputusan, hal ini dapat dilihat dari peran Sai kelak diimplementasikan akan sesuai dengan
Batin selaku pemimpin didalam adat untuk nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang ada
merangkul dan menampung aspirasi dan berkembang didaerah setempat.
masyarakat adatnya untuk kemudian
Output suatu lingkungan atau sistem yang
dirangkum menjadi usulan kebijakan publik
ada adalah masih kuatnya nilai nilai luhur
berwawasan budaya di Kabupaten Lampung
atau kearifan lokal yang ada di Kabupaten
Barat. Vroom dalam Mashadi (2019:24) juga
Lampung Barat. Untuk itu, agar tidak
mengatakan bahwa Gaya kepemimpinan
terjadinya kevakuman dalam
partisipatif ini memiliki pengaruh yang besar
pengimplementasian kebijakan maka
terhadap sebuah pengambilan keputusan.
pemerintah daerah berinteraksi dan
Karena pada implementasinya, sebuah
bersinergi dengan lembaga adat yang ada
kebijakan sejatinya akan diterapkan kepada
yaitu Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak
masyarakat itu kembali. Sehingga apa yang
untuk membantu merumuskan kebijakan
diaspirasikan oleh masyarakat itulah yang
publik berwawasan budaya demi terjaganya
nantinya akan kembali kepada masyarakat
dan melestarikan nilai luhur serta kearifan
dalam bentuk sebuah kebijakan publik.
lokal yang ada di Kabupaten Lampung Barat.
Artinya, semakin banyak hasil hippun adat
yang direalisasikan pemerintah daerah
sebagai kebijakan publik berwawasan budaya
itu artinya semakin berwawasan budaya pula
V. PENUTUP hasil hippun adat yang diserahkan Sai Batin
Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak
Simpulan kepada Pemerintah Daerah.
Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) Dalam perumusan kebijakan publik
dibentuk oleh Kelurahan Sukarame sebagai berwawasan budaya ini, ada beberapa aktor
area berkolaborasi bagi siapa saja yang terlibat didalamnya yang terdiri dari
stakeholders yang ingin ikut terlibat Official Actors atau aktor utama dan Unofficial
berpartisipasi dalam menciptakan Keamanan Actors atau aktor tambahan. Dalam prosesnya
dan Ketrtiban (Kamtibmas) di Kelurahan aktor utama adalah empat Sai Batin Kerajaan
Sukarame. Partisipasi yang di lakukan oleh Adat Paksi Pak Sekala Bekhak selaku
berbagai stkeholders di dalam Komunitas pemegang kekuasaan tertinggi didalam adat,
Keamanan Terpadu (K2T) terdiri dari dan juga pemerintah daerah dalam hal ini
berbagai bentuk mulai dari partisipasi yang Bupati Kabupaten Lampung Barat selaku
nyata minsalnya seperti uang, harta benda, pemimpin tertinggi di dalam struktur
tenaga, dan keterampilan serta partisipasi pemerintahan daerah serta Dewan
yang tidak nyata seperti buah pikiran dan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai lembaga
sosial. yang mengesahkan usulan dari Sai Batin
Proses perumusan kebijakan publik untuk di implementasikan sebagai kebijakan
berwawasan budaya di Kabupaten Lampung publik berwawasan budaya di Kabupaten
Barat didasari oleh keinginan pemerintah Lampung Barat.
daerah untuk melestarikan nilai-nilai luhur Aktor yang terlibat dalam proses
dan kearifan lokal yang telah ada sejak perumusan kebijakan publik berwawasan
ratusan tahun yang lalu. Untuk melanjutkan budaya di Kabupaten Lampung Barat ini
hal tersebut maka pemerintah daerah terdapat dua aktor yaitu official actors atau
meminta kepada lembaga adat yang ada di aktor utama dan unofficial actors atau aktor
Kabupaten Lampung Barat yaitu Kerajaan pembantu. Kedua aktor ini mempunyai peran
Adat Paksi Pak Sekala Bekhak untuk penting dalam proses perumusan kebijakan
membantu merumuskan kebijakan publik publik berwawasan budaya di Kabupaten
berwawasan budaya. Lampung Barat. Dalam pelaksanaannya, aktor
Hal ini ditujukan agar perumusan utama memiliki peran yang sangat penting
kebijakan publik berwawasan budaya yang dalam proses perumusan kebijakan publik

41
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
berwawasan budaya ini. Karena aktor utama 3. Mengadakan agenda evaluasi
inilah yang memberikan usulan, dan serta kebijakan berwawasan budaya yang
mengesahkan usulan tersebut untuk telah terealisasi selama ini. Sehingga
kemudian disahkan dan dijadikan kebijakan dari kedua pihak, baik pemerintah
publik berwawasan budaya di Kabupaten daetrah dan Sai Batin Kerajaan Adat
Lampung Barat. Paksi Pak Sekala Bekhak dapat
mengetahuai apasaja kekurangan
Official actors atau aktor utama ini terdiri
dan kendala yang dialami dalam
atas Sai Batin Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala
merealisasikan dan
Bekhak yang merupakan empat Raja Adat
mengimplementasikan kebijakan
yang berkuasa diwiliyah kerajaan tersebut.
