Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI PADAT


RANCANGAN FORMULA
“KRIM”

OLEH :

KELOMPOK H

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
RANCANGAN FORMULA
“KRIM”

A. Formula Asli
R/
Kloramfenikol

B. Rancangan Formula
Tiap 50 gr krim mengandung :
Kloramfenikol 2%
Gliserin 30 %
Adeps Lanae 5%
Parafin liq 10 %
Propilen Glikol 15 %
Nipagin 0.1 %
Nipasol 0.1 %
Aquadest ad 100%

Master Formula
Nama Produk : PROCOLE®
Jumlah Produk : 10 tube @ 50 gram
Tanggal Formulasi : 21 Desember 2020
Tanggal Produksi : 21 Desember 2021
Nomor Registrasi : DKL2021110029A1
Nomor Batch : D029001

C. Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan


Keuntungan sediaan krim antara lain lebih mudah diaplikasikan, lebih nyaman
digunakan pada wajah tidak lengket dan mudah dicuci dengan air. Secara tradisional krim
sudah digunakan ke dalam sediaan setengah padat, sehingga krim memiliki konsistensi
relatif cairyang akan dibuat menjadi emulsi air dalam minyak (w/o) atau minyak dalam
air (o/w) (Rabima dan Marshall, 2017).
Sediaan topikal dalam bentuk krim lebih disukai karena banyak keuntungannya,
diantaranya yaitu sederhana dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan, mudah dicuci,
bentuknya menarik serta menimbulkan rasa nyaman bagi pengguna (Amaliah dan
Rimadani, 2017).

D. Alasan pemilihan zat tambahan


 Gliserin
Gliserin (Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth
Edition, Rowe R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical
Press and American Pharmacists Assosiation, 283-284)

Kegunaan : Gliserin digunakan dalam berbagai macam formulasi farmasi termasuk


sediaan oral, otic, ophthalmic, topikal, dan parenteral; Dalam formulasi dan kosmetik
farmasi topikal, gliserin digunakan terutama karena sifat humektan dan emoliennya.
Gliserin digunakan sebagai pelarut atau pelarut dalam krim dan emulsi. Gliserin juga
digunakan dalam gel berair dan tidak berair dan juga sebagai aditif dalam aplikasi
tambalan. Dalam formulasi parenteral, gliserin digunakan terutama sebagai pelarut
dan kosolvent. Dalam larutan oral, gliserin digunakan sebagai pelarut, zat pemanis,
pengawet antimikroba, dan zat peningkat viskositas. Ini juga digunakan sebagai
plasticizer dan pelapis film. Gliserin digunakan sebagai plasticizer gelatin dalam
produksi kapsul gelatin lunak dan supositoria gelatin. Gliserin digunakan sebagai
agen terapeutik dalam berbagai aplikasi klinis, dan juga digunakan sebagai aditif
makanan.
Gliserin digunakan dalam berbagai macam formulasi farmasi termasuk sediaan
oral, otic, ophthalmic, topikal, dan parenteral. Dalam formulasi farmasi dan kosmetik
topikal, gliserin digunakan terutama karena sifat humektan dan emoliennya dengan
konsentrasi 30% (Rowe, dkk., 2009).
 Adeps Lanae
Lanolin (Adeps Lanae) banyak digunakan dalam formulasi farmasi dan kosmetik
topikal. Lanolin dapat digunakan sebagai wahana hidrofobik dan dalam pembuatan
krim dan salep air dalam minyak. Ketika dicampur dengan minyak nabati yang sesuai
atau dengan parafin lembut, ini menghasilkan krim emolien yang menembus kulit dan
karenanya memfasilitasi penyerapan obat. Lanolin bercampur dengan sekitar dua kali
berat airnya sendiri, tanpa pemisahan, untuk menghasilkan emulsi yang stabil yang
tidak mudah tengik saat disimpan.
Basis yang digunakan dalam krim rebusan meniran adalah adeps lanae dengan
konsentrasi 5%, 10%, dan 15%. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel
bebas, variabel terikat dan variabel terkontrol. Variabel bebes yaitu variabel yang
mempengaruhi variabel lain, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau
dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi
atau diamati dalam hal ini kosentrasi adeps lanae 5 %, 10% dan 15 %.
 Propilenglikol

