Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENYULUHAN KESEHATAN :
STROKE PADA LANSIA

OLEH
TRIGA EFIRIANI

STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK


PROGAM STUDI D-III KEPERAWATAN
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASARAKAT

1. Judul : Penyuluhan Kesehatan tentang Stroke Pada Lansia


di Desa Pehserut Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk
2. Identitas Mahasiswa
a. Nama : Triga Efiriani
b. NIM : 201914401045
c. Semester : III
d. Mahasiswa : STIKes Satria Bhakti Nganjuk
3. Dana Pengabdian
a. Sumber Dana : Mandiri
b. Jumblah Dana : Rp. 100.000

Mengetahui Nganjuk 10 Agustus 2020


Dosen Pembimbing Mahasiswa Pelaksana

Ns. Lexy Oktora Wilda, M.Kep Triga Efiriani


NIDN. 0714107801 201914401045

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................... i


Halaman Pengesahan ................................................................................................ ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan ..................................................................................................... 3
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................. 4
BAB II SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Tujuan Instruksional Umum ................................................................... 5
B. Tujuan Instraksional Khusus ................................................................... 5
C. Sasaran .................................................................................................... 5
D. Materi ...................................................................................................... 5
E. Metode ..................................................................................................... 6
F. Media ....................................................................................................... 6
G. Kegiatan Penyuluhan .............................................................................. 6
H. Perorganisasian ....................................................................................... 7
I. Evaluasi ................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12
LAMPIRAN .............................................................................................................. 13

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian


setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke sudah dikenal sejak zaman dahulu,
bahkan sebelum zaman hippocrates, dimana penyakit ini merupakan penyakit
saraf yang paling banyak menarik perhatian (Harsono, 2009).
Stroke didefinisikan sebagai manifestasi klinik dari gangguan fungsi
serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung secara
cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa
ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular (WHO, 2003).
Stroke merupakan urutan ketiga penyebab kematian setelah jantung dan
kanker di Amerika Serikat (Rikesdas, 2007). Prevalensi di Amerika tahun 2005
adalah 2,6%. Prevalensi meningkat sesuai kelompok usia yaitu 0,8% pada usia
18-44 tahun, 2,7% pada usia 45-64 tahun dan 8,1% pada usia 65 tahun atau lebih
tua. Pria dan wanita memilik10i prevalensi yang tidak jauh berbeda yaitu pria
2,7% dan wanita 2,5% (Satyanegara, 2010).
Stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Sekitar 80-85% merupakan stroke iskemik dan sisanya adalah stroke
hemoragik (Price & Wilson, 2006).
Penelitian lain yang dilakukan di Itali menyatakan bahwa 67,3- 82,6%
mengalami stroke iskemik, 9,9-19,6% mengalami intraserebral hemoragik, 1,6-
4,0% subaraknoid hemoragik dan 1,2-1,7% tidak terdeteksi (Blackwell, 2011).
Berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan, peneliti mengkhususkan untuk
melakukan penelitian pada orang yang mengalami stroke iskemik

Menteri Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan, berdasarkan data


dari tahun 1991 hingga tahun 2007 (hasil Riset Kesehatan tahun 2007)
menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama
hampir di seluruh Rumah Sakit (RS) di Indonesia.

1
Sementara data Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) tahun
2009 menunjukkan bahwa penyebab kematian utama di RS akibat stroke adalah
sebesar 15%, artinya 1 dari 7 kematian disebabkan oleh stroke dengan tingkat
kecacatan mencapai 65% (DepKes, 2013).
Menurut Riset Kesehatan dasar 2009, prevalensi penyakit stroke non
hemoragik sebesar 0,09%, prevalensi tertinggi di kota Surakarta sebesar 0,75%
(Dinkes Jateng, 2010).
Orang yang menderita stroke, biasanya mengalami banyak gangguan
fungsional, seperti gangguan motorik, psikologis atau perilaku, dimana gejala
yang paling khas adalah hemiparesis, kelemahan ekstremitas sesisi, hilang
sensasi wajah, kesulitan bicara dan kehilangan penglihatan sesisi (Irfan, 2010).
Data 28 RS di Indonesia, pasien yang mengalami gangguan motorik sekitar
90,5% (Misbach & Soertidewi, 2011).
Pemulihan kekuatan ekstremitas masih merupakan masalah utama yang
dihadapi oleh pasien stroke yang mengalami hemiparesis. Sekitar 80% pasien
mengalami hemiparesis akut di bagian ekstremitas atas dan hanya sekitar
sepertiga yang mengalami pemulihan fungsional penuh (Beebe & Lang, 2009).
Untuk meminimalkan angka kecacatan pada orang yang menderita stroke maka
dapat dilakukan fisioterapi.
Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenKes) No.
1363/MENKES/SK/XII/2001, Pasal 1 bahwa fisioterapi adalah bentuk
pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan
fungsi dan komunikasi (Menkes, 2001).

Peran fisioterapi pada penderita stroke yaitu dalam hal mengembangkan,


memelihara, dan memulihkan gerak dengan pelatihan motorik berdasarkan
pemahaman terhadap patofisiologi, neurofisiologi, kinematik dan kinetik dari
gerak normal, proses kontrol gerak dan motor learning serta penanganan dengan
pemanfaatan elektroterapeutis (Irfan, 2010).