publik berwawasan budaya di
Bupati, Wakil Bupati serta DPRD (Dewan
Kabupaten Lampung Barat.
Perwakilan Rakyat Daerah) yang merupakan
4. Agar hasil hippun adat tersebut
lembaga pemerintahan yang kemudian akan
dijadikan peraturan daerah atau
mengimplementasikan usulan dari Sai Batin
peraturan bupati untuk
untuk dijadikan kebijakan publik
memperkuat Kebijakan yang akan
berwawasan budaya. Dalam prakteknya
terealisasi.
aktor-aktor ini memiliki peran masing-
masing. Pertama yaitu Sai Batin selaku kepala
adat dan pimpinan tertinggi dalam Kerajaan
Adat Paksi Pak Sekala Bekhak akan
merumuskan usulan yang akan disampaikan
kepada pemerintah daerah. Pembuatan
usulan oleh Sai Batin ini tentu berdasarkan
nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang ada di
VI. DAFTAR PUSTAKA
Kabupaten Lampung Barat yang masuk
Buku
kedalam wilayah adat Kerajaan Adat Paksi
Agustino, L. (2016). Dasar-dasar Kebijakan
Pak Sekala Bekhak, serta dengan melihat
Publik. Bandung: Alfabeta
kondisi dan kebutuhan dilapangan, apa
Ahmadi Rulam, M. (2016). Metodologi
sajakah yang saat ini dibutuhkan masyarakat
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar
adat untuk kemudian di sampaikan kepada
Ruzz Media.
pemerintah daerah.
Anggara, S. (2014). Kebijakan Publik.
Saran Bandung : Pustaka Setia
Aripsah. (2016). Secangkir Kopi Bumi Sekala
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka
Brak. Bandar Lampung. Lampost
peneliti memberikan beberapa saran, yaitu :
Publishing
1. Hendaknya pemerintah daerah dapat Basran, M., Ricky Marli, Aripsah, & Dkk.
merealisasikan semua usulan yang (2018). Kerajaan Adat Kepaksian
telah disampaikan oleh Sai Batin Pernong Sekala Bekhak Menjawab
Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Sejarah. Bandar Lampung: PT Masa
Bekhak sebagi usulan Kebijakan Kini Mandiri.
Publik berwawasan budaya. Duajdi, N., Tresiana, N., Faedlulloh, D. (2019).
2. Agar pemerintah daerah Ilmu Administrasi Publik.
melaksanakan agenda hippun adat Yogyakarta: Graha Ilmu
atau perumusan kebijakan publik Madani, M. (2011). Dimensi-Dimensi
berwawasan budaya dalam kurun Interaksi Aktor Dalam Proses
waktu dua tahun sekali. Agar hasil Perumusan Kebijakan Publik.
musyawarah adat dalam agenda Yogyakarta: Graha Ilmu
hippun adat dapat direalisasikan Mashadi, M. (2019). Akuntabilitas Manajemen
seutuhnya dalam dua tahun berjalan Organisasi Nirlaba.
dan tidak tumpang tindih dengan Wonosobo:Gaceindo
hasil musyawarah adat tahun
berikutnya.
42
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
AdministrativA | Vol 2 Nomor 1 Tahun 2020
Moleong. (2016). Metode Penelitian Pembangunan. Pemberdayaan
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Masyarakat Adat Dalam
Rosdakarya Pembangunan, 11.
Safari Daud, S. (2012). Sejarah Kesultanan Nasrul, W. (2013). Peran Kelembagaan Lokal
Paksi Pak Sekala Brak. Jakarta: Adat Dalam. Peran Kelembagaan
Puslitbang Lektur Dan Khazanah Lokal Adat Dalam,14(1), 8.