Kegunaan : digunakan sebagai humektan, kosolven.bahan ini tidak beracun


sehingga aman untuk digunakan sebagai bahan kosmetik. Penggunaan sebagai
humektan dengan kadar 1- 15% .
Propylene glycol telah banyak digunakan sebagai pelarut, ekstraktan, dan
pengawet dalam berbagai formulasi farmasi parenteral dan nonparenteral. Ini adalah
pelarut umum yang lebih baik daripada gliserin dan melarutkan berbagai macam
bahan, seperti kortikosteroid, fenol, obat sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D),
sebagian besar alkaloid, dan banyak anestesi lokal. Sebagai antiseptik, ia mirip
dengan etanol, dan melawan jamur, ia mirip dengan gliserin dan hanya sedikit kurang
efektif daripada etanol. Propylene glycol biasanya digunakan sebagai plasticizer
dalam formulasi pelapis film encer. Propilen glikol juga digunakan dalam kosmetik
dan industri makanan sebagai pembawa pengemulsi dan sebagai kendaraan untuk
perasa yang lebih disukai daripada etanol, karena kurangnya volatilitas memberikan
rasa yang lebih seragam.
 Nipagin
Konsentrasi Nipagin (metilparaben) (Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor),
London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Assosiation, 441-442.

Kegunaan : Methylparaben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba di


kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi. Ini dapat digunakan sendiri atau
dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan agen antimikroba lainnya. Dalam
kosmetik, methylparaben adalah pengawet antimikroba yang paling sering digunakan.
Paraben efektif pada rentang pH yang luas dan memiliki spektrum aktivitas
antimikroba yang luas, meskipun paraben paling efektif melawan ragi dan jamur.
Aktivitas antimikroba meningkat seiring dengan bertambahnya panjang rantai gugus
alkil, tetapi kelarutan dalam air menurun; Oleh karena itu campuran paraben sering
digunakan untuk memberikan pengawetan yang efektif. Kemanjuran pengawet juga
ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol (2–5%), atau dengan menggunakan
paraben dalam kombinasi dengan agen antimikroba lain seperti imidurea.
 Nipasol
Nipasol (Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth
Edition, Rowe R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical
Press and American Pharmacists Assosiation, 596-597)

Kegunaan : Nipasol digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba


dalam kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasetika. Pengawet ini dapat
digunakan sendiri atau dikombinasi dengan golongan paraben yang lain atau dengan
antimikroba yang lain. Metil paraben efektif pada rentang pH yang luas yaitu pH 4-8
dan memiliki spektrum yang luas terhadap mikroba dan jamur. Propil paraben dapat
digunakan sebagai pengawet untuk sediaan yang mengandung minyak dan air,
kemudian propil paraben dapat bekerja sebagai pengawet air yang terjebak didalam
minyak. Pada sediaan topikal, propil paraben digunakan pada kadar 0,01-0,6%.

E. Alasan Pemilihan Zat Aktif


Kloramfenikol merupakan antibiotika spektrum luas dengan aktifitas mengobati
bermacam–macam infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen. Pada dasarnya
kloramfenikol bersifat sebagai bakteriostatik dan pada konsentrasi tinggi kadang-kadang
bersifat sebagai bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Kadar krim kloramfenikol
yang dibolehkan dalam krim hanya 2% (Oktavia, dkk., Pengaruh Basis Krim Terhadap
Penetrasi Kloramfenikol Menggunakan Kulit Mencit)
F. Uraian Bahan
 Kloramfenikol
Menurut Dirjen POM (1995), kloramfenikol memiliki sifat fisikokimia yaitu:
Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5
Nama Umum : Kloramfenikol
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih
hingga putih kelabu atau putih kekuningan; larutan praktis netral
terhadap lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan agak
asam.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilen
glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.
 Gliserin
Gliserin ( Farmakope Indonesia edisi III halaman 271 )
Nama resmi : Glycerolum
Nama lain : Gliserol,Gliserin
Pemerian : Cairan seperti sirop;jernih,tidak berwarna;tidak berbau;manis
diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang
200.
Kelarutan : Dapat campur dengan air,dan dengan etanol (95%) P; praktis
tidak larut dalam kloroform P dalam eter P dan dalam minyak
lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Penggunaan zat tambahan
 Adeps Lanae
Pemerian : massa seperti lemak,lengket, warra kuning bau khas.
Kelarutan : tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang 2x
beratnya, agak sukar larut dalam etanol cingin,lebih larut dalam
etanol panas, mucal arut dalam eter dan klorofom
Kegunaan : emulsifying agent, basis salep.
COT : dapat mengandung pro oksidan den dapat mempengaruhi
stabilitas.
Stabilitas : dapat mengalami autoksidasi selama penyimpanan. untuk
mencegeh ditambah antioksidan
Penyimpanan : ditempat yang tertutup, terlindung cdari cahaya, sejuk dan kering
 Parafin Liquad
Nama resmi : Paraffinum liquidum
Nama lain : Parafin cair
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna,
hampir tidak berbau, hampir tidakmempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai fase minyak
 Nipagin
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol dan
dalam eter, larut dalam minyak, propilen glikol, dan dalam gliserol
Penggunaan : Sebagai pengawet
Metil paraben mempunyai karakteristik berupa kristal berwarna atau sebuk
kristalin putih, dan tidak berbau dengan rasa seperti pada sediaan topikal, metil
paraben digunakan pada kadar 0,02-0,3%. Efikasi dari pengawet dapat ditingkatkan
dengan penambahan 2-5% propilenglikol. Dalam formula ini digunakan nipagin
dengan kadar 0.03% (Rowe et al., 2009).
 Nipasol
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%)
P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam
40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida
Penggunaan : Sebagai pengawet
Nipasol digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik,
produk makanan, dan sediaan farmasetika. Pengawet ini dapat digunakan sendiri atau
dikombinasi dengan golongan paraben yang lain atau dengan antimikroba yang lain.
Nipasol efektif pada rentang pH yang luas yaitu pH 4-8 dan memiliki spektrum yang
luas terhadap mikroba dan jamur. Pada sediaan topikal, nipasol digunakan pada kadar
0,01-0,6%. Dalam formula ini digunakan nipasol dengan kadar 0.01% (Rowe et al.,
2009).
 Propilenglikol
Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
higroskopik.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) P dan kloroform P,
larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat campuran dengan eter
minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
Bobot : Per ml 1,035 g sampai 1,037 g.
Khasiat : Sebagai zat tambahan, pelarut.

