Anda di halaman 1dari 8

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Jl.HEAMokodompit, KampusHijauBumiThridarmaAnduanohu Kendari, F-Teknik
UniversitasHalu Oleo Kendari 93232, Telepon : +62813-4154-0421, Website: bemteknikuho.blogspot.co.id

PERNYATAAN SIKAP BEM FT-UHO


GANTI HALUAN EKONOMI!

Rupiah Melemah

Jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga mencapai angka angkat tertinggi 15.000
dan terakir berkutat di angka 14.000 lebih akibat perang dagang antara AS Vs China dan
masalah politik AS dan beberapa negara seperti turki dan Venezuela hingga mendorong The
Fed (Bank Central AS) manikan suku bunganya untuk mengamankan kondisi ekonomi
domestiknya dari dampak perang dagang dan kisruh politiknya dengan turki dan venezuela.
Jatuhnya nilai tukar (kurs) rupiah adalah satu fakta bahwa haluan ekonomi neoliberal yang
dipraktekan oleh rejim Joko Widodo-Jusuf Kala (JK) menjadi sebab terpuruknya nilai tukar
rupiah terhadap dolar.

Ekonomi neoliberal yang mengusung liberalisasi sektor ekonomi negara dengan memberikan
ruang kepada swasta untuk bebas mengambil keuntungan tanpa mempertimbangkan
dampaknya terhadap kesejahteraan rakyat. Banyak sektor ekonomi yang melalui praktek
ekonomi neoliberal diliberalisasi oleh negara. Diantaranya kesehatan,
pendidikan,agraria,pangan, mineral dan batu bara, minyak dan gas, sektor perdagangan, aset
aset negara seperti BUMN dan finansial. Ekonomi neoliberal adalah sebuah sistem ekonomi
yang bersemangatkan pada semangat individualisme dan pencarian rente ekonomi sebanyak-
banyaknya untuk kepentingan pemilik perusahan-perusajan swasta yang berskala nasional
dan multinasional.

Praktek ekonomi serupa itu akan menyebabkan rakyat semakin tercekik. Fakta yang tidak
bisa diakali adalah bahwa tingkat ketimpangan antara si kaya dan si miskin di Indonesia
sangatlah lebar. Menurut Oxfam Indonesia INFID dalam laporannya tahun 2017 kesenjangan
antara segilintir orang terkaya dan mayoritas penduduk Indonesia masih lebar yaitu empat
orang terkaya di Indonesia setara dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin.
Kondisi yang lain yang tidak bisa dikesampingkan begitu saja adalah tingkat kepemilikan
lahan di Indonesia yang juga timpang. Menurut BPS ketimpangan kepemilikan lahan
mencapai 0,68 artinya hanya satu persen rakyat Indonsia menguasai 68 persen sumber daya
lahan. Disamping itu, ekonomi neoliberal juga sebenarnya bertentangan dengan ekonomi
pancasila secara prinsip.

Ekonomi pancasila adalah sistem ekonomi yang berdasarkan atas semangat gotong royong
sebagai dasar kultural, filosofi dan konstitusi negara bangsa indonesia. Dalam ekonomi
pancasila, semua aktor yang menyelenggarakan usaha ekonomi haruslah mendapatkan
keuntungan atas usahanya. Jadi prinsipnya ekonomi diselenggarakan dengan tujuan
memberikan kesejahteraan untuk seluruh rakyat. Bila dilihat dari posisi negara dalam
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Jl.HEAMokodompit, KampusHijauBumiThridarmaAnduanohu Kendari, F-Teknik
UniversitasHalu Oleo Kendari 93232, Telepon : +62813-4154-0421, Website: bemteknikuho.blogspot.co.id

ekonomi, bertentangan dengan ekomomi neoliberal yang menempatkan negara sebagai


"penjaga malam" atau alat untuk perusahan-perusahaan swasta multinasional, maka ekonomi
pancasila menempatkan negara sebagai alat untuk mensejahterakan rakyat.

Dalam ekonomi pancasila negara memberikan ruang kepada perusahan-perusahaan negara


(BUMN) juga usaha-usaha kecil menengah dan koperasi dalam melakukan usaha produktif
untuk kesejahteraan rakyat. Posisi perusahaan swasta nasional dan asing (multinasional)
dibutuhkan apabila perusahaan plat merah (milik pemerintah) belum mampu mengerjakan
sektor usaha tertentu untuk kesejahteraan rakyat dan dapat berkontribusi bagi pemasukan
negara. Dan, dalam ekonomi pancasila, cabang-cabang produksi yang berhubungan dengan
hajat hidup orang banyak, harus dikelola oleh negara dan diperuntukkan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat seperti yang termaktub. Dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33.

