SUPERVISI MENEJERIAL
Disusun oleh :
Masngut : 181210107
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji bagi Allah tuhan semesta alam dan sholawat teriring salam kita
sanjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya menuju era
ke Islaman. Terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada bapak dosen Dr. H. Subandi,
MM. Selaku pengampu mata kuliah Supervisi Pendidikan dan tidak lupa kepada kawan-kawan
sekalian yang telah berkontribusi dalam penyusunannya makalah ini dengan judul “Bentuk
Agama”.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah
Perbandingan Agama di Institut Agama Islam Ma’arif Nahdlotul ‘Ulama (IAIM NU), Dan masih
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini karena sejatinya kami hanyalah manusia biasa
yang jauh dari kata sempurna. maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca, dosen, dan kawan-kawan sekalian. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Metro,……………… 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
B. Bentuk Bentuk Agama
A. Kesimpulan
B. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan atau perintah dari kehidupan. Banyak
agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna
hidup dan atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka
tentang sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang
disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang apa
yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktek agama
juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi,
pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa,
musik, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin
mengandung mitologi.
Di dunia ini sesuai dengan realita yang ada Tuhan menurunkan berbagai macam agama dan
manusia bebas untuk memilh agama-agama yang ada namun pada dasarnya semua agama
bertujuan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa. Namun ada juga diantara manusia yang
menyatakan bahwa dirinya tidak percaya terhadap tuhan yang disebut atheis.
Untuk membantu memahami prihal agama dan bentuk-bentunya itulah pemakalah membuat
makalah dengan judul “Agama dan Bentuk-Bentuk Agama” disamping untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam.
Dari latar belakang tersebut maka kelompok kami menentukan beberapa rumusan masalah
dalam pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut
PENDAHLUANU
Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan
sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang
mencakup :
1) Perencanaan,
2) Koordinasi,
3) Pelaksanaan,
4) Penilaian, lainnya.
5) Pengembangan kompetensi sdm kependidikan dan sumberdaya
Sasaran Supervisi Manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya
dalam mengelola administrasi pendidikan seperti:
1) Administrasi kurikulum,
2) Administrasi keuangan,
3) Administrasi sarana prasarana/perlengkapan,
4) Administrasi personal atau ketenagaan,
5) Administrasi kesiswaan,
6) Administrasi hubungan sekolah dan masyarakat,
7) Administrasi budaya dan lingkungan sekolah, serta
8) Aspek-aspek administrasi lainnya (administrasi persuratan dan pengarsipan) dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam rangka
membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu
dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua
aspek yakni: manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitikberatkan pada
pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai
pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Sementara supervisi akademik
menitikberatkan pada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademik, berupa pembelajaran
baik di dalam maupun di luar kelas.[1]
B. Prinsip-Prinsip Manajerial
Pengawas harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana ia bertindak sebagai atasan dan
kepala sekolah/guru sebagai bawahan.
Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan
kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal
Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat sambilan
yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan
Program supervisi harus integral. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-
macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan
Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan.
Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsi pengawasan.
Membantu kepala sekolah dalam menyusun indikator keberhasilan mutu pendidikan di sekolah.
Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya.
Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya sesuai
dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada guru dan kepala sekolah.
1. Konseptor yaitu menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah;
2. Programer yaitu menyusun program kepengawasan berdasarkan visi, misi,tujuan, dan
program pendidikan di sekolah/madrasah;
3. Komposer yaitu menyusun metode kerja dan instrumen kepengawasan yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas di sekolah/madrasah;
4. Reporter yaitu melaporkan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk
perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah/madrasah;
5. Builder yaitu:
a) membina kepala sekolah/madrasah dalam pengelolaan (manajemen) dan administrasi
sekolah/madrasah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di
sekolah/madrasah
b) membina guru dan kepala sekolah/madrasah dalam melaksanakan bimbingan
konseling di sekolah/madrasah;
6. Supporter yaitu mendorong guru dan kepala sekolah/madrasah dalam merefleksikan
hasil-hasil yang dicapai untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam
melaksanakan tugas pokoknya di sekolah/madrasah;
7. Observer yaitu memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah/madrasah;
8. User yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk membantu kepala sekolah dalam
menyiapkan akreditasi sekolah.
Metode utama yang harus dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam supervisi
manajerial tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.
a. Monitoring/Pengawasan
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang
telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan
program (Rochiat, 2008: 115). Monitoring lebih berpusat pada pengontrolan selama program
berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah
atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang
dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan dijalankan dalam Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus
melengkapi diri de- ngan parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah
yang harus diamati dan dinilai.
b. Evaluasi
Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pemberdayaan dan partisipasi, maka
judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau
mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan
pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah
dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor
penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Peran pengawas dalam hal ini
adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan
masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
3. Metode Delphi
Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam susunan kalimat “yang bagus”,
tanpa dilandasi oleh filosofi dan pendalaman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi
tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk
mencapainya.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa
memandang faktor-faktor status yang sering menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau
musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas
pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya
didominasi oleh orang-orang tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya
peserta hanya akan menjadi pendengar yang pasif.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika hendak
mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-langkahnya menurut Gorton
(1976: 26-27) adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan hendak
dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah;
d. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan
urutan prioritasnya.
e. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir
prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya. [4]
4. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas dalam
melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan
beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah.
Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat
diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis
lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop
tentang pengembangan KTSP, sistem ddministrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan
sebagainya.
Kompetensi Manajerial
7. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya.
8. Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya
sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku
10. Mendorong guru dan kepala sekolah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam
melaksanakan tugas pokoknya.
11. Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada guru dan kepala sekolah
12. Memantau pelaksanaan inovasi dan kebijakan pendidikan pada sekolah-sekolah binaannya.
[5]
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan pengawas sangat strategik di dalam
melakukan fungsi supervisi manajerial di sekolah/madrasah. Sebagai supervisor manajerial, ia
dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan di bidang manajemen dan
leadership sehingga ia dapat memainkan peranan dan fungsinya dalam membantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola sumberdaya sekolah/madrasah secara efisien dan efektif.
Seorang pengawas juga harus dapat memainkan peranan dan fungsinya di dalam membina
kepala sekolah/madrasah untuk mampu membawa berbagai perubahan di sekolah/madrasah.
DAFTAR PUSTAKA
Sahertian,Piet A. Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi. Jakarta : Rineka Cipta. 2008
[1] Akhmad Sudrajat, Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial, (Jakarta : Musyawarah kerja
pengawas, 2009), http//depdiknas, diakses tanggal 23 Maret 2014.
[2] Ibid.,
[3] Piet A.Sahertian, Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), 52.
[4] Surya Dharma, Jurnal Tenaga Kependidikan Vol. 3, No. 1, April 2008.