Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

SELINTAS SEJARAH INDONESIA MASA KERAJAAN, PENJAJAHAN,


KEMERDEKAAN, DAN REVOLUSI FISIK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
Diampu oleh :
Ridwan Santoso M.Pd.

Disusun oleh :
Danisa Indah Pratiwi (21812141012)
Puspita Maharani (21812141016)
Dhimas Sadam Saputro (21812144032)
Nadila Rizki Azzahra (21812144041)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT, atas segala limpah
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sejarah Indonesia” ini. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu oleh Bapak Ridwan Santoso M.Pd.
Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kita tentang macam-macam kebenaran
dan tinjauan ciri ilmiah yang terdapat dalam Pancasila bagi pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ridwan Santoso M.Pd selaku dosen
mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini dan juga pihak-pihak
yang telah memberikan sumbangan baik berupa pikiran maupun materi.
Makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta. 25 September 2021

Penulis
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. MASA KERAJAAN ....................................................................................................... 3

B. MASA PENJAJAHAN ................................................................................................. 33

C. MASA KEMERDEKAAN ........................................................................................... 43

D. MASA REVOLUSI FISIK ........................................................................................... 48

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 49

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 49

B. Saran ............................................................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 50

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang adanya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diawali dengan
dijatuhkannya bom atom pertama oleh tentara Amerika Serikat pada tanggal 6 Agustus 1945
di kota Hiroshima di Jepang. Pada tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua dijatuhkan
kembali oleh tentara Amerika Serikat di kota Nagasaki Jepang. Hal ini yang menyebabkan
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu yang diketuai oleh Amerika Serikat. Pada saat
itulah kesempatan dipergunakan oleh para pejuang bangsa Indonesia terlepas dari belenggu
penjajahan Jepang. Namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan pendapat diantara para
pejuang muda dengan para pejuang golongan tua. Pejuang golongan tua tidak ingin terburu-
buru karena para pejuang golongan tua tidak ingin ada pertumpahan darah pada saat
proklamasi. Setelah terjadi perdebatan yang hebat antara pejuang golongan muda dengan
pejuang golongan tua, maka di kediaman Laksamana Maeda para pejuang kemerdekaan
melakukan rapat semalam suntuk untuk mempersiapkan teks Proklamasi. Dalam rapat
tersebut dihasilkanlah konsep naskah proklamasi dan telah disepakati konsep Soekarnolah
yang diterima, kemudian disalin dan diketik oleh Sayuti Melik, dan pagi harinya tanggal 17
Agustus 1945 berhubung alasan keamanan pembacaan teks proklamasi dilakukan kediaman
Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (sekarang menjadi Jalan Proklamasi
No.1). Tepat pada jam 10 pagi waktu Indonesia 3 bagian barat hari Jum’at Legi, Soekarno
yang didampingi oleh Moh. Hatta membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Melakukan penelitian harus menggunakan perumusan masalah, untuk mempermudah
penulis dalam pelaksanaannya. Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di rumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah rumusan materi sejarah Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya?
2. Bagaimanakah pelaksanaan perjuangan sejarah Indonesia sampai kemerdekaan Indonesia
dalam materi yang dibuat oleh kelompok 4 pada mata kuliah Pancasila?
3. Bagaimanakah kesenjangan materi sejarah sampai kemerdekaan Indonesia?

1
C. Tujuan
Penelitian yang dibuat pasti memiliki tujuan, termasuk penelitian ini. Tujuan
penelitian berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti. Masalah yang
akan diteliti dapat dirumuskan secara terarah apabila ada tujuan penelitian. Tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan rumusan materi sejarah sampai kemerdekaan Indonesia pada mata
kuliah Pancasila.
2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan bagaimana kita menghargai dan mempertahankan nilai
Pancasila dan sejarah kemerdekaan Indonesia.
3. Untuk mendeskripsikan kesenjangan rumusan materi dan pelaksanaan sejarah kemerdekaan
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. MASA KERAJAAN
MASA HINDU BUDHA
Persebaran Pengaruh Agama Hindu Buddha ke Indonesia
Masuknya agama Hindu Budha ke Indonesia secara pasti belum diketahui. Tetapi pada
tahun 400 M dipastikan agama Hindu Budha telah berkembang di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan penemuan prasasti pada Yupa di Kalimantan Timur. Prasasti tersebut
menunjukkan bahwa telah berkembang kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dengan adanya
kerajaan pada tahun 400 M, berarti agama Hindu Budha masuk ke Indonesia sebelum tahun
tersebut. Terdapat beberapa pendapat atau teori tentang pembawa agama Hindu Budha ke
Indonesia. Teori-teori itu adalah sebagai berikut .
a. Teori Brahmana, menyatakan bahwa penyebaran pengaruh Hindu ke Indonesia
dibawa kaum Brahmana.
b. Teori ksatria, menyatakan bahwa penyebar pengaruh Hindu ke Indonesia adalah
orang-orang India yang berkasta ksatria. Di Indonesia mereka kemudian mendirikan
kerajaan-kerajaan serta menyebarkan agama Hindu.
c. Teori Waisya, menyatakan bahwa penyebar agama Hindu ke Indonesia adalah orang-
orang india yang berkasta Waisya. Para penyebaran pengaruh Hindu itu terdiri atas
para pedagang dari India.
d. Teori Arus Balik, menyatakan bahwa para penyebar pengaruh Hindu ke Indonesia
adalah orang-orang Indonesia sendiri. Mereka mula-mula diundang atau datang
sendiri ke India untuk belajar Hindu. Setelah mengusai ilmu tentang agama Hindu,
mereka kemudian kembali ke Indonesia dan menyebarkan pengaruh Hindu di
Indonesia.
Keempat teori tentang penyebaran agama Hindu ke indonesia tersebut masing-masing
memiliki kebenaran dan kelemahannya. Kaum Ksatria dan Waisya, tidak memiliki
kemampuan menguasai Kitab Suci Weda. Sementara kaum Brahmana tidak dibebani untuk
menyebarkan agama Hindu walaupun mereka dapat membaca kitab suci Weda. Kaum
Brahmanapun memiliki pantangan menyeberangi laut. Yang paling mungkin adalah, orang-
orang Indonesia datang belajar ke India untuk mempelajari agama Hindu, kemudian
merekalah yang menyebarkan agama tersebut ke Indonesia. Penyebaran ini menjadi lebih

3
efektif, karena orang-orang Indonesia jauh lebih memahami mengenai kondisi sosial, adat
dan budaya negerinya sendiri.
Kerajaan Hindu Budha
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai adalah kerajaan bercorak Hindu yang merupakan tertua dalam sejarah
Nusantara yang berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini berada di Muara Kaman,
Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Berikut adalah daftar raja
Kutai
a. Maharaja Kudungga, Gelar Anumerta Dewawarman (pendiri)
b. Maharaja Asmawarman (anak Kudungga)
c. Maharaja Mulamarwan (anak Asmawarman)
d. Maharaja Marawijaya Warman
e. Maharaja Gajayana Warman
f. Maharaja Tungga Warwan
g. Maharaja Jayanaga Warman
h. Maharaja Nalasinga Warman
i. Maharaja Nala Parana Tungga Warman
j. Maharaja Gadingga Warman Dewa
k. Maharaja Indra Warman Dewa
l. Maharaja Sangga Warwan Dewa
m. Maharaja Candrawarman
n. Maharaja Sri Langka Dewa Warman
o. Maharaja Guna Parana Dewa Warman
p. Maharaja Wijaya Warman
q. Maharaja Sri Aji Dewa Warman
r. Maharaja Mulia Putera Warman
s. Maharaja Nala Pandita Warman
t. Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
u. Maharaja Dharma Setia Warman
Peninggalan Kerajaan Kutai adalah 7 buah yupa, salah satu yupa tersebut
menjelaskan karena kedermawannya bahwa raja yang memerintah kerajaa Kutai saat
itu adalah Mulawarman yang menyedekahkan 1000 ekor lembu kepada Brahmana
dari India sebagai penghormatan atas jalinan pertemanan antara kerajaan Kutai
dengan para Brahmana.
4
Dari aspek ekonomi kerajaan ini merupakan tempat persinggahan para oedagang
asing karen akerajaan ini terletak di antara selat malaka yang merupakan jalur
persinggahan para pedagang asing untuk menjual barang dagangannya.
Dari kondisi sosial budaya diperkirakan masyarakat kuatai hidup bercocok tanam
dan beternak. Masyarakat juga sudah mengenal gotong royong ini dibuktikan adanya
upacara keagamaan di tempat suci Waprakiswara dan pembuatan tugu peringatan
seperti yupa.
Agama yang berkembang di Kutai adalah agama Hindu Siwa. Ini dapat dilihat
dari adanya tempat suci Waprakiswara dan agama Hindu yang datang di Kutai
berasal dari India Selatan dibuktikan dengan prasasti memakai huruf pallawa dan
penggunaan nama berakhiran warman.
Kejayaan kerajaan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman sesuai dengan isi
prasasti yupa. Wilayah kekuasaanya hampr seluruh wilayah Kalimantan Timur Selain
itu kerajaan Kutai berhasil mensejahterakan kehidupan rakyatnya.
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia
tewas dalam peperangan ditangan Raja Kutai Kartanegara ke-13 yaitu Pangeran
Anum Panji Mendapa.

2. Kerajaan Tarumanegara
Bedasarkan naskah Wangsakerta dari Cirebon, diketahui bahwa Kerajaan
Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman sekitar tahun 358-450
M. kerajaan ini awalnya bermula dari sebuah kerajaan kecil ditepi sungai Gomati dan
Candrabaga atau saat ini kita kenal dengan daerah Bekasi. Berikut adalah daftar Raja
Kerajaan Tarumanegara :
a. Jayasingawarman (358-382 M)
b. Dharmayawarman (382-395 M)
c. Purnawarman (395-434 M)
d. Wisnuwarman (434-455 M)
e. Indrawarman (455-515 M)
f. Candrawarman (515-535 M
g. Suryawarman (535-561 M)
h. Kertawarman (561-628 M)
i. Sudhawarman (628-639 M)
j. Hariwangsawarman (639-640 M)
5
k. Nagajayawarman (640-666 M)
l. Linggawarman (666-669 M)
m. Tarusbawa (669-670 M)
Berikut adalah peninggalan kerajaan Tarumanegara :
a. Prasa
b. Prastasti Ciaruteun atau Prasasti Ciampea
Pada prasasti yang ditemukan di Sungai Ciaruteun ini terdapat lukisan laba-
laba serta telapak kaki Raja Purnawarman, yang diibaratkan kaki Dewa
Wisnu.
c. Prasasti Jambu atau Prasasti Koleangkak
Prasasti ditemukan di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung,
Kecamatan Leuwiliang. Pada prasasti ini juga berukir sepasang telapak kaki
dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris.
d. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi dibuat sekitar 400 M dan ditemukan di perkebunan kopi
milik Jonathan Rig di Ciampea, Bogor. Pada prasasti ini terdapat gambar
bekas tapak kaki gajah sang raja.
e. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta
Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang dan isinya
paling panjang di antara peninggalan yang lain. Isi Prasasti Tugu menyatakan
letak ibu kota Kerajaan Tarumanegara dan menerangkan penggalian Sungai
Cabdrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian saluran (sungai) yang
bernama Gomati yang panjangnya 11-12 km oleh Purnawarman. Penggalian
ini dimaksudkan untuk menghindari bencana alam berupa banjir dan
kekeringan yang terjadi di musim kemarau.
f. Prasasti Cidanghiang atau Prasasti Lebak
Prasasti ini ditemukan di Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang,
Pandeglang, Banten. Isi Prasasti Cidanghiang berupa pujian kepada
Purnawarman sebagai panji seluruh raja, keberanian, keagungan, dan
keperwiraan sesungguhnya dari seluruh raja dunia.
g. Prasasti Muara Cianten
Prasasti ini pertama kali ditemukan oleh N. W. Hoepermans pada 1864
di tepi Sungai Cisadane. Berikut ini isi Prasasti Muara Cianten. "Ini tanda
6
ucapak Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5)
pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.
h. Prasasti Pasir Awi
Prasasti yang dipahat pada batu alam ini juga ditemukan oleh N. W.
Hoepermans pada 1864. Namun, lokasinya berada di kawasan hutan
perbukitan Cipamingkis, Kabupaten Bogor. Prasasti Pasir Awi berpahatkan
gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara)
serta gambar sepasang telapak kaki.
i. Arca Rajasari
Arca Rajasari termasuk arca tua yang tidak diketahui secara pasti
lokasi penemuannya yang asli. Namun, arca ini diperkirakan ditemukan di
daerah Jakarta. Arca Rajasari menggambarkan tentang Raja Purnawarman
yang memiliki sifat seperti Dewa Wisnu.
j. Arca Wisnu Cibuaya
Arca yang berasal dari abad ke-7 ini dianggap dapat melengkapi
prasasti-prasasti peninggalan Purnawarman. Hal ini membuktikan adanya
aliran seni di Jawa Barat. Arca Wisnu Cibuaya I mempunyai persamaan
dengan arca yang ditemukan di Semenanjung Melayu, Siam, dan Kamboja.
Selain itu, arca ini juga mempunyai persamaan dengan langgam seni Pallawa
dari India Selatan.
k. Arca Wisnu Cibuaya II Arca Wisnu Cibuaya II
Diyakini berusia sangat tua karena persamaan yang ditemukan dengan
arca Seni Pala pada abad ke-7 dan 8.
l. Kompleks Percandian Batujaya
Terletakdi Karawang, Jawa Barat, yang diperkirakan peninggalan
Kerajaan Tarumanegara. Kompleks percandian ini terletak di Desa Segaran,
Kecamatan Batujaya dan Desa Telukbuyung, Kecamatan Pakisjaya,
Kabupaten Karawang. Di kompleks ini, terdapat sekitar 62 situs candi yang
terletak di tengah-tengah sawah dan dekat permukiman penduduk.
Agama Hindu yang berkembang di Tarumanegara adalah Hindu Brahmana,
pendapat ini didasarkan adanya pemberian 1000 ekor lembu dari Purnawarman
kepada para Brahmana.
Masa kejayaan Taruma negara mengalami masa kejayaan atu keemasan hanya
sekitar 3 generasi dari awal pembentukannya. Pada masa kepemimpinan raja ketiga
7
Purnawarman Kerajaan Tarumanegara berhasil mencapai masa kejayaan dengan
memperluas wilayah kerajaan melalui ekspansi ke kerajaan kecil disekitar
kekuasaannya dan membangun berbagai insfrastruktur yang mendukung
perekonomian.Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara tidak diketahui secara pasti,
namun bila kita mau menilik isi prasasti Kota Kapur dari Sriwijaya yang
menyebutkan bahwa Sriwijaya berperang dengan bumi Jawa yaitu Tarumanegara
karena tidak taat kepada Sriwijaya.

