Oleh:
FADILAH WIDYANINGSIH
NIM: P07524720013
PEMBIMBING INSTITUSI
Tri Marini,SST,M.Keb
JOURNAL READING
Oleh:
Fadilah Widyaningsih
NIM: P07527420013
Menyetujui,
PembimbingInstitusi
Tri Marini,SST,M.Keb
NIP: 198003082001122002
Mengetahui,
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Journal
Reading Dalam Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan
Sehat dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pengampu Ibu Tri
Marini,SST,M.Keb yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan makalah ini, masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
proses perkuliahan Praktik Klinik Kebidanan. Amin.
Tim Penyusun
Fadilah Widyaningsih
i
DAFTAR ISI
Halaman
HalamanJudul
HalamanPengesahan
Daftar Isi …………………………………. i
BAB I: PENDAHULUAN
A. Judul (Jurnal yang dilaporkan) ……………………………… 1
B. Abstrak ………………………………. 1
C. Latar Belakang ………………………………. 2
D. Metodologi ……………………………….. 3
E. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ………………………………… 3
F. Kesimpulan dan Saran …………………………………. 5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul
Judul artikel yang saya telaah ditulis oleh oleh Dewi Puspitaningrum
mengenai “Peningkatan Pemahaman Bidan Koordinator Tentang Standar
Operating Prosedur Premarital Skrining di Puskesmas Sekota Semarang”
B. Abstrak
Latar belakang Salah satu indikator kesehatan adalah Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia, dimana menurut SDKI 2012 mengalami peningkatan
AKI menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup namun menurut
hasil SUPAS 2015 AKI mengalami penurunan menjadi 305 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup. Banyak upaya pemerintah melalui Kementerian
Kesehatan yang telah dilakukan seperti program EMAS tahun 2012 yang
dimana melakukan peningkatan pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan
yang lebih baik. Pada program EMAS pemerintah ada 6 yang diprogramkan
yaitu pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan imunisasi TT, pelayanan
kesehatan ibu bersalin, nifas, penanganan komplikasi kebidanan dan
pelayanan KB.. Dari program pemerintah tersebut belum ada program
pelayanan bagi calon pengantin atau pelayanan pranikah yang bisa menjadi
pencegahan adanya angka kematian ibu.Dengan begitu perlu adanya SOP
premarital skrining, namun sebelum lebih lanjut program ini dilanjutkan perlu
diberikan adanya pemahaman SOP. Tujuan adalah mengetahui karakteristik
responden dalam pemahaman akan SOP premarital. Hasil Mayoritas bidan
koordinator setelah dilakukan sosialisasi tentang pemahaman SOP premarital
mayoritas Bidan mempunyai respon yang baikpada setiap item pernyataan
tentang SOP premarital skrining. Kesimpulan dengan adanya pemahaman
SOP ini diharapkan bidan dapat meningkatkan edukasi bagi premarital dan
menjadi program preventif nantinya dalam penurunan Angka Kematian Ibu.
Kata Kunci : Bidan Koordinator, Peningkatan, SOP\
1
2
C. Latar Belakang
Upaya keberhasilan dalam kesehatan salah satu indikator yang peka dalam
menggambarkan kesejahteraan masyarakat suatu negara adalah indikator
Angka Kematian Ibu. Data SDKI 2012 mengalami peningkatan AKI menjadi
359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup namun menurut hasil SUPAS
2015 AKI mengalami penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015). Berbagai
upaya pemerintah melalui Kementerian Kesehatan yang telah dilakukan
seperti Program EMAS tahun 2012 yang dimana melakukan peningkatan
pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan yang lebih baik (Kemenkes RI,
2014). Dimana program EMAS pemerintah ada 6 yang diprogramkan yaitu
pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan imunisasi TT, pelayanan kesehatan
ibu bersalin, nifas, penanganan komplikasi kebidanan dan pelayanan KB
(Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015). Namun dari program tersebut
tidak ada program pelayanan tentang skrining untuk sebelum pranikah yang
bisa menjadi upaya pencegahan dini salah satunya pada masalah AKI.
