(Analisis Semiotika Roland Barthes Iklan Citra Pearl White UV Hand And
Body Lotion)
FADHIL MUZAKKIR
150904050
Advertising
MEDAN
2019
(Analisis Semiotika Roland Barthes Iklan Citra Pearl White UV Hand And
Body Lotion)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program
Strata-1 (S-1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
FADHIL MUZAKKIR
150904050
Advertising
MEDAN
2019
NIM : 150904050
Dekan,
NIP. 197409302005011002
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun
yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari
saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai
dengan hukum yang berlaku.
NIM : 150904050
Tanda Tangan :
ii
NIM : 150904050
Majelis Penguji
Ketua Penguji : ( )
Penguji Utama : ( )
Ditetapkan di : Medan
Tanggal :
iii
Dalam penyusunan skripsi ini tentu saja peneliti mengalami kendala yang
menyulitkan saat menyelesaikan skripsi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
salah satunya kurangnya pengalaman dan kemampuan peneliti yang terbatas.
Namun, semua dapat teratasi dengan baik atas izin dan kuasa-Nya serta doa dan
bantuan dari berbagai pihak yang bersedia membantu peneliti. Dengan selesainya
skripsi ini tidak tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan moril dan masukan kepada peneliti. Untuk itu peneliti ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.si, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Ilmu Komunikasi.
3. Ibu Emilia Ramadhani, MA selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi.
4. Bapak Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm selaku Dosen Pembimbing
skripsi yang telah memberikan waktu dan bimbingan yang berharga
selama mengerjakan skripsi. Semoga selalu sehat dan diberikan berkah
umur yang panjang oleh Allah SWT.
5. Ibu Dra. Mazdalifah, M.si, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik
saya.
6. Seluruh dosen yang telah membimbing dan membantu peneliti selama
masa perkuliahan, seluruh staff pengajar maupun staff administrasi
terutama untuk Kak Maya dan Kak Yanti yang selalu bersedia
iv
Saya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan
segala kerendahan hati peneliti berharap pembaca dapat memberikan saran dan
kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini serta memperdalam
pengetahuan dan pengalaman peneliti. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengolah dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari
saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak
Cipta.
Dibuat di : Medan
Yang menyatakan,
(Fadhil Muzakkir)
vi
vii
viii
ix
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………78
LAMPIRAN……………………………………………………………………...84
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
2
Namun, konsep kecantikan seperti itu nyatanya tak juga bertahan lebih
lama lagi. Beberapa tahun kemudian, sekitar periode 1960-an, tubuh kurus
justru menjadi trend dan simbol kecantikan. Citra ideal perempuan bertubuh
subur yang dulu eksis perlahan mulai tergeser. Banyak pengamat mengatakan
faktor utama pergeseran itu disebabkan berkembang pesatnya industri media
dan periklanan (Melliana, 2006: 67-68).
Atas dasar semua hal di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji salah satu
iklan produk kecantikan yang di indikasikan membawa ideologi budaya
terhadap konsep kecantikan. Peneliti memilih Iklan Citra Pearl White UV Hand
and Body Lotion sebagai penelitian karena peneliti ingin mengetahui makna dan
simbol yang terdapat di dalam iklan, apakah itu yang nampak maupun
tersembunyi. Untuk itu maka judul dalam penelitian ini yakni “Makna
Kecantikan dalam Iklan (Analisis Semiotika Roland Barthes Iklan Citra Pearl
White UV Hand and Body Lotion)”.
1. Apa saja penanda dan petanda kecantikan yang ada dalam iklan Citra
Pearl White UV Hand and Body Lotion?
2. Apa makna kecantikan yang terdapat dalam Iklan Citra Pearl White UV
Hand and Body Lotion?
Merujuk pada perumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini yaitu untuk:
1. Menganalisis apa saja penanda dan petanda kecantikan yang ada dalam
iklan Citra Pearl White UV Hand and Body Lotion
2. Menganalisis makna kecantikan yang terdapat dalam Iklan Citra Pearl
White UV Hand and Body Lotion
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terlibat dalam penelitian ini. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang ada
dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan bentuk cara pandangnya
terhadap dunia. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami
kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton, paradigma tertanam
kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya, paradigma menunjukkan
pada mereka apa yang penting, absah dan masuk akal. Paradigma juga bersifat
normatif, menunjukkan kepada praktisnya apa yang harus dilakukan tanpa perlu
melakukan pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang
(Mulyana, 2004: 9).
Menurut Guba (dalam Erlina, 2011: 10). Paradigma penelitian
merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang
peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu
atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti
memahami suatu masalah, serta kriteria penelitian sebagai landasan untuk
menjawab masalah penelitian.
7
Universitas Sumatera Utara
8
Ada dua ciri paradigma yang sangat penting yaitu: (1). Paradigma terdiri
dari empat komponen yang saling berhubungan secara hierarki dan unsur
1. Pandangan monistik
2. Pandangan pluralisme
1. Model revolusioner
2. Model evolusioner
yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan
dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu
melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu (Morisan, 2010: 107).
Menurut Von Glasersfeld (dalam Ardianto, 2007: 154)
konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pendirian
ini merupakan kritik langsung pada perspektif positivisme yang meyakini
bahwa pengetahuan itu adalah potret atau tiruan dari kenyataan (realitas).
Pengetahuan objektif, kita tahu adalah pengetahuan yang apa adanya,
terlepas dari peran subjek sebagai pengamat. Konstruktivisme menolak
keyakinan itu, pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan yang ada.
Pengetahuan justru selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif.
Paradigma konstruktivisme ialah paradigma dimana kebenaran
suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial dan kebenaran
suatu realitas sosial bersifat relatif. Paradigma konstruktivisme ini berada
dalam perspektif interpretivisme (penafsiran) yang terbagi dalam tiga jenis,
yaitu interaksi simbolik, fenomenologis dan hermeneutik. Paradigma
konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma
positivis. Menurut paradigma konstruktivisme realitas sosial yang diamati
oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang
biasa dilakukan oleh kaum positivis. Konsep mengenai konstruksionis
diperkenalkan oleh sosiolog interpretative, Peter L. Berger bersama Thomas
Luckman. Dalam konsep kajian komunikasi, teori konstruksi sosial bisa
disebut berada diantara teori fakta sosial dan defenisi sosial (Eriyanto, 2004:
13).
1. Fungsi informasi
Memberikan informasi diartikan bahwa media massa adalah
penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai
informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan
sesuai dengan kepentingan khalayak. Informasi tidak hanya harus
didapatkan melalui sekolah atau tempat bekerja, melainkan juga bisa
dari media. Khalayak media massa berlangganan media massa surat
kabar, majalah, mendengarkan siaran radio atau menonton televisi
karena mereka ingin mendapatkan informasi tentang peristiwa yang
terjadi di muka bumi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang
dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain.
Fungsi informasi adalah fungsi paling penting yang terdapat dalam
komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi
informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Iklan pun dalam
beberapa hal juga punya fungsi memberikan informasi di samping juga
fungsi-fungsi yang lain (Nurudin, 2003: 64).
2. Fungsi pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya.
Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya
mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah
melalui pengajaran nilai, etika serta aturan-aturan yang berlaku pada
pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama,
cerita, diskusi dan artikel.
