Anda di halaman 1dari 2

Menyikapi kondisi pandemic Covid 19 yang saat ini memberikan gangguan terhadap bisnis dan

perkembangan ekonomi, maka memberikan intensi kepada beberapa pihak untuk hal:
 Pemberian Insentif Pajak
Meskipun tetap menjalankan extra effort, DJP juga mengemban tugas untuk menstimulus perekonomian
yang melemah akibat pandemi Covid-19. Otoritas berharap berbagai insentif dimanfaatkan wajib pajak.
 Penangguhan Extra Effort
Upaya pengumpulan pajak melalui extra effort dari DJP idealnya dapat ditangguhkan pada tahun ini.
 Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam
Otoritas fiskal telah menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan No.744/KM.4/2020 terkait dengan
penetapan barang ekspor sumber daya alam (SDA) yang wajib memasukkan devisa hasil ekapor (DHE) ke
dalam sistem keuangan Indonesia.
Keputusan ini yang merupakan pelaksaan Pasal 3 ayat (3) PP No. 1/2019. Barang ekspor SDA yang wajib
memasukkan DHE ke dalam sistem keuangan Indonesia adalah pertama, 180 jenis pos tarif pertambangan
termasuk DHE dari ekspor batu bara dan nikel.
 SE Baru Soal Insentif Pajak
Dirjen Pajak menerbitkan petunjuk pelaksanaan yang baru atas PMK 86/2020 terkait dengan insentif pajak
untuk wajib pajak yang terdampak pandemi Covid-19.
Petunjuk pelaksanaan yang baru itu tertuang dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-47/PJ/2020. Beleid
ini dirilis sehubungan dengan telah diundangkan PMK 110/2020 yang merupakan perubahan atas PMK
86/2020.
 SE Baru Soal Pemungut PPN Produk Digital dalam PMSE
Dirjen Pajak merilis petunjuk pelaksanaan penunjukan pemungut pajak pertambahan nilai (PPN)
perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE)
Petunjuk pelaksanaan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No.SE-44/PJ/2020. Surat edaran
ini dimaksudkan untuk memberi pedoman dalam penunjukan pemungut PPN PMSE yang sebelumnya
telah diatur dalam PMK 48/2020 dan Peraturan Dirjen Pajak No.PER-12/PJ/2020.
 Pajak Transaksi Elektronik
Implementasi konsep significant economic presence dalam pengenaan pajak penghasilan (PPh) ataupun
pajak transaksi elektronik (PTE) yang dimuat dalam Undang-Undang (UU) No.2 Tahun 2020 akan tetap
menghormati kesepakatan dalam perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B).
INSENTIF PERPAJAKAN
Pemerintah memberikan Stimulus Fiskal Jilid II untuk menjaga stabilitas daya beli masyarakat dan
produktivitas sektor industri tertentu dalam mengurangi dampak wabah COVID-19.
Berikut adalah insentif-insentif perpajakan yang diberikan kepada Masyarakat, terkait dengan:
 PPh Pasal 21
Dengan adanya insentif ini, pegawai akan menerima penghasilan penuh tanpa ada potongan pajak.
 PPh Pasal 22
Jangka waktu pembebasan berlaku sejak tanggal SKB diterbitkan sampai dengan 31 Desember 2020.
 PPh Pasal 25
Pengurangan sebesar 50%
 PPN
yang menyampaikan SPT Masa PPN lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp5
miliar, tanpa persyaratan melaukan kegiatan tertentu seperti melakukan ekspor barang atau jasa kena
pajak, penyerahan kepada pemungut PPN, atau penyerahan yang tidak dipungut PPN.
 Fasilitas Pajak Alat Kesehatan dan Pendukungnya
 Insentif Pajak untuk UMKM
 Insentif untuk pembelian kembali Saham di Bursa Efek
 Serta insentif pajak lainnya.
KEBIJAKAN PERPAJAKAN
Pandemi COVID-19 telah berdampak terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan
penerimaan negara, dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan. Pemerintah berusaha melakukan
penyelamatan kesehatan dan perekonomian nasional, salah satunya dengan memberikan kebijakan pajak.
 Penurunan tarif PPh Badan secara bertahap
 Insentif PPh final Jasa Konstruksi
 Perlakuan Pajak Kegiatan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik
 Perpanjangan Jangka Waktu

Referensi:
https://accounting.binus.ac.id/2020/12/16/pemeriksaan-pajak-dalam-kondisi-pandemi-covid-19-dan-insentif-
pajak/

Anda mungkin juga menyukai