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa keterlibatan swasta asing dalam mengelolah cabang-cabang
produktif yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak adalah bertentangan dengan
prinsip ekomomi nasional kita. Ekonomi nasional indonesia yang karena tidak dibangun atas
semangat Pasal 33 mengakibatkan fundamental ekonomi nasional rapuh dan mudah terkena
dampak krisis kiriman dan fluktuasi ekonomi global yang kapitalistik. Defisit neraca berjalan,
hutang luar negeri yang membengkak, land grabbing (perampasan lahan) oleh pihak swasta
yang kapitalistik, mahalnya biaya pendidikan, kesehatan serta sumber daya alam yang
dikuasai oleh Multi Nasional Corporation juga tidak diberlakukannya diskriminasi harga
(pajak yang tinggi terhadap produk asing) adalah bukti negeri ini sedang dikuasai oleh pola
pikir pembangunan ekonomi yang neoliberal yang pro terhadap pasar bebas tanpa hambatan.

Kondisi rupiah yang terus melemah sejak permulaan tahun hingga akhir tahun ini semakin
menguatkan pandangan bahwa disamping dasar ekonomi yang lemah, tata kelola finansial
juga sedang tidak beres. Dalam UU Nomor 24 Tahun 1999 Tentang Lalu Lintas Devisa Dan
Sistem Nilai Tukar faktanya telah memberikan keleluasaan bagi pelaku usaha ekonomi dalam
menyimpan kapital (uang) di bank-bank luar negeri apabila terjadi fluktuasi ekonomi global
maupun domestik menambah persoalan karea sewaktu-waktu liberalisasi finansial ini dapat
menjadikan depresinya ekonomi nasional.

Ditengah situasi ekonomi rakyat yang tidak menentu karena jatuhnya kurs rupiah, kenaikan
harga kebutuhan dasar, pencabutan subsidi BBM, dan mahalnya akses teehadap pendidikan
dan kesehatan karena liberalisasi (khas neoliberal) rejim Jokowi/JK juga belum membelok
haluan ekonominya ke ekonomi pancasila. Saat rupiah terjun bebas di angka 15.000 per satu
dolar, pemerintah malah mengambil jalan keluar yang parsial yaitu dengan menaikan pajak
impor barang-barang mewah dari luar negeri dan melalui Bank Indonesia dengan menaikan
suku bunga dengan harapan dapat keluar dari lemahnya kurs rupiah ini. Dengan alasan bahwa
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Jl.HEAMokodompit, KampusHijauBumiThridarmaAnduanohu Kendari, F-Teknik
UniversitasHalu Oleo Kendari 93232, Telepon : +62813-4154-0421, Website: bemteknikuho.blogspot.co.id

pengusaha-pengusaha bermodal besar akan kembali menyimpan uangnya di bank dalam


negeri hingga menyelematkan rupiah dari problem kurs mata uang.

Kondisi Pertanian Hari Ini

Sektor pertanian Indonesia tidak pernah lepas dari permasalahan yang setiap tahunnya selalu
membuat petani kesulitan. Ada beberapa aspek yang merupakan sumber masalah pertanian
Indonesia, yaitu aspek kebijakan pemerintah yang dirasa kurang pro terhadap petani dan
justru melemahkan petani, aspek geografi dimana Indonesia merupakan negara yang rawan
bencana alam seperti gempa bumi, banjir bandang, serta letusan gunung berapi, dan aspek
program pemerintah yang belum tepat sasaran. Misalnya, kebijakan subsidi dalam bentuk
benih, pupuk, atau kredit pertanian yang sering dimanipulasi oknum di daerah dan fasilitas
yang tidak diperhatikan, seperti kualitas irigasi yang rusak, mesin pertanian yang belum
mutakhir, dan kondisi lumbung yang buruk memengaruhi hasil beras yang diproduksi
nantinya.

Akhir-akhir ini sering muncul berita mengenai kebijakan impor pangan, padahal Indonesia
merupakan negara agraris dan negara maritim yang memiliki sumberdaya melimpah.
Nyatanya di era perdagangan bebas ini, batas antarnegara dalam hal transaksi, khususnya
komoditas pangan menjadi semu. Semua pihak dapat melakukan kegiatan impor/ekspor
secara bebas. Namun kebijakan impor pangan ini merenggut nasib petani dalam negeri dan
semakin menghalangi Indonesia dalam mencapai kedaulatan pangan.

