Anda di halaman 1dari 3

Bangunlah dirimu di atas iman yang paling kudus (Yud.

1:20a)

Berdoalah dalam Roh (Yud. 1:20b)

Peliharalah dirimu dalam kasih Allah (Yud. 1:21a)

Nantikanlah rahmat Tuhan yang akan datang (Yud. 1:21b)

Tunjukkanlah belas kasihan pada yang lemah, tercemar, dan terhilang (Yud. 1:22-23; Mat. 24:14)

Ayat Mas:

“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku;
gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mzm. 23:4)

Ringkasan Khotbah Sabat:

Mekar di masa sukar berarti tetap dapat berkembang, bertambah dan menjadi besar sekalipun
keadaan hidup sangat susah, sulit dan mustahil. Bagaimana kita bisa tetap mekar di masa sukar? Kita
dapat belajar dari Ishak yang tetap mekar di masa sukar (Kej. 26:1, 12-13).

Bagaimana Ishak bisa tetap mekar di masa sukar?

• Tetap taat dan percaya kepada Tuhan (Kej. 26:2-6).

Ada dua perintah yang Tuhan katakan kepada Ishak:

– Tidak meninggalkan Tuhan (tanah perjanjian) dan pergi ke Mesir (ayat 2 dan 6). Mesir
melambangkan kesenangan manusia (Yes. 31:1).

– Menetap di tempat yang Tuhan kehendaki (ayat 3 dan 6).

Mengapa kita harus belajar untuk percaya dan taat kepada Tuhan? (ayat 3)

– Tuhan akan menyertai dan memberkati kita.

– Tuhan akan memelihara kita.

– Tuhan akan menepati janji firman-Nya kepada kita.

• Tetap menjaga kebersamaan dan kemesraan rumah tangga meskipun di masa sukar (Kej. 26:8-9).

Masa sukar seperti sekarang ini adalah masa di mana kita harus belajar untuk dapat menjaga
kebersamaan dan keharmonisan dalam keluarga kita. Banyaknya waktu kebersamaan kita dalam
rumah hendaknya menjadi berkat dalam kehidupan rumah tangga (Mzm. 133:1, 3).

• Tetap menabur atau berkarya sekalipun di masa yang sukar (Kej. 26:12-13).

Bekerja keras sesuai dengan kemampuan yang Tuhan berikan, barulah hasil atau berkat itu akan
dicurahkan kepada kita (2Tes. 3:10; Kej. 2:15; Pkh. 9:10).
Setiap orang pasti senang jika hidupnya diwarnai sesuatu yang enak, indah, sehat, berkelimpahan,
bahagia, dan terus diberkati Tuhan. Tetapi dalam realita kehidupan umat manusia ternyata tidak
serta merta manusia akan hidup penuh dengan sesuatu yang enak, indah, sehat, berkelimpahan,
kebahagiaan, bahkan terus menerima berkat Tuhan secara materi. Ada kalanya Allah ijinkan setiap
manusia, baik yang tidak setia kepada Tuhan maupun yang setia kepada Tuhan untuk mengalami
penderitaan, krisis, atau kesukaran dengan maksud supaya manusia lebih dan semakin pasrah
kepada Tuhan. Kepada para murid-Nya, Tuhan Yesus berpesan: “… dalam dunia kamu mengalami
penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu. Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh. 16:33). Dengan kata
lain, para murid Tuhan waktu itu maupun kita semua sekarang ini harus tetap tegar di masa sukar
terlebih dalam kita menghadapi dan menantikan kapan berkahirnya covid-19 ini.

Untuk kita semua mampu tegar di masa sukar maka alangkah baiknya jika kita melihat petunjuk
kebenaran firman Tuhan ini dalam menantkani kuasa Tuhan menyelesaiakan setiap badai persoalan
yang kita hadapi.

Kesukaran adalah tanda kehidupan

Kita harus sadar dan tahu bahwa dimana ada kehidupan, disitu ada air mata, kesusahan, kesukaran
dan penderitaan. Karena itu kita harus menerimanya dengan lapang dada. Kepada jemaat di
Tesalonika, Rasul Paulus berkata bahwa kita ditentukan untuk hidup dalam kesukaran (1 Tes. 3:3).
Ada kesukaran yang datang kepada kita karena dari biangnya, yaitu setan (1 Yoh. 5:19; Ayb. 1:6-12).
Ada kesukaran yang disebabkan oleh orang-orang jahat disekitar kita yang diibaratkan seperti
serigala buas yang akan menerkam kita sebagai domba (Yoh. 15:20), namun juga kesukaran terjadi
akibat perilaku kita sendiri (1 Ptr. 2:20).