2
Durasi yang dibutuhkan penderita stroke dalam mendapatkan fisioterapi
tergantung dari jenis dan berat ringan stroke yang diderita. Rata-rata penderita
yang dirawat inap di unit rehabilitasi stroke selama 16 hari, kemudian
dilanjutkan dengan rawat jalan selama beberapa minggu. Walau sebagian besar
terjadi perbaikan dalam rentang waktu diatas, otak harus tetap belajar tentang
kemampuan motorik seumur hidup (American Heart Association, 2006).
Duncan melaporkan dari hasil penelitiannya, perbaikan fungsi motorik
dan aktivitas sehari-hari paling cepat dilakukan 30 hari pertama pasca stroke.
Wade mengatakan bahwa 50% pasien mengalami perbaikan fungsi paling cepat
dalam dua minggu pertama (Steven, 2008). Proses pemulihan tangan biasanya
dalam tiga bulan, sedangkan ektremitas bawah terjadi dalam 43-60 hari (paling
lama dalam tiga bulan) (Bruno & pertiana, 2007). Penelitian Kwakkel, dkk
dalam sebuah meta analisis menunjukkan bahwa walaupun memiliki efek yang
kecil, terapi latihan dapat memberikan perbaikan fungsional, apabila jika
ditambah 16 jam dalam enam bulan pertama setelah stroke (American Heart
Association, 2004).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan dapat disimpulkan permasalahan


sebagai berikut :
a. Stroke merupakan masalah kesehatan yang penting karena angka
kecacatan yang tinggi, serta dapat menyebabkan mortalitas.
b. Pada pasien stroke mengalami beberapa gangguan fungsi vital otak, salah
satunya adalah gangguan fungsi motorik.
c. Gangguan fungsi motorik membutuhkan fisioterapi untuk pemulihan
dalam jangka waktu tertentu.
d. Masih terdapat kontroversi dalam waktu pemulihan dan bentuk
fisioterapi yang diberikan.
e. Belum ada penelitian di RS PKU Muhammadiyah mengenai hubungan
fisioterapi dengan peningkatan fungsi motorik pada pasien pada stroke
iskemik.

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum
3
Untuk mengetahui apakah ada hubungan fisioterapi dengan
peningkatan kemampuan fungsi motorik pada pasien stroke iskemik.

b. Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui cara menilai fungsi motorik pasien stroke
iskemik
2. Untuk mengetahui rerata perbaikan fungsi motorik pada pasien
stroke iskemik setiap hari ketika dilakukan fisioterapi.

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari : Sabtu Tanggal Sabtu, 08 Agustus 2020


Di Rumah Lansia Pehserut Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk

4
BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN

“STROKE”

Topik : Stroke

Sasaran : Lansia Ny. Suprapti

Tempat : Di Rumah Lansia Pehserut Kabupaten Nganjuk

Hari/Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Waktu : 07.30 – Selesai

A. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan lansia mampu mengetahui tingkat


pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan dan penangulangan stroke pada lansia

B. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah diberikan penyuluhan mengenai stroke,peserta penyuluhan dapat


:

1. Lansia mamp mengenal pengertian stroke


2. Lansia mampu mengenal penyebeb penyakit stoke
3. Lansia mampu menyebutkan bagaimana perjalanan penyakit stroke
4. Lansia mampu menyebutkan klasifikasi penyakit stroke
5. Lansia mampu menyebutkan tanda dan gejala penyakit stroke
6. Lansia mampu mnyebutkan komplikasi penyakit stroke
7. Lansia mampu menyebutkan perilaku pencegahan penyakit stroke

C. SASARAN

Lansia Ny. Suprapti

D. MATERI
1. Pengertian Stroke
2. Penyebab Stroke

5
3. Perjalanan Penyakit Stroke
4. Klasifikasi Stroke
5. Tanda dan Gejala Stroke pada lansia
6. Komplikasi Stroke
7. Pencegahan Stroke pada lansia

E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. MEDIA
1. Leaflet
2. LCD dan LAPTOP
3. Power Point

G. KEGIATAN

N Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan


o. Peserta
1. 5menit Pembukaan : 1. Menjawab
1. Mengucapkan salam salam
pembuka 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan maksud dan 4. Menjawab
tujuan pertanyaan
4. Menanyakan kepada peserta penyuluh
sejauh mana pemahaman
tentang materi yang akan
disampaikam
2. 10 Pelaksanaan : 1. Memperhatikan
menit 1. Pengertian stroke 2. Memperhatika
2. Penyebab stroke 3. Memperhatikan
3. Perjalanan peyakit stroke 4. Memperhatikan
4. Klasifikasi stroke 5. Memperhatikan
5. Tanda dan gejala stroke 6. Memperhatikan

6
pada lansia 7. Memperhatikan
6. Komplikasi stroke
7. Pencegahan penyakit stroke
3 5menit Penutup : 1. Menjelaskan
. 1. Menggali pengetahuan tentang materi
peserta tentang materi yang stroke yang
telah disampaikan telah
2. Menyimpulkan hasil disampaikan
kegiatan penyuluhan 2. Mendengarkan
3. Mengucapkan salam 3. Menjawab
penutup salam

H. PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Triga Efiriani
2. Fasilitator : Adelia Idza Afani

I. EVALUASI
Metode evaluasi : Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan : Lisan
Jumlah Pertanyaan : 3 Pertanyaan

7
J. DENAH

A
KETERANGAN :
B
A = Mahasiswa
B = Lansia

K. STRUKTUR
1. Persiapan alat atau media
Alat lengkap dan media yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan semuanya
lengkap bisa digunakan saat ceramah dan Tanya Jawab. Alat dan media berupa
file power point,LCD,laptop,serta pengeras suara.
2. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk power point yang ditampilkan pada proyektor dan
flipchart untuk mempermudah pencapaian materi kepada masyarakat.
3. Sasaran penyuluhan ini adalah masyarakat yang sedang atau berisiko terkena
stroke,terutama pada lansia.
4. Perorganisasian harus dilakukan 2hari menjelang acara penyuluhan

L. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Proses
a. Kegiatan penyuluhan dihadiri minimal peserta.
b. Media yang digunakan adalah leaflet,LCD,dan laptop.
c. Waktu penyuluhan selama 35menit.
d. Penyelenggaraan penyuluhan diadakan di Posyandu lansia podang kabupaten
nganjuk.
e. Penyaji diharapkan menguasai materi dengan baik.
f. Perorganisasian penyuluhan dipersiapkan beberapa hari sebelum penyuluhan.