Munculnya impor pangan melemahkan petani karena kalah bersaing dengan produksi pangan
luar negeri yang tentunya memiliki tampilan lebih baik, padahal ada ancaman penyakit atau
residu pupuk di dalamnya. Apalagi sejak tahun 2015 diberlakukan ASEAN Economic
Community yang merupakan ekonomi terbesar ke-9 di dunia yang mengutamakan pergerakan
bebas pada barang, jasa, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Selain
impor pangan, berikut emapat permasalahan yang dihadapi pertanian Indonesia:

1. Perampasan lahan pertanian (Konflik Agraria)

Lahan bagi para petani merupakan salah satu bagian alat produksi yang tidak terpisahkan,
begitupula sektor yang lainnya semisal sektor industrial, lahan sudah menjadi nyawa dari
keberlangsungan hajat hidup pertanian dan petani itu sendiri. Perampasan lahan tidak hanya
terjadi pada zaman reformasi saja, jauh sebelum indonesia merdeka, indonesia sudah
diperhadapkan dengan konflik perampasan lahan yang dilakukan oleh bangsa kolonial untuk
memenuhi keinginan pemodal, begitu pula pada zaman orde baru, praktik ini kembali dipakai
untuk memenuhi keingin pemodal.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Jl.HEAMokodompit, KampusHijauBumiThridarmaAnduanohu Kendari, F-Teknik
UniversitasHalu Oleo Kendari 93232, Telepon : +62813-4154-0421, Website: bemteknikuho.blogspot.co.id

Berlakunya praktek ekonomi politik ultra liberal yang mengakibatkan investasi terhadap
sumber kekayaan alam skala luas, berimplikasi pada konflik agraria di seluruh wilayah tanah-
air. Konflik agraria yang mengemuka menjadi persoalan nasional, ditandai dengan
merebaknya beberapa konflik perebutan tanah antara petani, contohnya saja konflik di
karawang dengan korporasi properti PT.Agung Podomoro Land yang dibantu oleh aparat
Kepolisian serta preman bayaran. Kasus perampasan tanah yang mengakibatkan konflik
agraria dan tergusurnya para petani sebenarnya bukan kali ini saja terjadi. Kasus Mesuji,
Bima, Sragen, Takalar, Indramayu, Ogan Komering Ilir, Merauke, Rembang, Banggai dan
masih banyak lagi. Kini sekitar 1.200 petani Karawang yang mendapatkan giliran terampas
tanahnya.

Untuk pangan yang dihasilkan pertanian, program reforma agraria sesuai semangat pasal 33
UUD 1945 mesti berjalan secara konsisten, untuk memberikan akses tanah kepada petani
penggarap. Sebab, seperti dicatat Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), di negara ini ada
sekitar 28 juta petani yang tidak punya tanah.

2. WTO (World Trade Organization), IMF (International Monetary Fund, Lembaga


Moneter Internasional), FTA (perjanjian perdagangan bebas), dan bank dunia
dengan agenda noeliberalisasi
World Trade Organization (WTO) merupakan satu-satunya organisasi internasional yang
mengatur perdagangan internasional. Terbentuk sejak tahun 1995,WTO berjalan berdasarkan
serangkaian perjanjian yang dinegosiasikan dan disepakati oleh sejumlah besar negara di
dunia dan diratifikasi melalui parlemen. Indonesia yang sudah sejak awal berdirinya WTO
sudah tergabung, belum bisa memberikan mamfaat berarti bagi nalai ekonomi yang
menguntungkan. Malah tergabungnya Indonesia di WTO, justru menghambat indonesia
untuk dapat menjadi berdikari secara ekonomi. tentu kita masih ingat pemerintah Amerika
Serikat memenangkan gugatan di WTO terhadap pemerintah Indonesia senilai Rp 5 triliun,
karena negara kita menerapkan batasan impor untuk berbagai produk semisal apel, anggur,
kentang, bunga, jus, bawang, buah kering, sapi dan ayam.

Akibat gugatan tersebut pemerintah menerapkan perubahan peraturan yang semakin tidak
berpihak ke petani dan nelayan lokal. Perubahan itu misalnya terdapat di Peraturan Menteri
Pertanian (Permentan) Nomor 24 Tahun 2018 yang merevisi Permentan No. 38 Tahun 2017
tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH). Pasal yang mengatur pembataan
atau larangan impor produk hortikultura pada masa panen dihapus. Surat pernyataan tidak
memasukkan produk hortikultua segar melebihi waktu enam bulan sejak panen juga dihapus.
Bahkan Kementan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga memperlonggar regulasi
impor terkait produk hortikultura, hewan, dan produk hewan. Dimana, impor hewan dan
produk hewan tidak lagi melalui kepabeanan, sampai mempermudah persyaratan importir.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Jl.HEAMokodompit, KampusHijauBumiThridarmaAnduanohu Kendari, F-Teknik
UniversitasHalu Oleo Kendari 93232, Telepon : +62813-4154-0421, Website: bemteknikuho.blogspot.co.id