3. Fungsi memengaruhi
Fungsi memengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada
tajuk/editorial, features, iklan, artikel dan sebagianya. Khalayak dapat
terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat
kabar. Melalui iklan yang ditampilkan pemirsa dan pembacanya akan
menimbulkan rasa ketertarikan yang menjadikan khalayaknya
mengikuti apa yang dilihatnya di media massa.
2. Majalah
Menurut Magazine Pubishers Of America, jumlah penerbitan
majalah sudah mulai menurun, banyak majalah yang kehilangan usaha
dibandingkan dengan munculnya majalah baru. Untuk menyiasati
kerugian majalah menaikkan harga berlangganan dan menjaga
pendapatan dari iklan. Beberapa majalah juga sudah mengeluarkan
edisi online.
3. Film
Gabungan antara beberapa studio besar dan independen
menghasilkan sekitar 400 film per tahun. Industri ini lebih banyak
mengumpulkan lebih banyak uang dikarenakan harga tiket yang lebih
tinggi. Akan tetap, semakin banyak orang menonton film di rumah
dibandingkan di bioskop, kurangnya minat orang menonton
menjadikan jumlah bioskop semakin berkurang. Karena antusias yang
semakin berkurang, bioskop pun menawarkan kenyamanan menonton
dengan adanya penerapan tempat duduk seperti stadion, yang
menjadikan setiap orang pandangannya tidak terganggu ke layar.
4. Televisi
Terdapat dua jenis televisi yaitu televisi kabel dan televisi
berlangganan. Penggunaan televisi kabel menurun sedangkan
penggunaan TV kabel semakin meningkat dan berkembang dengan
cepat. Sehingga banyak jaringan televisi ikut menginvestasikan dalam
jumlah besar dalam pengaturan program televisi berlangganan.
5. Radio
Radio adalah penyiaran informasi berupa audio. Radio terdiri dari
stasiun AM dan FM. Radio menawarkan berbagai jenis musik yang
hampir tidak terbatas, dan pilihan siaran yang beragam tanpa henti.
Karena tayangan yang tiada henti mengakibatkan pendapatan iklan
menurun dan mengakibatkan penurunan pendapatan bagi radio, selain
itu pendengar radio juga semakin sedikit.
4. Umpan balik
Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi yakni umpan
balik langsung (immediated feedback) dan tidak langsung (delayed
feedback). Umpan balik langsung terjadi jika komunikator dan
komunikan bisa berbicara langsung. Artinya, antara komunikator dan
komunikan dalam komunikasi massa tidak terjadi kontak langsung
yang memungkinan mereka mengadakan reaksi langsung satu sama
lain. Umpan balik secara tidak langsung misalnya ditunjukkan dalam
letter to the editor/surat pembaca/pembaca penulis. Dalam rubik ini
biasanya sering kita lihat koreksi pembaca atas berita atau gambar yang
ditampilkan media cetak.
5. Gangguan
Gangguan dalam saluran komunikasi massa biasanya selalu ada. Di
dalam media cetak ganguan bisa berupa suatu kesalahan cetak, kata
yang hilang, atau paragraf yang dihilangkan. Itu juga termasuk gambar
tidak jelas di pesawat televisi.
6. Gatekeeper
Istilah gatekeeper ini pertamakali dikenalkan oleh Kurt Lewin
dalam bukunya Human Relations (1947). Kata itu merupakan istilah
yang berasal dari lapangan sosiologi tetapi kemudian digunakan pula
dalam lapangan penelitian komunikasi massa.
John R Bittner (1996) mengistilahkan gatekeeper sebagai “individu-
individu atau kelompok orang-orang yang memantau arus informasi
dalam sebuah saluran komunikasi (massa)”. Jika diperluas maknanya,
yang disebut sebagai gatekeeper adalah orang yang berperan penting
dalam media massa seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, video
tape, compact disk dan buku.
7. Pengatur
Ada pola hubungan yang saling terkait antara media massa dengan
pihak lain. Pihak lain yang dimaksud adalah pemerintah dan
masyarakat. Hubungan ini biasanya selalu berjalan tidak harmonis.
2.2.2. Televisi
Televisi adalah alat penangkap siaran bergambar, yang berupa audio
visual dan penyiaran videonya secara broadcasting. Istilah ini berasal dari
Bahasa yunani yaitu tele (jauh) dan vision (melihat), jadi secara harfiah
berarti “jauh melihat” kerena pemirsa berada jauh dari studio TV
(Zoebazary, 2010: 255).
Televisi adalah media pandang juga sekaligus media pendengar
(audio visual), yang dimana orang tidak hanya memandang gambar yang
ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengar atau mencerna narasi
dari gambar tersebut (Badjuri, 2010: 39). Karena sifanya yang audio
visual itu membuat televisi merupakan suatu media yang unik sebagai
penyampaian pesan iklan, “Television unique and powerful advertising
medium because it contains the dements of sight, sound and motion, which
can be combined to created a variety of advertising appeal an
executions.” Televisi adalah media periklanan yang ideal, kemampuannya
untuk menggabungkan gambar-gambar visual, suara, gerakan dan warna
memberikan kesempatan pengiklan membangun daya cipta (kreatif) yang
paling hebat dan daya tarik imajinasi aktif dibandingkan media lainnya.
Menurut Skomis (1985), dibandingkan dengan media massa lainnya
(radio, surat kabar, majalah, buku dan lain sebaginya), televisi tampaknya
mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media
dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan,
bahkan gabungan dari ketiga unsur tadi. Dari berbagai media kontemporer
saat ini, televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan
paling memberikan pengaruh besar pada khalayak (Goonasekera, 2002:
2). Harold D Laswell (1946), televisi sebagai bagian dari komunikasi
massa mengungkapkan bahwa media massa memiliki fungsi:
1. Fungsi pengawasan sosial (social surveillance) yakni upaya
penyebaran informasi yang objektif mengenai berbagai peristiwa
yang terjadi di dalam dan diluar lingkungan sosial dengan tujuan
kontrol sosial agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Fungsi korelasi sosial (social correlation) merujuk pada upaya
pemberian interpretasi dan informasi yang menghubungkan antar
kelompok sosial atau antar pandangan dengan tujuan konsensus.
3. Fungsi sosialisasi merujuk pada upaya pewarisan nilai-nilai dari
satu generasi ke generasi lainnya atau dari satu kelompok ke
kelompok lainnya.
2.2.2.1.Karakteristik Televisi
Dalam buku Elvinaro (2007: 137-139) terdapat tiga macam
karakteristik televisi, yaitu:
1. Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran
lainnya, yakni dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak
radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka
khalayak televisi dapat melihat gambar bergerak.
2. Berfikir dalam gambar
Ada dua tahap yang dilakukan proses berfikir dalam gambar.
Pertama adalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata-
kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara
individual. Kedua, penggambaran (picturization) yakni kegiatan
merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga
kontinuitasnya mengandung makna tertentu.