3. Kerajaan Holing/Kalingga
Diperkirakan berdiri pada abad 6 hingga 7. Belum diketahui secara pasti letak
kerajaan ini tetapi, salah satu tempat yang dicurigai menjadi lokasi kerajaan ini adalah
Pekalongan dan Jepara. Bukti-bukti yang menyebutkan keberadaannya lebih banyak
berasal dari Tiongkok, salah satunya berasal dari pendeta bernama Hwi-ning yang
mengunjungi Kerajaan Kalingga pada 664-667 M.
Raja-raja Kerajaan Kalingga
a. Prabhu Wasumurti (594-605 M)
b. Prabhu Wasugeni (605-632 M)
c. Prabhu Wasudewa (632-652 M)
d. Prabhu Wasukawi (652 M)
e. Prabhu Kirathasingha (632-648 M)
f. Prabhu Kartikeyasingha (648-674 M)
g. Ratu Shima (674-695 M)
Peninggalan
a. Prasasti Tuk Mas
b. Prasasti Sojomerto
c. Candi Angin
d. Candi Bubrah
e. Situs Puncak Songolikur Gunung Muria
Kehidupan masyarakat kerajaan ini sudah mengenal perdagangan pada suatau
tempat yang disebut pasar. Kegiatan mereka antara lain bercocok tanam, menghasilkan
kulit penyu, emas, perak, culak badak dan gading. Mayoritas masyarakatnya memeluk
agama Budha begitu juga dengan kebudayaannya banyak dipengaruhi oleh budaya
India. Kerajaan Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha. Holing memiliki
seorang pendeta yang bernama Jnanabhadra.
8
Masa kejayaan kerajaan Holing pada saat pemerintahan Ratu Shima.
Masyarakat hidup dengan tentram dan makmur. Masa keruntuhan kerajaan ini pada
saar mendapat tantangan dari kerajaan Sriwijaya yang akhirnya perdagangan dikuasai
oleh Sriwijaya.

4. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha Mahayana yang
didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada abad ke-7. Kerajaan Sriwijaya
terletak di tepian Sungai Musi, di daerah Palembang, Sumatera Selatan. Berikut
daftar Raja Kerajaan Sriwijaya :
a. Dapunta Hyang Sri Jayanaga (683 M).
Selama masa pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang Sri Jayanaga telah
menuliskan Prasasti Keduka Bukit , Talang Tuo (684 M), dan Kota Kapur. Selain
itu, Dapunta Hyang Sri Jayanaga juga menaklukkan Kerajaan Melayu dan
Tarumanegara.
b. Indravarman (702 M).
Selama masa kepemimpinan Indravarman, dikirim utusan ke Tiongkok pada
702-716 M,dan 724 M.
c. Rudra Vikraman atau Lieou-t`eng-wei-kong (728 M).
Selama masa kepemimpinan Rudra Vikraman, dikirim utusan ke Tiongkok
pada 728-748 M.
d. Dharmasetu (790 M).
e. Wisnu (795 M)
Dengan gelar Sarwarimadawimathana yang artinya pembunuh musuh-musuh
yang sombong tiada bersisa (775 M). Selama kepemimpinannya, Raja Wisnu
memulai pembangunan Candi Borobudur pada 770 M dan menaklukkan Kamboja
Selatan.
f. Samaratungga (792 M).
Selama kepemimpinan Raja Samaratungga, Sriwijaya kehilangan daerah
taklukannya di Kamboja Selatan pada 802 M.
g. Balaputra Sri Kaluhunan (Balaputradewa) (835 M).
Raja ini memerintahkan pembuatan biara untuk Kerajaan Cola di India dengan
meninggalkan Prasasti Nalanda.

9
h. Sri Udayadityawarman (960 M).
Selama kepemimpinannya, Raja Sri Udayadityawarman mengirimkan utusan
keTiongkok pada 960 M.
i. Sri Wuja atau Sri Udayadityan (961 M).
Selama kepemimpinannya, Raja Sri Udayadityan mengirimkan utusan ke
Tiongkok pada 961-962 M.
j. Hsiae-she (980 M).
Selama kepemimpinannya, Raja Hsiae-she mengirimkan utusan ke Tiongkok
pada 980-983 M.
k. Sri Cudamaniwarmadewa (988 M).
Saat beliau memerintah, terjadi penyerangan dari Jawa.
l. Sri Marawijayottunggawarman (1008 M).
Selama kepemimpinannya, Raja Sri Marawijayottunggawarman mengirimkan
utusan ke Tiongkok pada 1008 M.
m. Sumatrabhumi (1017 M)
Selama kepemimpinannya, Raja Sumatrabhumi mengirimkan utusan ke
Tiongkok pada 1017 M
n. Sri Sanggramawijayottunggawarman (1025).
Selama kepemimpinan Raja Sri Sanggramawijayottunggawarman, Sriwijaya
dapat dikalahkan oleh Kerajaan Cola dan sang raja sempat ditawan.
o. Sri Deva (1028 M).
Selama kepemimpinannya, Raja Sri Deva mengirimkan utusan ke Tiongkok
pada 1028 M.
p. Dharmavira (1064 M)
q. Sri Maharaja (1156 M)
Selama kepemimpinannya, Raja Sri Maharaja mengirimkan utusan ke
Tiongkok pada 1156 M.
r. Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva (1178 M)
Selama kepemimpinannya, Raja Trailokaraja Maulibhusana
Varmadevamengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1178 M.
Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti. Prasasti-
prasasti itu ditulis dengan huruf Pallawa. Bahasa yang dipakai Melayu Kuno.
Beberapa prasasti itu antara lain sebagai berikut.

10
a. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat
Palembang. Prasasti ini berangka tahun 605 Saka (683 M). Isinya antara lain
menerangkan bahwa seorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan
suci (siddhayatra) dengan menggunakan perahu. Ia berangkat dari
Minangatamwan dengan membawa tentara 20.000 personel.
b. Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah
Talang Tuo. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (684 M). Isinya menyebutkan
tentang pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra. Taman ini dibuat oleh
Dapunta Hyang Sri Jayanaga.
c. Prasasti Telaga Batu Prasasti
Telaga Batu ditemukan di Palembang. Prasasti ini tidak berangka tahun.
Isinya terutama tentang kutukan yang menakutkan bagi mereka yang berbuat
kejahatan.
d. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka, berangka tahun 608 Saka
(656 M). Isinya terutama permintaan kepada para dewa untuk menjaga kedatuan
Sriwijaya, dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat.
e. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi, berangka tahun 608 saka (686
M). Isinya sama dengan isi Prasasti Kota Kapur.Beberapa prasasti yang lain, yakni
Prasasti Ligor berangka tahun 775 M ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu,
dan Prasasti Nalanda di India Timur.
Dari aspek ekonomi membangun hubungan dagang dengan pedagang asing
dan pedagang daerah untuk memenuhi kas kerajaan. Sebagai pusat pengajaran
Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-
negara di Asia. Antara lain pendeta dari tiongkok 1 Tsing, yang melakukan
kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, 1ndia,
pada tahun 671 dan 695, serta di abad ke11, Atisha" seorang sarjana Buddha asal
Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet. 1
Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga
menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini
menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran
11
Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di
Sriwijaya.
Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada masa Dapunta Hyang Sri Jayanaga.
Selama memerintah, kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai semua wilayah kerajaan
yang meliputi hampir seluruh Asia Tenggara. Bahkan terkenal dengan armada laut
paling kuat dalam sejarah bangsa Indonesia. Adapun keruntuhan kerajaan Sriwijaya
sebagai berikut:
a. Keadaan geografis Kerajaan Sriwijaya berubah karena adanya perubahan
lingkungan. Aliran Sungai Musi, Ogan dan Komering banyak membawa lumpur
yang mengakibatkan wilayah Kerajaan Sriwijaya tidak lagi dekat dengan pantai
dan tidak strategis untuk perdagangan. space space
b. Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya banyak yang melepaskan diri.
c. Melemahnya angkatan laut Kerajaan Sriwijaya, mengakibatkan pengawasan
terhadap daerah kekuasaan semakin sulit.
d. Banyaknya serangan dari kerajaan - kerajaan lainnya. Seperti, serangan dari
Kerajaan Cola pada tahun 1017 M, terjadinya Ekspedisi Pamalayu yang
dilakukan Raja Kertanegara dari Singosari pada tahun 1275 M serta serangan
dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1377 M.

5. Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah bagian Utara (Dinasti
Sanjaya) dan Jawa Tengah bagian selatan (Dinasti Syailendra). Berikut adalah raja-
raja Mataram Kuno:
Periode Jawa Tengah
a. Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
b. Rakai Panangkaran (760-780 M)
c. Rakai Panunggalan alias Dharanindra (780-800 M)
d. Rakai Warak alias Samaragrawira (800-820 M)
e. Rakai Garung alias Samaratungga (820-840 M)
f. Rakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani (840-856 M)
g. Rakai Kayuwani alias Dyah Lokapala (856-882 M)
h. Rakai Watuhumalang (882-899 M)
i. Rakai Watukura Dyah Balitung (898-915 M)
j. Mpu Daksa (915-919 M)
12
k. Rakai Layang Dyah Tulodong (919-924 M)
l. Rakai Sumba Dyah Wawa (924 M)
Periode Jawa Timur
m. Rakai Hino Sri Isana alias Mpu Sindok (929-947 M)
n. Sri Lokapala dan Ratu Sri Isanatunggawijaya (sejak 947 M)
o. Makutawangsawardhana (hingga 985 M) Dharmawangsa Teguh (985-1007)
Pada 929 M, Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu
Sindok. Ada beberapa faktor kemungkinan yang mendorong perpindahan tersebut.
Pertama adalah faktor politik, yakni sering terjadinya perebutan kekuasaan yang
berimbas terhadap terancamnya kesatuan wilayah kerajaan ini. Kedua adalah faktor
bencana alam, yaitu peristiwa meletusnya Gunung Merapi. Faktor ketiga adalah
adanya potensi ancaman dari kerajaan lain, termasuk serangan dari Kerajaan
Sriwijaya. Sedangkan faktor keempat adalah motif keagamaan dan ekonomi,
termasuk ketiadaan pelabuhan yang membuat Kerajaan Mataram Kuno sulit menjalin
kerja dengankerajaanlain.
Setelah dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok yang kemudian bergelar Sri
Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa (929-947), Kerajaan
Mataram Kuno menempati pusat pemerintahan di daerah yang disebut Tamwlang.
Masa-masa berikutnya terjadi lagi perpindahan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram
Kuno periode Jawa Timur atau era Dinasti Isyana, yakni dipindahkan ke Watugaluh.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi
Dieng, Candi Gedong Songo, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Plaosan, Candi
Kalasan, Prasasti Canggal, Prasasti Mantyasih, Prasasti Kalasan, Prasasti Ratu Boko,
Prasasti Klurak
Agama yang mendominasi adalah agama Hindu dan Budha. Puncak kejayaan
pada masa Raja Indra yang berhasil mengembangkan mataram menjadi kerajaan
maritim bahkan menyaingi kerajaan Sriwiya. Untuk memperluas wilayahnya Raja Indra
melakukan perkawinan politik antara putranya yaitu Samaratungga dengan putri
Sriwijaya.
Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno ketika Dharmawangsa Teguh yang
merupakan cucu Mpu Sendok memimpin. Pada saat terjadi permusuhan dengan
Sriwijaya. Tercatat Sriwijaya pernah menggempur Mataram Kuno tetap pertempuran
tersebut dimenangkan oleh Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah melayangkan
serangan ke ibu kota Sriwijaya. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan dengan
13
putrinya, diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkiraka sekutu kerjaan
Sriwijaya.