G. Perhitungan Bahan
Perdosis
 Kloramfenikol
2 x 50 g = 1 g
100
 Gliserin
30 x 50 g = 15 g
100
 Adeps Lanae
5 x 50 g = 2,5 g
100
 Parafin Liquid
10 x 50 g = 5 g
100
 Nipasol
0,1 x 50 g = 0,05 g
100
 Nipagin
0,1 x 50 g = 0,05 g
100
 Propilenglikol

15 x 50 g = 7,5 g
100
Perbatch
 Kloramfenikol
1 g X 50 g = 50 g
 Gliserin
15 g X 50 g = 50 g
 Adeps Lanae
2,5 g X 50 g = 50 g
 Parafin Liquid
5 g X 50 g = 50
 Nipasol
0,05 g X 50 g = 50 g
 Nipagin
0,05 g X 50 g = 50 g
 Propilenglikol
7,5 g X 50 g = 50 g

H. Evaluasi
Evaluasi sediaan krim
1. Uji Organoleptis
Krim yang baik adalah krim yang memiliki ciri organoleptis warna putih, tidak
berubah warna basis dan bau dalam penyimpanan.
2. Uji pH
Krim yang baik harus memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4-6,5. Krim
yang memiliki pH terlalu asam akan menimbulkan iritasi kulit pada saat digunakan
sedangkan pH krim yang terlalu basa akan menyebabkan kulit kering.
3. Uji Daya Lengket
Uji daya lengket krim dilakukan menggunakan alat rheoviskometer. Uji daya lengket
bertujuan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada kulit. Krim yang baik
harus memiliki daya lengket yang lama dengan kulit karena semakin lama ikatan
antara krim dengan kulit semakin baik sehingga absorbsi obat oleh kulit akan semakin
tinggi. Sebaliknya jika ikatan antara krim dengan kulit kurang optimal obat akan
mudah terlepas dari kulit. Adapun syarat waktu daya lengket yang baik adalah tidak
kurang dari 4 detik.
4. Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar krim dilakukan menggunakan extensiometer. Krim diharapkan
mampu menyebar dengan mudah tanpa tekanan yang berarti sehingga mudah
dioleskan dan tidak menimbulkan rasa sakit saat dioleskan sehingga tingkat
kenyamanan pengguna dapat meningkat. Daya sebar sediaan semisolid yang baik
adalah 50-70 mm sehingga nyaman saat digunakan.
5. Uji Daya Proteksi
Pengujian daya proteksi krim dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim
melindungi kulit dari pengaruh luar seperti debu, polusi dan sinar matahari.
Berdasarkan hasil uji daya proteksi dari ketiga formulasi krim ekstrak daun sirih
merah yang dilakukan semua formula mampu memproteksi kulit. Hal ini ditunjukkan
dari tidak adanya noda merah yang terlihat pada kertas saring saat ditetesi
menggunakan KOH 0,1 N.
I. Kemasan dan Brosur

Anda mungkin juga menyukai