Keagamaan Badan Litbang Dan Oborn, E. (2016). Distributed Leadership in
Diklat Kementerian Agama RI. Policy Formulation: A Sociomaterial
Sugiyoo, P. (2012). Metode Penelitian Perspective.
Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Saputra, J. H. (2014). Peranan Tokoh Adat
Bandung: Alfbeta. Dalam Melestarikan. Peranan Tokoh
Tresiana, N. (2017). Kebijakan Publik. Bandar Adat Dalam Melestarikan, 12.
Lampung: AURA. Suhendi, A. (2013). Peranan Tokoh
Widodo, J. (2013). Konsep Dan Aplikasi Masyarakat Lokal Dalam
Analisis Proses Kebijakan Publik. Pembangunan. Peranan Tokoh
MALANG: Bayumedia Publishing. Masyarakat Lokal Dalam
Winarno, B. (2012). Kebijakan Publik ( Teori, Pembangunan, 18(2), 12.
Proses, Dan Studi Kasus ). Wuri, N. (2016). Peranan Lembaga
Yogyakarta: C A P S. Punyimbang Adat Lampung Saibatin.
Peranan Lembaga Punyimbang Adat
Jurnal dan Skripsi Lampung Saibatin, 75.
Afadarma, R. (2010). Peranan Ketua Adat. Saputra, Juanda Hadi. (2014). Peranan Tokoh
Peranan Ketua Adat, 123. Adat Dalam Melestarikan Adat Mego
Alus, C. (2014). Peran Lembaga Adat Dalam Pak Tulang Bawang, 12.
Pelestarian Kearifan Lokal Suku
Sumber Lain
Sahu Di Desa Balisoan Kecamatan Sahu
Kabupaten Halmahera Barat. ACTA Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat
DIURNA KOMUNIKASI, 3(4). Nomor 1 Tahun 2012 Tentang
Artini, N. W. P., & Anggreni, I. L. (2006). Rencana Tata Ruang Wilayah
Peranan Desa Adat Dalam Kabupaten Lampung Barat Tahun
Pengelolaan Kepariwisataan (Studi 2010-2030.
Kasus di Desa Adat Seminyak, Hasil Hippun Adat Sai Batin Kerajaan Adat
Kecamatan Kuta, Kabupaten Paksi Pak Sekala Bekhak tahun
Badung). SOCA: Jurnal Sosial 2014 betempat di Gedung Dalom
Ekonomi Pertanian. Kepaksian Pernong.
Duadji, Noverman. (2013). Partisipasi Publik Hasil Hippun Adat Sai Batin Kerajaan Adat
Dalam Pengambilan Keputusan Paksi Pak Sekala Bekhak tahun
Anggaran Pendapatan Dan Belanja 2015 betempat di Gedung Dalom
Daerah (Apbd) Provinsi Lampung. Kepaksian Pernong.
Universitas Lampung Hasil Hippun Adat Sai Batin Kerajaan Adat
Fitri, M Intan. (2019). Peranan Masyarakat Paksi Pak Sekala Bekhak tahun 2016
Lokal Dalam Mewujudkan betempat di Gedung Dalom
Pariwisata Berkelanjutan Di Provinsi Pekuwon Ratu Kepaksian Nyerupa.
Lampung. Universitas Lampung. Hasil Hippun Adat Sai Batin Kerajaan Adat
Mukhtarom, A. (2013). Sinergi Pemerintah Paksi Pak Sekala Bekhak tahun 2017
Daerah Dan Lembaga Adat Dalam betempat di Gedung Dalom
Melaksanakan Pelestarian Kepaksian Bejalan Di Way.
Kebudayaan. Sinergi Pemerintah Hasil Hippun Adat Sai Batin Kerajaan Adat
Daerah Dan Lembaga Adat Dalam Paksi Pak Sekala Bekhak tahun 2018
Melaksanakan Pelestarian betempat di Gedung Dalom
Kebudayaan, 1(2),9. Kepaksian Belunguh.
Mulyadi, M. (2013). Pemberdayaan Hasil Hippun Adat Sai Batin Kerajaan Adat
Masyarakat Adat Dalam Paksi Pak Sekala Bekhak tahun 2019
43
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License
betempat di Gedung Dalom
Kepaksian Bejalan Di Way.

44
Copyright® 2020. Owned by Author(s),
published by Administrativa.
This is an open-acces article under CC-BY- SA License

Anda mungkin juga menyukai