8
g. Seluruh peserta hadir mengikuti penyuluhan dan tidak ada yang meninggalkan
tempat penyuluhan sebelum kegiatan penyuluhan selesai dilakukan.
h. Diharapkan semua peserta aktif dan antusias mengikuti proses penyuluhan
sampai kegiatan penyuluhan selesai.
2. Evaluasi Hasil
a. Setelah dilakukan penyuluhan tentang stroke pada lansia diharapkan beberapa
peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian stroke
2. Menjelaskan penyebeb stroke
3. Menjelaskan patofisologi stroke
4. Menyebutkan klasifikasi stroke
5. Menyebutkan tanda dan gejala stroke
6. Menyebutkan komplikasi stroke
7. Menjelaskan pencegahan stroke

Setelah dilakukam penyuluhan tentang stroke diharapan peserta mengerti dan


memahami stroke serta diharapkan dapat melakukan perubahan perilaku hidup yang
lebih baik sehat untuk mencegah terjadinya stroke.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menyeselesaikan perancangan tugas akhir, dapat ditarik kesimpulan


bahwa :
Stroke adalah penyakit yang menakutkan sebagai penyebab kecacatan nomer 1
dan penyakit mematikan nomer 3 di dunia. Dari laporan Riskesdas kondisi stroke
di Indonesia semakin meningkat, tercatat prevalensi stroke tidak hanya
menyerang usia lanjut namun juga menyerang usia produktif. Berdasarkan riset
yang dilakukan penulis di lingkungan Sewon, Bantul pada tanggal 22 Mei 2014
disimpulkan. “Masyarakat Sewon sadar bahwa penyakit stroke berbahaya, namun
sedikit dari masyarakat memiliki pengetahuan dasar mengenai stroke.”
Hal terpenting dari sebuah media informasi adalah mampu
mengkomunikasikan informasi kepada target audiens. Kondisi sekarang ini,
teknologi berkembang begitu pesat, dimana media informasi tidak hanya terdapat
pada media cetak. Salah satu media informasi berbasis teknologi yang sedang
populer ialah aplikasi Android. Keunggulan aplikasi Android dari media lain
seperti, produk lebih praktis, efektif dan lebih interaktif serta aplikasi tersebar
diseluruh penjuru dunia sehingga masyarakat dapat mengunduh aplikasi
dimanapun, terlebih di Indonesia. Negara ini merupakan salah satu pengguna aktif
smartphone terbesar di dunia, data asymco.com menyebutkan bahwa pengguna
smartphone di Indonesia akan semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena
itu penulis tidak ragu untuk memilih aplikasi Android sebagai media utama dalam
perancangan tugas akhir.

Nama aplikasi stroke dalam perancangan tugas akhir adalah iStroke. Aspek
komunikatif dan edukatif digunakan sebagai dasar dalam perancangan aplikasi.
Materi yang termuat dalam aplikasi iStroke dilandasi oleh riset yang telah
dilakukan, materi tersebut meliputi pengetahuan stroke, jenis, penyebab, gejala,
dampak, cara mencegah, tidakan stroke dan rehabilitasi.
Terkadang impian tidak seindah kenyataan. Dalam proses perancangan tentu
melewati banyak kendala dari segi teknis maupun desain seperti kurangnya

10
kemampuan programmer yang berujung pada perubahan konsep, untuk itu
desainner harus mampu menutupi kekurangan dengan konsep yang tidak kalah
menarik maka diperlukan kerjasama yang baik dalam tim agar perancangan
aplikasi dapat berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang harus dilakukan seorang
desainner selain merancang adalah bersikap professional, dimana idealism harus
dikubur dalam-dalam, sehingga unsur visual maupun verbal seperti bentuk, warna
dan materi yang digunakan harus sesuai dengan tema, adapun data yang akan
diolah merupakan data yang sudah fix serta ukuran file harus disesuaikan dengan
kebutuhan yang akan di intruksikan oleh programmer, sehingga ukuran file harus
tepat, tidak kurang maupun lebih karena kondisi ini sangat berpengaruh pada
aplikasi dalam pengerjaan ini. Disamping itu desainner harus selalu memantau
proses pemrograman karena dalam proses ini masalah yang sering muncul adalah
penataan letak, ukuran tombol, layout gambar maupun teks tidak sesuai dengan
konsep, untuk itu diperlukan koordinasi tim supaya hal semacam itu tidak terjadi.
B. Saran
Dengan melakukan kegiatan fisik atau olahraga bagia lansia akan memberikan
manfaat bagi kesehatan. Kegiatan olahraga dapat memberikan dampak positif
apabila dilakukan secara teratur.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aliah, A; Limoa, R.A; Wuysang, G. (2000). Gambaran Umum Tentang GPDO dalam
Harsono:Kapita Selekta Neurologi. UGM Press, Yogyakarta.
Baehr M, Frotscher M. Duus’ : Topical Diagnosis in Neurology. 4th revised edition. New
York : Thieme. 2005.
Batticaca, Framsisca B. 2008. Asuhan keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : salemba medika
Brunner, I ; Suddarth, Drs. (2002) Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah Volume 2.
Jakarta: EGC.

12
Lampiran 1

LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian Stroke
Menurut WHO (World Health Organization), stroke didefinisikan suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat
menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan
gejala dan tanda yangsesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian
serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan penduduk.
(Chris W. Green dan Hertin Setyowati 2004)
Chandra B. mengatakan stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang
disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan
tanda yang sesuai dengan daerah fokal daerah otak yang terganggu.
2. Penyebab Stroke
Sroke biasanya disebabkan oleh:
a. Trombosis Serebral. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi
pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis sering kali
memburuk dalam 48 jam setelah terjadinya thrombosis. Beberapa keadaaan di
bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
b. Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
aterosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme
berikut; lumen arteri menyempit dan mengakibatkan
13
berkurangnya aliran darah, oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi
thrombosis, merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus) dan dinding arteri menjadi lemah dan terjadi
aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
c. Hiperkoagulasi pada Polisitema. Darah bertambah kental, peningkatan
viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebri.
d. Arteritis (radang pada arteri) maupun Vaskulitis : arteritis temporalis,
poliarteritis nodosa.
e. Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
f. Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
g. Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.