6. Kerajaan Kediri (1042M -1222 M)


Kerajaan ini terletak di Kediri, Jawa Timur berpusat di Dahanapura (Daha),
yang menjadi bagian Kota Kediri sekarang.. Kerajaan Kediri berdiri pada abad ke-11,
atau lebih tepatnya pada 1045 M dengan Sri Samarawijaya sebagai raja pertamanya.
Berikut adalah daftar raja-raja kediri:
a. Raja Sri Samara Wijaya
b. Raja Bameswara
c. Raja Jayabaya
d. Raja Sri Saweswara
e. Raja Sri Aryeswara
f. Raja Sri Gandra
g. Raja Sri Kameswara
h. Raja Kertajaya
Raja Kediri membangun kerjasama dengan bagsa asing dan kerajaan daerah
untuk memperkuat kekuasaan kerajaannya dan bertujuan untuk memperluas
kekuasaannya dengan melalui kerjasama.
a. Prasasti Kamulan
Ditemukan di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Prasasti ini dibuat pada
masa pemerintahan Raja Kertajaya, pada 1194 Masehi.
b. Prasasti Jaring
Prasasti ini berisi tentang dikabulkannya segala keinginan penduduk Desa
Jaring oleh senopati Sarawajala. Prasasti Jaring ditemukan oleh Thomas Raffles di
daerah hutan Lodaya, Jawa Timur.
c. Prasasti Sirah Keting
Prasasti Sirah Keting dibuat pada 1104 Masehi. Ceritanya mengisahkan
tentang Raja Jayaswara yang menghadiahi rakyatnya tanah.
d. Prasasti Ngantang
Prasasti Ngantang berisi tentang pemberian dan pembebasan pajak tanah
oleh Raja Jayabaya untuk Desa Ngantang karena telah mengabdi pada Kerajaan

14
Kediri. Prasasti yang kini menjadi koleksi Museum Nasional ini ditulis pada 1194
Masehi.
e. Candi Penataran
Terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Di
sebelah selatan candi induk ini terdapat prasasti yang dikeluarkan oleh Raja
Srengga dari Kerajaan Kediri. Isi prasasti tersebut adalah tentang peresmian
sebuah perdikan untuk kepentingan Sira Paduka Batara Palah (Candi Penataran).
f. Candi Mirigambar
Candi Mirigambar lokasinya berada di daerah Sumbergempol, Tulungagung.
h. Candi Tondowongso dan Candi Gurah
i. Kitab Bharatayudha
Kitab Bharatayudha ditulis pada zaman Raja Jayabaya, untuk memberikan
gambaran terjadinya perang saudara antara Panjalu melawan Jenggala. Perang
saudara tersebut digambarkan dengan perang antara Kurawa dan Pandawa yang
masing-masing merupakan keturunan Barata. Kitab Bharatayudha adalah
karangan Mpu Tantular dan Mpu Panuluh.
j. Kitab Kresnayana
Kitab Kresnayana ditulis oleh Mpu Triguna pada masa pemerintahan Raja
Jayaswara. Kitab ini menceritakan tentang perkawinan antara Kresna dan Dewi
Rukmini.
k. Kitab Smaradahana
Kitab Smaradahana ditulis pada zaman Raja Kameswari oleh Mpu
Darmaja, yang terkenal dengan karyanya Cerita Panji. Isi kitab ini menceritakan
tentang sepasang suami istri, Smara dan Rati, yang menggoda Dewa Syiwa yang
sedang bertapa. Smara dan Rati akhirnya terkena kutukan dan mati terbakar oleh
api (dahana) karena kesaktian Dewa Syiwa. Akan tetapi, mereka dihidupkan
kembali dan menjelma sebagai Kameswara dan permaisurinya.
l. Kitab Lubdaka
Kitab Lubdaka ditulis oleh Mpu Tanakung pada zaman Raja Kameswara.
Kitab ini bercerita tentang seorang pemburu bernama Lubdaka yang mengadakan
pemujaan terhadap Dewa Syiwa sehingga rohnya yang semestinya masuk neraka
menjadi masuk surga.

15
m. Kitab Arjuna Wiwaha
Kitab Arjuna Wiwaha adalah karangan Mpu Kanwa yang isinya tentang
perkawinan antara Raja Airlangga dengan putri dari Kerajaan Sriwijaya. Kitab
peninggalan Kerajaan Kediri ini ditulis pada masa pemerintahan Prabu Airlangga.
n. Kitab Sumanasantaka karangan Mpu Monaguna dan Kitab Hariwangsa dan
Gatotkacasraya karangan Mpu Panuluh.
Kerjaan Kediri adalah kerajaan yang bercorak Hindu Wisnu. Puncak
kejayaan ketika masa pemerintahan Raja Jayabaya. Daerah kekuasaannya semakin
meluas selain itu sesi sastra yang ada di Kediri cukup mendapat perhatian. Dengan
demikian Kediri semakin disegani pada masa itu. Keruntuhan Kerajaan Kediri
pada Raja Kertaya yang terlibat perselisihan dengan Brahmana. Kemudian
Brahmana mencari perlindungan kepada Ken Arok yang waktu itu juga berselisih
dengan Kertajaya. Tahun 1922 Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya.
Dengan kekalahan Kertajaya maka berakhirlah riwayat Kerajaan Kediri.

7. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari berdiri pada 1222 M. Raja Kerajaan Singasari yang
pertama bernama Ken Arok yang memiliki gelar Sri Rajasa Bathara Amurwabhumi
sekaligus pendiri dari kerajaan Kediri. Kerajaan ini adalah kerajaan yang bercorak
Hindu. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singasari, Malang.
Daftar raja-raja Singsari yaitu Ken Arok (1222-1227 M),Anusapati (1227-1248 M),
Tohjaya (1248 M), Wisnuwardhana (1248-1272 M), Kertanegara (1272-1292 M).
Peninggalan Kerajaan Singasari :
a. Candi Kidal
b. Candi Singasari
c. Candi Jago
d. Candi Katang Lumbang
e. Candi Kangenan
f. Prasasti Singasari
g. Prasasti Malurung
Kerajaan Singasari benar-benar beruhah menjadi kerajaan besar dan kuat
semasa kepemimpinan Raja Kertangera. Hal tersebut dibuktikan dengan berhasilnya
Kerajaan Singasari tersebut dalam beberapa hal, yakni:

16
a. Expansi wilayah kekuasaan dan menjalin hubungan dengan luar negeri
b. Perkembangan pada sektor perdagangan dan pelayaran
c. Struktur pemerintahan Singasari yang kokoh
d. Pengiriman ekspedisi ke Sumatera yang terkenal dengan ekspedisi Pamalayu
(1275 M)
e. Perkembangan agama Hindu dan Buddha
f. Kekuasaan pada jalur dagang (selat Malaka-kepulauan Riau)
Singasari runtuh karena serangan Jayakatwang (raja bawahan Kertanegara)
tahun 1292. Waktu itu Kertanegara dan pembesar lainnya sedang mengadakan
upacara keagamaan. Sementara pasukan Singasari sedang mengadakan ekspedisi
pramalayu sehingga dengan mudah Singasari dikuasai musuh, Kertanegara wafat dan
dimakamkan di Candi Jawi sebagai Siwa Budha.

8. Kerajaan Bali
Terletak di pulau kecil yang tidak jauh dari Jawa Timur. Pusat kerajaannya
berada di sekitar Pejeng atau Bedulu, Kabupaten Gianyar, Bali. Pendiri Kerajaan Bali
adalah Sri Kesari Warmadewa dari Dinasti Warmadewa. Berikut adalah daftar Raja
Kerajaan Bali:
a. Sri Kesari Warmadewa (914 M)
b. Ugrasena (915-942 M)
c. Tabanendrawarmadewa (955-967 M)
d. Indrajayasingha Warmadewa (960 M)
e. Janasandhu Marwadewa (975 M)
f. Sri Wijaya Mahadewi (983 M)
g. Gunapriya Dharmapatni (989-1011 M)
h. Dharma Udayana Warmadewa (989-1011 M)
i. Sri Ajnadewi (1016 M)
j. Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja (1022-1025 M)
k. Airlangga (1025-1042 M)
l. Anak Wungsu (1049-1077 M)
m. Sri Maharaja (1079-1088 M)
n. Sri Maharaja Sakalendukirana Laksmidhara Wijayotunggadewi (1088-1101 M)
o. Sri Suradhipa (1115-1119 M)

17
Agama dan kepercayaan masyarakat Kerajaab Bali meskipun sangat terbuka
dalam menerima pengaruh dari luar, mereka tetap mempertahankan tradisi
kepercayaan nenek moyangnya. Saat Dinasti Warmadewa berkuasa, agama pertama
yang berkembang di Bali adalah Buddha. Barulah pada periode selanjutnya
rakyat Bali memeluk agama Hindu. Dengan demikian, di Bali dikenal ada penganut
agama Hindu, Budha dan kepercayaan animisme.
Peninggalan kerajaan Bali seperti Prasasti Panglapuan, Prasasti Gunung
Panulisan, Prasasti Blanjong, Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu, Candi
Padas di Gunung Kawi, Candi Mengening, Candi Wasan, Pura Agung Besakih.
Puncak kejayaan Kerajaan Bali pada saat Dharmodayaana naik tahta dengan
sistem pemerintahan yang semakin jelas dari pada sebelumnya. Memeperkuat
hubungan dengan mengawinkan Dharma Udayana dengan Mahendrata putri dari raja
Makutawangsawardhana dari Jawa Timur. Kerajaan Bali mengalami keruntuhan
akibat siasat dari Majapahit Gajah Mada yang pada waktu itu sedang memperluas
ekspansinya ke nusantara.

9. Kerajaan Pajajaran
Terletak di wijayah Pakuan sekarang dikenal daerah Bogor, Jawa Barat dan
pendirinya adalah Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi). Daftar raja Pajajaran :
a. Prabu Siliwangi (1482-1521 M)
b. Prabu Surawisesa (1521-1535 M)
c. Ratu Dewata (1535-1551 M)
d. Ratu Sakti (1543-1551 M)
e. Nilakendra Tohaan di Majaya (1551-1567 M)
f. Ragamulya Suryakencana (1567-1579 M)
Agama yang dianut oleh pajajaran adalah Hindu Waisnawa. Hal ini dapat
dilihat nama raja pajajaran yang menggunakan gelar Winumurti. Memiliki 6
Pelabuhan melalui ini masyarakat melakukan kegiatan perdagangan dan pelayaran
dengan daerah lain. Peninggalan Kerajaan Pajajaran : Babad Pajajaran, Carita
Parahyangan, Carita Waruga Guru, Prasati Batu Tulis (Bogor), Prasasti Sanghyang
Tapak (Sukabumi), Prasasti Kawali (Ciamis), Tugu Perjanjian Portugis, Taman
Perburuan (sekarang menjadi Kebun Raya Bogor).
Masa Kejayaan Pajajaran adalah saat pemerintahan Prabu Siliwangi.
Membangun sebuah telaga besar yang diberi nama Maharena Wijaya, membangun
18
sebuah jalan yang menghubungkan antara ibu kota dengan wilayah Wanagiri,
membangun asrama prajurit, kaputren, tempat pagelaran dan memperkuat pertahanan
merencanakan dan mengatur masalah upeti dan menyusun peraturan atau undang-
undang kerajaan. Keruntuhan Kerajaan Pajajaran pada tahun 1579 disebabkan oleh
penyerangan yang dilakukan oleh kesultanan Banten.