IMF (International Monetary Fund, Lembaga Moneter Internasional) dalam kebijakan


perlindungannya bersandar pada liberalisasi, privatisasi dan deregulasi yang mendegradasi
kedaulatan negara, sehingga negara tidak dapat memainkan perannya dalam melaksanakan
keadilan ekonomi dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Sektor-sektor vital yang mengendalikan
kehidupan banyak orang diserahkan kepada sektor swasta sehingga mekanisme atau waktu
pembayaran utang dapat berjalan dengan lancar. Akibatnya, kesejahteraan kaum tani
terabaikan dan menjadi sasaran utama kemiskinan.

Dampak ini dapat terlihat dengan jelas ketika penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara
pemerintah Indonesia dan IMF pada tahun 1997, yang menyebabkan melemahnya BULOG
(Badan Urusan Logistik) yang menyebabkan Indonesia mulai mengimpor pangan dalam skala
besar, terutama beras. Kebijakan ini kemudian melekat dengan perjanjian pertanian WTO,
baik tentang liberalisasi pasar dan kepemilikan saham publik.

Oleh karena itu IMF dan WTO serta FTA (perjanjian perdagangan bebas) saling terhubung
satu sama lain dalam hal agenda neoliberalisme. Saat ini, IMF terus mempromosikan
liberalisasi pasar dan privatisasi dengan forum internasional lainnya ke negara-negara
berkembang, meskipun tidak ada negara “yang dikuasai oleh IMF”.

Sementara Bank Dunia melalui bidang mitigasi perubahan iklim, mengimplementasikan


Program Investasi Hutan (FIP) di bawah REDD (Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan
Degradasi Hutan). Program ini adalah kumpulan dana dalam Bank Dunia untuk menyediakan
dana bagi negara-negara berkembang yang memiliki hutan. Tercatat hingga 2010, dana yang
dikumpulkan sebesar 577 juta Dollar Amerika. Indonesia sendiri pada tahun 2016 menerima
dana dari program FIP sebesar 17,5 juta Dollar Amerika.

Sekilas program ini adalah program yang positif tetapi sebenarnya memiliki dampak negatif
pada masyarakat, terutama bagi petani dan masyarakat adat. Program ini melegalkan
perampasan tanah di lahan petani atas nama konservasi lahan dan melegalkan kemitraan
kepada perusahaan untuk dapat mengelola konservasi hutan. Dan pastinya program ini
mengancam kedaulatan pangan kita. Tak ada jalan lain, untuk berdaulat Indonesia harus lepas
dari WTO, IMF, dan Bank Dunia. Salah satu pilar utama dari kebijakan Neoliberalisme
adalah pencabutan subsidi, termasuk subsidi pertanian. Prinsipnya rakyat dibiarkan berusaha
sendiri dalam bertani. Ironisnya, desakan pencabutan subsidi ini berasal dari lembaga
internasional semisal Bank Dunia, IMF, dan WTO.

3. Kriminalisasi dan kekerasan terhadap petani

Petani yang merupakan tulang punggung pangan indonesia, sudah seharusnya mendapat
perlindungan hukum dan dijaga Hak Asasi Manusianya.

Tercatat di tahun 2016, dari total lahan yang menjadi pemicu konflik adalah 1.265.027,37 Ha,
tertinggi di lahan perkebunan 36,22 % terjadi konflik agraria, sebanyak 450 konflik, tertinggi
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Jl.HEAMokodompit, KampusHijauBumiThridarmaAnduanohu Kendari, F-Teknik
UniversitasHalu Oleo Kendari 93232, Telepon : +62813-4154-0421, Website: bemteknikuho.blogspot.co.id

pelaku konflik adalah 38,22% antara warga dan swasta, 22,44% antara warga dan
pemerintah. Dari 450 konflik yang terjadi, 13 orang meninggal dunia, 66 mengalami tindak
kekerasan, 177 ditahan/kriminalisasi. Pada tahun 2017 konflik agraria tidak meredup, tercatat
setidaknya sebanyak 125 konflik agraria di 17 kabupaten. Ini mengindikasikan pemerintah
tidak sepenuh hati mensejahterakan petani.

