Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 3. No.

3 November 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA DAUN DUDUK (DESMODIUM


TRIQUETRUM (L.) DC.) TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN
ESCHERICHIA COLI
Dedent Eka Bimmahariyanto S1, Adriyan Suhada2, Ade Sukma Hamdani3
Program Studi S1 Farmasi Fakultas kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama NTB
dedenthariyanto@gmail.com, adriyan_suhada@yahoo.com, ade.sukmahamdani18@gmail.com

Abstrak. Daun duduk (Desmodium triquetrum (L.) DC.) mengandung tanin, alkaloid
hipaforin, trigonelin, bahan penyamak, asam silikat, dan K2O. Tanin mempunyai efek sebagai
antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas daun duduk
(Desmodium triquetrum (L.) DC.) sebagai antibakteri dan untuk mengetahui kadar hambat yang
sebanding dengan kloramfenikol. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni. Uji
aktivitas senyawa antibakteri menggunakan metode difusi yaitu metode cakram. Sampel yang
digunakan adalah infusa daun duduk (Desmodium triquetrum (L.) DC.) dengan kadar 4%, 6%,
8%, dan 10%, Kontrol negatif menggunakan aquadest, dan kontrol positif menggunakan
kloramfenikol. Bakteri uji yang digunakan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Kadar
hambat yang sebanding dengan kloramfenikol sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus adalah 4% (3,784 ± 0,197); 6% (4,168 ± 0,177); 8% (4,596 ± 0,100) dan 10% (5,365 ±
0,221) cm, sedangkan pada Escherichia coli adalah 4% (3112 ± 0,024); 6% (4,124 ± 0,144) ; 8%
(4,936 ± 0,243) dan 10% (5,272 ± 0,075) cm. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut uji daya
antibakteri dari daun duduk dengan menggunakan bentuk sediaan dan bakteri lain.

Kata kunci: Desmodium triquetrum (L.) DC, Kloramfenikol, Staphylococcus aureus,


Escherichia coli, antibakteri

Abstract. Desmodium triquetrum(L.) DC.) contains are tannin, alkaloid hipaphorin,


trigonelin, tanner material, silica acid and K2O. Tannin has an anti bacterial effect. The aim of
this research is to know the activity of Desmodium triquetrum (L.) DC.) as an antibacterial and
also the inhibitory concentration that comparable with chloramphenicol. The research is a true
experimental research. The activity test of anti bacterial compound uses diffusion method is disc
method. Desmodium triquetrum (L.) DC, is used as sample with concentration 4%, 6%, 8% and
10%, negative control uses aquadest, and positive control uses chloramphenicol, that tasted
Staphylococcus aureus and Escherichia coli are used as bacterial test. Inhibitory concentration
which equal with chloramphenicol as an antibacterial towards Staphylococcus aureus are 4%
(3,784 ± 0,197); 6% (4,168 ± 0,177); 8% (4,596 ± 0,100) dan 10% (5,365 ± 0,221) cm, and for
Escherichia coli are 4% (3112 ± 0,024); 6% (4,124 ± 0,144) ; 8% (4,936 ± 0,243) dan 10%
(5,272 ± 0,075) cm. It is needed a deeply research for anti bacterial test from Desmodium
triquetrum (L.) DC.), uses other dosage form and bacterial.

Keywords: Desmodium triquetrum (L.) DC., Chloramphenicol, Staphylococcus aureus,


Escherichia coli, antibacterial.

PENDAHULUAN disebabkan oleh berbagai mikroorganisme


Infeksi merupakan penyebab utama dan dapat disebabkan munculnya strain
penyakit di dunia terutama di daerah tropis, bakteri yang resisten terhadap antibiotik
seperti Indonesia karena keadaan udara yang (Gibson, 1996). Cara pengobatan dengan
banyak berdebu dan temperatur yang hangat menggunakan kombinasi berbagai antibiotik
serta lembab sehingga mendukung mikroba juga dapat menimbulkan masalah resisten
untuk dapat tumbuh subur. Infeksi dapat (Tjay dan Raharja, 2007).