Sebagian besar masyarakat umumnya tidak sepenuhnya terlihat sehat bisa saja
sebenarnya adalah silent carrier/pembawa dari beberapa penyakit infeksi &
hereditas dan saat hamil dapat mempengaruhi janin atau bayi yang
dilahirkannya nanti (Kompasiana, 2016). Skrining pada pranikah adalah salah
satu rencana dan strategi yang menjadi hal penting dalam mencegah gangguan
genetik dan kelainan bawaan. Tenaga Kesehatan memiliki peran integral
dalam menyediakan layanan genetik yang meliputi penilaian risiko genetik,
memberikan informasi, mendiskusikan opsi pengujian yang tersedia dan
memberikan konseling suportif yang tepat (Ali M, 2018). Bidan merupakan
tenaga kesehatan yang bisa membantu dalam pemberian skrining pada
pasangan sebelum menikah. Dan Puskesmas merupakan pelayanan dasar yang
merupakan pelayanan primer pada masyarakata, sehingga akan mudah
dijangkau bagi semua lapisan masyarakat. Sehingga sebelum adanya program
untuk pelayanan pranikah perlu adanya Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang sesuai dengan kebutuhan untuk pelayanan pranikah. Sehingga dengan
3
nantinya bisa menjadi awal perubahan bidan dalam memberikan edukasi pada
premarital.
F. Kesimpulan dan Saran
Pada hasil pengabdian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas bidan
koordinator mempunyai lama berkerja > 10 tahun sebanyak 31 bidan
(83,78%) dan pendidikan terakhir bidan paling banyak 17 bidan (45,95%)
berpendidikan terakhir diploma tiga dan diploma empat. Setelah dilakukan
sosialisasi tentang pemahaman SOP premarital mayoritas Bidan mempunyai
respon yang baik pada setiap item pernyataan tentang SOP premarital
skrining. Dengan adanya sosialisasi SOP premarital diharapkan bisa menjadi
terobosan dalam penambahan program pemerintah dalam penuruanan Angka
Kematian Ibu dan Bayi. Selain itu menjadi bermanfaat untuk kedua pasangan
premarital kemudian menikah bisa menurunkan generasi yang sehat dan
berkualitas. Dan sebaiknya SOP tentang premarital skrining berisi
pemeriksaan secara komprehensif tidak hanya fisik namun juga
memperhatikan psikis. Kemudian perlu selalu update SOP premarital ini agar
semakin lebih lengkap dan dapat memberikan informasi yang akurat dan
terbaru. Serta Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bisa membantu
dalam terlaksananya SOP ini dalam pelayanan primer.
BAB II
TELAAH JURNAL
A. Judul
Judul artikel yang saya telaah ditulis oleh Dewi Puspitaningrum mengenai
“Peningkatan Pemahaman Bidan Koordinator Tentang Standar Operating
Prosedur Premarital Skrining di Puskesmas Sekota Semarang” adalah tentang
bagaimana pemahaman pada bidan coordinator di puskesmas tentang standar
operating prosedur premarital skrining
B. Abstrak
Pada abstrak jurnal Dewi Puspitaningrum mengenai “Peningkatan
Pemahaman Bidan Koordinator Tentang Standar Operating Prosedur
Premarital Skrining di Puskesmas Sekota Semarang” sudah mengikuti
langkah-langkah pembuatan abstrak dimana harus terdapat konteks, tujuan
penelitian, desain, analisis statistik, hasil, kesimpulan dan kata kunci. Peneliti
juga menjelaskan dengan baik isi dari abstrak yang dibuat untuk merangkum
semua hasil penelitian yang peneliti lakukan.
C. Pendahuluan
Pada pendahuluan jurnal Dewi Puspitaningrum mengenai “Peningkatan
Pemahaman Bidan Koordinator Tentang Standar Operating Prosedur
Premarital Skrining di Puskesmas Sekota Semarang” tercantum data yang
dibutuhkan untuk melakukan penelitian. Selain itu peneliti membahas teori-
teori pendukung dari beberapa sumber untuk mendukung penelitian tersebut
dan peneliti juga mengetahui apa permasalahan/isu yang akan dikaji oleh
peneliti dalam melakukan penelitian.
D. Metodologi
Metode yang digunakan penulis adalah deskripsi karakteristik dengan
cara mengevaluasi hasil pemahaman bidan coordinator melalui kuesioner
wawancara tentang pemahaman SOP pre-marital skrining.
E. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dalam jurnal ini ditulis secara rinci. Peneliti
menyertakan tabel dalam memaparkan hasil penelitian yang dilakukan
6
7
8
9
pernikahan yang langgeng sampai hari tua. Pernikahan yang bisa saling mengisi
dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah yang dihadapinya dengan bijaksana dan
dewasa.
Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan
pernikahan. Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama
pernikahan belum berlangsung. Jika pada saat pengecekan ternyata ditemui ada
masalah maka pengobatan dapat dilakukan setelah menikah.
B. Tes Kesehatan bagi Pasangan yang akan Menikah
1. Program Pre-Marital Screening
Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa
kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan
saat ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari saat pasangan
hamil dan memiliki anak. Rangkaian pemeriksaan kesehatan tersebut adalah
sebagai berikut
⮚ Pertama, pemeriksaan kesehatan secara umum
Pemeriksaan kesehatan umum ini terdiri dari :
1. Pemeriksaan fisik / klinis lengkap
Di antara manfaat pemeriksaan fisik lengkap adalah untuk
mengetahui status tekanan darah seseorang. Tekanan darah yang normal
adalah salah satu kunci kesehatan. Tekanan darah tinggi atau hipertensi
berbahaya saat perempuan hamil, karena dapat menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat.
Pemeriksaan fisik juga bisa mendeteksi gejala obesitas, karena
obesitas dapat mempengaruhi tingkat kesuburan. Obesitas selama
kehamilan dapat menyebabkan munculnya beberapa resiko seperti
diabetes, pre-eklampsia, infeksi saluran kemih, sulit untuk melahirkan
tepat waktu, juga meningkatkan resiko keguguran dan kesulitan saat
melahirkan.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan darah rutin ini meliputi kadar hemoglobin (hb),
hematokrit, sel darah putih (leukosit) dan faktor pembekuan darah
10
tidak masalah jika perempuan memiliki rhesus positif dan lelaki rhesus
negatif.
Apabila ibu bergolongan darah O sedangkan bayi bukan
bergolongan darah O adalah salah satu faktor resiko jaundice atau kuning
pada bayi (ABO Incompatibility). Bila diketahui janin memiliki rhesus
positif (+) sedangkan ibu memiliki rhesus negatif (-), akan menimbulkan
inkompatibilitas rhesus yang bisa mengakibatkan kematian pada janin.
Dengan mengatahui rhesus sebelum hamil, dokter dapat segera
mengatasinya.
4. Urinalisis lengkap
Pemeriksaan urin penting dilakukan agar bisa diketahui adanya
infeksi saluran kemih (ISK) dan adanya kondisi darah, protein, dan lain-
lain yang menunjukkan adanya penyakit tententu. Penyakit ISK saat
kehamilan beresiko baik bagi ibu maupun bayi, seperti kelahiran prematur,
berat janin yang rendah, bahkan resiko kematian saat persalinan.
⮚ Kedua, pemeriksaan penyakit hereditas
Yang dimaksud dengan penyakit hereditas adalah yang diturunkan dari
orangtua. Calon pengantin harus memiliki pemahaman bahwa bila orangtua atau
garis keturunannya mengidap penyakit genetik, maka anak yang akan lahir nanti
bisa beresiko mengidap penyakit yang sama. Pemeriksaan ini meliputi:
1. Thalasemia
Thalasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah. Penderita penyakit ini
tidak mampu memproduksi hemoglobin yang normal. Thalasemia telah menjadi
salah satu isu kesehatan di Indonesia karena 3 – 10 % populasi di Indonesia
adalah carrier atau pembawa gen thalasemia beta, dan 2,6 - 11 % adalah
pembawa gen thalasemia alfa.