Kesukaran adalah bagian dari ibadah

Penderitaan dan kesukaran karena ibadah dialami oleh umat Israel (Ibr. 11:25). Karena iman dan
ibadah para nabi mengalami berbagai kesukaran dan penderitaan; misalnya: Musa (Ibr. 11:25);
Daniel (Dan. 6:11-17); Sadrakh, Mesakh, dan Abednego (Dan. 3:16-23), penderitaan dan kesukaran
karena ibadah di alami semua orang (2 Tim. 3:12). Jadi sangat benar bahwa kesukaran adalah bagian
dari ibadah karena Tuhan kita Yesus Kristus juga mengalaminya. Ketika Tuhan Yesus melayani di
dunia, Ia dihina dan dicela (Luk. 18:32), bahkan Ia disesah dan dibunuhnya (Luk. 18:33).

Kesukaran adalah karunia Allah

Alkitab bukan saja mengatakan hal-hal yang baik adalah karunia Allah, tetapi hal-hal yang tidak
menyenangkanpun adalah karunia Allah. Bagi orang percaya, kesukaran yang dialami, bukan lagi
hukuman, melainkan disiplin bagi hidup kita sehingga melalui penderitaan dan kesukaran, kita
disempurnakan (Mzm. 119:67) dan kesukaran adalah bagian dari anugerah Allah bagi kita (Flp. 1:29)

Kesukaran adalah meneladani Kristus


Dalam segala hal kita memerlukan teladan, baik dalam dunia maupun tokoh-tokoh Alkitab,
khususnya Tuhan Yesus Kristus. Dan salah satu teladan yang Ia tinggalkan bagi kita adalah
penderitaan (1 Ptr. 2:21).

Menyadari akan petunjuk yang Alkitab berikan bagi kita supaya kita tetap tegar di masa sukar, maka
di moment Paskah ini, kita jadikan penderitaan dan kesukaran yang ada termasuk covid-19 adalah
suatu ujian yang Allah berikan. Oleh karena itu dengan sabar dan terus berdo kepada Tuhan Yesus
Kristus kita yakin semua kesukaran pasti berakhir, karena Ia adalah Imam yang juga pernah
merasakan penderitaan seperti yang kita alami (Ibr. 4:15-16) dan tentu selain daripada itu, kita juga
harus menjaga kebersihan, olah raga teratur, pola makan yang sehat, istirahat yang cukup dan tetap
“stay at home atau tinggal di rumah” sampai batas waktu ditentukan sesuai dengan himbauan
pemerintah. Amin, Tuhan Yesus memberkati. (AP11042020)

Habakuk juga mengalami situasi yang tidak mudah. Sebagai nabi, Habakuk telah ditunjukkan Allah
tentang hari-hari mendatang ketika tanaman maupun ternak—yang dijadikan sumber penghidupan
banyak orang—tidak menghasilkan bahan makanan (3:17). Tidak cukup sekadar optimis untuk
menghadapi masa-masa sukar yang akan datang. Sebagai sebuah bangsa, Israel akan mengalami
masa kelaparan yang parah. Habakuk didera ketakutan yang sangat besar hingga ia gemetar dan
menjadi lemah (ay.16).

Tuhan, bagaimana pun keadaanku, tolong aku bersukacita di dalam-Mu.

Meskipun demikian, Habakuk berkata bahwa ia akan “bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di
dalam Allah” (ay.18). Dia menyatakan harapannya di dalam Allah yang akan memberinya kekuatan
untuk berjalan melewati masa-masa sulit (ay.19).

Terkadang kita harus melewati masa-masa yang sangat sulit dan berat. Namun, apa pun kehilangan
yang kita alami, apa pun keinginan kita yang kandas, seperti Habakuk, kita dapat tetap bersukacita
dalam hubungan kita dengan Allah yang Maha Pengasih. Bahkan ketika kita merasa tidak memiliki
apa-apa lagi, Dia tidak pernah membiarkan atau meninggalkan kita (Ibr. 13:5). Dia yang “memberi
kegembiraan dan sukacita kepada orang yang bersedih dan berkabung” adalah alasan utama kita
untuk bersukacita (Yes. 61:3 BIS).

Anda mungkin juga menyukai