2.2.3. Iklan
Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai “any paid form of
nonpersonal communication about an organization, product, service, or
ide by an identified sponsor” (setiap bentuk komunikasi nonpersonal
mengenai suatu organisasi, produk, servis atau ide yang dibayar oleh satu
sponsor yang diketahui). Adapun maksud “dibayar‟ pada defenisi tersebut
menunjukkan fakta bahwa ruang atau waktu bagi satu pesan iklan pada
umumnya harus dibeli. Maksud kata “nonpersonal‟ berarti suatu iklan
melibatkan media massa (TV, radio, majalah, koran) yang dapat mengirim
pesan ke sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan
(Morisan, 2010: 17).
Menurut KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) iklan merupakan
pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual,
dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di
tempat umum. Istilah advertising (periklanan) berasal dari kata Latin abad
pertengahan advertere, “mengarahkan perhatian kepada”. Istilah ini
menggambarkan tipe atau bentuk pengumuman publik apa pun yang
dimaksudkan untuk mempromosikan penjualan komoditas atau jasa,
untuk menyebarkan sebuah pesan sosial atau politik (Danesi, 2010: 362).
Sedangkan definisi iklan secara sederhana yakni pesan yang menawarkan
suatu produk untuk ditujukan kepada masyarakt lewat suatu media.
Dengan demikian periklanan dapat diartikan sebagai taktik untuk memikat
audience melalui berbagai strategi, serta mengevaluasinya, sehingga
dapat menganalisis efektifitas komunikasi antara source dan decoder
(Santosa, 2009 : 1).
Iklan (advertisement) adalah produk yang dihasilkan dari kegiatan
beriklan (periklanan atau advertising). Jadi, iklan adalah produknya
(barangnya, pesannya, bendanya). Sementara itu, iklan adalah segala
bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu
media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada
sebagian atau seluruh masyarakat. Dalam komunikasi periklanan, iklan
tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alatnya, tetapi juga alat
komunikasi lainnya seperti gambar, warna dan bunyi. iklan disampaikan
melalui dua saluran media massa, yaitu (1) media cetak (surat kabar,
majalah, brosur dan papan iklan). (2) media elektronik (radio, TV, film).
Pengiriman pesan adalah misalnya, penjualan produk sedangkan
1. Iklan nasional
Pemasang iklan adalah perusahaan besar dengan produk
yang tersebar secara nasional atau di sebagian besar wilayah suatu
negara. Iklan nasional pada umumnya muncul pada jam tayang
utama (prime time) di TV yang memiliki jaringan siaran secara
nasional dan juga pada berbagai media besar nasional serta media-
media lainnya.
2. Iklan lokal
Pemasang iklan adalah perusahaan pengecer atau perusahaan
dagang tingkat lokal. Iklan lokal bertujuan untuk mendorong
konsumen agar berbelanja pada toko-toko tertentu atau
menggunakan jasa lokal atau mengunjungi suatu tempat atau
institusi tertentu. Promosi yang dilakukan iklan lokal sering dalam
bentuk aksi langsung (direct action advertising) yang dirancang
untuk memperoleh penjualan secara cepat.
3. Iklan primer dan seleksif
Iklan primer atau disebut juga dengan primary demand
advertising dirancang untuk mendorong permintaan terhadap suatu
jenis produk tertentu atau untuk keseluruhan industri pemasang
iklan akan lebih fokus menggunakan iklan primer apabila merek
produk jasa yang dihasilkan mendominasi pasar dan mendapat
keuntungan paling besar jika permintaan terhadap jenis produk
bersangkutan secara umum meningkat. Iklan selektif atau selective
demand advertising memusatkan perhatian untuk menciptakan
permintaan terhadap suatu merek tertentu. Kebanyakan iklan
berbagai barang dan jasa yang muncul di media adalah bertujuan
untuk mendorong permintaan secara selektif terhadap suatu merek
atau barang jasa tertentu. Iklan selektif lebih menekankan pada
alasan untuk membeli suatu merek produk tertentu.
2.2.3.1.Periklanan Internet
Pada tahun 1996, America online membuka sebuah jendela
nonkomersial terakhir di ruang maya (cyberspace) dengan menggunakan
ruang-ruang chat publiknya terbuka bagi para pengiklan. Iklan –iklan
berotasi setiap menit, muncul di sudut kanan atas layar. Dalam sebuah
survei Ernst dan Young, hampir setengah jumlah pengecer yang menjadi
responden berkata bahwa mereka memperkirakan internet meningkatkan
penjualan hingga 10% pada tahun 2000. Menurut majalah fortune, semakin
banyak bisnis yang mendapati bahwa internet atau web, mulai mirip
dengan sebuah mall (Lee, 2007: 281).
A. Internet
Internet merupakan jaringan global dari komputer-komputer yang
saling terhubungkan dimana satu individu yang terhubung dengan sebuah
jaringan dapat bercakap–cakap dengan komputer mana pun dari ribuan
komputer lain seandainya jaringan tersebut juga terhubungkan dengan
berbagai jaringan. Tanpa bergantung dari sistem operasi jaringan atau
komputer pribadi.
Internet awalnya merupakan sebuah proyek Dapartemen Pertahanan
Amerika Serikat pada tahun 1960an sebagai piranti untuk menjamin
komunikasi selama serangan nuklir. Ini tumbuh menjadi sarana berbagi
informasi di kalangan universitas pada tahun 1970-an dan 1980-an untuk
proyek-proyek riset. Pada tahun 1990-an menjadi saksi kelahiran world
wide web (www), hypertext dan browser grafis telah menjadikan ruang
maya sebuah tempat yang sangat bersahabat dan mengakibatkan banyak
pihak berhamburan agar terhubung. Satu kesalah tafsiran yang umum
dijumpai, yaitu bahwa web dan internet adalah satu dan sama. Tentu saja
bukan. Istilah internet merujuk pada infrastuktur fisik dari sebuah jaringan
komputer global yang saling terhubung. Web merujuk pada satu dari banyak
mode penyimpanan dan transfer data yang umun digunakan di internet (Lee,
2007: 282).
1. Periklanan Web
Ribuan pemasar telah berpaling ke internet sebagai sebuah media
prospektif untuk mempromosikan merek-merek mereka dan
mentransaksikan penjualan. Ratusan perusahaan telah berbondong-bondong
untuk pamer diri di situs web, yang dikenal juga sebagai homepage.
Kebanyakan dari meraka menawarkan iklan-iklan produk dan jasa
perusahaan. Homepage juga digunakan untuk menebarkan materi-materi
promosi seperti edaran pers, paparan latar belakang (sejarah perusahaan),
berita berkala, dan materi pendidikan konsumen. Sebagai tambahan,
perusahaan-perusahaan sekarang menggunakan internet demi tujuan
promosi produk dan insentif-insentif lain (Lee, 2007: 285).
2.2.5. Semiotik
2.2.5.1.Konsep semiotika
Secara Etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani
semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu
yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap
mewakili sesuatu yang lain (Morisan, 2013: 31). Secara Terminilogis,
semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan
pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri, sedangkan makna atau arti adalah
hubungan antara objek ide dengan tanda. Kedua konsep tersebut menyatu
dalam berbagai teori komunikasi, khususnya teori komunikasi yang
memberikan perhatian pada simbol, bahasa serta tingkah laku non verbal.
Kelompok teori ini menjelaskan bagaimana tanda yang dihubungkan
dengan makna dan bagaimana tanda diorganisasi. Studi yang membahas
mengenai tanda ini disebut dengan semiotika (Morisan, 2013: 31).
Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial,
memahami dunia sebagai suatu sistem hubungan yang memilki unit dasar
dengan “tanda”. Maka dari itu, semiotika, Umberto Eco menyebut tanda
sebagai suatu “kebohongan” dan di dalam tanda ada sesuatu yang
tersembunyi di baliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri. Saat
memahami teks media, seringkali kita dihadapkan pada tanda-tanda
semacam ini, yang perlu diinterpretasikan dan dikaji ada apa di balik tanda-
tanda itu (Wibowo, 2013: 7-9).
Semiotika modern memang mempunyai dua bapak, yaitu yang satu
Charles Sanders Pierce (1857-1914), yang lain Ferdinan De Saussure (1857-
1913). Mereka tidak saling mengenal (Zoest, 1996: 1). Kenyataan bahwa
mereka tidak saling mengenal, menurut Zoest menyebabkan adanya
perbedaan-perbedaan yang penting, terutama dalam penerapan konsep-
konsep antara hasil karya para ahli semiotik yang berkiblat pada Pierce di
satu pihak dan hasil karya para pengikut Saussure di pihak lain.
Ketidaksamaan itu, kata Zoest mungkin terutama disebabkan oleh
perbedaan yang mendasar: Pierce ahli filsafat dan logika, sedangkan
Saussure adalah cikal bakal lingustik umum (Sobur, 2009 :110).
Dalam pandangan Saussure, makna sebuah tanda sangat dipengaruhi
oleh tanda yang lain. Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang
beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks
yang rumik, tersembunyi dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini
kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan
arti penunjukan (denotative) kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan
diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda. Pelaksanaan hal itu
dilakukan dengan mengakui adanya mitos yang telah ada dan sekumpulan
gagasan yang bernilai yang berasal dari kebudayaan dan disampaikan
melalui komunikasi. Hingga saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan
macam semiotik yang kita kenal sekarang. Jenis-jenis semiotik ini antara
lain (Sobur, 2006: 100-101):
1. Semiotik Analitik merupakan semiotik yang menganaisis sistem tanda.
Pierce mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan
menganalisisnya menjadi ide, objek dan makna. Ide dapat dikatakan
sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam
lambang yang mengacu pada objek tertentu.
2. Semiotik Deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda
yang dapat kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu
tetap seperti yang disaksikan sekarang.
3. Semiotik Faunal Zoo merupakan semiotik yang khusus memperhatikan
sistem tanda yang dihasilkan hewan.
4. Semiotik Kultural, merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem
tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat.
5. Semiotik Naratif, semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi
yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore).
6. Semiotik Natural, merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem
tanda yang dihasilkan oleh alam.
7. Semiotik Normatif, merupakan semiotik yang khusus membahas sistem
tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.
8. Semiotik Sosial, merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem
tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujudkan lambang, baik
lambang kata maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat.
9. Semiotik Struktural, merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem
tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Signifier Signified
(penanda) (petanda)
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri
atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes,
tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga
mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.
Lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap
pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi), dan signified
(content) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itulah yang
disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda (sign)
(Wibowo, 2011: 16-17).
Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki
makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif
yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes
yang berarti bagi penyempurna semiologi Saussure, yang berhenti pada
penandaan dan tatanan denotatif. Konotasi dan denotasi sering dijelaskan
dalam istilah tingkatan representasi atau tingkatan nama. Secara ringkas,
denotasi dan konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut (Birowo, 2004: 57):
Denotasi adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign, dan
antara sign dengan referent (objek) dalam realitas eksternal. Konotasi
adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau
emosi pembaca atau pengguna dan nilai-nilai budaya mereka. Makna
menjadi subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka dalam
penafsirannya pada konotasi dari pada denotasi.
Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak
mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Maknanya disebut
makna denotatif. Makna denotatif memiliki beberapa istilah lain seperti
makna denotasional, makna refrensial, makna konseptual, atau makna
idenasional. Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung arti
tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar
yang umum. Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna
konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif (Sumadiria, 2006: 27).
Konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai
“mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran
bagi nilai-nilai dominan yang berlaku pada suatu periode tertentu. Di dalam
mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda dan tanda, namun
sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai
pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau, dengan kata lain, mitos adalah
juga suatu sistem pemaknaan tataran kedua (Sobur, 2004: 69).
Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak
intersubjektif. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan
tanda terhadap sebuah objek, sedangkan makna konotasi adalah bagaimana
cara menggambarkannya. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan
dengan isi, tanda bekerja melalui mitos. Mitos adalah bagaimana
kebudayaan menjelaskan atau memahami berbagai aspek tentang realitas
atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah
mempunyai suatu dominasi (Wibowo, 2011: 16).
padat, maka masuk ke medium long shot. Angle MLS sering dipakai
untuk memperkaya keindahan gambar (Fachruddin, 2012: 149).
5. Medium shot (MS), “gambar diambil dari pinggul pokok materi
sampai pada kepala pokok materi”. Ukuran MS, bisa digunakan
sebagai komposisi gambar terbaik untuk wawancara. Dimana
pemirsa dapat melihat dengan jelas ekspresi dan emosi secara
langsung (Fachruddin, 2012: 150).
6. Middle close up (MCU), “dari dada pokok materi sampai puncak
kepala.” MS dapat dikategorikan sebagai komposisi “potret
setengah badan” dengan keleluasaan background yang masih bisa
dinikmati. MS memperdalam gambar dengan menunjukkan profil
dari objek yang direkam (Fachruddin, 2012: 150).
7. Close up (CU), “meliputi wajah yang keseluruhan dari pokok
materi”. Objek menjadi titik perhatian utama dalam pengambilan
gambar dan latar belakang hanya terlihat sedikit. CU fokus kepada
wajah, digunakan sebagai komposisi gambar yang paling baik untuk
menggambarkan emosi atau reaksi seseorang.
8. Big close up (BCU), lebih tajam dari CU, yang mampu
mengungkapkan kedalaman pandangan mata, kebencian raut muka
dan emosional wajah. Tanpa intonasi/narasi BCU sudah bisa
mewujudkan arti reaksi spontanitas atau refleks seseorang. BCU
juga dapat digunakan untuk objek berupa benda wayang, asap rokok
ataupun makanan (Fachruddin, 2012: 150).
9. Extreme close up (ECU), “kekuatan ECU pada kedekatan dan
ketajaman yang hanya fokus pada satu objek”. Paling sering
digunakan untuk memperhebat emosi dari suatu pertunjukkan musik
atau situasi yang dramatis. Kelemahan ECU, akan sulit untuk
menciptakan depth of field, karena jarak objek dan jangkauan lensa
kamera terlalu dekat. Misalnya: ketika anda fokus pada mata maka
gambar di sekitarnya menjadi soft atau tidak fokus (Fachruddin,
2012: 151).
D. Pencahayaan
Pencahayaan gambar juga akan menciptakan suasana mood yang
berbeda. Dengan pencahayaan yang cerah dan riang tidak akan
menampilkan suasana atau mood yang sedih dan misterius.
1. High key: memberi kesan riang dan cerah.
2. Low key: memberi kesan suram dan muram.
3. High contrast: dramatikal dan teatrikal.
4. Low contrast: realistic serta terkesan seperti dokumenter.
Pengambilan Gambar
Tipe Lensa
Fokus
Pencahayaan
Pewarnaan
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif
yang dipakai untuk mengetahui dan menganalisis apa yang justru tidak terlihat,
atau dengan kata lain penelitian kualitatif justru ingin melihat komunikasi yang
tersirat. Kirk dan Miller (1986: 9) sebagaimana dikutip Moehadjir (2000),
penelitian kualitatif pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang
dipertentang dengan pengamatan kuantitatif. Lalu mereka mendefinisikan
bahwa metodologi kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
kekhasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya.
Wibowo (2013: 27) Semiotika adalah salah satu bagian dari bentuk
analisis isi kualitatif yang amat berbeda dengan penelitian analisis isi
kuantitatif. Apabila analisis kuantitatif lebih memfokuskan risetnya pada isi
komunikasi yang tersurat (tampak atau manifest), penelitian kualitatif justru
sebaliknya. Penelitian kualitatif justru dipakai untuk mengetahui dan
menganalisis apa yang justru tidak terlihat.
53
Universitas Sumatera Utara
49
eksternal. Itu yang disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata
dari tanda (sign). Tahap kedua yaitu konotasi yang menggambarkan interaksi
yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi. Dengan kata lain
denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap suatu objek, sedangkan
makna konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya.
3.2.Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah iklan Citra Pearl White
UV Hand and Body Lotion versi Febby Rastanty yang tampil di televisi
Indonesia. Adapun iklan ini bercerita tentang sekelompok wanita yang
bertujuan untuk pergi ke Grand Bazaar. Namun karena cuaca yang begitu panas
salah satu wanita mencoba memakai pakaian yang tertutup karena takut
kulitnya gosong karena paparan sinar matahari, sebagaimana dalam dialognya
“tunggu..tunggu…baju proteksi gosong” kemudian kamera terlihat secara close
up pada sarung tangan dan syal yang menutupi wajahnya.
Ditengah perjalanan tampak dua wanita yang sedang menggunakan
transportasi ojek. Salah satu diantaranya yaitu seorang wanita yang berpakaian
tertutup tampak takut karena panas-panasan serta debu yang membuat kulitnya
kusam dan wanita yang satunya tampak santai dan tersenyum dengan pakaian
berlengan pendek.
Pada scene selanjutnya mereka telah sampai di Grand Bazaar, namun
salah satu wanita yang tadi berpakaian tertutup tampak sedih karena kulitnya
tetap gosong atau hitam, sebagaimana dalam dialognya “udah jaketan kok
masih gosongan aku sih”, kemudian kamera close up membandingkan tangan
wanita tersebut dengan sang model.
Wanita tersebut akhirnya diberi produk Citra Pearl White UV Hand and
Body Lotion oleh sang model. Karena rahasia kecerahan kulit sang model
berasal dari produk Citra Pearl White UV. Dialog sang model “sinar UV kan
masih bisa tembus, makanya aku pake Citra Pearl white UV” kamera pun close
up ke produk Citra. Pada scene akhir dua wanita tampak bahagia dengan
memiliki kulit putih cerah setelah memakai produk Citra Pearl White UV Hand
and Body Lotion
3.3.Kerangka Analisis
Penelitian ini mengambil unit analisis berupa iklan Citra Pearl White UV
Hand and Body Lotion yang ditayangkan di beberapa TV swasta pada tahun
2019. Iklan ini berdurasi 30 detik. Iklan ini menampilkan lima scene yang terdiri
dari 10 shot atau gambar. Scene dan gambar yang terpilih akan dianalisis
berdasarkan makna denotatif dan konotatifnya berdasarkan konsep semiotika
Roland Barthes.
1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian yang dilakukan menghimpun informasi yang relevan
dengan topik yang sedang diteliti yang diperoleh dari buku-buku, karya
ilmiah, ensiklopedia, internet dan sumber-sumber lainnya.
2. Pengamatan Langsung
1. Data primer
2. Data sekunder
3. Data dokumenter
Data dokumenter merupakan kumpulan data yang diperoleh
dari iklan Citra Pearl White UV Hand and Body Lotion yang
berupa format mp4.
Analisis data kualitatif digunakan bila data yang terkumpul dalam riset
adalah data kualitatif. Data kualitatif dapat berupa kata-kata, kalimat-kalimat
atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun
observasi. Riset kualitatif adalah riset yang menggunakan cara berfikir induktif,
yaitu cara berfikir yang berangkat dari dari hal-hal yang khusus (fakta empiris)
menuju hal-hal yang umum (tataran konsep). Aspek yang akan digunakan
dalam iklan ini akan menggunakan pendekatan kerangka analisis Roland
Barthes, yaitu signifikasi dua tahap (two order of signification) yaitu denotasi
dan konotasi.
1. Video iklan Citra Pearl White UV Hand and Body Lotion di download
dari internet.
2. Video yang berdurasi 30 detik, terdiri dari 5 scene dan 10 shot (gambar)
yang dianggap berpotensi dan mempermudah penelitian.
3. Dari gambar yang sudah dipilih akan dibentuk menjadi beberapa cerita.
4. Dalam iklan Citra Pearl White UV terdapat teks yang muncul. Karena
itu penelitian ini akan dipilah dari gambar dan teks yang ada dalam iklan
menjadi aspek penting untuk diteliti.
Pada iklan Citra Pearl White UV Hand and Body Lotion versi Febby
Rastanty menceritakan sekelompok wanita yang pergi ke Grand Bazaar disiang
hari dengan cuaca yang panas. Salah satu wanita takut kulitnya gosong atau hitam
karena sinar matahari, mencoba mencegahnya dengan memakai pakaian yang
tertutup selama di perjalanan, namun usahanya gagal karena kulitnya tetap hitam
meski telah dicegah. Hal ini berbanding terbalik dengan sang model yaitu Febby
Rastanty yang tetap percaya diri tanpa takut sinar matahari yang membuat kulitnya
hitam. Rahasia sang model yang membuat kulitnya tetap putih karena selalu
memakai produk Citra Pearl White UV Hand and Body Lotion kemanapun. Berikut
scene dan gambar dalam iklan Citra Pearl White UV Hand and Body Lotion:
Gambar 2
53
Universitas Sumatera Utara
54
Ketakutan salah satu wanita akan kulitnya yang gosong akibat terkena sinar
matahari maka dia menutupi seluruh tubuhnya.
Memiliki kulit gosong atau hitam itu Sinar matahari bisa membuat kulit
jelek dan harus dihindari menjadi gosong atau hitam sehingga
harus dihindari.
Wanita takut memiliki kulit yang gosong atau hitam karena menandakan jelek
dan harus dihindari.
Makna denotasi dalam scene ini yakni ketakutan seorang wanita akan kulit
yang gosong atau hitam sehingga menutupi wajah dan tangannya agar terhindar dari
sinar matahari, sebagaimana juga dialog yang diucapkan wanita dalam scene
tersebut “tunggu-tunggu… baju proteksi gosong”. Kalimat tersebut menandakan
ketakutan wanita tersebut akan terkena sinar matahari sehingga mengibaratkan syal
dan jaketnya sebagai baju proteksi yang dapat menghindari kulitnya dari sinar
matahari agar tidak gosong.
memiliki warna kulit putih bukan dengan kulit yang gosong atau hitam. Iklan ini
seakan menggambarkan kulit gosong atau hitam adalah momok yang menakutkan
bagi kaum hawa sehingga harus dihindari.
