Anda di halaman 1dari 5

Pembahasan

Praktikum Biokimia klinis kali ini membahas mengenai pembuatan


filtrat darah bebas protein, penetapan kadar gula darah melalui metode
Follin-Wu dan penentuan kreatinin darah melalui metode Jaffe. Penetapan
kadar gula darah dan penentuan kadar kreatinin darah yaitu menggunakan
filtrat darah bebas protein yang telah dibuat sebelumnya.
Pembuatan filtrat darah adalah langkah awal dimana nantinya filtrat
ini akan digunakan untuk uji berbagai macam biokimia klinis, dalam hal ini
penetapan gula darah dan penentuan kadar kreatinin. Protein dalam darah
dapat mengganggu identifikasi komponen lain yang terdapat dalam darah
maka filtrat darah ini harus bebas protein agar mudah dalam penengujian
kadar komponen lain yang terdapat dalam darah. Pembuatan filtrat darah
bebas protein ini dilakukan dengan metode Follin-Wu yaitu menggunakan
bahan darah tikus,aquadest, Na tungstat 10%, H2SO4 2/3 N. Filtrat yang
dihasilkan berwarna bening. Pada proses pembuatan filtrat ini perlu
penambahan aquadest yang bertujuan untuk mengencerkan darah agar
darah tidak menggumpal. Sementara penambahan Na tungstat bertujuan
mengendapkan protein yang terlarut dalam air pembentukan asam tungstat.
Endapan terjadi akibat adanya kombinasi anion asam dengan bentuk
kationik dari protein. H2SO4 berfungsi sebagai katalisator untuk
mempercepat reaksi pengendapan protein oleh Na tungstat. Hasil filtrat
kemudian di uji dengan larutan CuSO4 0,1 N dan NaOH 10%, uji ini untuk
mengetahui apakah filtrat yang dihasilkan masih terdapat protein atau
tidak. Namun filtrat yang diperoleh tidak berwarna bening. Filtrat tersebut
kemudian di uji dengan larutan CuSO4 0,1 N dan NaOH 10% dan
menghasilkan warna biru, yaitu hasilnya negative. Pembebasan protein ini
dilakukan dengan tujuan, agar protein tidak mengganggu penetapan kadar
gula darah dan kreatinin. Filtrat yang dihasilkan bebas dari protein dapat
digunakan untuk penetapan gula darah dan kreatinin.
Uji penetapan kadar gula dalam darah, yaitu dengan membuat larutan
uji, larutan standar dan larutan blanko. Masing-masing filtrat, standar
glukosa, aquadest, dicampurkan dengan tembaga alkalis (Cu2O).
Selanjutnya masing-masing larutan dipanaskan selama 8 menit dalam air
100 0C kemudian di dinginkan selama 3 menit. Pemanasan ini berfungsi
untuk menambah laju reaksi Cu2O, sementara pendinginan dimaksudkan
untuk menghentikan laju reaksi dari Cu2O itu sendiri. Usai pendinginan,
masing-masing larutan uji, blanko dan standar ditambahkan 2 ml asam
fosfomolibdat lalu diencerkan hingga 25 ml yang selanjutnya dibaca pada
alat spektrofotometer UV – Vis 420 nm. Spektrofotometri adalah salah satu
cara yang dapat digunakan dalam penentuan kadar glukosa dalam darah.
Metode yang digunakan untuk perhitungan kadar glukosa darah bergantung
pada kemampuan glukosa untuk mereduksi larutan tembaga alkali. Pada
penambahan tembaga Alkalis, ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula
menjadi kupro (Cu2+) dan mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida).
Pereaksi mengandung asam fosfomolibdat yang dapat membentuk
kompleks berwarna biru akibat adanya kombinasi tembaga tereduksi.
Dengan menambahkan pereaksi fosfomolibdat, kuprooksida melarut lagi
dan warna larutan akan berubah menjadi biru kehijauan disebabkan oleh
adanya oksidasi Mo. Intensitas warna larutan adalah ukuran banyaknya
gula yang ada di dalam filtrat. Namun metode ini memiliki kerugian, yaitu
warna berangsur-angsur memudar dibandingkan dengan larutan standar
glukosa dengan perlakuan yang sama. Gula darah merupakan istilah yang
mengacu pada tingkat glukosa dalam darah. Konsentrasi dalam darah atau
tingkat glukosa serum diatur dengan ketat dalam tubuh. Glukosa yang
dialirkan melalui darah adalah sumber energi utama untuk selsel tubuh.
Dari hasil kadar glukosa yang didapat adalah 72,72 mg/dl hal ini
menunjukkan bahwa kadar gula darah dalam keadaan normal. Sampel
darah yang dipakai ialah darah manusia. produk utama pencernaan
karbohidrat dan gula sirkulasi utama adalah glukosa. Dalam darah vena
perifer, kadar normal glukosa plasma saat puasa adalah 70 – 110 mg/dl.
Dalam darah arteri, kadar glukosa plasma adalah 15-30 mg/dl (Ganong,
2008).

Pada pengujian kreatinin Seperti yang diketahui kreatinin merupakan


produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi di otot yang
merupakan zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya
sudah tidak berfungsi dengan normal. Sejumlah besar kreatinin yang
terdapat dalam sirkulasi darah akan ditapis keluar bersama dengan urin, dan
tidak diserap kembali ke dalam darah. Kreatin adalah asam organik
bernitrogen yang terdapat secara alami di dalam hewan vertebrata. Kreatin
dapat membantu menyediakan cadangan energi bagi jaringan otot dan
saraf. Penetapak kiadar kreatini dapat dijadikan acuan untuk mengetahui
CGF ginjal.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi kreatinin adalah dengan
metode jaffe prinsipnya adalah reaksi antara keatinin dengan pikrat dalam
suasana basa, membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna jingga dan
diukur menggunakan spektrofotometer visible pada 520nm. Metode
spektrofotometer ini berdasarkan absorban yang diserap oleh kreatinin
pikrat sehingga kadarnya akan diperiksa. Pada dasarnya hal yang dilakukan
sama dengan uji gukosa darah yang membedaannya pada uji ini tidak
menggunakan tembaga alkalis (Cu2O) tapi menggunakan larutan pikrat
alkalis, yang berperan untuk mengikat kreatinin secara tautometer sehingga
menciptakan warna merah yang dapat dideteksi pada alat spektro UV-Vis.
Pada panjang gelombang 520 kadar kreatinin yang didapat ialah -2,26
mg/dl. Pada praktikum kali ini diperoleh kadar kreatinin darah yaitu 0,7 –
1,5 mg/dl. Sementara kadar normal kreatinin berkisar 0.8-1.5 mg/dl.
Sehingga dapat diketahui bahwa kadar kreatinin darah kurang dari batas
normal. Kreatinin sendiri biasanya digunakan untuk mengidentifikasi
adanya penyakit ginjal jika jumlahnya berlebihan dalam darah. Kreatinin
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit
ginjal dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Kadar
kreatin dalam darah tergantung dari asupan makanan dan air yang
dikonsumsi, kadar kreatin tinggi menunjukkan terjadinya kerusakan salah
satu organ tubuh, yakni ginjal yang berperan dalam proses metabolisme.

Anda mungkin juga menyukai