10. Kerajaan Majapahit


Kerajaan Hindu-Buddha terakhir di nusantara yang berdiri antara abad ke-13
hingga abad ke-16. Dalam sejarahnya, Majapahit dianggap sebagai salah satu kerajaan
terbesar dengan wilayah kekuasaan hampir mencakup seluruh nusantara. Kerajaan
Majapahit didirikan pada 1293 M oleh Raden Wijaya, menantu Kertanegara, raja
terakhir Kerajaan Singasari. Kerajaan Majapahit terletak di Mojokerto, Jawa Timur.
Daftar raja-raja Majapahit:
a. Raden Wijaya (1293-1309 M)
b. Jayanegara (1309-1328 M)
c. Tribuana Tungga Dewi (1328-1350 M)
d. Hayam Wuruk (1350-1389 M)
e. Kusumawardani Wikramawardhana (1389-1399)
f. Suhita (1399-1429 M)
g. Bhre Tumapel (Kertawijaya) (1447-1451 M)
h. Rajasawardhana (1456-1466M)
i. Purwawisesa (1456-1466 M)
j. Kartabumi (1466-1478 M)
Bedasarkan sumber tertulis raja-raja Majapahit pada umumnya beragama
Hindu Siwa dari aliran Siwasiddhanta kecuali Tribuwana Tungga Dewi (ibuya Hayam
Wuruk) yang beragama Buddha Mahayana. Kerajaan Majapahit mempunyai banyak
peninggalan sejarah berupa candi, prasasti, dan kitab. Berikut ini daftar candi
peninggalan Kerajaan Majapahit :
a. Candi Tikus
b. Candi Bajang Ratu
c. Candi Wringin Lawang
d. Candi Brahu
e. Candi Pari
f. Candi Penataran
19
g. Candi Jabung
h. Candi Sukuh
i. Candi Cetho
j. Candi Wringin Branjang
k. Candi Surawana
l. Candi Minak Jinggo
m. Candi Rimbi
n. Candi Kedaton
o. Candi Sumberjati
Berikut ini daftar prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit.
a. Prasasti Kudadu
b. Prasasti Sukamerta
c. Prasasti Prapancasapura
d. Prasasti Wringin Pitu
e. Prasasti Wurare
f. Prasasti Balawi
g. Prasasti Parung
h. Prasasti Biluluk
i. Prasasti Karang Bogem
j. Prasasti Katiden
k. Prasasti Canggu Prasasti Jiwu
l. Prasasti Marahi Manuk
Berikut ini daftar kitab peninggalan Kerajaan Majapahit.
a. Kitab Negarakertagama
b. Kitab Sutasoma
c. Kitab Arjunawijaya
d. Kitab Panjiwijayakrama
e. Kitab Pararaton
f. Kitab Usana Jawa
g. Kitab Ranggalawe
h. Kitab Sorandakan
i. Kitab Sundayana
Majapahit mengalami puncak kejayaan pada masa kekuasaan Hayam wuruk
dengan patihnya Gajah Mada. Kerajaan Majapahit berhasil menguasai semenanjung
20
Malaya, Borneo, Sumatra, Bali dan bahkan sampai Filipin bisa dikatakan Majapahit
sebgaai negara terbesar yang pernah ada dalam sejarah bangsa Indonesia. Berikut
adalah sebab keruntuhan Kerajaan Majapahit :
a. Meninggalnya Gajah Mada sebagai seseorang pemimpin yang serba bisa.
b. Tidak ada pembentukan pemimpin baru yang cakap sepeninggalan Gajah Mada
c. Adanya perang Saudara
d. Banyak daerah yang melepaskan diri karena Majapahit mulai lemah
e. Pengaruh masuknya agama Islam

21
MASA ISLAM
Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13. Agama Islam sampai ke Indonesia
dibawa oleh pedagang Arab, Persia, dan India (Gujarat). Para pedagang tersebut mengunjungi
pelabuhan kota-kota di sekitar Selat Malaka, kemudian ke daerah Jawa lalu ke daerah
Makasar dan Maluku. Faktor pendorong berkembangnya islam di Indeonesia sebagai berikut
:
a. Syarat-syarat untuk masuk Islam tidak sulit. Hanya mengucapkan dua kalimat
syahadat.
b. Upacara-upacara keagamaanya lebih sederhana dari pada Hindu-Budha
c. Tidak mengenal sistem kasta
d. Menyebar di Indonesia dengan berakulturasi dengan budaya yang telah ada.
e. Disebarkan secara damai
Faktor politik, yaitu runtuhnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Adapun pihak-pihak yang berperan dalam mengembangkan ajaran Islam adalah
sebagai berikut:
a. Pedagang
Hubungan dagang Indonesia dengan negara-negara lain sangat erat. Misalnya,
para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India. Perkembangan Islam pun semakin
lancar. Para pedagang tersebut berinteraksi dengan penduduk sekitar. Dari sinilah
agama Islam mulai dikenal dan dianut bangsa lain.
b. Ulama
Di Pulau Jawa dilakukan oleh Walisanga. Perkembangan Islam di Pulau Jawa
berjalan dengan baik. Penduduk di Pulau Jawa meninggalkan kepercayaan dari
animisme. Ulama yang termasuk Walisanga biasanya mendapat sebutan Sunan.
Peranan ulama di antaranya sebagai berikut:
1. Sebagai sumber ilmu dan tempat belajar agama Islam.
2. Terutama bagi penduduk yang baru masuk Islam.
3. Teladan dan panutan bagi masyarakat.
4. Sebagai pemimpin umat. Hal ini dibuktikan banyak ulama menjadi kepala Negara
atau raja. Mereka dianggap memiliki kelebihan dibanding yang lain.
5. Dai dalam menyiarkan agama Islam.

22
Atas peran para ulama dan pedagang, Islam mengalami perkembangan pesat.
Perkembangan Islam juga didukung faktor-faktor berikut:
1. Perjuangan dan penyebaran Islam yang gigih melalui dakwah.
2. Agama Islam bersifat demokratis dan tidak mengenal perbedaan sosial atau
derajat.
3. Adanya perkawinan antara pedagang dan ulama Islam dengan putri bangsawan.
sehingga Islam dapat masuk keluarga kerajaan.
4. Pendidikan Islam yang efektif melalui pondok pesantren.
Dengan masuknya pengaruh budaya dan agama Islam telah melahirkan-kerajaan Islam
di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam itu biasa disebut kesultanan. Sedangkan rajanya
disebut Sultan. Kerajaan Islam di Indonesia antara lain:
1. Kerajaan Samudera Pasai
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam tertua di Indonesia. Kerajaan
Samudera Pasai terletak di Lhokseumawe, Aceh Utara. Kerajaan ini berdiri sekitar
abad ke-13 oleh Marah Silu atau Sultan Malik as Shaleh.
Menurut Marcopolo dari Venesia, Samudera Pasai berasal dari pusat kerajaan
yang dulunya di Samudera kemudian dipindahkan ke Pasai. Selain itu, Ibnu Batutah
dari Maroko (Kesultanan India) juga berkunjung ke Samudera Pasai dan ia
mengejanya menjadi Sumatrah. Itu yang menjadi nama Pulau Sumatra sampai
sekarang. Adapun raja-raja yang memerintah di Kerajaan Samudera Pasai adalah
sebagai berikut.
a. Sultan Malik as Shaleh (1270-1297)
Merupakan pendiri sekaligus raja pertama di Kerajaan Samudera Pasai.
b. Sultan Malik al Tahir I (1297-1326)
Setelah Sultan Malik diangkat sebagai Saleh, penggantinya adalah
Sultan Malik al Tahir. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai
mulai membina hubungan dengan Kerajaan Pidie dan Barus. Selain itu,
membangun Bandar kerajaan bagi para pedagang Islam.
c. Sultan Malik al Tahir II (1326–1348)
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai mengalami
masa kejayaan. Samudera Pasai juga sebagai pusat perdagangan dan siaran
agama Islam.

23
d. Sultan Zainal Abidin (1349-1496)
Pemerintahan Sultan Zainal Abidin memegang peranan penting dalam
perkembangan Islam di Jawa. la mengirimkan dua pendakwah dari Samudera
Pasai ke Pulau Jawa, yaitu Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Iskak.
Peninggalan sejarah Kerajaan Samudera Pasai adalah Mata uang emas,
Makam Raja Malik Al-Saleh di Gedong Aceh Utara, Cakra Donya yang merupakan
salah satu hadiah dari Kaisar Cina.
Kerajaan Samudera Pasai mengalami masa kejayaan. Pada masa pemerintahan
Sultan Malik Al-Saleh dan Sultan Muhammad Az-Zahir

a. Sultan Malik Al-Saleh (1267-1297)


Pada tahun 1267, Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Meurah Silu
dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh. Di masa pemerintahannya, Kerajaan
Samudera Pasai berhasil menguasai Selat Malaka yang pada saat itu menjadi
pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas
ekspor utamanya. Selain lada, Kerajaan Samudera Pasai juga mengekspor
sutra dan kapur barus.
b. Sultan Muhammad Az-Zahir (1297-1326)
Setelah Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297, kepemimpinan
Kerajaan Samudera Pasai dilanjutkan oleh anaknya, yaitu Sultan Muhammad
Malik Az-Zahir. Sang raja baru ini untuk pertama kalinya memperkenalkan
koin emas atau dirham sebagai mata uang.
Mata uang dirham secara resmi digunakan dalam perdagangan di
Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1297. Mata uang ini berupa kepingan
emas yang memiliki diameter 10 mm dan berat sekitar 0,6 gram. Sisi atas
bertuliskan Muhammad Malik Al-Zahir dan sisi bawah bertuliskan Al-Sultan
al-adil yang artinya sultan harus memberi keadilan terhadap masyarakat

Keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai, pada tahun 1521 di bawah pimpinan


Sultan Zain Al-Abidin, Portugis menyerang kerajaan ini karena iri dengan kemajuan
dagang mereka yang begitu pesat. Angkatan perang Portugis yang lebih kuat,
akhirnya mereka berhasil menaklukkan Kerajaan Samudera Pasai.

Keadaan kerajaan yang melemah ini, kemudian dimanfaatkan oleh Sultan Ali
Mughayat Syah, raja Kerajaan Aceh Darussalam untuk mengambil alih Kerajaan

24
Samudera Pasai. Pada tahun 1524, akhirnya Kerajaan Samudra Pasai dimasukkan ke
dalam wilayah Kerajaan Aceh Darussalam. Hal tersebut dibuktikan dengan
dipindahkan Lonceng Cakra Donya milik Kerajaan Samudera Pasai ke Kerajaan Aceh
Darussalam.

2. Kerajaan Aceh
Berdiri sekitar abad ke-16 M. Kerajaan ini terletak di tepi Selat Malaka dan
beribu kota di Kutaraja atau sekarang Banda Aceh. Aceh berkembang pesat setelah
Malaka dan Samudera Pasai dikuasai Portugis sehingga para pedagang Islam
memindahkan kegiatan perdagangan dari Malaka ke Aceh. Karena pusat menjadi
agama Islam, Aceh sering disebut Serambi Mekah. Berturut-turut raja-raja yang
memerintah Kerajaan Aceh adalah sebagai berikut:
a. Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530)
Semula wilayah Kerajaan Aceh merupakan bagian Kerajaan Pidie.
Atas perjuangan Sultan Ali Mughayat Syah, Aceh dapat melepaskan diri.
Bahkan, Aceh dapat menaklukkan daerah Perlak, Pasai, dan Nias.
b. Sultan Salahudin (1530-1537)
Sultan Salahudin hanya sebentar memerintah di Kerajaan Acch. la
dianggap kurang berhasil memimpin Kerajaan Aceh. Pada tahun 1537,
digantikan oleh adik Sultan Ali Mughayat Syah yang bernama Sultan Alaudin
Riayat Syah.
c. Sultan Alaudin Riayat Syah
Selama masa pemerintahannya, Sultan Alaudin Riayat Syah mampu
meluaskan wilayah. Ia juga menyiarkan agama Islam sampai ke daerah Siak,
Pariaman, dan Indrapura.
d. Sultan Iskandar Muda (1607-1636)
Pemerintahan Sultan Iskandar Muda menjadi zaman sekarang bagi
Kerajaan Aceh. Ia menjalin hubungan baik dengan berbagai negara, seperti Persia,
Turki, Cina, dan India. Kerajaaan Aceh menjadi pelabuhan internasional yang
dikunjungi pedagang Nusantara dan pedagang negara lain. Sultan Iskandar Muda
berhasil meluaskan wilayah Kerajaan Aceh hingga mencakup seluruh Sumatra
dan Semenanjung Malaya. Selain itu, agama Islam juga berkembang pesat dengan

25
muneulnya tokoh-tokoh seperti Hamzah Fansuri, Syamsudin, dan Nurudin ar
Raniri.
e. Sultan Iskandar Thani (1636-1641)
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh
mengalami kemunduran karena banyak perlawanan di berbagai daerah. Hal ini
diperburuk dengan adanya persaingan dari Belanda yang akhirnya berhasil
menguasai Malaka pada tahun 1641.
Peninggalan sejarah Kerajaan Acch, antara lain makam Sultan Iskandar Muda
dan Muhamad Syah Kuala.