Beberapa keadaan di bawah ini dapat menimbulkan emboli, yaitu:


 Katup-katup jantung yang rusak akibat penyakit jantung reumatik, infark
miokardium, fibrilasi, dan keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah membentuk gumpalan kecil dan
sewaktu-waktu kosong sama sekali mengeluarkan embolus-embolus kecil.
Endokarditis oleh bakteri dan nonbakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endokardium. Sumber di jantung fibrilasi atrium
(tersering), infark miokardium, penyakit jantung reumatik, penyakit katup
jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik.
 Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis komunis,
arteri vertrebralis distal.
Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinom

14
 Hemoragik.
Perdarahan intracranial dan intraserebri meliputi perdarahan di
dalam ruang subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan
ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang
dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan
sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab
otak yang paling umum terjadi:
1. Aneurisma berry, biasanya defek congenital
2. Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis
3. Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis
4. Malformasi asteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh
darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
5. Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalam dan degenerasi pembuluh darah.
 Hipoksia umum.
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
1. Hipertensi yang parah
2. Henti jantung paru
3. Curah jantung turun akibat aritmia.
 Hipoksia lokal. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
setempat adalah:
1. Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid
2. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
(Muttaqin, 2011)
3. Factor Resiko Stroke

Faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan


kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak (nonmodifiable, modifiable, atau

15
potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented atau less well
documented) (Goldstein,2006).
1. Non modifiable risk factors :

a. Usia
Insidensi stroke sebanding dengan meningkatnya usia di atas umur 55 th,
insidensinya meningkat 2 kali lipat. Hal ini berkaitan dengan adanya proses
penuaan (degenerasi) yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada
orang lanjut usia pembuluh darahnya lebih kaku karena adanya plak
(atheroscelorsis).

b. Jenis kelamin
Insidensi pada pria 19% lebih tinggi daripada wanita. Hal ini mungkin terkait
bahwa laki-laki cenderung merokok. Dan, rokok ternyata dapat nerusak lapisan
dari pembuluh darah tubuh.

c. Berat badan lahir rendah


Risiko stroke meningkat dua kali pada orang dgn berat badan yg rendah (< 2500
g) ketika lahir

d. Ras/etnis
Dari beberapa penelitian dikemukakan bahwa ras kulit putih memiliki peluang
lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan ras kulit hitam. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Pada tahun 2004 di
Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki yang berkulit putih sebesar
37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9% sedangkan pada wanita yang
berkulit putih sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar 58,7%.

e. Genetik / Hereditas
Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat
stroke pada keluarga, memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena stroke
dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya. Gen berperan
16
besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi, jantung, diabetes dan
kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau
lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun,
meningkatkan risiko stroke.

2. Modifiable risk factors


a. Well-documented and modifiable risk factors

1. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor resiko yang paling penting untuk stroke, terutama
Stroke sumbatan.  Tidak ada bukti bahwa wanita lebih tahan terhadap hipertensi
daripada laki-laki. Insiden stroke sebagian besar diakibatkan oleh hipertensi,
sehingga kejadian stroke dalam populasi dapat dihilangkan jika hipertensi diterapi
secara efektif.
obesitas mempengaruhi keadaan kesehatan, melalui peningkatan tekanan
darah, gangguan toleransi glukosa dan lain-lain.  Pola obesitas  juga memegang
peranan penting, dimana obesitas sentral dan penimbunan lemak pada daerah
abdominal, sangat berkaitan dengan kelainan aterosklerosis. Meskipun riwayat stroke
dalam keluarga penting pada peningkatan resiko stroke, namun pembuktian dengan
studi epidemiologi masih kurang. 
b. Less well-documented and modifiable risk factors
Sindroma metabolik
→ Penyalahgunaan alkohol
Pecandu alkohol berat memiliki resiko stroke dan kematian akibat stroke
yang lebih tinggi. Pada penelitian  di Yugoslavia terdapat hubungan  antara
konsumsi alkohol dengan insiden stroke perdarahan.  Namun, tidak ada
hubungan yang signifikan dengan stroke sumbatan. 
→ Penggunaan kontrasepsi oral
Resiko strok meningkat pada penggunaan kontrasepsi oral, terutama pada
wanita berumur lebih dari 35 tahun, dan yang memiliki faktor resiko penyakit
kardiovaskuler, seperti hipertensi dan merokok. Resiko relatif stroke pada

17
pemakai ataupun bekas pengguna kontrasepsi oral meningkat 5 kali lipat,
terutama pada kelompok perokok dan diatas usia 35 tahun. 
→ Sleep-disordered breathing
Peningkatan tekanan darah yang ringan atau sedang (borderline) sering
dikaitkan dengan kelainan kardiovaskuler, sedangkan pada peningkatan tekanan darah
yang tinggi, stroke lebih sering terjadi. Hipertensi menyebabkan aterosklerosis darah
serebral sehingga pembuluh darah mengalami penebalan dan degenerasi yang
kemudian pecah dan menimbulkan perdarahan. Stroke yang terjadi paling banyak
oleh karena hipertensi adalah hemoragik.

2. Paparan asap rokok


Merokok merupakan faktor resiko tinggi terjadinya serangan jantung dan
kematian mendadak, baik akibat stroke sumbatan maupun perdarahan. Pada meta
analisis dari 32 studi terpisah, termasuk studi-studi lainnya, perokok memegang
peranan terjadi insiden stroke, untuk kedua jenis kelamin dan semua golongan usia
dan berhubungan dengan peningkatan resiko 50% secara keseluruhan, bila
dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko terjadinya stroke, dan infark otak pada
khususnya, meningkat seiring dengan peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi,
baik pada laki-laki ataupun wanita. 

3. Diabetes
Diabetes meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada arteri koronaria,
femoralis dan serebral, sehingga meningkatkan pula kemungkinan stroke sampai dua
kali lipat bila dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes.  Dari arterosklerosis dapat
menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah sehingga
mengakibatkan iskemia. Iskemia menyebabkan perfusi otak menurun dan akhirnya
terjadi stroke. Pada DM, akan mengalami penyakit vaskuler sehingga juga terjadi
penurunan makrovaskulerisasi. Makrovaskulerisasi menyebabkan peningkatan suplai
darah ke otak. Dengan adanya peningkatan suplai tersebut, maka TIK meningkat,
sehingga terjadi edema otak dan menyebabkan iskemia. Pada DM juga terjadi
penurunan penggunaan insulin dan peningkatan glukogenesis, sehingga terjadi

18
hiperosmolar sehingga aliran darah lambat, maka perfusi otak menurun sehingga
stroke bisa terjadi. Atrial fibrilasi dan beberapa kondisi jantung tertentu
Kelainan jantung  merupakan kelainan atau disfungsi organ yang mempredisposisikan
timbulnya stroke. Meskipun hipertensi merupakan faktor resiko
untuk semua jenis stroke, namun pada tekanan darah berapapun, gangguan fungsi
jantung akan meningkatkan resiko stroke secara signifikan. Peranan gangguan
jantung terhadap kejadian stroke meningkat seiring pertambahan usia .Selain itu, total
serum kolesterol  , LDL maupun trigliserida yang tinggi akan meningkatkan resiko
stroke iskemik ( terutama bila disertai dengan hipertensi ), karena terjadinya
aterosklerosis pada arteri karotis.  

4. Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan yang ditandai oleh kelainan baik peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kolesterol LDL yang tinggi (normal : <
100 mg/dl), kolesterol HDL (normal : 35-59 mg/dl) yang rendah, dan rasio kolesterol
LDL dan HDL yang tinggi dihubungkan dengan peningkatan risiko terkena stroke.
Hal ini akan diperkuat bila ada faktor risiko stroke yang lain (misalnya:hipertensi,
merokok, obesitas). Berbagai penelitian epidemiologi secara konsisten
menghubungkan peningkatan risiko stroke pada penyandang dislipidemia.
Peningkatan 1 mmol/ L (38,7 mg/dL) kadar kolesterol darah total akan meningkatkan
risiko stroke sebesar 25%. Di lain sisi peningkatan 1 mmol/ L kadar kolesterol HDL
(kolesterol baik) akan menurunkan risiko stroke.

19
5. Stenosis arteri karotis
Stenosis arteri karotis adalah penyempitan atau penyempitan permukaan
dalam (lumen) dari arteri karotis, biasanya disebabkan oleh aterosklerosis.
6. Sickle cell disease
Bentuk eritrosit yang seperti bulan sabit dapat menyumbat suplay darah ke
otak
7. Terapi hormonal pasca menopause
8. Diet yang buruk
9. Inaktivitas fisik
10. Obesitas
Pasien obesitas/ kegemukan  memiliki tekanan darah, kadar glukosa darah
dan serum lipid yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan pasien tidak gemuk.
Hal ini meningkatkan resiko terjadinya stroke, terutama pada kelompok usia 35-
64 tahun pada pria dan usia 65-94 tahun pada wanita. Namun, pada kelompok
yang lain pun,
Obstructive sleep apnea (OSA) adalah suatu bentuk gangguan tidur yaitu
berhentinya nafas pada saat tidur lebih dari 10 detik karena tertutupnya atau
menyempitnya saluran pernafasan. Tertutupnya saluran pernafasan itu sendiri
terjadi karena turunnya lidah dan pengenduran otot serta jaringan lunak saluran
pernafasan. Penyempitan saluran pernafasan akan menurunkan saturasi oksigen
lebih dari tiga persen, misalnya suplai oksigen ke otak dan juga melambatkan
detak jantung.

→ Nyeri kepala migren


Peningkatan aktivasi platelet diakibatkan proses up- regulasi dari
ikatan leukosit spesifik yang dapat mencetuskan terjadinya inflamasi. Proses ini
dihasilkan oleh leukosit yang menyebabkan terjadinya hambatan pada
endhotelium. Mekanisme ini dapat diterangkan melalui peristiwa pada stroke
dan akhirnya dihubungkan dengan migrain.

20
 Kondisi medis/ Medical Condition
o Tekanan Darah hipertensi dapat sangat meningkatkan risiko stroke.
Merokok, makan diet tinggi garam, dan minum alkohol terlalu banyak
semua dapat meningkatkan tekanan darah Anda.
o darah cholesterol.High kolesterol darah yang tinggi dapat membangun
timbunan lemak (plak) pada dinding pembuluh darah. Deposito dapat
memblokir aliran darah ke otak, menyebabkan stroke. Diet, olahraga, dan
sejarah keluarga mempengaruhi kadar kolesterol darah.
o gangguan o disease.Common Jantung jantung dapat meningkatkan risiko
stroke. Misalnya, penyakit arteri koroner (CAD) meningkatkan risiko
Anda karena zat lemak yang disebut plak blok arteri yang membawa darah
ke jantung. Kondisi jantung lainnya, seperti cacat katup jantung, denyut
jantung tidak teratur (termasuk fibrilasi atrium), dan bilik jantung
membesar, bisa menyebabkan penggumpalan darah yang bisa pecah
longgar dan menyebabkan stroke.
o Diabetes. Memiliki diabetes dapat meningkatkan risiko stroke dan bisa
membuat hasil stroke parah. Diabetes adalah suatu kondisi yang
o menyebabkan darah untuk membangun terlalu banyak gula bukannya
memberikan kepada jaringan tubuh. Gula darah tinggi cenderung terjadi
dengan tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi.
o Kegemukan dan obesitas. Kelebihan berat badan atau obesitas dapat
meningkatkan kadar kolesterol total, meningkatkan tekanan darah, dan
mempromosikan perkembangan diabetes.
o Sebelumnya stroke atau transient ischemic attack (TIA). Jika Anda telah
memiliki stroke atau TIA, juga dikenal sebagai "mini-stroke," ada
kemungkinan besar bahwa Anda bisa mengalami stroke di masa depan.
penyakit sel sabit. Ini adalah kelainan darah yang berhubungan dengan
stroke iskemik, dan terutama mempengaruhi anak-anak Afrika-Amerika
dan Hispanik. Stroke dapat terjadi jika sel-sel sabit terjebak dalam

21
pembuluh darah dan menyumbat aliran darah ke otak. Sekitar 10% dari
anak-anak dengan penyakit sel sabit akan memiliki stroke.

• Perilaku / Behaviour
o Gunakan Tembakau. Merokok melukai pembuluh darah dan mempercepat
pengerasan arteri. Karbon monoksida dalam asap rokok mengurangi jumlah
oksigen yang dapat membawa darah Anda. Canincrease asap rokok risiko stroke
bagi orang yang tidak merokok.
o Alkohol Gunakan. Minum terlalu banyak alkohol meningkatkan tekanan darah
Anda, yang meningkatkan risiko stroke. Hal ini juga meningkatkan kadar
trigliserida, suatu bentuk kolesterol, yang bisa mengeras arteri Anda.
o Ketidakaktifan fisik. Tidak mendapatkan cukup latihan bisa membuat Anda
mendapatkan berat badan, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
dan kadar kolesterol. Ketidakaktifan juga merupakan faktor risiko untuk diabetes.

• Keturunan/Heredity
o Riwayat keluarga. Memiliki riwayat keluarga stroke meningkatkan kemungkinan
stroke. Cari tahu lebih lanjut tentang jenis risiko pada genomik CDC dan penyakit
situs Web pencegahan. Usia dan jenis kelamin. Semakin tua Anda, semakin besar
kemungkinan Anda untuk mengalami stroke. Untuk usia 65 dan lebih tua, laki-
laki berada pada risiko yang lebih besar daripada wanita untuk mengalami stroke.
o Ras dan etnis. Kulit hitam, Hispanik, dan Indian / Alaska Amerika Pribumi
memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami stroke daripada non-Hispanik
kulit putih atau Asia. Lihat peta interaktif CDC untuk mempelajari lebih lanjut
tentang ras dan risiko stroke.

4. Patofisiologi Stroke

Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal


maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran
darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh
darah otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan

22
menjadi terganggu. Stroke bukan merupakan penyakit tunggal tetapi merupakan
kumpulan dari beberapa penyakit diantaranya hipertensi, penyakit

jantung, diabetes mellitus dan peningkatan lemak dalam darah atau dislipidemia.
Penyebab utama stroke adalah thrombosis serebral, aterosklerosis dan
perlambatan sirkulasi serebral merupakan penyebab utama terjadinya thrombus.
Stroke hemoragik dapat terjadi di epidural, subdural dan intraserebral (Smeltzer
& Bare, 2002).
Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah sehingga dapat terjadi perdarahan dalam parenkim
otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembes kesekitarnya bahkan
dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intracranial. Ekstravasi darah
terjadi di daerah otak dan subaraknoid, sehingga jaringan yang ada disekitarnya
akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga
dapat mengakibatkan penekanan pada arteri disekitar perdarahan. Bekuan darah
yang semula lunak akhirnya akan larut dan mengecil karena terjadi penekanan
maka daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan mengalami
nekrosis karena kerja enzim-enzim maka

bekuan darah akan mencair, sehingga terbentuk suatu rongga (Smeltzer & Bare,
2002)
Gangguan neurologis tergantung letak dan beratnya perdarahan.
Pembuluh darah yang mengalami gangguan biasanya arteri yang berhubungan
langsung dengan otak. Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusinya dapat
secara cepat dan konstan, berlangsung beberapa menit bahkan beberapa hari.
Gambaran klinis yang sering muncul antara lain: pasien mengeluh sakit kepala
berat, leher bagian belakang kaku, muntah penurunan kesadaran dan kejang.
Sembilan puluh persen menunjukan adanya darah dalam cairan serebrospinal,
dari semua pasien ini 70-75 % akan meninggal dalam waktu 1- 30 hari, biasanya
diakibatkan karena meluasnya perdarahan sampai ke sistem ventrikel, herniasi
lobus temporal dan penekanan mesensefalon atau mungkin disebabkan karena
perembesan darah ke pusat-pusat yang vital. Penimbunan darah yang cukup
banyak di bagian hemisfer serebri masih dapat ditolerir tanpa memperlihatkan

23
gejala-gejala klinis yang nyata sedangkan adanya bekuan darah dalam batang
otak sebanyak 5 ml saja sudah dapat mengakibatkan kematian (Smeltzer & Bare,
2002).

5. Klasifikasi Stroke
Secara umum, terdapat tiga jenis stroke, yakni transient ischemic
attack (TIA), stroke iskemik, dan stroke hemoragik. Di antara ketiga klasifikasi
ini, stroke iskemik termasuk tipe stroke yang paling sering terjadi, yaitu sekitar
87% dari keseluruhan kasus.

1. Stroke iskemik

Stroke iskemik terjadi ketika gumpalan darah menyumbat aliran darah


yang menuju otak. Gumpalan darah ini paling sering disebabkan oleh
aterosklerosisAterosklerosis adalah penumpukan lemak pada dinding pembuluh
darah. Tumpukan lemak ini bisa terlepas lalu menyumbat pembuluh darah di
otak.Klasifikasi stroke iskemik juga dapat terjadi akibat emboli. Emboli
merupakan gumpalan darah yang berasal dari bagian tubuh lain, dan menyumbat
pembuluh darah di otak.Sekitar 15 persen kasus emboli disebabkan oleh gangguan
irama jantung, yang dikenal dengan fibrilasi atrium.Gumpalan darah penyebab
stroke iskemik tidak dapat menghilang dengan sendirinya. Ini berarti, jenis stroke
yang juga disebut stroke non-hemoragik ini memerlukan penanganan
medis.Beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya stroke iskemik
meliputi:

 Berusia lebih dari 60 tahun


 Mengidap hipertensi, penyakit jantung, kolesterol tinggi, atau diabetes
 Mengalami gangguan irama jantung (aritmia)
 Merokok
 Memiliki anggota keluarga yang juga mengidap stroke

2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah otak pecah dan darah akan keluar ke
jaringan di sekitarnya. Perdarahan di dalam otak dinamakan perdarahan intraserebral.
24
Sedangkan perdarahan yang terjadi di lapisan antara otak dan tulang

25
6. Klasifikasi Stroke
Secara umum, terdapat tiga jenis stroke, yakni transient ischemic
attack (TIA), stroke iskemik, dan stroke hemoragik. Di antara ketiga klasifikasi
ini, stroke iskemik termasuk tipe stroke yang paling sering terjadi, yaitu sekitar
87% dari keseluruhan kasus.