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 223


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 3. No. 3 November 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

Patogenesis infeksi bakteri meliputi tumbuhan, hewan, dan mineral, sediaan


awal proses infeksi hingga timbulnya tanda sarian (galenik) atau campuran dari bahan
dan gejala penyakit. Beberapa bakteri tersebut yang secara turun temurun telah
penting yang dapat menyebabkan penyakit digunakan untuk pengobatan (Depkes,
diantaranya adalah Staphylococcus aureus 2000). Obat tradisional selain murah dan
dan Escherichia coli (Jawetz dkk, 2001). mudah juga memiliki efek samping yang
Hampir setiap orang pernah jauh lebih rendah tingkat bahayanya
mengalami berbagai infeksi Staphylococcus dibanding obat-obat kimia (Muhlisah,
aureus selama hidupnya, dari keracunan 1999).
makanan yang berat atau infeksi kulit yang Daun duduk mengandung tanin,
kecil. Infeksi Staphylococcus aureus juga alkaloid hipaforin, trigonelin, bahan
dapat berasal dari kontaminasi langsung dari penyamak, asam silikat, dan K2O, buahnya
luka, dan jika infeksi ini menyebar dan mengandung saponin, dan flavonoid dan
terjadi bakterimia, yang akan menyebabkan akarnya mengandung saponin, flavonoid,
endokartitis, meningitis, dan infeksi paru- dan tanin. Herbal ini rasanya sedikit pahit
paru. Escherichia coli merupakan penyebab dan sejuk(Anonim, 2008).
paling banyak dari infeksi sistem saluran Tanin mempunyai aktivitas sebagai
kencing dan juga dapat menyebabkan diare, antibakteri. Sejauh pengetahuan peneliti
sepsis, dan meningitis (Jawetz dkk, 2001). untuk penelitian yang melibatkan zat aktif
Salah satu masalah serius yang kini tanin dari daun duduk (Desmodium
dihadapi adalah terjadinya resistensi bakteri triquetrum (L.) DC.) sebagai antibakteri
terhadap antibiotik yang digunakan (Volk belum ditemukan. Oleh karena itu perlu
dan Wheeler,1993). Berkembangnya dibuktikan dengan dilakukan penelitian
populasi bakteri yang resisten, menyebabkan terhadap senyawa aktif dari daun duduk
antibiotik yang pernah efektif untuk (Desmodium triquetrum (L.) DC.).
mengobati penyakit tertentu kehilangan nilai METODOLOGI
kemoterapeutiknya. Sejalan dengan hal A. Alat: blender, termometer, panci infusa,
tersebut, maka kebutuhan akan corong, kain flannel, kompor listrik,
pengembangan obat-obat baru dan berbeda tabung reaksi, pipet tetes, cawan petri,
untuk menggantikan obat-obat yang telah jarum ose, disk, autoklaf, inkubator,
menjadi tidak efektif. Dengan ini dicari lampu spirtus, batang pengaduk, gelas
alternatif pengobatan untuk penyakit infeksi ukur, erlenmeyer, jangka sorong,
menggunakan tanaman obat(Pelczar dan timbangan digital
Chan, 1988). B. Bahan:
Tumbuhan berkhasiat obat di sekitar 1.Bahan utama yang digunakan pada
kita ada yang berfungsi bumbu dapur, penelitian ini adalah daun duduk
tanaman buah, tanaman hias dan tanaman (Desmodium triquetrum (L.) DC) yang
sayur, selain itu adapula yang berupa diperoleh dari BPTO Karanganyar.
tanaman liar (Muhlisah, 1999). 2.Bahan untuk uji daya antibakteri adalah
Dengan mencoba-coba, secara NA (Nutrient Agar), NB (Nutrien
empiris orang jaman dulu mendapatkan Broth), kloramfenikol dengan dosis
berbagai macam daun dan akar untuk 30μg/ml, aquades, bakteri uji yang
mengobati penyakit. Pengetahuan ini digunakan adalah Staphylococcus
disimpan dan dikembangkan, sehingga aureus dan Escherichia coli.
muncul ilmu pengobatan rakyat seperti 3.Bahan uji senyawa tanin adalah infus
pengobatan tradisional jamu di Indonesia daun duduk, FeCl3, Kalium ferrisianida,
atau lebih dikenal obat tradisional (Tjay dan Amonia.
Raharja, 2007). C. Prosedur penelitian:
Obat tradisional adalah bahan atau 1. Determinasi tanaman daun duduk
ramuan bahan yang berasal dari tumbuh- (Desmodium triquetrum (L.) DC)