Jika diasumsikan terdapat 5% saja carrier dan angka kelahiran 23 per mil dari
total populasi 240 juta jiwa di Indonesia, maka diperkirakan terdapat 3.000 bayi
penderita thalassemia setiap tahunnya. Saat ini paling tidak tercatat 5.000 pasien
thalasemia di Indonesia dan diperkirakan angka ini jauh lebih rendah
12
Afrika dan Asia Tenggara. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, pada
tahun 2012 ditemukan 21.511 penderita HIV, dan jumlah ini jauh lebih banyak
dibanding tahun sebelumnya. Untuk penderita Hepatitis B saat ini diperkirakan
sebanyak 1,8 milyar manusia di dunia, dengan 350 juta jiwa sudah mengalami
infeksi kronis; dan diperkirakan 170 juta jiwa di dunia terinfeksi virus Hepatitis
C.
Penyakit HIV, Hepatitis B dan C adalah penyakit yang mengancam jiwa
manusia. Infeksi virus ini dapat ditularkan melalui darah, hubungan seksual dan
cairan tubuh. Penularan HIV juga bisa melalui transfusi darah dan transplantasi
organ tubuh. Sedangkan penularan virus Hepatitis B dan C rentan terjadi pada
pemakai obat-obatan terlarang melalui jarum suntik. Pemeriksaan tiga jenis
penyakit infeksi ini sangat penting karena virus-virus ini dapat ‘diam’ atau ‘tidur’
dalam jangka waktu yang lama tanpa menunjukkan gejala apapun. Menikah
dengan seseorang yang membawa virus ini beresiko membahayakan pasangan
dan juga calon bayi.
Jika seorang laki-laki mengidap hepatitis B dan akan menikah, calon istrinya
harus memiliki kekebalan terhadap penyakit ini. Caranya adalah dengan
mendapatkan imunisasi hepatitis B. Inilah manfaat pemeriksaan kesehatan
pranikah.
2. TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus)
Tes TORCH berfungsi untuk menguji adanya infeksi penyakit yang bisa
menyebabkan gangguan pada kesuburan laki-laki maupun perempuan. Tubuh
yang terinfeksi TORCH dapat mengakibatkan cacat atau gangguan janin dalam
kandungan. Infeksi TORCH saat kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi
lahir prematur, atau bahkan kelainan bawaan pada bayi.
3. Venereal Disease Screen (pemeriksaan untuk penyakit syphilis) dan IMS
Pemeriksaan untuk penyakit syphilis dan penyakit-penyakit lain yang
ditularkan melalui hubungan seksual —sexually transmitted infections (STI),
infeksi saluran reproduksi (ISR) atau infeksi menular seksual (IMS)— selain
dapat mendeteksi adanya penyakit tersebut, juga sekaligus bisa melakukan
pengobatan sekaligus mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
14
Salah satu yang sering terlewatkan adalah alergi. Alergi adalah sistem
kekebalan tubuh yang bereaksi di luar normal terhadap beberapa substansi
(alergen) yang tidak berbahaya bagi sebagian besar manusia. Kecenderungan
seseorang memiliki alergi adalah karena faktor keturunan, walaupun tidak
selalu orang tua yang memiliki bakat alergi akan menurunkannya kepada
anak-anaknya. Penting untuk membuat daftar hal-hal yang memicu alergi dari
kedua pasangan terutama bila pasangan ada yang pernah mengalami reaksi
anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian.
2. Vaksinasi Dewasa
Vaksin yang berkaitan langsung dengan kehamilan adalah vaksin hepatitis
B, tetanus, MMR (Measles, Mumps, Rubella), varisela (cacar air), influenza,
serta vaksin dewasa lainnya sesuai jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh
petugas Satgas Imunisasi Dewasa.