3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak berpusat di daerah Demak, Jawa Tengah berdiri sekitar ke-15
M. Kerajaan ini didirikan ole Raden Patah setelah berhasil melepaskan diri dari
Majapahit. Kerajaan Demak merupakan pusat penyebaran agama Islam. Dari Demak,
agama Islam menyebar ke kawasan pantai utara Jawa Barat dan pedalaman Jawa
Tengah. Bahkan, pantai utara Jawa Timur dan daerah Banjar di Kalimantan Selatan.
Secara berturut-turut raja-raja yang memerintah Demak antara lain sebagai berikut :
a. Raden Patah (1500-1518)
Pada masa pemerintahannya, kekuasaan Demak meliputi Semarang,
Jepara, Pati, Rembang. Selain itu, kepulauan di Selat Karimata, Kalimantan,
serta pelabuhan di pantai utara Jawa, seperti Tuban, Gresik, dan Jepara.
Awalnya Raden Patah adalah seorang bupati Demak. la berhasil melepaskan
diri dari Kerajaan Majapahit dan memeluk agama Islam. Raden Patah berhasil
Kerajaan Demak dibantu para ulama, Penyebaran Islam di Pulau Jawa
berkembang dengan baik di atas jasa Walisanga. Nah atas bantuan Walisanga
pula, Raden Patah berhasil mewujudkan sebuah masjid. Masjid yang dikenal
dengan nama Masjid Agung Demak.
b. Adipati Unus (1518-1521)
Adipati Unus menggantikan Raden Patah. Ia memerintah Demak
selama 3 tahun. la berhasil mengusir Portugis yang mengganggu perdagangan
Demak. Adipati Unus menyeberang ke utara menuju Malaka. Oleh karena itu,
ia mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor.

26
c. Sultan Trenggono (1521-1546)
Pengganti Adipati Unus seharusnya Sekar Seda Lepen. Namun, Sekar
Seda Lepen dibunuh oleh Sultan Prawata (anak Sultan Trenggono). Akhirnya,
kerajaan jatuh ke tangan Sultan Trenggono. Pada masa pemerintahannya,
wilayah Demak semakin luas dan mengalami kejayaan.
Bahkan, Kerajaan Demak berhasil mengusir Portugis dan merebut Sunda
Kelapa. Sultan Trenggono memiliki dua menantu yaitu Fatahillah dan Joko Tingkir.
Fatahillah memiliki nama asli Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dan, Joko
Tingkir disebut juga Sultan Hadiwijaya.
Tahun 1546 Sultan Trenggono gugur saat melakukan perluasan wilayah ke
Blambangan, Jawa Timur. Akhir Kerajaan Demak ditandai dengan perebutan
kekuasaan. Sultan Prawata (anak Sultan Trenggono) berebut dengan Arya Penangsang
(putra Sekar Seda Lepen). Di tengah perebutan kekuasaan itu, muncullah Joko
Tingkir. la berhasil membunuh Arya Penangsang. Lalu pusat pemerintahan Demak
dipindah ke Pajang pada tahun 1586.
Peninggalan sejarah Kerajaan Demak, antara lain Masjid Agung Demak.
Masjid ini didirikan oleh Walisongo (dipimpin oleh Sunan Kalijaga) pada 1478
Masehi. Di mesjid ini terdapat Pintu Bledeg yang dibuat oleh Ki Ageng Selo. Saka
Tatal dibuat oleh Sunan Kalijaga. Saka Tatal merupakan tiang utama Masjid Agung
Demak, dan piring Campa.

4. Kerajaan Banten
Semula Kerajaan Banten berada di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Ketika
Kerajaan Demak mulai surut, Kerajaan Banten memisahkan diri. Pusat Kerajaan
Banten terletak di Kabupaten Serang, Banten. Kerajaan Banten merupakan pusat
kerajaan Islam di daerah barat Pulau Jawa.
Kerajaan Banten didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah atau Sunan
Gunung Jati, panglima Kesultanan Demak. Tahun 1526, Fatahillah berhasil merebut
Sunda Kelapa dari Portugis dan tanggal 22 Juni 1527 diubah namanya menjadi
Jayakarta (Jakarta). Tahun 1552, Banten diberikan kepada Pangeran Hassanudin dan
Cirebon diberikan kepada Pangeran Pasarean.
Ketika Sultan Hasanuddin berkuasa, Kerajaan Banten berkembang pesat.
Kerajaan Banten memiliki pelabuhan internasional. Pelabuhan tersebut didatangi
pedagang dari berbagai bangsa.
27
Sultan Ageng Tirtayasa memerintah dari 1651 sampai tahun 1892. Semasa
pemerintahannya, agama Islam berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya ulama Islam yang didatangkan ke Banten. Salah satunya Syekh Yusuf dari
Sulawesi. Selain itu, Banten juga bekerja sama dengan Turki dan Moghul. Sultan
Ageng Tirtayasa selalu membina hubungan baik dengan negara lain. Setelah beliau
wafat, Kerajaan Banten mulai mengalami kemunduran.
Peninggalan Kerajaan Banten, antara lain Masjid Agung Banten, Benteng
Speelwijk, dan Meriam Ki Amuk, Masjid Kasunyatan, Benteng Keraton Surosowan,
Masjid Pacinan

5. Kerajaan Mataram Islam


Berikut ini adalah sederet raja yang pernah berkuasa dan memimpin Kerajaan
Mataram:
a. Sutawijaya (Panembahan Senopati) berkuasa pada 1586-1601
b. Mas Jolang (Panembahan Sedo Krapyak) berkuasa pada 1601-1613
c. Raden Rangsang (Sultan Agung Hanyokrokusumo) berkuasa pada 1613-
1645
d. Sunan Amangkurat I berkuasa pada 1645-1677
e. Sunan Amangkurar II berkuasa pada 1677-1703
Mataram didirikan oleh Sutawijaya, yang bergelar Panembahan Senopati.
Kerajaan Mataram berpusat di Kota Gede. Pada masa pemerintahannya, kekuasaan
Mataram berkembang sampai ke Surabaya, Madiun, Ponorogo, Cirebon, dan Galuh.
Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601. Beliau dimakamkan di Kota Gede.
Tahta Mataram dilanjutkan oleh Mas Jolang yang bergelar Anyakrawati Pada
masa pemerintahan Mas Jolang banyak terjadi pemberontakan. Mas Jolang meninggal
tahun 1613 di Desa Krapyak. Oleh karena itu, beliau mendapat gelar Pangeran Seda
Krapyak. Mas Jolang merupakan salah satu yang bernama Mas Rangsang.
Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma menjadi raja Mataram
terbesar. Pada masa pemerintahannya, wilayah Mataram meluas sampai
Gresik.Surabaya, Kediri. Pasuruan,Tuban.Lasem, Pamekasan, Sukanada, Goa, dan
Palembang.
Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kebesarannya pada masa
pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo yang berkuasa dari tahun 1613 sampai
1645. Pada masa kejayaannya, Mataram berhasil menjadi pengekspor utama beras.
28
Meski mengandalkan pertanian sebagai pusat ekonomi, tak sedikit masyarakat yang
melakukan aktivitas perdagangan laut. Dua kegiatan ekonomi yang berkembang pesat
itu membuat Kerajaan Mataram cukup diperhitungkan di dunia politik Nusantara.
Kehidupan sosial masyarakat pun berkembang dengan sangat baik. Bahkan pada masa
kebesarannya, Mataram berhasil mengembangkan Budaya Kejawen. Budaya ini
merupakan bentuk akulturasai dari kebudayaan Hindu-Buddha dan ajaran agama Islam.
Sunan Amangkurat I yang menggantikan sang sultan ternyata memimpin
kerajaan dengan zalim. Pada masa pemerintahannya, Amangkurat I banyak melakukan
pembunuhan. Kezaliman sang sunan memicu permusuhan Putra Mahkota (Amangkurat
II) dengan ayahnya sendiri. Sayangnya, Amangkurat II ternyata juga memiliki perangai
yang buruk. Dalam masa kepemimpinannya, Amangkurat II kerap dibenci oleh pemuka
Kerajaan Mataram dan rakyat. Puncak dari konflik dalam internal kerajaan ini
menyebabkan pecahnya Perang Trunajaya pada tahun 1677.
Amangkurat II meminta bantuan pada VOC yang saat itu mulai menjajah
Indonesia. Dengan pertolongan yang diperolehnya dari VOC, Amangkurat II berhasil
memenangkan pertempuran tersebut. Namun, VOC ternyata menuntut ganti rugi dan
imbalan atas pertolongan tersebut. Karena tuntutan ganti rugi tersebut, Kerajaan
Mataram mengalami kemunduran ekonomi.
Hubungan Amangkurat II dan VOC yang tidak baik membuat pihak Belanda
menentang penobatan Amangkurat III setelah sang sunan meninggal. Mereka justru
menunjuk Pangeran Puger untuk menggantikan Amangkurat II untuk memimpin
Kerjaan Mataram. Perebutan tahta antara Amangkurat III dengan Pangeran Puger
menimbulkan perang saudara pada tahun 1704-1708. Perang ini berhasil dimenangkan
oleh Pangeran Puger yang kemudian mendapatkan tahta dengan gelar Paku Buwono.
Setelah meninggalnya Paku Buwono, Kerajaan Mataram semakin terguncang
karena berbagai aksi pemberontakan. Perebutan kekuasaan antara Paku Buwono II dan
Raden Mas Said menimbulkan peristiwa besar yang disebut Geger Patjina. Sejumlah
konflik antara pihak kerajaan, VOC, dan pemberontak akhirnya memunculkan
Perjanjian Giyanti pada 1755.
Perjanjian ini menyatakan bahwa Mataram dibagi menjadi 2 bagian. Bagian
barat, yang meliputi wilayah Yogyakarta, diberikan pada Pangeran Mangkubumi. Sang
pangeran pun naik tahta dengan menyandang gelar Hamengku Buwono I. Mangkubumi
kemudian membangun sebuah keraton di wilayah tersebut. Sementara itu, bagian timur
yang meliputi wilayah Surakarta dan sekitarnya diberikan kepada Sri Susuhan Paku
29
Buwono III. Kemudian melalui Perjanjian Salatiga yang dibuat pada 1757, Sunan Paku
Buwono III menyerahkan wilayah Karanganyar dan Wonogiri kepada sepupunya,
Raden Mas Said. Raden Mas Said kemudian menobatkan dirinya sebagai
Mangkunegoro I dan memimpin Puro Mangkunegaran sampai 1795.

6. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan Gowa merupakan kerajaan Islam pertama di Sulawesi. Kerajaan
Gowa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang bersatu. Sebelum bersatu, kedua
kerajaan ini saling bermusuhan dapat disatukan melalui suatu perjanjian yang disebut
Rua Kara Eng Se’re at yang artinya dua raja seorang hamba. Kerajaan ini disebut juga
Kerajaan Makassar. Pusat Kerajaan Gowa-Tallo terletak di Sobaopu, Makassar
(Sulawesi Selatan). Pada tahun 1605, agama Islam masuk ke kerajaan Gowa-Tallo
melalui seorang ulama dari Minangkabau bernama Dato ri Bandang. Raja pertama
dari kerajaan ini Karaeng Tunigallo yang bergelar Sultan Alaudin. Setelah beliau
meninggal, digantikanoleh Sultan Hasannudin.
Pada akhir abad ke-16, Kerajaan Gowa-Tallo memasuki masa Islam dan
berubah menjadi kesultanan. Kesultanan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaan pada
masa pemerintahan Sultan Hasanuddin atau yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Di
bawah kekuasaannya, kerajaan ini menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian
timur. Sultan Hasanuddin juga mempimpin perjuangan melawan penjajah di daerah
Makassar.
Karena pengkhianatan putra mahkota Kerajaan Bone, yaitu Aru Palaka yang
bersekutu dengan VOC, Kerajaan Gowa Tallo mengakui kekalahanya dan
menandatangani Perjanjian Bongaya (18November 1667 M). Peninggalan sejarah
Kerajaan Gowa-Tallo, antara lain:
a. Istana tua dari kayu (museum Balompua)
b. Makam Sultan Hasanuddin
c. Benteng Fort Rotterdam
d. Istana Kerajaan Gowa

7. Kerajaan Bone
Kerajaan Bone didirikan oleh Manurunge ri Matajang pada 1330 masehi.
Sejarah masuknya Islam ke Kerajaan Bone berawal ketika kerajaan ini tidak dianggap
sederajat oleh Kesultanan Gowa. Kerajaan Bone baru akan dianggap setara apabila
30
mau mengikuti Kesultanan Gowa memeluk agama Islam. Raja Bone menolak
persyaratan tersebut sehingga timbul peperangan di antara dua kerajaan ini. Dalam
peperangan, Kerajaan Bone menyerah kalah dan akhirnya mau memeluk Islam yang
kemudian diikuti oleh rakyatnya. Raja Bone pertama yang masuk Islam adalah La
Tenriruwa, yang bergelar Sultan Adam (1611-1616 M). Sejak saat itu, Raja Bone
dikenal giat mengajak rakyatnya untuk memeluk Islam.
Kerajaan Bone mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Aru
Palaka, sultan ke-15 yang bertakhta antara 1672-1696 M. Di bawah kekuasaannya,
Kerajaan Bone mampu memakmurkan rakyatnya dengan potensi yang beragam
seperti dalam bidang pertanian, perkebunan, dan kelautan. Selain itu, kekuatan
militernya semakin kuat, setelah belajar dari lemahnya pertahanan mereka saat kalah
menghadapi Kerajaan Gowa. Setelah jatuhnya Kesultanan Gowa, Kerajaan Bone
menjadi yang terkuat di seantero Sulawesi. Bahkan sultan yang berkuasa berhasil
mengajak Kesultanan Luwu, Soppeng, dan sejumlah negara kecil lainnya untuk
bersekutu
Kesultanan Bone mulai mengalami kemunduran setelah Sultan Ismail
Muhtajuddin, raja ke-24 wafat pada 1823 M. Setelah itu, kekuasaan dilanjutkan oleh
Arung Datu (1823-1835 M). Arung Datu berusaha merevisi Perjanjian Bongaya yang
disepakati Kerajaan Gowa dan VOC, hingga akhirnya memicu kemarahan Belanda.
Belanda kemudian meluncurkan serangan hingga berhasil menduduki Kerajaan Bone,
sementara Arung Datu diasingkan. Dalam pengasingan, Arung Datu masih berupaya
menyerang, tetapi usahanya selalu dapat ditumpaskan pasukan Belanda.