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 224


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 3. No. 3 November 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

Determinasi dilakukan di laboratorium akan terjadi perubahan warna coklat


Ekologi dan Biosistematik Fakultas MIPA (Harborne, 1987)
Jurusan Biologi Universitas Diponegoro 5. Uji Aktivitas Antibakteri
Semarang untuk mengetahui kebenaran dari a. Sterilisasi alat dan media
tanaman daun duduk Desmodium triquetrum Alat dan media yang digunakan dalam uji
(L.) DC). aktivitas antibakteri disterilisasi dengan
2. Pembuatan serbuk daun duduk autoklaf pada temperatur 121˚C selama 15
Daun duduk dicuci dengan menit pada tekanan 1 atm.
menggunakan air mengalir sampai bersih, b. Pembuatan media
kemudian dijemur di bawah sinar matahari Pada proses inokulasi kuman diambil 8
langsung dengan ditutup kain berwarna gram Nutrient Broth (NB) dilarutkan dengan
hitam atau dikeringkan oleh oven kemudian 1000 ml aquades steril, kemudian untuk
digiling atau dihaluskan dengan cara penanaman kumannya diambil 23 gram
diblender dan diayak dengan nomor ayakan Nutrient Agar (NA) ditambahkan aquades
30 mesh. sebanyak 1000 ml lalu dipanaskan dan
3. Pembuatan infusa daun duduk diaduk sampai larut. Setelah itu, disterilkan
Infusa daun duduk dibuat sesuai di autoklaf selama 15 menit pada suhu
dengan konsentrasinya masing-masing yaitu 121˚C dengan tekanan 1 atm. Nutrien agar
4%, 6%, 8%, dan 10%. Untuk konsentrasi didinginkan kemudian dimasukkan ke dalam
4% diambil serbuk daun duduk sebanyak 4 cawan petri masing-masing 15 ml dan
g, 6% diambil 6 g, 8% diambil 8 g, 10% dibiarkan memadat.
diambil 10 g. Infusa dibuat dengan cara : c. Pembiakan bakteri
serbuk daun duduk dimasukkan ke dalam Biakan bakteri Staphylococcus aureus
panci, ditambah aquadest 100 ml. Panaskan dan Escherichia coli ditanam pada medium
selama 15 menit, terhitung mulai suhu di Nutrien Agar (NA) miring dan diinkubasi
dalam panci mencapai 90⁰C, sesekali pada suhu 37˚C selama 24 jam. 1 ose dari
diaduk. Penyaringan dilakukan selagi panas biakan di inokulasikan kedalam Nutrien
melalui kain flanel. Apabila volume air Broth (NB) dan di inkubasi pada suhu 37˚C
belum mencapai 100 ml, ditambahkan air selama 24 jam.
panas, melalui ampasnya sampai diperoleh d. Pengujian antibakteri
volume 100 ml. Medium nutrient agar sebelum digunakan
4. Pengujian Senyawa Tanin : dipanaskan terlebih dahulu hingga larut.
a. Infusa + FeCl3 Warna biru Nutrient agar yang telah larut disterilkan
Pirogalatanin menggunakan autoklaf selama 15 menit,
b. Infusa + FeCl3 Hitam kehijauan  kemudian nutrien agar yang telah steril
Katekol didinginkan, namun diusahakan jangan
c. Infusa + Kalium ferrisianida + sampai memadat. Setelah dingin suspensi
Amonia  Coklat  Tanin umum. bakteri dimasukkan dan dicampur dalam
Pada pengujian senyawa tanin, infusa medium NA hingga homogen. Medium
daun duduk ditambah FeCl3 akan terjadi yang sudah mengandung bakteri dituangkan
perubahan warna biru, perubahan warna ini ke dalam cawan petri hingga memadat.
menunjukkan bahwa infusa termasuk dalam Kertas disk dilumuri dengan infusa daun
tanin golongan pirogalantanin. Untuk infusa duduk (Desmodium triquetrum (L.) DC)
daun duduk ditambah FeCl3 terjadi sesuai konsentrasi yang ditentukan yaitu
perubahan warna hitam kehijauan, 4%, 6%, 8% dan 10%. Untuk kontrol negatif
perubahan warna ini menunjukkan bahwa kertas disk dilumuri aquadest. Sedangkan
infusa termasuk tanin golongan katekol. untuk kontrol positif digunakan kertas disk
Identifikasi tanin secara umum yang sudah terisi antibiotik kloramfenikol
menunjukkan bahwa infusa daun duduk dengan dosis 30μg/ml. Kemudian semua
ditambah Kalium ferrisianida dan amonia

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 225


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 3. No. 3 November 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

kertas disk diletakkan diatas medium yang Desmodium. Species: Desmodium


sudah memadat sesuai kelompoknya. triquetrum (L.) DC (Daun duduk).
Kelompok I: Cawan petri berisi bakteri Berdasarkan hasil determinasi dapat
Escherichia coli untuk pengujian kontrol diperoleh kepastian bahwa tumbuhan yang
positif kloramfenikol 30μg/ml dan kontrol digunakan dalam penelitian ini adalah
negatif berupa aquadest. Desmodium triquetrum (L.) DC atau
Kelompok II: Cawan petri berisi bakteri tanaman daun duduk. Surat dan keterangan
Staphylococcus aureus untuk pengujian mengenai determinasi yang telah dilakukan
kontrol positif kloramfenikol 30μg/ml dan dapat dilihat pada lampiran 1.
kontrol negatif berupa aquadest. A. Pembuatan larutan uji
Kelompok III: Cawan petri berisi bakteri 1. Sediaan bakteri
Escherichia coli untuk pengujian infusa Bakteri yang digunakan dalam penelitian
daun duduk (Desmodium triquetrum (L.) ini adalah Staphylococcus aureus dan
DC) dengan konsentrasi 4%, 6%, 8% dan Escherichia coli. Bakteri didapat dari bagian
10%. laboratorium mikrobiologi Universitas
Kelompok IV: Cawan petri berisi bakteri Diponegoro Semarang, dengan media
Staphylococcus aureus untuk pengujian inokulasi NA (Nutrient Agar).
infusa daun duduk(Desmodium triquetrum 2. Pembuatan simplisia daun duduk
(L.) DC) dengan konsentrasi 4%, 6%, 8% Simplisia daun duduk dibuat dengan
dan 10%. mengambil 1 kg daun duduk yang sudah
Setelah itu medium diinkubasi pada dicuci, setelah itu dikeringkan dengan
37°C selama 24 jam dengan posisi terbalik. menggunakan oven pada suhu 60˚C selama
Pada tiap perlakuan dilakukan perulangan 20 jam. Hal ini bertujuan agar proses
sebanyak 3 kali. pengeringan lebih cepat dan merata. Suhu
Hasilnya diperoleh dengan 60˚C selama 20 jam dipilih agar zat aktif
mengukur zona hambatan pertumbuhan dalam daun duduk tidak rusak karena proses
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus pengeringan tersebut. Setelah daun duduk
aureus. pada masing-masing cawan petri benar-benar kering, kemudian dibentuk
menggunakan jangka sorong. Kemudian menjadi serbuk dengan bantuan blender.
untuk tiap konsentrasi dihitung rata-rata dari Pemakaian blender bertujuan agar hasil
hasil yang diperoleh. serbuk menjadi homogen selain prosesnya
D. Analisa data cepat dan praktis. Kemudian serbuk diayak
Data hasil pengujian dianalisis dengan dengan ayakan nomor 30M dan hasil yang
uji non parametrik Kruskal-Wallis, karena masih kasar diblender dan diayak kembali,
data terdistribusi normal tetapi tidak semua hasil dikumpulkan dan siap untuk
homogen. Kemudian dilanjutkan dengan uji dibuat infusa.
Mann-Whitney. 3. Pembuatan infusa daun duduk
HASIL DAN PEMBAHASAN Daun duduk yang sudah halus dibuat
Determinasi tanaman dilakukan di infusa sesuai dengan kadarnya masing-
Laboratorium Ekologi dan Biosistematik masing diambil 4 g, 6 g, 8 g, dan10 g
Jurusan Biologi Fakultas MIPA ditambah aquadest 100 ml, kemudian
Universitas Diponegoro Semarang. Hasil masukkan kedalam panci infusa dan
determinasi tanaman daun duduk sebagai panaskan hingga suhu di dalam panci
berikut: 1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, mencapai 90⁰ C, dengan sesekali diaduk.
12b, 13b, 14a, 15a, Golongan 8. Tanaman Sediaan disaring selagi panas menggunakan
dengan daun tunggal dan tersebar. 119b, kain flanel. Apabila volume air belum
120b, 128b, 129b, 135b, 136b, 139b, 140b, mencapai 100 ml, bilas ampasnya
142b, 143b, 146b, 154b, 155b, 156b, 162b, menggunakan air panas hingga diperoleh
163b, 167b, 169b,172b, 173a, Famili 60: volume 100 ml.
Papilionaceae. 1b, 5a, 6b, 7b, 9a, 3.