2. Stroke iskemik

Stroke iskemik terjadi ketika gumpalan darah menyumbat aliran darah


yang menuju otak. Gumpalan darah ini paling sering disebabkan oleh
aterosklerosisAterosklerosis adalah penumpukan lemak pada dinding pembuluh
darah. Tumpukan lemak ini bisa terlepas lalu menyumbat pembuluh darah di
otak.Klasifikasi stroke iskemik juga dapat terjadi akibat emboli. Emboli
merupakan gumpalan darah yang berasal dari bagian tubuh lain, dan menyumbat
pembuluh darah di otak.Sekitar 15 persen kasus emboli disebabkan oleh gangguan
irama jantung, yang dikenal dengan fibrilasi atrium.Gumpalan darah penyebab
stroke iskemik tidak dapat menghilang dengan sendirinya. Ini berarti, jenis stroke
yang juga disebut stroke non-hemoragik ini memerlukan penanganan
medis.Beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya stroke iskemik
meliputi:

 Berusia lebih dari 60 tahun


 Mengidap hipertensi, penyakit jantung, kolesterol tinggi, atau diabetes
 Mengalami gangguan irama jantung (aritmia)
 Merokok
 Memiliki anggota keluarga yang juga mengidap stroke

2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah otak pecah dan darah akan
keluar ke jaringan di sekitarnya. Perdarahan di dalam otak dinamakan perdarahan
intraserebral. Sedangkan perdarahan yang terjadi di lapisan antara otak dan tulang
tengkorak disebut perdarahan subarakhnoid.Kondisi stroke hemoragik bisa
disebabkan oleh tiga hal utama di bawah ini:
26
 Aneurisma, yakni pembuluh darah otak tipis, sehingga rawan pecah
 Malformasi arteri-vena, yakni kondisi pembuluh darah yang tidak normal
 Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Selain itu, klasifikasi stroke hemoragik juga dapat disebabkan oleh cedera,
kelainan darah, maupun penggunaan kokain.Secara umum, gejala stroke hemoragik akan
semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Tetapi gejala pada pendarahan
subarakhnoid bersifat tiba-tiba.Gejala stroke hemoragik tersebut dapat berupa sakit
kepala yang hebat, linglung, mual dan muntah, lebih sensitif terhadap cahaya, gangguan
penglihatan, atau pingsan.
Transient ischemic attack (TIA) disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah di otak,
yang bersifat sementara. Kondisi ini juga lebih dikenal dengan istilah stroke
ringan.Berbeda dengan klasifikasi stroke lain, gejala TIA cuma berlangsung singkat.
Durasi gejala ini biasanya tidak lebih dari Iima menit, dan akan menghilang dalam 24
jam.Meskipun gejala stroke ringan umumnya menghilang dengan sendirinya, kondisi ini
merupakan tanda bahaya bahwa stroke berisiko terjadi di kemudian hari.Sama seperti
jenis stroke iskemik atau hemoragik, TIA juga membutuhkan penanganan segera. Lebih
dari sepertiga pasien yang tidak menjalani pengobatan lebih lanjut, akan mengalami
stroke dalam waktu satu tahun setelah TIA.

Apa saja tanda-tanda Anda mengalami stroke?


National Stroke Association merangkum tanda bahaya stroke menjadi metode yang
dikenal dengan singkatan FAST. Apakah artinya?

 Face (wajah): Apakah salah satu sisi wajah pasien lumpuh ketika tersenyum?

 Arms (lengan): Apakah salah satu lengan pasien jatuh ketika kedua lengannya
diangkat?
 Speech (bicara): Apakah pasien mengalami kesulitan bicara?
 Time (waktu): Segera hubungi dokter apabila pasien mengalami salah satu dari
gejala di atas

Dengan metode FAST, dokter dapat mengidentifikasi adanya stroke dengan cepat. Selain
FAST, gejala stroke lainnya meliputi:

27
 Tiba-tiba bingung, seperti sulit mengerti apa yang dikatakan orang lain
 Kesulitan berjalan
 Pusing mendadakKehilangan kemampuan koordinasi tubuh
 Sakit kepala berat yang tiba-tiba muncul tanpa penyebab jelas
 Gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata

7. Tanda dan Gejala Stroke


Gejala stroke juga datangnya mendadak. Untuk itu, perlu dipahami tanda
dan gejala stroke sebagai rambu awal penanganan stroke yang tepat dan cepat.
Tanda dan gejala stroke secara umum adalah:

 Baal (mati rasa) atau kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki, terutama
hanya pada satu sisi tubuh
 Kebingungan, tidak fokus, dan kelelahan
 Kesulitan bicara dan memahami pembicaraan
 Gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata
 Gangguan berjalan, kehilangan keseimbangan, koordinasi tubuh buruk
 Sakit kepala berat tanpa sebab yang pasti
 Pada wanita, tanda dan gejala ini bisa jadi meliputi juga sesak napas,
perubahan perilaku, halusinasi, mual, muntah, dan cegukan.

8. Komplikasi Stroke

Komplikasi stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:

1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah


adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang

dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan


mempertahankan hemoglobin serta hemotokrit pada tingkat dapat
diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena)
harus menjamin penurunan vesikositas darah dan memperbaiki aliran
28
darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu perlu dihindari
untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi
meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi
atrium atau dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan
aliran darah keotak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.

9. Pencegahan Penyakit Stroke

Stroke merupakan penyakit neurologi yang paling sering


mengakibatkan cacat dan kematian, upaya penanggulangan stroke harus
dilakukan secara menyeluruh, serentak, berkelanjutan, dan melibatkan bukan
hanya para ahli dibidang penyakit syaraf, tetapi juga para ahli dari disiplin
ilmu yang berkaitan dengan penanganan stroke. Berbagai penilitian
epidemologi telah banyak membantu untuk mengidentifikasi dan menentukan
faktor-faktor resiko.

Pencegahan stroke stroke merupakan tindakan yang paling efektif untuk


menghindari kematian, disabilitas, dan penderitaan. Di samping itu suatu
strategi pencegahan yang berhasil akan mengurangi atau bahkan mungkin

meniadakan perawatan rumah sakit, rehabilitas dan biaya ekonomi


akibat hilangnya produktivitas penderita.