Gambar 3
Seorang wanita menutupi tubuh dan wajahnya karena takut panas-panasan dan
debu saat di jalan.
Kulit wanita jangan sampai kusam atau gosong karena panas-panasan dan debu
pada saat di jalan (dalam perjalanan). Maka dari itu harus menggunakan body
lotion yang tepat.
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Kekecewaan salah satu wanita karena kulitnya gosong, meskipun dia telah
menutupi seluruh wajah dan tubuhnya agar tidak terkena sinar UV.
Kulit yang gosong atau hitam itu jelek Model yang memiliki warna kulit putih
dan harus dirubah. menjadi contoh kepada wanita
Indonesia lainnya untuk berbondong-
bondong mengubah warna kulitnya
dalam rangka menghindari stigma
jelek dan membuat perasaan kecewa.
Wanita Indonesia dipaksa percaya bahwa memiliki kulit yang gosong atau hitam
identik dengan kejelekan yang harus dirubah
Makna denotasi dalam scene ini yakni kekecewaan dari salah satu wanita
yang kulitnya tetap gosong atau hitam meski sudah menutupi kulitnya dengan jaket
dan sarung tangan. Sedangkan makna konotasi dalam scene ini adalah meskipun
telah memakai jaket atau pakaian yang tertutup sinar UV tetap akan tembus atau
membuat kulit gosong atau hitam, maka dari itu perlu body lotion untuk
melindunginya. Hal ini juga terlihat dalam gambar 7 sang model memberikan saran
kepada sang teman untuk memakai produk Citra Pearl White UV Hand and Body
Lotion. Dari scene tersebut dapat diartikan bahwa perempuan pasti kecewa jika
memiliki kulit kusam, hitam atau gosong. Iklan ini menunjukan sang model yang
berkulit putih adalah contoh dan intepretasi untuk standar wanita yang cantik, yaitu
wanita yang berkulit putih.
4. Analisis Pilihan 4
Penanda (Signifier) Petanda (Signified)
Gambar 9
Produk Citra Pearl White UV Hand and Body Lotion dengan 100% natural
Korean Pearl Essence, Mulbery Essence, UV A+B Filter melindungi kulit dari
sinar matahari sekaligus juga mencerahkan kulit sang model.
Warna kulit putih dan flawless adalah Warna kulit putih flawless dan mulus
wujud kesempurnaan dan kecantikan mayoritas dimiliki oleh penduduk
seorang perempuan Korea dan menjadi standar kecantikan
di Korea, disebarluaskan ke Indonesia
melalui iklan ini
Warna kulit wanita Korea adalah kulit yang sempurna, penduduk Indonesia
masih terperangkap dalam memaknai kecantikan pada dirinya sendiri padahal
penduduk Indonesia mayoritas mempunyai warna kulit asli yang sawo matang.
Korea masih menjadi kiblat kecantikan bagi wanita Indonesia, kulit yang
mulus dan flawless seperti bintang-bintang Korea Selatan menjadi dambaan wanita
Indonesia. Produk kecantikan asal Negeri Ginseng ini pun menjadi favorit.
Sebanyak 46 persen responden survei ZAP Beauty Index 2018 yang melibatkan
17.889 wanita Indonesia mengatakan paling suka produk kecantikan asal Korea,
diikuti oleh produk Indonesia (34 persen), dan produk asal Jepang (21 persen)
(https://lifestyle.kompas.com/read/2018/08/20/173500420/korea-selatan-masih-
jadi-kiblat-kecantikan-wanita-indonesia).
Bermula dari kedatangan orang Belanda, imajinasi akan citra warna kulit
bertaut erat dengan sentimen rasial pembagian masyarakat Indonesia berdasar ras
Pribumi, Timur Asing dan Eropa dengan pembatasan hak-hak politiknya masing-
masing. Putih pada masa penjajahan Belanda bukan hanya tentang ideal warna
kulit. Akan tetapi, juga tentang proses hegemoni emosional (penundukan) kelas
Gambar 10
Salah satu wanita yang sebelumnya terlihat murung dengan pakaian yang selalu
tertutup untuk menutupi kulitnya, kini terlihat gembira mengenakan pakaian
terbuka dengan kulit yang tampak cerah.
Selain penanda dan petanda yang perlu dianalisis adalah bagaimana makna
dari penanda dan petanda. Makna menurut Fiske merupakan interaksi dinamis
antara tanda, interpretan dan objek (Fiske, 2010: 118-119). Pada tatanan pertama
dikenal dengan makna denotasi yakni makna paling nyata dari sebuah penanda dan
petanda, sedangkan makna konotasi adalah tatanan kedua yaitu sebuah makna yang
sudah berhubungan dengan social culture dimana penanda, petanda itu membentuk
sebuah tanda. Saussure menjelaskan terkait makna denotasi dan konotasi. Pada
tatanan denotasi menurutnya menggambarkan antara relasi dari penanda, petanda
dalam sebuah tanda. Tanda dengan reverentnya dalam realitas eksternal, hal ini
mengacu pada anggapan umum, makna jelas tentang tanda. Barthes menyebutnya
makna denotasi. Makna konotasi dalam istilah Barthes konotasi dipakai untuk
menjelaskan salah satu dari tiga cara kerja, kerja dalam tatanan pertandaan.
Konotasi menggambarkan interkasi antara tanda bertemu dengan perasaan atau
emosi penggunanya dan nilai-nilai kultur.
Tabel 4.1
Dalam scene 1, terdapat beberapa wanita yang sedang berada diluar. Salah
satu wanita mengajak teman-temannya pergi ke Grand Bazaar, sang model berkata
“yuk ke Grand Bazaar”, namun karena cuaca yang panas salah satu wanita
memakai “baju proteksi” untuk menghindari kulitnya dari sinar matahari
sebagaimana dalam dialognya “tunggu..tunggu…baju proteksi gosong”.
Tabel 4.2
Dalam scene 2 nampak dua wanita yang sedang dalam perjalanan yang
menggunakan transportasi ojek. Iklan ini menunjukan comparation (perbandingan)
antara wanita yang takut kulitnya kusam dan hitam sehingga memakai pakaian
tertutup sedangkan wanita yang satunya terlihat lebih santai meski memakai
pakaian berlengan pendek.
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
2. Makna Kecantikan
1. Dalam scene 1
Makna kecantikan pada scene 1 adalah seorang wanita takut
memiliki kulit hitam karena cantik menurut wanita Indonesia adalah
memiliki kulit yang putih.
2. Dalam scene 2
Agar kulit tidak terlihat kusam dan hitam maka wanita harus
menjaga kulitnya dan mencegahnya dari hal-hal yang membuat kulit
menjadi jelek. Seperti sinar matahari yang membuat kulit gosong atau
hitam, maka harus dicegah. Salah satunya dengan menggunakan body
lotion yang tepat.
3. Dalam scene 3
Makna dalam scene ini perempuan pasti kecewa jika memiliki kulit
yang putih pucat tak bersinar atau kusam. Bahkan kulit yang gosong
atau hitam membuat wanita tampak tidak percaya diri.
4. Dalam scene 4
Warna kulit ala Korea menjadi dambaan wanita Indonesia. Karena
warna kulit yang putih glowing dan flawless menjadi standar kecantikan
di Indoneia.
5. Dalam scene 5
Dua wanita terlihat bahagia karena telah memiliki kulit cerah
merona yang bersinar. Kebahagiaan yang paling menyenangkan dari
seorang wanita adalah ketika mempunyai kulit putih cerah bersinar
(glowing).
Makna Denotatif dikaji pada tahap pertama (1). Signifier (2). Signified (3). Sign
(meaning), Sedangkan makna konotatif makna konotatif dikaji pada dua tahap
I.SIGNIFIER, II.SIGNIFIED, III.SIGN. Form (bentuk) pada signifier memiliki
form dan substance, bagitu pula Concept (konsep) pada signifier memiliki form dan
subtance. Mitos diuraikan dalam tiga unsur dengan menggunakan penamaan yang
sama dengan sistem semiotik tahap pertama, yaitu signifier (penanda), signified
(petanda), dan sign (tanda) itu sendiri. Namun Barthes membedakannya dalam
sistem semiotik dua tahap yaitu nama form (bentuk), concept (konsep), serta
signification (signifikasi) antara bentuk dan konsep. Penanda adalah aspek material
sedangkan petanda sendiri merupakan kesatuan dari suatu bentuk penanda.
Penanda dalam sebuah iklan atau yang disebut dengan Signifier dapat
berbentuk ekspresi atau juga disebut sebagai bentuk medium yang diambil dari
sebuah tanda yang dapat berupa bunyi, gambar atau coretan yang dapat dimaknai.
Sedangkan petanda yakni Penanda dan petanda kecantikan dalam Iklan Citra Pearl
White UV Hand and Body Lotion yakni ekspresi dari model yang terdapat dalam
iklan. Yang pertama pada tabel 4.1 tentang analisis kecantikan berupa ketakutan
akan kulit yang gosong atau hitam, dengan ekspresi yang ditunjukan oleh salah satu
wanita yang menutupi tubuhnya dengan pakaian yang sangat tertutup untuk
menghindari kulitnya dari sinar matahari, sebagaimana juga dalam dialognya
“tunggu..tunggu.. baju proteksi gosong”.
Kemudian pada tabel 4.3 yang menjadi penanda kecantikan dimana salah
wanita kecewa karena kulitnya yang tetap gosong atau hitam meski telah
menggunakan pakaian yang tertutup lalu membandingkan dengan kulit si model
yang lebih putih dan cerah. Kemudian pengambilan gambar secara Close Up untuk
menunjukan perbandingan kulit wanita yang hitam dengan kulit sang model yang
putih.
Selanjutnya pada tabel 4.4 yang menjadi penanda yakni ditunjukkan oleh
sang model pada saat memakai produk Citra Pearl White UV dimana kulitnya halus
dan glowing karena memakai produk Citra. Monolog sang model “dengan 100%
natural Korean Pearl Essence, Mulbery Essence juga UV A+B Filter melindungi
kulit dari matahari sekaligus mencerahkan”
Kemudian pada tabel 4.5 yang menjadi penanda yakni kebahagian dua
wanita yang memiliki warna kulit putih dan cerah. Salah satu wanita yang tadinya
memiliki kulit kusam dan hitam pada scene akhir tampak bahagia karena memiliki
kulit putih yang cerah dan halus.
a. Makna Denotasi
1. Dalam scene 1 makna denotatif yakni wanita takut terkena sinar
matahari karena dapat membuat kulit menjadi gosong atau hitam.
2. Dalam scene 2 makna denotatif yakni wanita menutupi kulitnya dengan
pakaian tertutup agar kulit tidak kusam dan gosong pada saat di
perjalanan.
3. Dalam scene 3 makna denotatif yakni kekecewaan wanita karena
memiliki kulit gosong meski sudah dicegah dan tidak terlihat putih
seperti sang model.
4. Dalam scene 4 makna denotatif yang muncul yakni kecantikan kulit
segar cerah merona yang dapat dihasilkan dengan menggunakan produk
Citra Citra Pearl White UV. Dengan 100% natural Korean Pearl
Essence, Mulbery Essence, UV A+B Filter.
5. Dalam scene 5 makna denotatif yang muncul yakni wanita tampak
bahagia karena pada akhirnya memiliki warna kulit yang putih glowing,
terlihat sama seperti sang model.
b. Makna Konotatif
1. Makna konotasi yang muncul pada scene 1 yakni Kulit yang gosong atau
hitam adalah momok yang menakutkan bagi wanita sehingga harus
dicegah atau dihindari.
2. Makna konotasi yang muncul pada scene 2 agar diperjalanan kulit tidak
kusam dan hitam maka harus dicegah dengan menggunakan body lotion
yang tepat.
3. Makna konotasi yang muncul pada scene 3 kulit yang gosong atau hitam
harus dirubah agar seperti sang model yang memiliki kulit putih dan
cerah.
4. Warna kulit wanita Korea adalah warna kulit putih flawless sehingga
dianggap warna kulit yang sempurna dan menjadi dambaan warna kulit
wanita Indonesia.
5. Kebahagiaan yang paling menyenangkan dari seorang wanita adalah
ketika mempunyai kulit putih cerah merona yang bersinar.
Namun di sisi lain, dalam iklan Citra Pearl White UV Hand and Body Lotion
juga membawa ideologi utama yang terdapat didalamnya yakni hegemoni
kecantikan versi kulit putih layaknya orang korea atau jenis kulit Fair (putih sedikit
pink dari ras mongoloid) dan flawless ala wanita korea. Dimana, kecantikan yang
berasal dari warna kulit sawo matang atau warna kulit kuning langsat tidak
dianggap indikator kecantikan.
5.1.Simpulan
Berdasarkan penyajian data yang telah diuraikan dan hasil analisis data
yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa, makna denotasi dalam iklan yakni:
1. Dalam scene 1 makna denotatif yaitu wanita takut terkena sinar matahari
karena dapat membuat kulit menjadi gosong atau hitam.
2. Dalam scene 2 makna denotatif yakni wanita menutupi kulitnya dengan
pakaian tertutup agar kulit tidak kusam dan gosong pada saat di
perjalanan.
3. Dalam scene 3 makna denotatif yakni kekecewaan wanita karena
memiliki kulit gosong meski sudah dicegah dan tidak terlihat putih
seperti sang model.
4. Dalam scene 4 makna denotatif yang muncul yakni kecantikan kulit
segar cerah merona yang dapat dihasilkan dengan menggunakan produk
Citra Pearl White UV. Dengan 100% natural Korean Pearl Essence,
Mulbery Essence, UV A+B Filter.
5. Dalam scene 5 makna denotatif yang muncul yakni wanita tampak
bahagia karena pada akhirnya memiliki warna kulit yang putih glowing,
terlihat sama seperti sang model.
1. Kulit yang gosong atau hitam adalah momok yang menakutkan bagi
wanita sehingga harus dicegah atau dihindari.
2. Makna konotasi yang muncul pada scene 2 agar diperjalanan kulit tidak
kusam dan hitam maka harus dicegah dengan menggunakan body lotion
yang tepat.