8. Kerajaan Tidore dan Ternate


Kesultanan Ternate berdiri sekitar abad ke- 13 Kerajaan Ternate dan Tidora
merupakan dua kerajaan besar yang terletak di Kepulauan Halmahera Maluku Utara.
didirikan oleh Mashur Malamo pada 1257 M. Kesultanan Ternate mendapat pengaruh
Islam dari para pedagang Jawa dan Melayu. Bahkan Raja Ternate belajar membaca
dan menulis huruf Arab dalam Alquran dari Maulana Husayu (raja dari Jawa).
Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan
Baabullah.
Kesultanan Tidore didirikan oleh Syahjati atau Muhammad Naqil yang
merupakan saudara Mashur Malamo. Raja yang terkenal dari Tidore adalah Sultan

31
Nuku. Kesultanan Tidore dan Ternate sama-sama penghasil rempah-rempah terbesar
di Nusantara.
Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan ketika diperintah oleh Sultan
Baabullah (1570-1583 M). Selain berhasil memperluas wilayah kekuasaan kerajaan,
memperkuat angkatan militer, dan memajukan perdagangan, Sultan Baabullah juga
gigih melakukan perlawanan terhadap Portugis.
Salah satu Raja Tidore yang terkenal dan berhasil membawa kerajaan menuju
puncak kejayaan adalah Sultan Nuku (1797-1805 M). Pada periode ini, wilayah
kekuasaannya telah berkembang ke sebagian besar Pulau Halmahera, Pulau Buru,
Pulau Seram, dan kawasan Papua bagian barat.
Kedua kesultanan ini hidup damai keindahan. Sebagai pusat perdagangan rempah-
rempah, KerajaanTidore dan Ternate memiliki dua dagangan. Nama kedua, dagang
itu adalah Uli Lima dan Uli Siwa yaitu :
a. Uli Lima atau lima saudara. Wilayahnya meliputi Ternate, Obi, Bacan, Seram,
dan Ambon. Persekutuan Uli Lima dipimpin oleh Kerajaan Ternate.
b. Uli Siwa atau sembilan sembilan saudara. Wilayahnya meliputi Tidore,
Makyan, Jailolo (Halmahera), Mare, Moti, Hitu, dan pulau-pulau kecil di
sekitarnya. Persekutuan ini dipimpin oleh Kerajaan Tidore.
Kesultanan Tidore mulai mengalami kemunduran karena adanya politik adu
domba dengan kesultanan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing. Tujuan adu
domba ini bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Setelah Sultan Ternate dan Tidore menyadari sedang diadu domba, kedua kesultanan
ini kemudian bersatu untuk mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan
Maluku.
Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk
Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku dengan strategi
dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
Peninggalan Kerajaan Tidore Istana Kerajaan Tidore (Kadato Kie), Masjid
Sultan Tidore, Benteng Torre Dan Tahula. Peninggalan Kerajaan Ternate Istana
Kesultanan Ternate, Masjid Jami Kesultanan Ternate, Kompleks pemakaman
sultan Ternate.

32
B. MASA PENJAJAHAN
PENJAJAHAN BANGSA EROPA DI INDONESIA
Latar Belakang Masuknya Bangsa Eropa ke Indonesia
Faktor yang melatarbelakangi kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia yaitu :
a. Perkembangan Merkantilisme, revolusi industri, dan kapitalisme
b. Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani (1453)
c. Dorongan Semboyan Tiga G (Gold, Glory, dan Gospel)
d. Pembuktian tantangan teori Heliosentris
Kedatangan Bangsa-Bangsa Barat ke Indonesia
1. Portugis
Pada tahun 1486 Bartholomeus Diaz melakukan pelayaran pertama menyusuri
pantai barat Afrika. Namun dalam pelayaran pertama mengalami kegagalan,
Bartolomeus Diaz hanya sampai di ujung Afrika Selatan. Bartholomeus Diaz
memberi nama tanjung itu sebagai Tanjung Harapan (Cape of Good Hope).
Selanjutnya pada tahun 1498, Portugis mengirimkan ekspedisinya di bawah pimpinan
Vasco da Gama. Ekspedisi ini berhasil mendarat di Kalikut (India). Tahun 1511,
armada Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil menguasai
Malaka dan selanjutnya memasuki wilayah Nusantara.
2. Spanyol
Tahun 1521 rombongan ekspedisi Spanyol di bawah pimpinan Sbastian
d’Elacano berhasil tiba di Maluku. Namun, bangsa Portugis telah tiba di Maluku
terlebih dahulu. Portugis dan Spanyol terlibat dalam konflik yang terjadi antara
kerajaan Ternate dan Tidore yang merupakan dua kerajaan yang sangat berpengaruh
di Maluku. Dua bangsa tersebut memberikan dukungan pada masing-masing kerajaan.
Namun, dalam perseteruan tersebut bangsa Spanyol dan kerajaan Tidore mengalami
kekalahan. Untuk menghidari kerugian karena persaingan antar bangsa Eropa tersebut
maka dibuatlah perjanjian Tordesillas yang memutuskan bangsa Spanyol tidak
diizinkan untuk melakukan prdagangan di Maluku.
3. Belanda
Pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman bangsa Belanda
tiba di Banten. Kedatangan bangsa Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman
memicu adanya kedatangan pedagang dari Belanda lainnya. Untuk mengatasi
persaingan antara pedagang Belanda tersebut maka pada tahun 1602 dibentuk kongsi
dagang yang diberi nama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
33
4. Inggris
Inggris memiiki pola perdagangan yang berbeda dari bangsa lainnya.
Perdagangan Inggris di Asia disponsori oleh perusahaan-perusahaan swasta. Inggris
memiliki persekutuan dagang EIC (East Indian Company) yang merupakan gabungan
persekutuan dagang dari para pengusaha Inggris. Di Nusantara Inggris tidak memiliki
pengaruh yang banyak karena persekutuan dagang EIC yang terdesak oleh Belanda
sehingga Inggris harus menyingkir.
Kekuasaan Bangsa Eropa di Nusantara
1. Kekuasaan Bangsa Portugis dan Spanyol di Indonesia
Portugis menguasai Malaka pada tahun 1511 dan datang ke Maluku pada
tahun 1512. Namun, kekuasaan Portugis di Maluku tidak bertahan lama karena
kedatangan bangsa Spanyol di Maluku. Setelah itu, terjadi konflik antara bangsa
Portugis dan Spanyol. Konflik tersebut berhasil diselesaikan dengan
ditandatanganinya Perjanjian Saragosa yang menyatakan Spanyol kembali ke Filipina
sedangkan Portugis tetap di Maluku.
2. Kekuasaan Bangsa Inggris di Indonesia
East Indian Company (EIC) mengadakan hubungan dagang di beberapa
tempat di Indonesia sejak abad ke-16. Inggris dapat mendirikan kantor dagang atas
izin Sultan Iskandar Thani di wilayah kesultanan Aceh. Selain itu, kegiatan
perdagangan juga di lakukan di Jayakarta, Banjar, Gowa, dan Maluku. Namun,
Inggris gagal menanamkan monopoli perdagangan di Indonesia karena
ketidaksetujuan rakyat dengan pola perdagangan EIC yang melaksanakan cara
perdagangan menurut aturannya sendiri. Selain itu, kegagalan itu terjadi kareana
Inggris tidak mampu bersaing dengan Belanda. Pada akhirnya, Inggris tersingkir dari
kawasan perdagangan di Indonesia.
3. Masa Kekuasaan VOC
VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) berdiri pada tanggal 20 Maret
1602 di Ambon. Pada tahun 1619 markas VOC dipindah ke Batavia. VOC merupakan
Serikat Dagang Hindia Belanda yang memiliki hak istimewa atau dikenal dengan Hak
Oktori. Berikut isi dari Hak Oktori.
a. Hak merekrut personil atas dasar sumpah setia.
b. Hak melakukan perdagangan.
c. Hak untuk mengadakan perjanjian dengan para pengusaha di Asia.
d. Hak membentuk tentara dan mendirikan benteng pertahanan.
34
e. Hak mencetak dan mengedarkan uang.
f. Hak memerintah di negeri jajahan.
VOC mengalami kemunduran pada awal abad ke-18. Hal ini terjadi karena
banyak pejabat VOC yang melakukan tindakan korupsi sehingga terjadi
kebangkrutan. Akhirnya pada tanggal 31 Desember 1799 VOC di bubarkan.
Penjajahan Pemerintah Hindia Belanda
1. Masa Pemerintahan Republik Bataaf
Belanda mulai dikuasai pasukan Perancis pada tahun 1755. Nama Belanda
diubah menjadi Republik Bataaf (1795-1806) dan Napoleon Bonaparte diangkat
sebagai pemimpin Republik Bataaf.
a. Pemerintahan Herman Williem Daendels (1806-1811)
Herman Williem Daendels bersama ajudannya mendarat di Benten
pada tanggal 1 Januari 1808. Kedatangan Daendels ke Indonesia sebagai
gubernur jenderal mempunyai dua tugas yaitu mempertahankan Pulau Jawa
agar tidak jatuh ke tangan Indonesia dan memperbaiki keadaan tanah jajahan
di Indonesia. Hal tersebut dilakukan guna mempertahankan Pulau Jawa dari
serangan Inggris.
b. Pemerintahan Janssens (1811)
Pemerintahan Janssens mewarisi situasi keamanan dan ekonomi yang
sangat buruk karena dibayangi ancaman Inggris. Pada bulan Agustus 1811,
Inggris mendarat di Batavia dipimpin Lord Minto. Belanda melakukan
perlawanan tehadap Inggris tetapi tidak berhasil. Akibat serangan tersebut
pada tanggal 11 September Belanda menyerah dengan menandatangani
Kapitulasi Tuntang.
2. Perkembangan Kolonialisme Inggris di Indoneisia (1811-1816)
Pendudukan Inggris di Nusantara diwakili oleh Raffles. Ia banyak melakukan
perubahan, baik dalam bidang pemerintahan dan ekonomi. Raffles menerapkan
kebijakan sistem sewa tanah (landrent) atau disebut sistem pajak tanah. Dalam hal ini
para petani harus melakukan pembayaran pajak sebagai uang sewa, karena semua
tanah dianggap sebagai milik negara.
Sistem Landrent mengalami kegagalan dalam pelaksanaanya, karena hal
berikut :
a. Sulit menentukan besar kecilnya pajak untuk pemilik karena perbedaan
luas tanah.
35
b. Sulit menentukan luas sempit dan kesuburan tanah.
c. Jumlah pegawai yang terbatas.
d. Masyarakat belum terbiasa dengan sistem sewa tanah.
Selain itu, Raffles melakukan tindakan dengan membagi wilayah Jawa
menjadi 16 daerah keresidenan hal tersebut bertujuan guna mempermudah
pengawasan daerah yang dikuasai.
3. Kebijakan Pemerintahan Kolonial Belanda
Pada tahun 1817-1830 Indonesia Kembali di bawah Kepemimpinan Kolonial
Belanda yang dipimpin oleh Jenderal van der Capellen. Kebijkan Pemerintah Hindia
Belanda masa itu, antara lain sebagai berikut.
a. Sistem Sewa Tanah
Pemerintah Belanda mengangkat Johannes Van den Bosch sebagai
gubernur jenderal pada tahun 1830. Tugas utamanya adalah meningkatkan
produksi tanaman ekspor selama sistem pajak tanah atau sistem sewa tanah
berlangsung. Namun, dalam praktiknya banyak sekali penyimpangan yang
memberatkan rakyat.
b. Politik Etis
Politik Etis merupakan ide dari seorang tokoh Belanda, yaitu Van
Deventer. Program Trilogi van Deventer merupakan perwujudan dari
Politik Etis. Isi Trilogi van Deventer yaitu irigasi, edukasi, dan migrasi.
Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Penjajahan Bangsa Eropa
1. Perlawanan terhadap Portugis
a. Perlawanan Ternate
Perlawanan rakyat Ternate mencapai puncaknya pada tahun 1575 dibawah
pimpinan Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari Ternate.
b. Perlawanan Demak
Pada tahun 1512 Sultan Agung mengirim pasukan Demak dibawah
pimpinan Pati Unus untuk mengusir Portugis dari Malaka. Namun perlawanan ini
belum berhasil. Tahun 1527 Demak Kembali melancarkan serangan dengan
mengirim pasukan ke Jawa Barat dibawah pimpinan Fatahillah untuk mengusir
Portugis dari Sunda Kelapa. Pasukan pimpinan Fatahillah tersebut berhasil
mengusir Portugis dan merebut Sunda Kelapa yang kemudian diubah namanya
menjadi Jayakarta.