Orang yang pernah terkena stroke memiliki resiko lebih tinggi untuk
mengalaminya kembali, terutama dalam satu tahun pertama setelah stroke.
Tindakan untuk mencegah agar stroke tidak berulang, sama dengan
menghindari serangan jantung, yakni mempertahankan kesehatan sistem
kardiovaskuler dan mempertahankan aliran darah ke otak. Tindakan pertama
yang harus dilakukan adalah mengontrol penyakit–penyakit yang
berhubungan dengan terjadinya aterosklerosis. Secara umum, pengontrolan
dapat dilakukan dengan menerapkan pola diet yang tepat dan olahraga yang
teratur untuk mempertahankan kesehatan otak dan sistem saraf. Faktor-faktor

29
pencegahan stroke saling berkaitan satu sama lain dan saling mendukung
mencegah stroke berulang (Sustrani, 2006).
1) Kendalikan tekanan darah

Hipertensi merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam hal


resiko stroke. Mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg
dapat mengurangu resiko stroke hingga 75-85 persen. Pada pasien stroke
disarankan untuk memeriksakan tekanan darah maksimal satu bulan sekali.
2) Kendalikan diabetes

Diabetes mellitus meningkatkan resiko stroke hingga 300 persen.


Orang dengan tingkat gula darah yang tinggi, seringkali mengalami stroke
yang lebih parah dan meninggalkan cacat yang menetap. Pengendalian
diabetes adalah faktor penting untuk mengurangi faktor stroke.
3) Miliki jantung sehat

Penyakit jantung, secara signifikan meningkatkan resiko stroke.


Bahkan, stroke kadangkala disebut sebagai serangan otak karena adanya
persamaan biologis antara serangan jantung dan stroke. Kurangilah faktor
resiko penyakit stroke seperti tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol
tinggi, kurang olahraga, kadar gula darah tinggi, dan berat badan berlebih.

4) Kendalikan kadar kolesterol

Kadar kolesterol tinggi berperan dalam mengembangkan


aterosklerosis karotid, yaitu bahan lemak tertimbun di dalam pembuluh
karotid, yaitu pembuluh darah yang memasok darah ke otak. Penyempitan
pembuluh- pembuluh inilah yang dapat meningkatkan resiko stroke.
Menurut analisa dari 16 penelitian di Brigham and Women’s Hospital di
Boston, bila kadar kolesterol diturunkan hingga 25 persen maka dapat
mengurangi resiko stroke sampai 29 persen.
5) Berhenti merokok

Perokok memiliki resiko 60 persen lebih tinggi dibandingkan


dengan yang tidak merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko tekanan
darah tinggi dan cenderung untuk membentuk gumpalan darah, dua faktor

30
yang berkaitan erat dengan stroke. Berbagai resiko stroke yang terkait
dengan merokok dapat ditiadakan dalam dua hingga tiga tahun setelah
berhenti merokok.

Hipertensi dan ginjal dan direkomendasikan sebagai pilihan pertama untuk


pasien diabetes mellitus (Siswanto, 2005).

1. Preventif Stroke pada Gaya Hidup Sehat


Jika kita menjalankan pola hidup yang sehat, maka berbagai penyakit
akan jauh dari kita. Gaya hidup atau pola hidup utama yang tidak sehat
sangat erat kaitannya dengan faktor resiko stroke penyakit pembuluh
darah. Upaya merubah gaya hidup yang tidak benar menjadi gaya hidup
yang sehat sangat diperlukan untuk upaya mendukung prevensi sekunder.
Usia merupakan salah satu faktor resiko stroke, namun kini stroke mulai
mengancam usia-usia produktif dikarenakan perubahan pola hidup yang
tidak sehat seperti banyak mengkonsumsi makanan siap saji yang sarat
akan kolesterol, merokok, minuman keras, kurangnya berolahraga dan
stress. Karena gaya hidup sehat meliputi pengaturan gizi yang seimbang,
olah raga secara teratur, berhenti merokok, dan mengurangi alcohol
(Siswanto, 2005).
American Heart Associaton (AHA) mengeluarkan beberapa rekomendasi
preventif primer maupun sekunder diantaranya:

2. Preventif Stroke pada Hipertensi

Hipertensi harus dikendalikan untuk mencegah terjadinya stroke


(preventif primer) dan pengendalian pada pasien hipertensi yang pernah
mengalami TIA atau stroke dapat mengurangi atau mencegah resiko
terjadinya stroke berulang (preventif sekunder)
Pengendalian hipertensi dapat dilakukan melalui dua pendekatan,
yaitu pengendalian gaya hidup (lifestyle) dan pemberian obat anti
hipertensi. Pengendalian gaya hidup untuk masalah hipertensi menurut
Bethesda stroke center (2007) adalah:
a. Mempertahankan berat badan normal untuk dewasa dengan
31
perhitungan indeks masa tubuh 20-25kg/m2.
b. Mengurangi asupan garam, kurang dari 6 gram dapur atau kurang dari
2,4 gr Na+/hari

c. Olahraga 30 menit/hari, jalan cepat lebih baik dari pada angkat besi

d. Makan buah dan sayur.

e. Mengurangi konsumsi lemak baik yang jenuh maupun tidak jenuh.

3. Preventif Stroke pada Diabetes Mellitus


Penderita DM rentan terhadap komplikasi vaskuler termasuk stroke. DM
merupakan suatu faktor resiko untuk stroke iskemik dan pasien DM
beresiko tinggi untuk terkena stroke pada pembuluh darah besar atau kecil
Kontrol DM yang ketat terbukti mencegah komplikasi vaskuler yang lain
dan dapat menurunkan resiko stroke, juga selain itu perbaikan Kontrol
DM akan mengurangi progresi pembentukan atherosclerosis.
Pengendalian glukosa direkomendasikan sampai kadar yang hampir
normoglikemik pada pasien diabetes mikrovaskular. ACE-1 Dan ARB
lebih efektif dalam menurunkan progresivitas penyakit

32
Lampiran 2

33
Lampiran 3

No. Anggaran Jumlah


1. Fotocopy leaflet 10 lembar x 500 Rp. 15.000
2. Print SAP Rp. 15.000
3. Bingkisan Rp. 20.000
4. Transport,pembelian kertas dan penjilidan Rp. 50.000
laporan
Total Rp. 100.000

34

Anda mungkin juga menyukai