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 226


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 3. No. 3 November 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

4. Identifikasi Tanin hingga mencapai suhu dibawah 50oC.


Tanaman Desmodium triquetrum (L.) Kemudian dihomogenkan dengan NB yang
DC kaya akan kandungan kimia. berisi bakteri uji. Selanjutnya Media Agar
Kandungan yang sudah diketahui antara lain yang sudah mengandung bakteri dituang
daun mengandung tanin, alkaloid hipaforin, dalam cawan petri steril dan didiamkan pada
trigonelin, bahan penyamak, asam silikat, suhu kamar sehingga memadat. Dalam
dan K2O. Buah mengandung saponin, dan pengujiannya infusa dalam berbagai
flavonoid. Akar mengandung saponin, konsentrasi dilumuri pada disk kosong
flavonoid, dan tanin. Herbal ini rasanya (Absorbance disk) yang nantinya ditaruh
sedikit pahit dan sejuk (Anonim, 2008). diatas media agar. Untuk perlakuan kontrol
Dalam penelitian ini senyawa yang negatif digunakan aquadest, sedangkan pada
digunakan adalah tanin yang terdapat dalam kontrol positif digunakan disk yang sudah
daun. Oleh karena itu dilakukan pengujian terisi antibiotik kloramfenikol. Pemilihan
secara kualitatif menggunakan reaksi kimia jenis antibiotik didasarkan pada kesamaan
dengan melihat perubahan warna pada mekanisme kerja pada senyawa tanin yaitu
infusa saat ditambah FeCl3. Jika infusa menghambat sintesis protein kuman.
menghasilkan warna biru maka dikatakan Cawan petri yang sudah terisi selanjutnya
tumbuhan tersebut mengandung tanin diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24
golongan pirogalatanin, Berbeda jika warna jam. Setelah lewat masa inkubasi diameter
yang muncul saat penambahan FeCl 3 adalah hambat yang terbentuk berupa daerah
warna hitam kehijauan ini menunjukan bening diukur sebagai parameter untuk
bahwa jenis tanin yang ada adalah katekol. menentukan besarnya aktivitas antibakteri.
Untuk identifikasi tanin secara umum Kemudian dilakukan pengukuran zona
digunakan penambahan kalium ferrisianida hambatan yang terbentuk disekeliling
dan amoniak pada infusa, jika memberikan lubang dengan menggunakan jangka sorong
warna coklat maka ekstrak tersebut benar (ketepatan 0,02 mm).
mengandung tanin.
Identifikasi tanin secara umum
menunjukkan bahwa infusa daun duduk
(Desmodium triquetrum (L.) DC.) memang
benar mengandung senyawa tanin
ditunjukkan dengan perubahan warna coklat Gambar 1. Uji aktivitas infusa daun
pada infusa tersebut. Berdasarkan hasil duduk terhadap bakteriStaphylococcus
reaksi spesifik yaitu dengan penambahan aureus dan Escherichia coli.
FeCl3 padalarutan infusa daun duduk A.kontrol positif, B.kontrol negatif,
(Desmodium triquetrum (L.) DC.) diperoleh 1. 4 %, 2. 6%, 3. 8%, 4. 10%.
hasil berupa perubahan warna yang pekat
pada infusa daun yaitu warna hitam
kehijauan. Perubahan warna ini
menunjukkan bahwa infusa termasuk dalam
tanin golongan katekol.
B. Pengujian infusa daun duduk terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli
Uji aktivitas senyawa antibakteri
menggunakan metode difusi yaitu metode
cakram. Pengujian diawali dengan inokulasi
bakteri pada media cair (NB) dan
diinkubasikan hingga 24 jam. Media padat
(NA) yang sudah disterilkan didinginkan

