TBC (TUBERCULOSA)
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Karunia-Nyalah, kami selaku penulis makalah yang berjudul
”Asuhan Keperawatan TBC” yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas
akhir semester genap, Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada:
1. Drs H.Budi Utomo,Amd.Kep.M.Kes, selaku ketua STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris S.Kep,Ns M.Kes, selaku ketua prodi S1
KEPERAWATAN STIKES Muhammadiyah Lamongan.
3. Agus Prasetyo S.Kep.Ns selaku dosen Mata Kuliah Sistem
Pencernaan II.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang
dan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar TBC..............................................................................
2.2 Asuhan Keperawatan TBC...................................................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .........................................................................................
3.2. Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
3
PENDAHULUAN
Oleh sebab itu kami disini membahas tentang asuhan keperawatn TBC
dengan tujuan agar kami bisa memahami mulai dari pengertian,penyebab,hingga
bagaimana asuhan keperawatan yang semestinya kita berikan kepada klien
sebagai seorang perawat.
4
1.3 Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama
terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk
merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada
jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila
proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya
tahan tubuhnya akan meningkat.
Pathway TBC
Mycobacterium Tuberkolusa
Saluran pernafasan
7
Penumpikan sekret Alveolus Peneyebaran
mengalami infeksi
komplikasi melalui
dan eksudasi sistem
limfatik
Batuk Bersihan
terus jaln nafas
menerus tidak Kelitihan
efektif
Terhadap
orang lain
Intoleransi
aktivitas
Resiko
penyebaran
infeksi
Gangguan pola
istirahat/tidur
8
2.1.4 Manifestasi Klinis
9
2.1.6 Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
Streptomisin inj 750 mg.
Pas 10 mg.
Ethambutol 1000 mg.
Isoniazid 400 mg.
2. Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah
setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan
pengobatan ditemukan terapi.Therapi TB paru dapat dilakkukan dengan minum
obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
INH.
Rifampicin.
Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan
menjadi 6-9 bulan.
10
2.2 Asuhan Keperawatan TBC
2.2.1 Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat.
Gejala :
Kelelahan umum dan kelemahan.
Nafas pendek karena bekerja.
Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau
berkeringat.
Mimpi buruk.
Tanda :
Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.
Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).
2. Integritas Ego.
Gejala :
Adanya faktor stres lama.
Masalah keuanagan, rumah.
Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
Populasi budaya.
Tanda :
Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).
Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.
3. Makanan / cairan.
Gejala :
Anorexia.
Tidak dapat mencerna makanan.
Penurunan BB.
Tanda :
11
Turgor kulit buruk.
Kehilangan lemak subkutan pada otot.
4. Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda :
Berhati-hati pada area yang sakit.
Perilaku distraksi, gelisah.
5. Pernafasan.
Gejala :
Batuk produktif atau tidak produktif.
Nafas pendek.
Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.
Tanda :
Peningkatan frekuensi nafas.
Pengembangan pernafasan tak simetris.
Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara
bilateral atau unilateral (effusi pleura / pneomothorax) bunyi nafas tubuler
dan / atau bisikan pektoral diatas lesi luas, krekels tercatat diatas apeks paru
selam inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels – posttusic).
Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah.
Deviasi trakeal ( penyebaran bronkogenik ).
Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental ( tahap lanjut)
6. Keamanan.
Gejala :
Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)
Tanda :
12
Demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi sosial.
Gejala :
Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas fisik
untuk melaksankan peran.
8. Penyuluhan / pembelajaran.
Gejala :
Riwayat keluarga TB.
Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk.
Gagal untuk membaik / kambuhnya TB.
Tidak berpartisipasi dalam therapy.
13
kesumutan pada ujung- pertukaran gas komplikasi dan
ujung ekstremitas eksudasi
DO: GDA tidak dalam batas
normal, TD naik,takikardi, Gangguan pertukaran
Tachipnoe. gas
2.2.3 Perencanaan
Diagnosa Keperawatan 1. :
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Tujuan :
Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
Mendemontrasikan batuk efektif.
Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
14
Intervensi :
Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.
Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan
meningkatkan ventilasi alveolar.
Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan
sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan
dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah
pengeluaran sekresi sekret.
Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk
klien.
Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000
sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
15
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian
expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan
menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
Diagnosis Keperawatan 2. :
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-
kapiler.
Tujuan :
Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil :
Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi :
Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat
tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru
dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi
sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan
terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan.
R/Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas
dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau
kolaps paru-paru.
16
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan
menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat
dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian
antibiotika, pemeriksaan sputum dan kultur sputum, konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan
parunya.
Diagnosis keperawatan 3
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria Hasil :
Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori
Menu makanan yang disajikan habis. Peningkatan berat badan tanpa peningkatan
edema
Intervensi :
Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
R/ untuk mengetahui lebih dalam tentang awal mula anoreksia,
dispnea dan mual pasien
Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
R/ agar penyerapan protein bisa lebih baik
Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).
R/ Untuk mencukupi kebutuhan hizi paien dan
mengoptimalkan peningkatan berat badan pasien
Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum
dan sesudah makan.
17
R/ mencegah agar tidak timbul edema
Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu
klien merasa paling suka untuk memakannya.
R/ agar klien merasa tidak jenuh dalam proses peningkatan
protein adekuat dan peningkatan berat badan
Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang
cukup.
R/ Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan
2.2.4 Implementasi
Dx 1:
18
Menjelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa
terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
Mengajarkan napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
Melakukan pernapasan diafragma.
Menahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,
keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua , tahan
dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
Melakukan auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
Mengajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000
sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
Mendorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter :
pemberian expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks.
Dx 3 :
19
Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter :
pemberian expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks.
2.2.5 Evaluasi
Dx : 1
S: Klien mengaku sudak tidak sesak dalam bernafas,dan bisa batuk dengan
efektif
O: Frekwensi normal,TD normal,sputum encer dan mudah dikeluarkan.
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Dx : 2
S : klien menyatakan sudah tidak mengalami kesumutan pada ujung
ekstremitas
O : GDA dalam batas normal,frekwensi pernafasan dalam batas normal,nadi
dan TD normal
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Dx : 3
S: klien mengaku mulai tertarik dengan makanan dan nafsu makan
meningkat,tidak merasa mual.
O: BB meningkat,porsi makanan habis.
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Aktivitas/istirahat.
2. Integritas Ego.
3. Makanan / cairan.
4. Nyeri / kenyamanan.
5. Pernafasan.
6. Keamanan.
7. Interaksi sosial.
8. Penyuluhan / pembelajaran
Diagnosa meliputi
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan
sekresi yang kental/darah.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan
membran alveolar-kapiler.
21
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk,
dyspnea atau anoreksia
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurang-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang,dan kami juga berharap,setelah
membaca makalah ini kita menjadi lebih mengetahui bagaimana atau tindakan
apasaja yang harus kita berikan kepada klien dengan TBC agar kembali pada
keadaan semula dan kebutuhan dasar manusianya tepenuhi.
22
DAFTAR PUSTAKA
23