⮚ Keenam, pemeriksaan kesehatan untuk ibu dan calon ibu
Selain pemeriksaan di atas, ada lima pemeriksaan yang juga
direkomendasikan untuk dilakukan oleh calon pengantin perempuan karena
mereka akan menjadi calon ibu, juga penting dilakukan oleh para ibu yang
sudah memiliki anak, yaitu:
1. Pemeriksaan periodontal
Pemeriksaan ini meliputi pembersihan rutin dan pemeriksaan gusi untuk
menjaga gigi dan gusi agar tetap sehat dan bebas dari infeksi serta penyakit.
Bagian yang diperiksa adalah sambungan antara gusi dan gigi serta
kemungkinan adanya peradangan di sekitar gusi.
Hal ini menjadi penting karena perempuan yang memiliki penyakit gusi
berisiko 7 kali lipat lebih tinggi melahirkan prematur. Selain itu pada ibu
hamil lebih rentan mengalami peradangan gusi akibat adanya perubahan
hormon. Karenanya ibu hamil harus lebih sering memeriksakan diri ke dokter
yaitu setiap 3-4 bulan sekali, terutama jika sering mengalami gusi berdarah.
2. Pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH)
Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah kadar hormon tiroid seseorang
kurang aktif (hipotiroid) atau justru terlalu aktif (hipertiroid). karena kadar
16
tulang dan diberikan pada bayi. Karenanya penting untuk mengetahui apakah
kepadatan mineral tulangnya masih baik atau sudah berkurang.
tersebut hamil dan terjadi perlukaan saat persalinan maka si ibu tidak akan
mudah mengalami infeksi dan perdarahan postpartum.
B. Upaya Preventif
1. Pemeriksaan papsmear
Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya seseorang
itu terjangkit kanker serviks. Dapat disarankan pada pasangan melakukan
pemeriksaan ke laboratorium atau ke rumah sakit.
2. Pemeriksaan Hematologi
Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidak nya seseorang
menderita kelainan darah. Seperti terjangkit HIV, TB, virus rubella ,virus
toxoplasma dan sebagainya. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukakan 6
bulan sebelum pernikahan karna dalam jarak waktu yang cukup akan
keluar hasil pemeriksaan dan jika ada kelainan dapat dilakukan
penanggulangan permasalahannya.
C. Upaya kuratif
Pengobatan TORCH dan kanker seviks pada wanita yang akan menikah
dengan memberikan pengobatan secara intensif. Menyakinkan pada pasangan
kalau terjangkitnya penyakit tersebut bukan berarti tidak dapat menikah dan
menjalani hidup sebagai seorang istri Perbaikan nutrisi pada pasangan pra
nikah untuk memperbaiki tingkat kesuburan pasangan dan mencegah
terjadinya infertilitas.
D. Upaya Rehabilitatif
Di dalam upaya rehabilitatif promosi kesehatan pra nikah, dapat mengenai
perawatan kanker serviks tingkat lanjut. Memberikan perawatan pada wanita
yang akan menikah dan telah menjalani pengobatan lanjutan. Disini dilakukan
pemulihan fisik dan mental. Meyakinkan dan memulihkan kepercayaan diri
pasien sehingga dapat menjalani hidupnya sebagai seorang istri dan ibu
nantinya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jurnal yang direview sudah cukup bagus untuk penelitian yang dilakukan
oleh Dewi Susanti mengenai “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pranikah
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin di Lubuk Begalung
Padang” dimana telah mengikuti langkah-langkah yang seharusnya Penulisan
jurnal menggunakan analisis kritis yang berdasarkan literatur yang ada dengan
membandingkan temuan-temuan pada penelitian sebelumnya dengan yang
didapat oleh peneliti. Selain itu dikarenakan menggunakan tata bahasa yang
baiik sehingga cukup mudah dipahami dan memudahkan para pembaca untuk
mengerti bagaimana penelitian tersebut dilaksanakn dan apa hasil yang
diperoleh.
B. Saran
Bagi peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan dalam pembuatan
jurnal dan juga sebagai masukan dalam membuat jurnal yang baik dan benar
19