36
c. Perlawanan Aceh
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639) Aceh
mengalami kejayaan yang didukung oleh ekonomi dan militer yang kuat. Namun
perlawanan yang dilakukan Aceh untuk mencoba menaklukan Portugis belum
berhasil mendapat kemenangan. Meskipun demikian Aceh masih tetap berdiri
sebagai kerajaan yang merdeka.
2. Perlawanan terhadap VOC
a. Perlawanan Rakyat Maluku
Pada tahun 1635-1646 Kakiali dan Talukabesi dari kerajaan Hitu
memimpin perjuangan mengusir Belanda di Maluku. Namun perjuangan tersebut
belum mencapai keberhasilan. Pada tahun 1667 Tidore sebagai kerajaan terkuat di
Maluku juga mengakui kekuasaan VOC. Kekuasaan Belanda di Indonesia Timur
semakin tegas dengan dikuasainya Maluku.
b. Perlawanan Rakyat Makasar
Perlawanan Rakyat Makasar dipimpin oleh Sultan Hasanudin. Namun
perlawanan tersebut belum mencapai keberhasilan karena adanya bantuan Aru
Palaka kepada VOC. Pada akhirnya Sultan Hasanudin harus menandatangani
perjanjian Bongaya pada tahun 1667.
c. Perlawanan Rakyat Mataram
Perlawanan rakyat Mataram dipimpin oleh Sultan Agung untuk melakukan
penyerangan terhadap VOC. Namun, baik serangan pertama maupun serangan
kedua rakyat Mataram kepada VOC mengalami kegagalan.
d. Perlawanan Rakyat Banten
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa Banten mencapai puncak
keemasannya. Perlawanan terbesar rakyat Banten dilakukan Sultan Ageng
Tirtayasa pada tahun 1656. Namun karena adanya politik adu domba yang
dilakukan VOC menimbulkan perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan
Sultan Haji yang menimbulkan Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan dari
jabatannya. Pada akhirnya, ketika Sultan Haji berkuasa kerajaan Banten terpaksa
harus menandatangani perjanjian dengan Belanda sebagai balas jasa.

37
3. Perlawanan terhadap Hindia Belanda
a. Perang Saparua di Ambon
Perlawanan rakyat Ambon di Maluku dipimpin Thomas Matulesi
(Pattimura) yang berpusat di Pulau Saparua.
b. Perang Padri di Sumatera Barat (1821-1838)
Perang Padri merupakan perang saudara antara kaum Adat dengan kaum
Agama. Belanda memanfaatkan situasi tersebut untuk menguasai Sumatera.
Akhirnya kaum Padri dan kaum adat Bersatu untuk melawan Belanda karena
mereka sadar bahwa mereka dimanfaatkan oleh Belanda. Namun, perlawanan
tersebut dimenangkan oleh Belanda setelah Tuanku Imam Bonjol ditangkap.
c. Perang Diponegoro di Jawa Tengah (Yogyakarta)
Perang ini terjadi terjadi pada tahun 1825-1830 yang dipimpin oleh
Pangeran Diponegoro. Latar belakang perlawanan Pangeran Diponegoro diawali
karena campur tangan Belanda dalam urusan politik kerajaan Yogyakarta serta
pembangunan jalan dengan pemasangan patok pada tanah leluhur Pangeran
Diponegoro.
d. Perang Aceh (1873-1904)
Akibat adanya perang Aceh bebrapa tokoh seperti Teuku Umar gugur,
Panglima Polem menyerah, Cut Nyak Dien ditangkap, dan Cut Meutia gugur.
Perang Aceh selesai setelah Belanda mengumumkannya pada tahun 1904.
e. Perang Sisingamangaraja Sumatera Utara (1878-1907)
Perlawanan Sumatera Utara terhadap Belanda dilakukan dibawah
pimpinan Sisingamangaraja XII. Perlawanan di Sumatera Utara berlangsung
selama 24 tahun.
f. Perang Banjar (1858-1866)
Perang Banjar terjadi karena adanya campur tangan Belanda dalam urusan
pergantian raja di Kerajaan Banjarmasin. Pada tahun 1859 rakyat Banjar dipimpin
Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasari menyerang Belanda. Namun,
perlawanan tersebut mengalami kekalahan dan pemberontakan dapat dipadamkan
pada tahun 1866.
g. Perang Jagaraga di Bali (1849-1906)
Perang Jagaraga yang terjadi antara Belanda dan Bali terjadi karena
adanya sengketa tentang Hak Tawan Karang. Hal inilah yang menyebabkan
adanya perlawanan rakyat Bali terhadap Belanda. Pada tahun 1849 Belanda
38
berhasil merebut benteng Jagaraga. Rakyat melakukan perang habis-habisan
sampai mati atau lebih sering dikenal dengan perang puputan. Namun, pada tahun
1906 seluruh kerajaan di Bali jatuh di pihak Belanda setelah melakukan perang
puputan.

PENJAJAHAN JEPANG DI INDONESIA


Awal Masuk Jepang
Pada Januari 1942, Jepang mendarat dan memasuki Indonesia. Tentara Jepang
masuk ke Indonesia melalui Ambon dan menguasai seluruh Maluku. Meskipun
pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger) dan pasukan Australia
berusaha menghalangi, tetapi kekuatan Jepang tidak dapat dibendung. Daerah
Tarakan di Kalimantan Timur kemudian dikuasai oleh Jepang bersamaan dengan
Balikpapan (12 Januari 1942). Jepang kemudian menyerang Sumatra setelah berhasil
memasuki Pontianak. Bersamaan dengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa
(Februari 1942).
Dalam pertempuran di Laut Jawa, Angkatan Laut Jepang berhasil
menghancurkan pasukan gabungan Belanda-Inggris yang dipimpin oleh Laksamana
Karel Doorman. Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara
Belanda di Jawa. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Keinginan
Jepang untuk menguasai Indonesia karena Indonesia kaya akan sumber daya alam
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri Jepang.
Pembentukan Pemerintahan Militer
Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara
Jepang agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan
dan kemiliteran (termasuk semimiliter).
Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi
tiga wilayah pemerintahan militer:
a. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi
Shudan) untuk Sumatra. Pusatnya di Bukittinggi.
b. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas (Asamu
Shudan) untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan pemerintah
militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai).
c. Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua) untuk
daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di Makassar.
39
Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang
1. Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan
a. Gerakan Tiga A
Perkumpulan ini dibentuk pada tanggal 29 Maret 1942. Perkumpulan
ini memiliki tiga semboyan, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung
Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Sebagai pimpinan Gerakan Tiga A, bagian
propaganda Jepang (Sedenbu) telah menunjuk bekas tokoh Parindra Jawa
Barat yakni Mr. Syamsuddin sebagai ketua dengan dibantu beberapa tokoh
lain seperti K. Sutan Pamuncak dan Moh. Saleh.
b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Untuk meningkatkan kerja sama Jepang kemudian mendirikan
organisasi pemuda, Pemuda Asia Raya di bawah pimpinan Sukardjo
Wiryopranoto.
c. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin (Masyumi)
Jepang sangat memerlukan kekuatan umat Islam untuk membantu
melawan Sekutu. Oleh karena itu, sebuah organisasi Islam MIAI yang cukup
berpengaruh pada masa pemerintah kolonial Belanda, mulai dihidupkan
kembali oleh pemerintah pendudukan Jepang. Pada tanggal 4 September 1942
MIAI diizinkan aktif kembali.
d. Jawa Hokokai
Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada membentuk
organisasi baru yang diberi nama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
2. Organisasi Semimiliter
a. Pengerahan Tenaga Pemuda
Wadah ini digunakan untuk menanamkan semangat Jepang.
b. Organisasi Seinendan
Seinendan (Korps Pemuda) adalah organisasi para pemuda yang
berusia 14-22 tahun. Tujuan dibentuknya Seinendan adalah untuk mendidik
dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah air.
Bagi Jepang, untuk mendapatkan tenaga cadangan guna memperkuat usaha
mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya, perlu diadakannya
pengerahan kekuatan pemuda.

40
c. Keibodan
Organisasi Keibodan (Korps Kewaspadaan) merupakan organisasi
semimiliter yang anggotanya para pemuda yang berusia antara 25-35 tahun.
d. Barisan Pelopor
Pada tanggal 1 November 1944, Jepang membentuk organisasi baru
yang dinamakan “Barisan Pelopor”. Melalui organisasi ini diharapkan adanya
kesadaran rakyat untuk berkembang, sehingga siap untuk membantu Jepang
dalam mempertahankan Indonesia.
e. Hizbullah
Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda
Islam yang dinamakan Hizbullah (Tentara Allah) yang dalam istilah
Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishinti.
3. Organisasi Militer
a. Heiho
Heiho (Pasukan Pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung
ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun
Angkatan Laut. Tujuan pembentukan Heiho adalah membantu tentara Jepang.
Kegiatannya antara lain, membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp
tahanan, dan membantu perang tentara Jepang di medan perang.
b. Peta
Peta adalah organisasi militer yang pemimpinnya bangsa Indonesia
yang mendapatkan latihan kemiliteran.
Pengerahan dan Penindasan oleh Pemerintah Jepang
1. Ekonomi perang
Selama masa kependudukan Jepang di Indoenesia diterapkan konsep
“Ekonomi Perang”. Sistem tersebut memiliki arti bahwa kekuatan ekonomi di
Indonesia digali untuk menopang keperluan kegiatan perang.
2. Pengendalian di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
Pemerintah Jepang membatasi kegiatan Pendidikan dengan mengurangi
jumlah sekolah. Selain itu, Jepang juga membatasi muatan kurikulum yang diajarkan.
Akibat keputusan pemerintah Jepang tersebut membuat angka buta huruf meningkat.

41
3. Pengerahan Romusa
Untuk menopang Perang Asia Timur Raya, Jepang mengerahkan semua
tenaga kerja dari Indonesia. Tenaga kerja inilah yang kemudia sering kita sebut
dengan Romusa. Mereka dipekerjakan di lingkungan terbuka. Umumnya rakyat yang
dijadikan romusa adalah rakyat yang bertenaga kasar. Rakyat yang dipekerjakan
sebagai romusa tersebut diperlakukan secara tidak senonoh dan tanpa mengenal
perikemanusiaan.