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 227


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 3. No. 3 November 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

Tabel 1. Diameter zona hambatan yang hambat antibakteri terhadap Escherichia


dihasilkan oleh perlakuan infusa daun coli dan Staphylococcus aureus.
duduk (Desmodium triquetrum (L.) DC) 2. Daya hambat Infusa daun duduk
terhadap bakteri Escherichia coli (Desmodium triquetrum (L.) DC.) yang
sebanding dengan kloramfenikol terhadap
E.coli dan S.aureus adalah 4%, 6%, 8%
dan 10%, sedangkan terhadap E.coli
masing-masing adalah (3112 ± 0,024);
(4,124 ± 0,144) ; (4,936 ± 0,243) dan
(5,272 ± 0,075) cm, dan pada S.aureus
masing-masing adalah (3,784 ± 0,197);
(4,168 ± 0,177); (4,596 ± 0,100) dan
(5,365 ± 0,221) cm
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang uji daya antibakteri daun duduk
(Desmodium triquetrum (L.) DC.) dalam
bentuk sediaan lain.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang uji daya antibakteri daun duduk
Tabel 2. Diameter zona hambatan yang (Desmodium triquetrum (L.) DC.)
dihasilkan oleh perlakuan infusa daun terhadap jenis bakteri lain.
duduk (Desmodium triquetrum (L.) DC) REFERENSI
terhadap bakteri Staphylococcus aureus Anonim, 2008, Buku Pintar Tanaman Obat,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cetakan 1, Agromedia Pustaka.
infusa daun duduk (Desmodium triquetrum Depkes, 2000, Inventaris Tanaman Obat
(L.) DC). ternyata mampu menghambat Indonesia, Jilid 1, Departemen
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
maupun Escherichia coli secara in-vitro, Republik Indonesia,Jakarta.
yang ditunjukkan dengan terbentuknya zona Gibson, J. M., 1996, Mikrobiologi dan
hambatan di sekitar absorban disc. Hasil Patologi Modern Untuk Perawat,
pengujian aktivitas antibakteri daun duduk Cetakan Pertama, Buku Kedokteran
terlihat dalam gambar 6. EGC, Jakarta.
Nilai diameter zona hambat hasil uji Harborne. J. B., 1996, Metode Fitokimia
aktivitas infusa daun duduk (Desmodium Penuntun Cara Modern Menganalisa
triquetrum (L.) DC) terhadap Escherichia Tumbuhan, diterjemahkan oleh
coli dapat dilihat pada Tabel 1, dan terhadap Padmawinata, K., dan Soediro, I.,
Staphylococcus aureusdapat dilihat pada penerbit ITB, Bandung.
Tabel 2. Zona hambat yang terbentuk Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A.,
menunjukkan bahwa infusa daun duduk 2001, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi
(Desmodium triquetrum (L.) DC) XXII, diterjemahkan oleh Bagian
mempunyai efek sebagai antibakteri. Mikrobiologi Fak.Kedokteran
KESIMPULAN Universitas Airlangga, Penerbit
Penelitian uji daya antibakteri infusa Salemba Medika, Jakarta.
daun duduk (Desmodium triquetrum (L.) Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A.,
DC.) terhadap bakteri E. coli dan S. aureus 2001, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi
secara in vitro dapat disimpulkan sebagai XXII, diterjemahkan oleh Bagian
berikut : Mikrobiologi Fak.Kedokteran
1. Infusa daun duduk (Desmodium Universitas Airlangga, Penerbit
triquetrum (L.) DC.) memiliki daya Salemba Medika, Jakarta.

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 228


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 3. No. 3 November 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

Muhlisah, F., 1999, Taman Obat Keluarga,


Penebar Swadaya, Jakarta.
Pelczar, J.M., dan Chan, E.C.S., 1988.
Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit
UI Press, Jakarta.
Tjay, T.H., dan Raharja, K., 2007, Obat –
Obat Penting Khasiat, Penggunaan
dan Efek – Efek Sampingnya, edisi VI,
Penerbit PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi
Dasar, jilid I Edisi Kelima, Erlangga.

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 229

Anda mungkin juga menyukai