3. Makna konotasi yang muncul pada scene 3 kulit yang gosong atau hitam
harus dirubah agar seperti sang model yang memiliki kulit putih dan
cerah.
75
Universitas Sumatera Utara
76
4. Warna kulit wanita Korea adalah warna kulit putih flawless sehingga
dianggap warna kulit yang sempurna dan menjadi dambaan warna kulit
wanita Indonesia.
5. Kebahagiaan yang paling menyenangkan dari seorang wanita adalah
ketika mempunyai kulit putih cerah merona yang bersinar.
Sedangkan penanda dan petanda yang terdapat pada iklan yakni Penanda
dalam sebuah iklan atau yang disebut dengan Signifier dapat berbentuk ekspresi
atau juga diebut sebagai bentuk medium yang diambil dari sebuah tanda yang
dapat berupa bunyi, gambar atau coretan yang dapat dimaknai. Sedangkan
penanda dan petanda kecantikan dalam Iklan Citra Pearl White UV yakni
ekspresi dari model yang terdapat dalam iklan. Pertama pada tabel 4.1 tentang
analisis kecantikan berupa ketakutan akan kulit yang gosong atau hitam, dengan
ekspresi yang ditunjukan oleh salah satu wanita yang menutupi tubuhnya
dengan pakaian yang sangat tertutup untuk menghindari kulitnya dari sinar
matahari, sebagaimana juga dalam dialognya “tunggu..tunggu.. baju proteksi
gosong”.
Selanjutnya pada tabel 4.2 yang menjadi penanda kecantikan yakni
mencegah kulit kusam dan gosong pada saat diperjalanan. Dimana terlihat dua
wanita yang mana salah satu diantaranya menggunakan pakaian tertutup seakan
takut kulit gosong karena sinar matahari.
Kemudian pada tabel 4.3 yang menjadi penanda kecantikan dimana salah
wanita kecewa karena kulitnya yang tetap gosong atau hitam meski telah
menggunakan pakaian yang tertutup lalu membandingkan dengan kulit si model
yang lebih putih dan cerah. Kemudian pengambilan gambar secara Close Up
untuk menunjukan perbandingan kulit wanita yang hitam dengan kulit sang
model yang putih.
Selanjutnya pada tabel 4.4 yang menjadi penanda yakni ditunjukkan oleh
sang model pada saat memakai produk Citra Pearl White UV dimana kulitnya
halus dan glowing karena memakai produk Citra. Monolog sang model “dengan
100% natural Korean Pearl Essence, Mulbery Essence juga UV A+B Filter
melindungi kulit dari matahari sekaligus mencerahkan”
Kemudian pada tabel 4.5 yang menjadi penanda yakni kebahagian dua
wanita yang memiliki warna kulit putih dan cerah. Salah satu wanita yang
tadinya memiliki kulit kusam dan hitam pada scene akhir tampak bahagia
karena memiliki kulit putih yang cerah dan halus.
5.2.Rekomendasi
Mengingat keterbatasan penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat
diberikan sebagaimana mestinya dalam menanggapi dan mencerna tanda, objek
dan penafsiran tentang kecantikan dalam kajian semiotik pada iklan Citra Pearl
White UV Hand and Body Lotion, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti diharapkan lebih aktif dalam
menganalisis kajian analisis teks media yang bertumpu pada aspek
semiotika iklan. seperti pada aspek poses konstruksi iklan, resepsi khalayak
terhadap iklan atau hal-hal lain yang belum dilakukan pada penelitian ini.
2. Bagi khalayak, haruslah memiliki pemahaman lebih untuk memilah
tayangan iklan yang baik dan layak ditonton. Sedangkan tidak semua iklan
yang ditampilkan oleh media merepresentasikan realitas yang sebenarnya.
3. Bagi agensi, untuk lebih bijak dalam membuat iklan. Dengan demikian
masyarakat akan tetap tampil percaya diri dengan apapun jenis warna kulit
mereka tanpa ada rasa kecemasan dan kekecewaan. Hal ini akan
memberikan makna pesan dan sasaran yang tepat untuk diterima oleh
khalayak atau masyarakat.
Amelia, Lia. (2009). Mitos Cantik di Media. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.
Baran, Stanley J. (2012). Pengantar Komunikasi Massa Melek Media Dan Budaya:
PT Gelora Aksara Pratama.
Danesi, Marcel. (2010). Pesan, Tanda Dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai
Semiotika Dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti.
78
Universitas Sumatera Utara
79
Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Fiske, Jhon. (2010). Cultural & Commucation Sudies: Sebuah pengantar paling
komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Hidayat, Dedy Nur. (1999). Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol III:
Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi. Jakarta: IKSI Dan
ROSDA
Lee, Monle. (2007). Prinsip- Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global.
Jakarta: Prenada Media Group.
Mahami, Kamil Hasan Muhammad. (2016). Cantik Islami : Sosok Muslimah yang
Dinanti. Jakarta: Almahira.
Rivers, William L dkk. (2003). Media Massa Dan Masyarakat Modern. Jakarta:
Prenada Media.
Sumadiria, A.S Haris. (2006). Bahasa Jurnalistik: Paduan Praktis Penulis Dan
Jurnalis. Bandung: Refika Aditama
Piliang, Amir Yasraf. 2012. Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan
Matinya Makna. Bandung: Matahari
Yulianto, Ita. (2007). Pesona Barat: Analisa Kritis Historis Tentang Kesadaran
Warna Kulit di Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra.
Zoebazary. Ilham. (2010). Kamus Istilah Televisi Dan Film. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sumber Jurnal:
Djamereng, Asni. 2018. Analisis Semiotika Pada Iklan Di Televisi (Iklan Wardah
Dan Iklan Total Almeera).
Ayu, Yudhistya. 2016. Makna Kecantikan Pada Iklan Televisi Kosmetik studi
kasus: Mazaya Divine Beauty.
Budiardjo, Hardman. 2010. Representadsi Kecantikan Pada Iklan Clear Soft Shiny
and Model.
Froezt L.M.,V dan Murnen, S.K. 2002. The Effect of Experimental Presentation of
Thin Media Image and Bady Sensatio: A Meta-Analytic Review. Internatioal
Journal of Eating Disorder.
Sumber Skripsi:
Aprilia, Ratna Dwi. 2005. Iklan dan Budaya Populer: Pembentukan Identitas
Ideologis Kecantikan Perempuan oleh Iklan, (Analisis Semiotika Iklan Cetak WRP
Body Shape & Prolene).
Sumber Internet:
Https://www.wikipedia.org/wiki/periklanan_di_televisi_
Https://www.unilever.co.id/brands/our-brands/citra.html
Https://journal.sociolla.com/beauty/kemasan-baru-citra-hand-body-lotion/
Https://lifestyle.kompas.com/read/2018/08/20/173500420/korea-selatan-masih-
jadi-kiblat-kecantikan-wanita-indonesia
84
Universitas Sumatera Utara
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Jalan Prof. A. Sofian No. 1 Kampus USU Medan 20155 Telpon / Fax : (061) 8217168
Laman : www.ilmukomunikasi.usu.ac.id
NO TGL.PERTEMUAN PEMBAHASAN
Diketahui,
Dosen Pembimbing
NIP. 197711062005011001