42
C. MASA KEMERDEKAAN
Kebebasan yang dirasakan saat ini tak lepas dari proklamasi kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Melalui peristiwa tersebut Indonesia resmi menjadi negara
merdeka, berdaulat yang terbebas dari penjajahan. Dibalik kemerdekaan ini terdapat tokoh
nasional yang mempersiapkan kemerdekaan tanah air, mulai dari BPUPKI hingga Proklamasi
Kemerdekaan. Sejatinya persiapan Kemerdekaan Indonesia dimulai dari saat Jepang
menghadapi perang dunia ke-2. Pada kala itu Perdana Mentri Jepang, Jendral Konraki Korso,
memberikan janji kemerdekaan untuk Indonesia. Sebagai buktinya Jepang memperbolehkan
bendera Indonesia berkibat di kantor – kantor, tetapi harus bersebelahan dengan bendera
Jepang.
BPUPKI (Dokurutsi Junbi Hosakai)
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) sebenerua
sudah di diumumkan pendiriannya oleh Kumicihi Sarada pada tanggal 1 Maret 1945. Tetapi
baru diresmikan pada 29 April 1945 yang bertepat dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.
Tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk, menyelidiki hal – hal penting yang terkait dengan
persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia. BPUPKI di ketuai olej Ir. Soekarno dan wakil
nya oleh Moh. Hatta. BPUPKI beranggota 67 orang, terdiri dari 60 orang Indonesia dan 7
orang Jepang.
SIDANG BPUPKI
Sidang I (29 Mei – 1 Juni 1945) dan siding II (10-17 Juni 1945).
Dilaksanakan di Gedung Chuo Sangi-in, Jalan Pejambon 6 (Sekarang Gedung Pancasila).
Siding pertama BPUPKI membahas tentang tentang Rumusan Dasar Negara Republik
Indonesia dan siding yang kedua membahas tentang bentuk negara, rancangan UUD, hingga
Pendidikan Indonesia. 3 hal ini juga dibahasa dalam siding kedua yaitu, Panitia Perancang
UUD oleh Soekarno, Panitia Pembela Tanah Air oleh Abikusno Tjokrosoejoso dan Panitia
Ekonomi & Keuangan oleh Moh. Hatta.
Hasil Sidang BPUPKI I
29 Mei 1945 (Moh. Yamin)
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

43
31 Juni 1945 (Soepomo)
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan & Lahir dan Batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Masyarakat
1 Juni 1945 (Soekarno)
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme
3. Mufakat / Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan YME
HASIL SIDANG BPUPKI II
14 Juli 1945
1. Pernyataan Indonesia Merdeka
2. Pembukaan UUD
3. Batang Tubuh UUD
Masa antara sidang resmi BPUPKI I & II
Pada masa sijeda siding resmi 1 & 2 terjadilah beberapa peristiwa yaitu, dibentuk
panitia 9 yang bertugas untuk mengolah usul dari konsep para pengolah BPUPKI sebagai
dasar negara (Panacasila 5 dasar).
Anggota panitia 9 ini adalah :
1. I.r Soekarno
2. Drs. Moh. Hatta
3. Mr. AA Maramis
4. Abdoel Kahar Muzakir
5. Mr. Achmad Soebardjo
6. KH. Wachid Hasyim
7. H. Agus Salim
8. Abikoesno Tjokrosoejoso
9. Mr. Moh. Hatta
Tidak hanya itu pada masa jeda inipun terjadi hari lahir nya Pancasila. Lahirnya
Pancasila adalah gagasan mengenai rumusan 5 sila dasar NKRI yang dikemukakan oleh Ir.

44
Soekarno. Maka dari itu pada tanggal 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai “HARI LAHIRNYA
PANCASILA”.
BOM ATOM
Bom atom yang dijatuhkan sekutu di Hirosima Jepang pada tanggal 6 Agustus 1945
dan dijatuhkan lagi di Nagasaki Jepang pada tanggal 9 Agustus 1945 makin menudutkan
Jepang dalam perang. Mengetahui Jepang yang mulai melemah dan nasib Indonesia yang
tidak jelas, para tokoh nasional terus mendesak kemerdekaan dan untuk melunasi janji
kemerdekaan nya Perwira Tinggi Angkatan Darat Jepang yaitu Terauci, menyetujui
pembentukan PPKI.
PPKI ( Dokuritsu Junbi Linkai )
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibentuk pada tanggal 7 Agustus
1945 dan bertugas untuk menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan keperluan
pergantian kekuasaan dari pihak Jepang kepada Bangsa Indonesia. Tugas lainnya dari PPKI
juga ialah melanjutkan tugas BPUPKI dan mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. PPKI
diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakil nya Moh. Hatta. Sementar anggota nya berjumlah 21
orang yang terdiri dari, 12 orang Jawa, 3 orang Sumatera, 2 orang Sulawesi, masing – masing
1 dari Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan 1 orang perwakilan Etnis Tionghoa.
SIDANG PPKI
Sidang I (18 Agustus 1945), siding II (19 Agustus 1945) & siding III (22 Agustus
1945).
Hasil Sidang PPKI I
1. Mengesahkan UUD
2. Memilih Presiden & Wakil Presiden
3. Membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas Presiden
Hasil Sidang PPKI II
1. Pembagian wilayah Indonesia menjadi 8 Provinsi
2. Membentuk Komite Nasional (daerah)
3. Menetapkan 12 kementrian dan 4 mentri agama
Hasil Sidang PPKI III
1. Pembentukan Komite Nasional
2. Pembentukan Partai Nasional Indonesia
3. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat atau BKR

45
Jepang Menyerah Pada Sekutu
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah pada sekutu tanpa syarat. Berita
menyerah nya Jepang kepada sekutu diketahui oleh beberapa tokoh pemuda terutama Sutan
Syahrir. Syahrir dan beberapa pemuda segera menemui Moh. Hatta yang pada saat itu baru
saja pulang dari dalam Vietnam. Bersama Hatta, S yahrir dan beberapa pemuda menemui
Soekarno di rumah nya. Syahrir mengusulkan agar Soekarno dan Hatta segera
memproklamasikan kemerdekaan tanpa melalui PPKI. Karena jika melalui PPKI, sekutu akan
menganggap Kemerdekaan Indonesia itu sebagai ahsil pembrian dari Jepang, tetapi golongan
tua menolak usulan dari golongan muda.
Peristiwa Rengasdengklok
Pada 16 Agustus 1945 terjadilah peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa
Rengasdengklok ini di awali dari ketidak sabaran para pejuang muda yang tergabung dalam
Gerakan bawah tanah akan Kemerdekaan Indonesia. Alhasi anggota PETA dan yang lainnya
membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Tujuan membawa keduanya ke
Rengasdengklok adalah agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Caranya
mereka meyakinkan Kembali bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang akan melawan
apapun resikonya. Soekarno dan Hatta memilih diam dirumah Djiauw Kie Siong karena
kondisi rumahnya yang tidak mencolok. Pada saat itu Soekarno dan Hatta tetap pada
pendiriannya yaitu untuk tidak melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebelum
ada pernyataan resmi dari pihak Jepang, tentang menyerahnya Jepang kepada Sekutu.
Akhirnya Ahmad Soerbadjo memberitahukan menyerah nya Jepang kepada Sekutu. Akhirnya
pada saat itu Soekarno dan Hatta sepakat memproklamasikan si Jakarta.
PERUMUSAN TEKS PROKLAMASI
Perumusan Proklamasi dilakukan di ruang makan rumah Laksamana Maeda oleh tiga orang
tokoh Indonesia, hatta dan Ahmad Soerbadjo menyumbangkan pemikiran secara lisan.
Soekarno bertindak sebagai penulis rumusan konsep proklamasi.
Di rumuskan oleh 3 tokoh :
1. Soebardjo (kalimat pertama proklamasi )
2. Soekarno (kalimat kedua proklamasi )
3. Moh. Hatta (kalimat terakhir proklamasi)
Tokoh yang ikut andil dalam teks pelaksanaan teks proklamasi:
1. Sukarni ( pengusul penandatangan naskah Proklamasi oleh Soekarno – Hatta )
2. Sayuti Melik ( pengetik naskah Proklamasi )
3. Fatmawati ( Penjahit Bendera Merah Putih )
46
Perubahan kata dalam naskah teks Proklamasi
1. Tempoh ( “Tempo”)
2. Wakil – wakil Bangsa Indonesia ( “Atas nama Bangsa Indonesia” )
3. Djakarta, 17 – 8 – 05 ( “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05”)
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
Kemerdekaan Indonesia adalah Langkah awal untuk menata diri untuk mengakui
keberadaanya oleh dunia Internasional. Tepat pukul 10.00 WIB Upacara Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Upacara
dimulai dengan pidato dan pembacaan proklamasi kemudian dilanjutkan dengan Pengibaran
Bendera Merah Putih oleh Latieh Hendraningrat & Suhud dilanjutkan dengan menyanyikan
lagu “Indonesia Raya” ciptaan W.R. Soepratman. Lalu upacara proklamasi ditutup oleh
sambutan Wali Kota Jakarta yaitu Suwirjo dan Dr. Muwardi.

47
D. MASA REVOLUSI FISIK
Revolusi nasional Indonesia adalah sebuah konflik bersenjata dan bertentangan
diplomasi anatara Republik Indonesia yang baru lahir melawan kerajaan Belanda yang
dibantu oleh pihak sekutu, di wakili oleh Inggris. Masa revolusi fisik dalam keyakinan
banyak pihak dianggap sebagai suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau.
Bagi para pemimpin Revolusi Indonesia, revolusi bertujuan untuk melengkapi dan
menyempurnakan proses penyatuan dan kebangkitan nasional yang telah dimulai empat
dasawarsa sebelumnya (Ricklefs, 1991:318). Di awal Revolusi, tidak satupun pembagian
dasar di antara bangsa Indonesia tersebut telah terpecahkan terkecuali sepanjang ada
kesepakatan tentang kemerdekaan sebagai tujuan pertama bagi kaum revolusioner, segala
sesuatunya tampak dimungkinkan kecuali kekalahan.
Jenderal Sudirman adalah salah satu tokoh revolusi kemerdekaan Indonesia. Sosok
tentara, pemimpin, guru, dan bapak bangsa yang berjasa besar dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Sosok yang dilahirkan untuk revolusi kemerdekaan. Sosok yang
selalu taat kepada pemimpin bangsa. Sosok religius dan tidak pernah takut dan gentar
sedikitpun akan kekuatan asing. Nilai perjuangan yang dimaksud antara lain sebagai berikut :
1. Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan kesatuan adalah nilai yang sangat penting di dalam setiap
bentuk perjuangan. Hal yang cukup menonjol misaInya pada waktu Belanda
menciptakan negara-negara bagian dan daerah otonom dalam negara federal.
2. Rela Berkorban dan Tanpa Pamrih
Mereka telah mempertaruhkan jiwa dan raganya, mengorbankan waktu dan
harta bendanya, demi perjuangan kemerdekaan.
3. Cinta pada Tanah Air
Timbullah semangat patriotisme di kalangan para pejuang kita untuk melawan
penjajah. Sebagai perwujudan dari rasa cinta tanah air, cinta pada tumpah darahnya
maka munculah berbagai perlawanan di daerah untuk melawan kekuatan kaum
penjajah.
4. Saling Pengertian dan Harga Menghargai
Di dalam perjuangan mencapai dan mempertahankan kemerdekaan,
diperlukan saling pengertian dan sikap saling menghargai di antara para pejuang.

48
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang besar dan merdeka seperti saat ini tidak
terlepas dari adanya perjuangan dan pengorbanan dari para pendahulu yang telah berjuang
mati-matian untuk kemerdekaan bangsa. Mempelajari sejarah tidak hanya sebagai
pengetahuan bagi kita tentang peristiwa atau kejadian yang telah terjadi di masa lalu. Dengan
adanya sejarah memberikan pengalaman bagi kita atas kegagalan maupun keberhasilan dalam
setiap usaha. Kita sebagai generasi muda selaku penerus bangsa harus tahu bangaimana cara
mempertahankan kemerdekaan di masa sekarang. Seperti yang kita ketahui para pendahulu
telah berjuang bagaimana cara merebut dan meraih kemerdekaan bangsa, sehingga tugas kita
saat ini adalah bagaimana kita mempertahankan kemerdekan yang telah diperjuangkan oleh
para pedahulu.
Tantangan pada masa sekarang ini merupakan perjuangan yang harus dilakukan
generasi muda dalam mempertahankan kemerdekaan. Generasi muda dapat menerapkan
nilai-nilai yang ada dalam sila-sila Pancasila guna dijadikan pedoman dalam
mempertahankan kemerdekaan bangsa dan melawan tantangan bangsa pada masa sekarang.
Peran generasi muda dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa harus tertanam dalam
setiap diri pribadi karena pada hakikatnya mempertahankan jauh lebih sulit daripada
mendapatkan.

B. Saran
Semoga makalah yang kami buat dapat menjadi gambaran dan motivasi bagi pembaca
agar kita semua dapat memberikan andil dalam upaya mempertahankan kemerdekaan bangsa
dengan senantiasa mengamalkan nilai-nilai dalam setiap sila Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

49
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Sejarah Indonesia. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang. Kemendikbud.
Ayuningtya, D. R., Suharso, R., & Sodiq, I. (2016). Perjuangan Panglima Besar Jendral
Sudirman pada Masa Revolusi Fisik Tahun 1945 – 1950. Journal of Indonesian History, 5
(1).
Dr. Aman. 2014. Indonesia Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme. Yogyakarta: Pujangga
Press
Gunanto, Adi. 2021. Sejarah Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara
(Mulyana, Amurwani Dwi L/ Restu Gunawan/ Sardiman AM/ Mestika Zed/ Wahdini Purba/
Wasino/ Agus, 2014)
(DR. Aman, M.Pd., 2015)

50

Anda mungkin juga menyukai