Tabel. Perbandingan konflik agraria tahun 2014-2016

4. Kesejahteraan Petani
Kembali BPS (Badan Pusat Statistik) merilis nilai tukar petani (NTP) selama bulan Agustus
2018. Menurut BPS, NTP nasional Agustus 2018 sebesar 102,56 atau naik 0,89 persen
dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima
Petani (It) naik sebesar 0,75 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) turun
sebesar 0,14 persen. Kenaikan NTP dikarenakan terjadi deflasi sebesar 0,05 persen dengan
Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 134,07. Sementara deflasi perdesaan di Indonesia
sebesar 0,32 persen, disebabkan oleh penurunan indeks kelompok bahan makanan yang
cukup besar, sementara indeks kelompok penyusun Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT)
lainnya naik, terkhusus bahan makanan jadi dan pendidikan, yang terkait dengan pembiayaan
pendidikan anak di awal-awal tahun ajaran baru 2018.Penurunan harga bahan makanan
(mentah) karena melimpahnya hasil panen, termasuk juga adanya beras impor pada bulan
Agustus. Namun petani masih mendapatkan pendapatan yang cukup dari penjualan hasil
panennya, sehingga NTP masih meningkat terkhusus NTP Tanaman Pangan, Hortikultura
dan peternakan, Sementara NTP tanaman perkebunan justru terus mengalami penurunan
( lihat grafik di bawah).
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Jl.HEAMokodompit, KampusHijauBumiThridarmaAnduanohu Kendari, F-Teknik
UniversitasHalu Oleo Kendari 93232, Telepon : +62813-4154-0421, Website: bemteknikuho.blogspot.co.id

Penurunan NTP tanaman perkebunan rakyat pada bulan Agustus akibat oleh turunnya harga
kakao dan kelapa sawit. Penurunan pada bulan Agustus tersebut menyebabkan Kemendag
menurunkan Bea Keluar (BK) minyak mentah kelapa sawit (crude palm oil) dan kakao sesuai
aturan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 89 Tahun 2018 tentang Penetapan Harga
Patokan Ekspor (HPE) atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang dikenakan bea Keluar.

Pergerakan NTP Tanaman Perkebunan di bawah 100 tersebut mengindikasikan semakin


menurunnya tingkat kesejahteraan petani perkebunan kita, tren kenaikan NTP di sektor
pangan dan peternakan atau lebih jauh kesejahteraan petani dan kedaulatan negara akan
berpeluang terganggu juga dengan ancaman eksternal berupa perjanjian pasar bebas yang
mendesak pemerintah untuk mengurangi kebijakan atau peraturan proteksi.

Sebagai contoh desakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump melalui WTO (Organisasi
Perdagangan Dunia) untuk mengubah isi UU Pangan 18/2012, UU Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani 19/2013 dan UU Hortikultura 13/2010, serta UU tentang Perubahan
atas UU 18/2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan agar lebih pro pasar dan
menghilangkan pasal-pasal yang pro petani kecil untuk kedaulatan pangan, oleh karena itu
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
Jl.HEAMokodompit, KampusHijauBumiThridarmaAnduanohu Kendari, F-Teknik
UniversitasHalu Oleo Kendari 93232, Telepon : +62813-4154-0421, Website: bemteknikuho.blogspot.co.id

pemerintah seharusnya konsisten untuk memperjuangkan Kedaulatan pangan yang tertuang


dalam Nawacita kedaulatan pangan 2014-2019 seiring dengan 73 tahun Indonesia merdeka.

Atas kondisi ataupun sistem ekonomi yang semakin tidak pro terhadap rakyat seperti yang
digambarkan dimuka, maka tuntutan kami yang sekaligus sebagai solusi terhadap rejim
Jokowi/JK adalah mengganti Ekonomi Neoliberal menjadi ekonomi Pancasila dengan
melaksanakan beberapa hal sebagai berikut :

1. Mengeluarkan Perppu atas UU Nomor 24 Tahun 1999 yang menjadi akar liberalisasi
finansial dan jatuhnya kurs rupiah terhadap dolar.

2. Bangun Industri Nasional yang berbasiskan pada Pasal 33 UUD 1945 dan UUPA
Nomor 5 Tahun 1960 solusi jangka panjang atas ketidakpastian ekonomi global.

3. Proteksi ekonomi domestik dengan menerapkan diskriminasi harga terhadap


produk asing dan mendorong ekspor produk pangan nasional untuk meningkatkan
devisa negara.

4. Hentikan liberalisasi pendidikan.

5. Hentikan liberalisasi kesehatan.

6. Hentikan perampasan tanah rakyat.

7. Indonesia harus lepas dari WTO, IMF, dan Bank Dunia

8. Tolak impor beras

9. Hentikan kriminalisasi terhadap petani

10. Tolak pertemuan IMF dan Bank Dunia, di Bali 8-14 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai