Anda di halaman 1dari 44

Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara

Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani


ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
belas malam.

3. Malam Midodarèni
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
1. Pendahuluan
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
Cerita Pan
Malam sebelum Balang Tamak,merupakan
berlangsungnya upacara inti disebut salah
malam satu
cerita yang
midodarèni. sangat melegenda dalam masyarakat Bali. Cerita
tersebut,Pada
olehmalam
I Gustimidodarèni
Ngurah Bagus, digolongkan
atau setelah ke dalam
acara siraman
cerita lucu yang menggunakan pikiran (Bagus,
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur 1971;41). Bila
cerita
semalamitu dipelajari dengan seksama,
suntuk. Seperti akan diketahui
yang terdapat bahwaVdi
pada pupuh
dalamnya terkandung
Megatruh pada 15-16: ajaran moral yang sangat mulia, yang
diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Ajaran
moral
Wontên yang dimaksud
ingkang seperti;
ngrarakit ing sikap kritis, sikap santun, sikap
karyanipun/
yang
tuwintidak
sowan memaksakan
Sang Su Putri/ kehendak, sikap kegotong-royongan,
dan sikap mau belajar
kang lagya sinêngkêr wau/ sepanjang hayat. Ajaran moral seperti
itu tentu
Gusti saja sangat berguna bila dijadikan tuntunan hidup
Kusumawardhani/
dalam berbangsa dan bernegara.
saha mêmangun lêlados//
Derasnya gempuran arus globalisasi, terutama dengan
masuknya
Sarta ingkangbudaya asinging
kasukan seperti
dalêmbudaya
agung/ barat masa kini, sangat
berpengaruh pada sikap
tan wus pangikêting kardi/ mental anak bangsa yang masih
mencari jati diri.
pamardining Untuk
sarêng membentenginya, diperlukan tuntunan
dalu/
moral. Salah satu
kalêres midadarèni/ ajaran yang sangat baik dijadikan tuntunan
moral adalah ajaran
sami kasukan nenek(SPTB
pakuwon// moyang yang telah lama mengakar
hal 15)
pada budaya bangsa Indonesia, baik berupa tradisi lisan seperti
dongeng,
Terjemahan: fabel, maupun berupa tradisi tulis seperti naskah-
naskah susastra.
Ada yangKhazanah
mengaturbudaya bangsa Indonesia tidak akan lekang
pekerjaannya/
kepanasan
dan berkunjung pada putri/ akan lapuk kehujanan. Hal itu
dan juga tidak
disebabkan
yang masih oleh kandungan dimakna
disembunyikan suatu adiluhung,
tempat/ yang lahir dari
pemikiran-pemikiran
Gusti Kusumawardhani/ genius leluhur masa lalu. Cerita Pan
Balang Tamak
serta melayani// merupakan salah satu contoh konkretnya.
CeritaPan Balang Tamak di Bali, pada awalnya
disampaikan dalam bentuk
Yang bersenang-senang lisan.
di Dalêm Namun, karena sangat
Agung/
menarik,
tidak lupakini ada beberapa
menjalankan yang berupa teks tertulis.Cerita Pan
pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 233


171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

Balang Tamak yang berupa teks, ada yang berbentuk puisi atau
makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
sastra geguritan (tembang tradisional), dan ada yang berbentuk
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
prosa (di Bali disebut dengan bentuk gancaran). Cerita Pan
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
Balang Tamak yang menggunakan bentuk prosa, ditemukan
telah dipersiapkan.
dalam tiga versi. Versi pertama menggunakan judul Tutur
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
Balang Tamak. Tutur Balang Tamak berisikan cerita tentang
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
filsafat hidup dan primbon. Manusia lahir ke dunia disertai
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
oleh empat saudara (di Bali disebut dengan ajaran Kanda Pat).
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
Versi lain berupa naskah cerita yang dikemukakan
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
oleh I Gusti Ngurah Bagus, berupa cerita Pan Balang Tamak
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
yang berbahasa Bali. Cerita itu ditulis berupa buku yang
pada 5 yaitu:
berjudul; Satua-Satua Sane Banyol Ring Kasusastraan Bali.
(Cerita-cerita lucu dalam kesusastraan Bali). Ceritayang
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
diterbitkan tahun 1971 itu agak pendek. Ada beberapa episode
katiga kang lenggah mantri/
yang tidak dimasukkan di dalamnya.
among cundaka kang sêpuh/
CeritaPan Balang Tamaklainnya adalah Satwa Pan
kalih Nyai Madusari/
Balang Tamak, yang ditulis menggunakan aksara Bali, koleksi
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
dari I Wayan Kepig (almarhum), di Banjar Sangkanbuana,
Desa Semarapura Kauh, Kecamatan Klungkung, Kabupaten
Terjemahan:
Klungkung, Propinsi Bali (selanjutnya disebut dengan teks
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
versi Klungkung). Teks itu dirasa lebih lengkap, bahasanya
tiga orang yang duduk adalah mantri/
lebih bagus sehingga lebih mudah dimengerti. Alasan inilah
Among Cundaka yang tua/
yang menjadi dasar dipilihnya teks Satua Pan Balang Tamak
kedua Nyai Madusari/
(versi Klungkung) sebagai naskah kajian.
dan Nyai Mangunsih//
Setiap kegiatan pastilah memiliki tujuan yang ingin
dicapai. Begitu pula dengan tulisan ini. Tulisan ini secara garis
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
besar memiliki tujuan untuk memperkenalkan khazanah
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
budaya bangsa yang memiliki nilai-nilai yang adiluhung, yang
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
patut dijadikan pedoman dalam berkehidupan berbangsa dan
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
bernegara. Di sisi lain juga bertujuan untuk memberi
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
sumbangan demi perkembangan ilmu pengetahuan, paling
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
tidak yang berkaitan dengan budaya dan moralitas.
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
Secara khusus tulisan ini bertujuan untuk ikut serta
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
menggali, mengembangkan, dan melestarikan cerita-cerita
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
lama Nusantara. Lebih khusus lagi, tentunya agar diketahui
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
makna atau ajaran moralitas yang terkandung dalam ceritaPan
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
Balang Tamak yang merupakan cerita rakyat Bali.

64 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


234
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
2. Ringkasan SatwaPan Balang Tamak.
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
Di sebuah desa di Kerajaan Sunantara, hiduplah
belas malam.
sepasang suami-istri yang sangat kaya. Ia bernama Pan Balang
Tamak dan istrinya bernama Ni Tanu. Ia terkenal sangat kaya,
3. Malam Midodarèni
tetapi kikir dan malas. Ia sangat pintar, pandai bicara tetapi
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
sangat licik dan penuh tipu daya. Selain itu, ia juga sangat
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
malas dan sering menentang aturan-aturan desanya. Hal itu
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
menyebabkan ia sangat dibenci oleh warga desa lainnya,
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
terutama oleh para ketua desanya (Jero Bendesa). Itulah
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
sebabnya dicarikan segala daya upaya agar ia bisa dijatuhi
midodarèni.
hukuman atau denda yang seberat-beratnya, bahkan kalau
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
mungkin agar bisa diusir dari wilayah desa tersebut.
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
Pada suatu ketika para pimpinan desa mengadakan
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
rapat untuk mencari kesalahan Pan Balang Tamak agar bisa
Megatruh pada 15-16:
didenda. Para pemimpin desa mengetahui bahwa Pan Balang
Tamak tidak mempunyai ayam. Untuk itu disepakatilah akan
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
mengadakan kerja bakti mencari kayu untuk bahan bangunan
tuwin sowan Sang Su Putri/
ke dalam hutan. Diberitahukanlah kepada seluruh warga desa
kang lagya sinêngkêr wau/
agar melakukan kerja bakti pada keesokan harinya termasuk
Gusti Kusumawardhani/
Pan Balang Tamak. Pemberitahuan yang disampaikan kepada
saha mêmangun lêlados//
Pan Balang Tamak bunyinya bahwa warga desa harus pergi ke
hutan mencari kayu, dan berangkat ketika ayam turun dari
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
tempat tidurnya. Kesokan harinya pagi-pagi sekali ketika ayam
tan wus pangikêting kardi/
sudah berkokok dan turun dari tempat tidurnya seluruh warga
pamardining sarêng dalu/
desa pergi ke hutan mencari kayu. Namun Pan Balang Tamak
kalêres midadarèni/
masih diam di rumahnya menunggu ayamnya turun dari
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
tempat tidurnya. Pan Balang Tamak hanya memiliki seekor
ayam yang sedang mengerami telurnya. Ayamnya itu baru
Terjemahan:
turun dari mengeram setelah hari agak siang. Ketika ayamnya
turun dari mengeram itu barulah Pan Balang Tamak berangkat
Ada yang mengatur pekerjaannya/
pergi ke hutan. Di Tengah perjalanan ia berpapasan dengan
dan berkunjung pada putri/
warga desa lainnya yang sudah kembali dari hutan dan
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
memikul kayu hasil yang didapatkan di hutan. Karena warga
Gusti Kusumawardhani/
desa sudah kembali dari hutan maka Pan Balang Tamak pun
serta melayani//
juga ikut pulang. Keesokan harinya para pinpinan desa
menyuruh warga desa untuk melakukan rapat, tujuannya
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
membicarakan ulah Pan Balang Tamak yang tidak menepati isi
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 65


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 235
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

pemberitahuan desa. Dalam rapat diputuskan bahwa Pan


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
Balang Tamak dijatuhi denda berupa sejumlah uang karena
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
tidak menepati pemberitahuan desa. Pan Balang Tamak
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
menolak didenda dengan sejumlah uang karena merasa tidak
telah dipersiapkan.
bersalah. Alasannya adalah ia sudah berangkat ke hutan
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
setelah ayamnya turun dari tempat tidurnya. Ia hanya memiliki
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
satu ekor ayam yang sedang mengeram. Ayamnya yang
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
sedang mengeram ini baru turun dari tempatnya mengeram
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
setelah hari siang. Itulah sebabnya Pan Balang Tamak baru
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
berangkat ke hutan setelah hari siang. Alasan tersebut
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
menyebabkan Pan Balang Tamak tidak jadi didenda.
pada 5 yaitu:
Dalam kesempatan lain warga desa disuruh untuk
menyumbang ke desa berupa senggauk (nasi aking). Siapa pun
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
warga desa yang tidak menyumbang akan didenda. Pimpinan
katiga kang lenggah mantri/
desa mengetahui bahwa Pan Balang Tamak sangat irit dan
among cundaka kang sêpuh/
pelit, termasuk juga istrinya. Pan Balang Tamak dan istrinya
kalih Nyai Madusari/
sehari-harinya memasak nasi secukupnya saja. Mereka tidak
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
pernah menyisakan nasinya, apa lagi sampai menjemur nasi
untuk dijadikan senggauk (nasi aking). Tentu saja ia tidak akan
Terjemahan:
mempunyai nasi aking (senggauk). Karena itu dengan mudah
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
ia akan dikenakan denda oleh warga desa. Kesokan harinya
tiga orang yang duduk adalah mantri/
Pan Balang Tamak pergi ke balai desa dengan membawa
Among Cundaka yang tua/
sanggah uug (sejenis bangunan pura yang sudah rusak).
kedua Nyai Madusari/
Alasannya, karena ia mendengar pemberitahuan dari juru arah
dan Nyai Mangunsih//
(orang yang bertugas menyampaikan pemberitahuan segala
keperluan desa kepada warganya) bahwa juru arah yang
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
bersuara cadel mengatakan, agar warga desa mengeluarkan
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
sanggah uug. Alasan itu menyebabkan Pan Balang Tamak
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
tidak didenda.
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
Pada hari berikutnya warga desa kembali lagi
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
melakukan rapat. Pimpinan desa mengetahui bahwa Pan
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
Balang Tamak tidak mempunyai anjing besar, karena ia hanya
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
memiliki seekor anjing kecil dan sangat kurus. Untuk itu
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
dibuatkanlah jebakan agar ia bisa didenda. Keesokan harinya
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
warga desa diberitahu agar semua warga desa pergi ke hutan
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
untuk berburu dengan membawa serta seekor anjing yang
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
sudah galak serta senjata untuk berburu. Pagi-pagi sekali

66 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


236
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
seluruh warga desa pergi ke tengah hutan untuk berburu,
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
termasuk Pan Balang Tamak. Karena Pan Balang Tamak tidak
belas malam.
mempunyai anjing besar maka ia membawa anjing kecilnya
saja. Sesampainya di tengah hutan semua warga desa sibuk
3. Malam Midodarèni
berburu dengan melepas anjing buruannya. Banyak binatang
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
buruan yang diperoleh oleh warga desa. Alkisah Pan Balang
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
Tamak di tengah hutan berjumpa dengan jurang dalam
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
(pangkung) yang tidak ada jembatan penyeberangannya
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
(dalam bahasa Bali jurang yang tidak ada jembatannya disebut
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
pangkung sing metiti). Pan Balang Tamak tidak berani
midodarèni.
melewatinya. Untuk bisa melewatinya dikeluarkanlah akal
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
bulusnya. Pan Balang Tamak berteriak-teriak mengatakan
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
bahwa ada bangkung sing megigi. (induk babi ompong atau
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
tidak bergigi). Warga desapun berlarian semua mendekati Pan
Megatruh pada 15-16:
Balang Tamak. Ketika sampai di dekatnya maka Pan Balang
Tamak mengatakan, “Ada pangkung sing metiti” (ada jurang
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
yang tidak bertiti). Warga desapun membuat titik
tuwin sowan Sang Su Putri/
penyeberangan dari kayu dan bambu agar seluruh warga desa
kang lagya sinêngkêr wau/
yang ikut berburu bisa melewati jurang dalam itu.
Gusti Kusumawardhani/
Setelah semua warga desa sampai di tengah hutan,
saha mêmangun lêlados//
kembali warga desa sibuk berburu. Ketika itu Pan Balang
Tamak menjumpai pohon ketket (sejenis perdu yang berduri)
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
dan sangat lebat dauunya di pinggir jurang. Pan Balang Tamak
tan wus pangikêting kardi/
melemparkan anak anjingnya ke tengah perdu atau pohon
pamardining sarêng dalu/
ketket itu. Anak anjing itupun bersuara keras-keras karena
kalêres midadarèni/
kesakitan dan meronta-ronta ingin ke luar dari perdu berduri
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
itu. Ketika anak anjingnya bersuara keras-keras kesakitan, Pan
Balang Tamak juga berteriak-teriak mengatakan bahwa
Terjemahan:
anjingnya galak menggonggong karena melihat bangkung sing
megigi (induk babi yang tidak mempunyai gigi). Karena anjing
Ada yang mengatur pekerjaannya/
Pan Balang Tamak mau bersuara ketika dibawa berburu maka
dan berkunjung pada putri/
Pan Balang Tamak tidak didenda oleh pimpinan desanya.
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
Hari berikutnya para pimpinan desa kembali berembug
Gusti Kusumawardhani/
mencari akal agar Pan Balang Tamak bisa didenda. Kebetulan
serta melayani//
tanah pekarangan dan tanah tegalan milik Pan Balang Tamak
tidak dikelilingi masengker (diisi pagar atau tembok
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
pembatas). Karena itu dibuatkanlah aturan desa agar semua
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 67


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 237
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

tanah pekarangan dan tanah tegalan dikelilingi dengan


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
penyengker (tembok atau pagar pembatas). Bila tidak dipatuhi
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
maka akan didenda dengan denda yang cukup berat. Begitu
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
pula bila ada orang yang memasuki tanah milik orang lain
telah dipersiapkan.
tanpa izin maka orang itu didenda dengan denda yang cukup
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
besar pula. Pan Balang Tamak mengetahui bahwa aturan yang
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
dibuat oleh desa tujuannya untuk menyudutkan, dan
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
mendendanya karena hanya rumah dan tegalannyanya saja
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
yang tidak ada pagar pembatasnya. Di samping itu Pan Balang
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
Tamak juga tidak mempunyai pohon-pohonnan yang bisa
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
dijadikan pagar pembatas. Karena itu, iapun mencari akal agar
pada 5 yaitu:
tidak bisa didenda oleh warga desa. Karena ia tidak memiliki
turus atau batang pohon-pohonan untuk dijadikan pagar, maka
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
Pan Balang Tamak memagari tanahnya dengan lidi yang
katiga kang lenggah mantri/
diambil dari daun enau. Lidi-lidi itu ditancapkan mengitari
among cundaka kang sêpuh/
tanah milik Pan Balang Tamak. Kebetulan tanah Pan Balang
kalih Nyai Madusari/
Tamak letaknya berdekatan dengan pasar desa, dan banyak
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
ditumbuhi oleh perdu yaitu pohon pulet (sejenis pohon perdu
yang buahnya kecil-kecil, berbulu, mudah lepas, dan bergetah
Terjemahan:
seperti pellet atau lem). Apapun yang menyentuhnya maka
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
buah pullet itu akan terlepas dan menempel pada benda yang
tiga orang yang duduk adalah mantri/
menyentuhnya.
Among Cundaka yang tua/
Ketika pasar sedang ramainya, ada seorang pedagang
kedua Nyai Madusari/
yang sedang berjualan sakit perut ingin buang hajat. Pada
dan Nyai Mangunsih//
zaman itu pasar tradisional umumnya tidak memiliki WC
sebagai tempat buang hajat. Maka pedagang itu pergi ke
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
tempat yang mudah dimasuki, ada pepohonan atau perdu yang
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
rimbun agar bisa dijadikan pelindung ketika buang hajat.
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
Kebetulan tanah Pan Balang Tamaklah yang dekat dengan
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
perdu yang rimbun sebagai tempat buang hajat, lalu pedagang
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
itu masuk ke tanah Pan Balang Tamak yang hanya dipagari
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
lidi sehingga sangat mudah dilewati. Setelah selesai buang
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
hajat maka pedagang itu kembali berjualan. Ketika pasar
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
sedang ramainya, maka pan Balang Tamak pergi ke pasar.
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
Sesampainya di pasar ia melihat pedagang yang kainnya penuh
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
ditempeli buah pullet. Lalu Pan Balang Tamak melaporkannya
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
kepada pimpinan desanya, bahwa ada orang yang melanggar

68 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


238
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
aturan desa dengan memasuki tanah milik orang lain tanpa
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
seizin dari pemiliknya. Sebagai bukti ditunjukkannya buah
belas malam.
pohon pullet yang menempel di kain pedagang itu. Alasan
yang lain adalah bahwa, hanya tanah pekarangannya Pan
3. Malam Midodarèni
Balang Tamak sajalah yang ditumbuhi pohon pullet,
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
sedangkan tanah milik orang lain semua bersih-bersih karena
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
sering disiangi rumput dan perdu yang tumbuh di tanah
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
mereka itu. Akhir kata maka pedagang tersebut didenda dan
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
dendanya diberikan kepada Pan Balang Tamak.
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
Para pimpinan desa sepertinya sudah kehabisan akal
midodarèni.
untuk membuat program kerja agar bisa mendenda Pan Balang
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
Tamak. Pada suatu hari datanglah pengaduan dari warga desa
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
yang merupakan mata-mata kepala desa. Laporan itu
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
mengatakan bahwa Pan Balang Tamak tidak memiliki sapi
Megatruh pada 15-16:
jantan. Mendengar laporan itu maka para pimpinan desa
sepakat untuk mengadakan lomba adu sapi. Dalam lomba itu
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
dibuatkan aturan bahwa sapi yang boleh diikutan lomba adalah
tuwin sowan Sang Su Putri/
sapi jantan saja. Siapa pun warga desa yang tidak ikut serta
kang lagya sinêngkêr wau/
dalam lomba itu walau dengan alasan tidak memiliki sapi
Gusti Kusumawardhani/
jantan akan dikenai sangsi yang sangat berat berupa denda
saha mêmangun lêlados//
uang atau diusir dari desa. Kali ini pimpinan dan warga desa
yang tidak simpati kepada Pan Balang Tamak sangat
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
kegirangan dan merasa yakin bahwa dalam acara ini Pan
tan wus pangikêting kardi/
Balang Tamak pasti bisa didenda. Maka diumumkanlah bahwa
pamardining sarêng dalu/
desa akan mengadakan lomba adu sapi, dan siapa pun warga
kalêres midadarèni/
yang tidak ikut akan didenda seberat-beratnya. Mendengar
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
pengumuman itu maka Pan Balang Tamak sangat kecewa dan
sedih. Ia pun berpikir keras memutar otak agar bisa ikut
Terjemahan:
lomba. Pan Balang Tamak hanya memiliki seekor sapi betina
yang sedang menyusui anaknya yang baru berumur 3 bulan.
Ada yang mengatur pekerjaannya/
Itulah sebabnya maka ia berusaha meminjam atau menyewa
dan berkunjung pada putri/
sapi jantan besar kepada warga masyarakat desa lain.
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
Tujuannya, tentu saja agar bisa mengikuti lomba adu sapid an
Gusti Kusumawardhani/
tidak terkena denda. Namun, sampai sore ia tidak mendapatkan
serta melayani//
sapi untuk disewa. Karena hari telah malam maka pulanglah
Pan Balang Tamak ke rumahnya.
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 69


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 239
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

Dikisahkan, sesampainya Pan Balang Tamak di


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
rumahnya, istrinya melihat suaminya datang dengan wajah
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
sedih, pucat dan seperti orang tidak mempunyai gairah hidup.
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
Istri Pan Balang Tamak pun bertanya: “Mengapa Kanda
telah dipersiapkan.
seperti kebingungan, sedih, dan wajahmu pucat Kanda?”.
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
Begitulah pertanyaannya sambil menyiapkan kopi. “Silakan
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
minum Kanda, dan jangan bersedih nanti membuat saya ikut
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
bersedih pula”. Begitulah kata-kata istri Pan Balang Tamak.
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
Lama Pan Balang Tamak tidak menjawab pertanyaan istrinya.
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
Pada akhirnya, setelah ia selesai minumkopi suguhan istrinya,
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
maka ia pun menceritakan penyebab kesedihannya. Setelah
pada 5 yaitu:
agak lama mereka berdua tenggelam dalam kesedihan,
akhirnya istri Pan Balang Tamak berkata: “Kanda saya punya
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
ide bagus. Kita kan punya sapi yang sedang menyusui anaknya
katiga kang lenggah mantri/
dan kebetulan anak sapi kita jantan. Kanda adu saja anak sapi
among cundaka kang sêpuh/
itu, pasti akan menang”. Begitulah mereka berdua berbincang-
kalih Nyai Madusari/
bincang membicarakan siasat yang akan digunakan dalam adu
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
sapi keesokan harinya. Pan Balang Tamak sangat lega dan
puas karena merasa yakin ia akan menang dalam lomba adu
Terjemahan:
sapi keesokan harinya.
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali seluruh warga desa
tiga orang yang duduk adalah mantri/
sudah berkumpul di sebuah tegalan yang sangat luas dan datar
Among Cundaka yang tua/
untuk mengikuti lomba adu sapi. Laki-laki dan perempuan, tua
kedua Nyai Madusari/
dan muda banyak yang datang untuk menyaksikan lomba, di
dan Nyai Mangunsih//
samping ada pula yang akan bertaruh. Semua anggota warga
desa membawa sapi aduan yang besar-besar. Tetapi, hanya Pan
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
Balang Tamak yang membawa anak sapi yang masih
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
menyusu. Banyak warga desa yang menertawakan dan
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
mengejek Pan Balang Tamak. Namun, ia tidak peduli dan
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
tidak menghiraukannya.
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
Setelah banyak sapi yang beradu, ada yang kalah, ada
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
yang menang, dan ada pula yang seri. Pada akhirnya tibalah
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
giliran Pan Balang Tamak untuk mengeluarkan sapi aduannya.
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
Sapi yang akan dilawan adalah sapi aduan kepala desa yang
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
sangat besar lagi gemuk. Siasat ini memang sudah diatur oleh
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
kepala desa agar ia dapat dengan mudah memenangkan lomba
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
dan memperoleh uang hasil taruhan yang sangat banyak. Pan

70 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


240
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
Balang Tamak sebenarnya sudah tahu siasat licik kepala desa
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
yang ingin memojokkannya dan menguras harta kekayaannya.
belas malam.
Itulah sebabnya ia sudah menyiapkan sebuah taktik jitu untuk
mengantisipasi agar tidak kalah dalam lomba adu sapi ini. Dari
3. Malam Midodarèni
rumah ia telah menyiapkan air susu induk sapinya yang
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
diperah tadi pagi. Air susu itu dimasukkan ke dalam wadah
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
yang terbuat dari batok kelapa yang telah dihaluskan. Batok
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
kelapa itu dalam bahasa Bali disebut beruk. Air susu induk
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
sapi yang ada dalam beruk ini dibawa Pan Balang Tamak ke
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
tempat lomba. Sebelum lomba dimulai Pan Balang Tamak
midodarèni.
berpura-pura berkeliling melihat-lihat sapi aduan milik warga
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
lainnya. Ketika itu ia memilih sapi jantan yang sangat besar
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
milik kepala desa. Ia berpura-pura kagum dengan besarnya
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
sapi itu. Ia lalu meraba-raba bagian bawah, tepatnya buah pelir
Megatruh pada 15-16:
sapi aduan tersebut. Pada saat Pan Balang Tamak meraba-raba
bagian bawah sapi besar itu. Ia lalu memoleskan air susu induk
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
sapi yang dibawanya, tepat pada buah pelir dan kemaluan sapi
tuwin sowan Sang Su Putri/
aduan besar itu. Diceritakanlah setelah sapi aduan Pan
kang lagya sinêngkêr wau/
Balang Tamak dan sapi kepala desa sudah berhadap-hadapan.
Gusti Kusumawardhani/
Kepala desa mengajak Pan Balang Tamak untuk bertaruh
saha mêmangun lêlados//
dalam jumlah yang sangat besar. Kepala desa sangat gembira,
ia berpikir semua kekayaan Pan Balang Tamak sebentar lagi
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
akan berpindah tangan menjadi miliknya. Ketentuan kalah-
tan wus pangikêting kardi/
menang pun sudah diberitahukan. Sapi siapapun yang keluar
pamardining sarêng dalu/
meninggalkan arena tempat aduan, maka akan dinyatakan
kalêres midadarèni/
kalah, dan taruhan menjadi milik pemenang.
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
Setelah besaran taruhan disepakati dan ketentuan
kalah-menang sudah diberitahukan maka kedua sapi itu pun
Terjemahan:
dilepaskan untuk diadu. Ketika itu anak sapi jantan Pan Balang
Tamak pergi mencari sapi si kepala desa. Sapi itupun
Ada yang mengatur pekerjaannya/
memasukkan kepalanya ke bagian bawah sapi si kepala desa.
dan berkunjung pada putri/
Sapi jantan si kepala desa dikiranya induk sapi karena berbau
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
susu. Sapi jantan kepala desa menjadi kebingungan lalu berlari
Gusti Kusumawardhani/
karena tidak tahan kemaluan dan buah pelirnya terus dijilati
serta melayani//
oleh anak sapi Pan Balang Tamak. Karena sapi jantan itu tidak
tahan maka ia pun keluar meninggalkan arena adu sapi. Katika
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
sapi kepala desa sudah keluar arena maka sapi kepala desa
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 71


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 241
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

dinyatakan kalah. Kepala desa tidak mau dikalahkan. Tetapi,


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
Pan Balang Tamak tetap menuntut bahwa sapi kepala desa
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
harus dinyatakan kalah karena sudah meninggalkan arena adu
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
sapi. Akhirnya wasitdan panitia tetap memutuskan bahwa sapi
telah dipersiapkan.
kepala desa kalah. Pada saat itulah dengan disaksikan oleh
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
seluruh warga desa maka suluruh kekayaan yang dimiliki oleh
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
kepala desa berpindah menjadi milik Pan Balang
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
Tamak.Kekalahan kepala desa dalam adu sapi membuat ia
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
semakin membenci Pan Balang Tamak. Iapun mencari
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
berbagai cara agar bisa mendapatkan hartanya kembali.
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
Hari berikutnya tibalah saatnya warga desa akan
pada 5 yaitu:
mengadakan rapat desa untuk membicarakan program desa
dan membayar denda bagi warga desa yang terkena denda.
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
Seluruh warga desa sudah diberi tahu bahwa besoknya agar
katiga kang lenggah mantri/
seluruh warga desa pergi ke balai desa untuk rapat dan
among cundaka kang sêpuh/
membayar denda. Pan Balang Tamak kembali mencari akal
kalih Nyai Madusari/
agar bisa mendapat uang. sehari sebelum rapat diadakan, Pan
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
Balang Tamak membuat jajan iwel, yaitu sejenis kue yang
terbuat dari ketan hitam yang disangrai, lalu ditumbuk halus
Terjemahan:
hingga berupa tepung. Tepung ketan yang telah disangrai ini
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
dicampur dengan kelapa yang telah diparut, kemudian
tiga orang yang duduk adalah mantri/
dikukus, dan setelah matang digiling atau dipulung
Among Cundaka yang tua/
menyerupai kotoran anjing. Pagi-pagi sebelum rapat dimulai
kedua Nyai Madusari/
dan kebetulan masih sangat sepi, Pan Balang Tamak pergi ke
dan Nyai Mangunsih//
balai desa dengan membawa jajan iwel yang telah dibuat
menyerupai kotoran anjing dan air secukupnya. Jajan iwel itu
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
diletakkan di atas sendi (dasar atau kaki tiang atau pilar) yang
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
ada di bawah tiang atau pilar kayu balai desa. Jajan iwel itu
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
lalu dituangi air agar kelihatan seperti kencing anjing. Ketika
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
rapat desa akan dimulai, seluruh warga desa sudah datang
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
untuk ikut rapat desa. Ketika itu Pan Balang Tamak berkata:
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
“Inggih krama desa sami, sapa sira ja purun ngajengang tain
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
cicinge niki lakar upahin tiang siu keteng”, ‘Wahai warga
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
desa semua, siapa saja yang berani makan kotoran anjing ini
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
akan saya kasi uang sebanyak seribu kepeng’. Mendengar
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
perkataan Pan Balang Tamak seperti itu, tentu saja warga desa
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
diam, dan tidak ada yang berani menyahut untuk makan jajan

72 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


242
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
yang dikiranya kotoran anjing itu. Pada saat itu pimpinan desa
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
berkata, “Nah lamun cai ne bani ngamah tain cicinge ȇnto,
belas malam.
icang bakalan ngupahin cai aji siu keteng pis bolong”, (Ya,
bila kamu yang berani makan kotoran anjing itu, maka saya
3. Malam Midodarèni
yang akan mengupahimu sebesar seribu keping uang bolong).
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
Ketika didengar ucapan sang pimpinan desa seperti itu maka
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
dimakanlah kotoran anjing itu oleh Pan Balang Tamak hingga
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
habis. Warga desa pun terheran-heranakan keberanian Pan
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
Balang Tamak yang sedikit pun tidak menunjukkan rasa jijik.
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
Setelah selesai makan kotoran anjing itu maka Pan Balang
midodarèni.
Tamak diberi upah yang sangat banyak,yaitu seribu keping
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
uang kepeng atau bolong. Semakin bertambah-tambahlah
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
kekayaan Pan Balang Tamak.
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
Warga desa terutama kepala desa sangat marah dan
Megatruh pada 15-16:
dendam akan keberadaan Pan Balang Tamak. Akhirnya,
karena sudah kehabisan akal maka kepala desa melaporkan
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
Pan Balang Tamak kepada raja. Kepala desa melaporkan
tuwin sowan Sang Su Putri/
bahwa Pan Balang Tamak adalah warga desa yang sangat licik,
kang lagya sinêngkêr wau/
tidak mau bergotong-royong dan selalu menentang awig-awig
Gusti Kusumawardhani/
(aturan) yang diterapkan di desa. Mendengar laporan kepala
saha mêmangun lêlados//
desa seperti itu maka raja sangat marah dan akan menghukum
Pan Balang Tamak. Raja berencana akan membunuh Pan
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
Balang Tamak dengan cara meracunnya. Kepala desa disuruh
tan wus pangikêting kardi/
mencarikan racun yang sangat ampuh dan orang suruhan untuk
pamardining sarêng dalu/
meracun Pan Balang Tamak. Pan Balang Tamak tahu akan niat
kalêres midadarèni/
buruk pimpinan desa bersama sang raja. Maka diberitahulah
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
istrinya bahwa ia akan diracun oleh raja. Namun sebelum ia
mati ia berpesan kepada istrinya: “Istriku tercinta, bila aku
Terjemahan:
nanti mati, dudukkanlah mayatku di tempat suci dan aturlah
sikapku agar aku kelihatan seolah-olah sedang duduk bersila
Ada yang mengatur pekerjaannya/
seperti meditasi. Carikanlah beberapa ekor kumbang lalu
dan berkunjung pada putri/
masukkan ke dalam beruk, lalu taruhlah di belakangku.
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
Usahakan kamu agar tidak menangis. Bersikaplah tenang
Gusti Kusumawardhani/
seolah-olah aku masih hidup. Besoknya raja pasti akan mati.
serta melayani//
Bila sudah terdengar kabar bahwa raja sudah mati,
masukkanlah mayatku ke dalam peti tempat kekayaan kita,
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
sedangkan semua harta benda kekayaan kita taruhlah di tempat
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 73


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 243
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

tidur. kemudian selimuti agar mirip seperti onggokan mayat.


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
Kamu, menangislah di sampingnya supaya kamu kelihatan
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
seolah-olah sedang menangisi mayatku. Peti tempat mayatku
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
pasti akan dicuri orang. Ingatlah pesanku itu istriku”.
telah dipersiapkan.
Alkisah Pan Balang Tamak sudah meninggal dunia
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
karena diracun. Sesuai dengan pesannya, maka mayatnya
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
didudukkan di Sanggah (tempat suci keluarga) dengan sikap
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
duduk bersila. Malam harinya mata-mata sang raja melihat
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
bahwa Pan Balang Tamak duduk bersila di Sanggahnya
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
sedang bermeditasi. Hal ini dilaporkan kepada sang raja bahwa
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
Pan Balang Tamak masih hidup dan sedang bermeditasi di
pada 5 yaitu:
Sanggahnya. Raja pun sangat geram. Dikiranya racun yang
diberikan untuk dimakan Pan Balang Tamak tidak manjur.
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
Kemudian pemilik racun pun dibunuh. Karena sangat kesalnya
katiga kang lenggah mantri/
maka dimakanlah sedikit racun tersebut. Karena keampuhan
among cundaka kang sêpuh/
racun itu maka raja pun wafat.
kalih Nyai Madusari/
Setelah istri Pan Balang Tamak mendengar kabar
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
bahwa sang raja telah wafat maka digotonglah mayat suaminya
lalu dimasukkan ke dalam peti. Semua harta benda dan uang
Terjemahan:
yang merupakan kekayaannya, dikumpulkan, dan diatur
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
menyerupai gundukan mayat, kemudian diselimuti dengan
tiga orang yang duduk adalah mantri/
kain. Gundukan kekayaannya itu persis kelihatan seperti
Among Cundaka yang tua/
onggokan mayat Pan Balang Tamak. Istri Pan Balang Tamak
kedua Nyai Madusari/
lalu menangisinya dengan keras sambil merintih-rintih
dan Nyai Mangunsih//
menghibakan hati. Pada malam harinya datanglah beberapa
orang pencuri yang ingin mencuri kekayaan Pan Balang
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
Tamak. Pencuri itu pun tertipu dengan taktik istri Pan Balang
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
Tamak. Peti yang dikira berisi barang-barang berharga
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
kekayaan Pan Balang Tamak lalu diambil dan dogotong
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
dibawa ke luar rumah. Sesampainya di suatu tempat yang
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
sudah dikira aman maka pencuri itupun sepakat berhenti dan
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
akan membuka isi peti untuk dibagi, namun karena ada bau
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
yang tidak sedap maka peti itu urung dibuka. Begitulah
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
berulang-ulang dan berpindah-pindah tempat peti itu mau
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
dibuka, tetapi tetap saja tercium bau bangkai yang dikiranya
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
bau bangkai anjing atau ayam. Akhirnya atas kesepakatan
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
bersama maka dicarinya tempat yang kemungkinan tidak ada

74 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


244
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
bangkainya yaitu di sebuah pura. Peti itu pun di bawa ke
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
dalam pura. Sesampainya di dalam pura maka peti itu dibuka,
belas malam.
dan ternyata isinya adalah mayat Pan Balang Tamak. Setelah
diketahui isi peti itu adalah mayat maka rombongan pencuri itu
3. Malam Midodarèni
pergi meninggalkannya.
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
Pada keesokan harinya datanglah Jero Mangku
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
(sebutan petugas pura untuk mengantar persembahyangan atau
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
upacara), yang akan melakukan pembersihan di pura itu.
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
Ketika ia memasuki pura dilihatlah ada peti yang sangat besar.
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
Dikiranya itu anugerah dari Dewa yang beristana di pura itu.
midodarèni.
Lalu JeroMangku memberi tahu pinpinan desa bahwa ada
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
anugerah dewa di pura berupa peti. Pemimpin desa lalu
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
mengajak seluruh warga desa untuk datang ke pura dengan
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
membawa sesajen untuk dihaturkan kepada Dewa yang
Megatruh pada 15-16:
menganugerahi peti. Pemujaan lalu dimulai dan sesajenpun
dihaturkan oleh Jero Mangku. Setelah selesai menyembah lalu
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
peti dibuka, dan ternyata isinya adalah mayat Pan Balang
tuwin sowan Sang Su Putri/
Tamak. Semua warga desa sangat kecewa, namun apa boleh
kang lagya sinêngkêr wau/
dikata, pemujaan sudah terlanjur dilakukan, maka
Gusti Kusumawardhani/
disepakatilah untuk mengubur dan mengupacarai mayat Pan
saha mêmangun lêlados//
Balang Tamak. Untuk memperingati dan menghormati Pan
Balang Tamak maka warga desa sepakat untuk membuatkan
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
sebuah bangunan berupa sebuah pelinggih di dalam pura itu.
tan wus pangikêting kardi/
pamardining sarêng dalu/
3. Cerita Pan Balang Tamak dalam Semiotika
kalêres midadarèni/
3.1 Pengertian Semiotika
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
Semiotika adalah suatu bidang studi yang menyelidiki
semua bentuk komunikasi yang terjadi melalui sarana
Terjemahan:
tanda-tanda dan berdasarkan pada sistem tanda (Segers,
1978:14) atau bidang studi tentang tanda dan segala yang
Ada yang mengatur pekerjaannya/
berhubungan dengan tanda: cara berfungsinya,
dan berkunjung pada putri/
hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
penerimaannya oleh mereka yang mempergunakan (Eco,
Gusti Kusumawardhani/
1979:7; van Zoest, 1992:5).
serta melayani//
Secara definitif, tanda adalah segala apa yang
menyatakan sesuatu yang lain daripada dirinya. Tanda itu
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
dihasilkan melalui proses signifikasi yang memadukan
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 75


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 245
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

penanda dan petanda (Barthes dalam Young, 1981:37—38;


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
Budiman, 1999:108; Sunardi, 2002:49). Karena itu, pada
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
prinsipnya semiotik mempelajari bagaimana arti-arti dibuat,
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
dan bagaimana realitas direpresentasikan, yang barangkali
telah dipersiapkan.
jelas dalam bentuk “teks” dan “media” (Chandler, 2002:2).
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
Semiotik memusatkan perhatian pada pertukaran beberapa
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
pesan apa pun dalam suatu kata atau komunikasi dan juga
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
memusatkan perhatian pada proses signifikasi (Sebeok,
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
1994:5).
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
Paling sedikit ada tiga aliran dalam semiotika, yaitu (1)
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
aliran semiotika komunikasi dengan intensitas kualitas
pada 5 yaitu:
tanda dalam kaitannya dengan pengirim dan penerima,
tanda yang disertai dengan maksud. Sebuah teks sastra
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
dapat dipandang sebagai seperangkat tanda yang
katiga kang lenggah mantri/
ditransmisikan melalui saluran kepada pembaca. Kode yang
among cundaka kang sêpuh/
dipilih pengarang dan diketahui atau sebagian diketahui
kalih Nyai Madusari/
pembaca memungkinkan pembaca mendecode tanda-tanda
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
tekstual dan mengaitkan makna dengan materi teks. Saluran
memungkinkan pembaca membaca teks sastra, sedangkan
Terjemahan:
kode memungkinkan pembaca menafsirkan teks sastra
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
(Buyssens, Prieto, Mounin); (2) aliran semiotika konotatif,
tiga orang yang duduk adalah mantri/
atas dasar ciri-ciri denotasi kemudian diperoleh makna
Among Cundaka yang tua/
konotasinya, arti (meaning) pada bahasa sebagai sistem
kedua Nyai Madusari/
tanda tingkat pertama menjadi makna (significane) pada
dan Nyai Mangunsih//
sastra sebagai sistem tanda tingkat kedua (Barthes); aliran
semiotika ekspansif, diperluas dengan bidang psikologi
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
(Freud) dan sosiologi (Marxis), termasuk filsafat (Julia
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
Kristeva).
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
Pendapat lain tentang studi semiotikamembaginya
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
menjadi beberapa kajian seperti: semiotika budaya,
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
semiotika komunikasi multi media, semiotika dan
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
anthropologi, psikosemiotika, semiotika kedokteran,
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
sosiosemiotik atau semiotic sosiologi, semiotika dan
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
ekonomi, semiotika matematika, semiotika sejarah,
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
semiotika psikologi atau psikoanalisis (Susanto, 2015; 755)
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
Dalam lapangan kritik sastra, semiotika memandang
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa berdasarkan pada

76 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


246
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
konvensi-konvensi tambahan dan meneliti ciri-ciri yang
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
memberikan makna pada bermacam-macam modus wacana
belas malam.
(Preminger (ed.), 1974:980). Ahli semiotika memburu
jenis-jenis tanda tertentu, bagaimana tanda-tanda itu
3. Malam Midodarèni
berbeda dengan yang lain, bagaimana fungsi tanda dalam
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
habitat alaminya, bagaimana interaksinya dengan jenis-jenis
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
tanda yang lain (Culler, 1981:vii), dan tanda-tanda dengan
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
konvensinya (Pradopo, 2001:3). Karya sastra sebagai
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
bangunan bahasa pada hakikatnya adalah fakta semiotik,
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
sebagai sistem tanda (Abdullah, 1991:8) yang dapat
midodarèni.
ditafsirkan dan yang proses penafsirannya itu dapat terjadi
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
berkali-kali (Hoed, 2001:197).
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
Dilihat dari faktor yang menentukan adanya tanda,
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
maka tanda dibedakan sebagai berikut:
Megatruh pada 15-16:
1. Representamen, ground, tanda itu sendiri sebagai
perwujudan gejala umum:
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
a. qualisigns, terbentuk oleh kualitas.
tuwin sowan Sang Su Putri/
Contohnya: warna hijau, merah dan sejenisnya
kang lagya sinêngkêr wau/
b. sinsigns, tokens, terbentuk melalui realitas
Gusti Kusumawardhani/
fisik.Contohnya rambu lalu lintas
saha mêmangun lêlados//
c. legisigns, types berupa hokum. Umpama seperti
suara wasit dalam suatu pertandingan.
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
2. Object (designatum, denotatum, referent) yaitu apa
tan wus pangikêting kardi/
yang diacu:
pamardining sarêng dalu/
a. Ikon: hubungan penanda dan petanda karena
kalêres midadarèni/
kemiripan: foto
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
b. Indeks: hubungan penanda dan petanda karena
sebab akibat: ada asap menandakan bahwa ada
Terjemahan:
api. Mendung di langit menandakan mungkin
akan turun hujan.
Ada yang mengatur pekerjaannya/
c. Simbol: hubungan penanda dan petanda yang
dan berkunjung pada putri/
bersifat konvensional: bendera
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
3. Interpretant, tanda-tanda baru yang terjadi dalam batin
Gusti Kusumawardhani/
penerima:
serta melayani//
a. rheme, tanda sebagai kemungkinan: konsep
b. decisigns, dicentsigns, tanda sebagai fakta:
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
pernyataan deskriptif
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 77


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 247
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

c. argument, tanda tampak sebagai nalar:


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
proposisi.
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
Pradopo (2001:3—4) mengatakan bahwa dalam rangka
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
perburuan tanda-tanda itu, ada empat paradigma yang perlu
telah dipersiapkan.
diperhatikan, yaitu (1) jenis-jenis tanda: ikon, indeks, dan
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
simbol; (2) satuan-satuan arti; (3) konvensi-konvensi yang
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
memungkinkan tanda mempunyai makna; dan (4) hipogram
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
(hubungan intertekstual).
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
Riffaterre (1978:1—2) mengemukakan bahwa karya
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
sastra merupakan aktivitas bahasa secara tidak langsung dan
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
bersifat hipogramatik. Fenomena sastra merupakan suatu
pada 5 yaitu:
dialektik antara teks dan pembaca serta dialektik antara
tataran mimetik dan tataran semiotik. Gagasan itu
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
didasarkan atas prinsip bahwa puisi (karya sastra)
katiga kang lenggah mantri/
merupakan satu aktivitas bahasa. Akan tetapi, aktivitas
among cundaka kang sêpuh/
bahasa itu adalah tidak langsung. Ada tiga hal yang
kalih Nyai Madusari/
menyebab-kan ketidaklangsungan itu, yakni displacing of
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
meaning, distorting of meaning, dan creating of meaning.
Displacing of meaningmuncul ketika tanda-tanda berpindah
Terjemahan:
dari satu arti ke arti yang lain, ketika satu kata
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
“menggantikan” kata yang lain, sebagaimana metafora dan
tiga orang yang duduk adalah mantri/
metonimi. Distorting of meaning terjadi akibat ambiguitas,
Among Cundaka yang tua/
kontradiksi, atau nonsense. Sementara itu, creating of
kedua Nyai Madusari/
meaning ditentukan oleh satu organisasi prinsip untuk
dan Nyai Mangunsih//
tanda-tanda di luar item-item linguistik.
Lebih jauh, Riffaterre (1978:2—3) menyebutkan
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
bahwa ciri khas puisi adalah kesatuannya, yakni satu
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
kesatuan, baik formal maupun semantik. Berdasarkan
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
tataran formal dan semantik, Riffaterre mengusulkan dua
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
istilah yang perlu dibedakan dalam pemaknaan puisi, yakni
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
arti (meaning) dan makna (significance). Pertentangan
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
antara arti (meaning) dan makna (significance) memainkan
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
peranan yang menentukan (Santoso, 1993:29). Dari segi
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
arti (meaning), teks puisi merupakan rangkaian satuan
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
informasi yang berturut-turut, yang dikonvensikan oleh teks
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
pada tataran mimetik. Dari segi makna (significance), teks
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
puisi merupakan satu kesatuan semantik. Sehubungan

78 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


248
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
dengan itu, pembaca sebagai pemberi makna harus mulai
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
dengan menemukan arti (meaning) teks berdasarkan fungsi
belas malam.
mimetik bahasa sebagai alat komunikasi sehari-hari.
Dengan kata lain, pembaca melakukan pembacaan
3. Malam Midodarèni
heuristik, yakni pembacaan berdasarkan kompetensi
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
linguistik. Setelah itu, pembaca melangkah ke tataran yang
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
lebih tinggi, yakni significance sebagai satu manifestasi
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
semiosis dengan mencari kode karya sastra secara struktural
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
atau decoding. Dalam tataran baca semacam itu, pembaca
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
melakukan pembacaan hermeneutik, yakni pembacaan
midodarèni.
berdasarkan kompetensi sastra. Pembacaan hermeneutik
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
dilakukan secara struktural, bergerak secara bolak-balik dari
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
bagian ke keseluruhan dan kembali lagi ke bagian, dan
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
seterusnya berdasarkan unsur-unsur ketidakgramatikalan
Megatruh pada 15-16:
(ungrammaticalities). Bagi Riffaterre, salah satu
ketidakgramatikalan (ungrammaticalities) itu dan yang
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
sekaligus menjadi pusat makna satu puisi adalah matriks.
tuwin sowan Sang Su Putri/
Wacana puisi merupakan ekuivalensi yang ditetapkan
kang lagya sinêngkêr wau/
antara satu kata dengan satu teks, atau satu teks dengan teks
Gusti Kusumawardhani/
yang lain. Puisi merupakan hasil dari transformasi matriks,
saha mêmangun lêlados//
yakni kalimat minimal dan literal ke dalam parafrase yang
lebih panjang, kompleks, dan nonliteral. Matriks adalah
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
bersifat hipotetik. Matriks mungkin dioptimasikan dalam
tan wus pangikêting kardi/
satu kata yang tidak pernah diaktualisasikan secara utuh di
pamardining sarêng dalu/
dalam teks, tetapi diaktualisasikan dalam bentuk varian-
kalêres midadarèni/
varian, ketidakgramatikalan (ungrammati-calities). Bentuk
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
varian sebagai aktualisasi pertama atau aktualisasi pokok
dari matriks adalah model. Matriks, model, dan teks
Terjemahan:
merupakan varian dari struktur yang sama.
Produksi tanda (productionsign), seperti produksi tanda
Ada yang mengatur pekerjaannya/
puitik ditentukan oleh derivasi hipogramatik: satu kata atau
dan berkunjung pada putri/
frase dipuitiskan ketika kata atau frase itu mengacu pada
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
sekelompok kata yangtelah ada lebih dahulu. Satu
Gusti Kusumawardhani/
hipogram merupakan satu varian dari matriks
serta melayani//
teks.Hipogram itu bersifat potensial yang tampak dalam
bahasa seperti; presuposisi, klise-klise, serta sistem
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
deskriptif, yakni satu jaringan kata-kata yang dihubungkan
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 79


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 249
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

dengan satu hal lain di sekitar kata inti, atau bersifat aktual
makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
dalam wujud mitos-mitos atau teks-teks lain yang telah ada
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
sebelumnya. Selanjutnya dalam rangka produksi teks,
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
aktualisasi produksi tanda dari hipogram-hipogramitu
telah dipersiapkan.
diintegrasikan oleh ekspansi, konversi ataupun kombinasi
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
antara ekspansi dan konversi. Ekspansi mentransformasikan
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
bagian-bagian kalimat matriks ke dalam bentuk-bentuk
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
yang lebih kompleks. Konversi mentransformasikan bagian-
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
bagian kalimat matriks melalui pemodifikasian kesemuanya
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
dengan faktor yang sama. Dengan kata lain, pemaknaan
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
(significance) akan menjadi volarisasi positif dari satuan
pada 5 yaitu:
semiotik tekstual apabila hipogramadalah negatif, dan
volarisasi negatif terjadi apabila hipogram itu positif.
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
Demikianlah Riffaterre memahami puisi sebagai ekspresi
katiga kang lenggah mantri/
bahasa secara tidak langsung dan bersifat hipogramatik
among cundaka kang sêpuh/
(Riffaterre,1978:47—80),
kalih Nyai Madusari/
Bertolak dari uraian di atas, maka semitotik merupakan
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
ilmu yang mempelajari makna. Satwa Pan Balang Tamak
dalam semiotik dimaksudkan adalah penemuan makna yang
Terjemahan:
terkandung dalam cerita Satwa Pan Balang Tamak. Untuk
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
jelasnya makna dalam Satwa Pan Balang Tamak akan
tiga orang yang duduk adalah mantri/
dibicarakan episode demi episode.
Among Cundaka yang tua/
kedua Nyai Madusari/
3.2 Makna dalam Episode Berburu
dan Nyai Mangunsih//
Episode ini merupakan awal cerita Pan Balang Tamak.
Dalam episode ini diceritakan bahwa raja akan
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
melaksanakan kegiatan berburu ke hutan. Untuk itu ada
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
beberapa prajuru (petugas) menginformasikan ke krama
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
(anggota masyarakat).
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
“Inggih para krama lanang.krama desane benjang
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
jaga maboros ka alase. Semengan rikala tuun siape uli
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
pedemane, kramane apang suba tedun tur majalan ka
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
alase. Ingetang ngaba kuluk ane galak ngongkong. Nyen
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
kramane ane tusing manut teken arah-arah, ia lakar
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
dandaina teken desane.”
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan

80 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


250
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
Terjemahan:
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
Hai para warga yang laki-laki, Besok semua warga
belas malam.
desa akan berburu ke hutan. Pagi-pagi sekali, pada saat
ayam baru turun dari tempat tidurnya, warga agar sudah
3. Malam Midodarèni
kumpul dan segera berangkat bersama menuju hutan.
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
Jangan lupa membawa anjing yang galak menggonggong.
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
Barang siapa yang tidak mematuhinya akan dikenakan
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
denda uang oleh desa.
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
Pemberitahuan ini sempat mengagetkan Pan
midodarèni.
Balang Tamak, karena, merasa tidak memiliki anjing sesuai
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
dengan ketentuan yang diinformasikanpimpinan desa.
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
Sejenak Pan Balang Tamak berpikir. Dalam hatinya sudah
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
ada solusi,yaitu agar tidak kena denda. Keesokan harinya
Megatruh pada 15-16:
sekitar pukul 05.30 saat biasanya ayam-ayam pada turun
dari kandang atau tempat tidurnya, warga desa telah
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
berkumpul di balai desa, lengkap dengan alat-alat
tuwin sowan Sang Su Putri/
perburuan seperti: parang, tombak, jaring, dan tentunya
kang lagya sinêngkêr wau/
anjing-anjing pemburu.
Gusti Kusumawardhani/
Sesuai denga kesepakatan, akhirnya warga dengan
saha mêmangun lêlados//
riuhnya serta semangat berangkat menuju hutan untuk
berburu. Pan Balang Tamak tidak ikut serta di dalam
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
rombongan tersebut, karena ia masih menunggu ayam
tan wus pangikêting kardi/
miliknya yang sedang mengerami telurnya di
pamardining sarêng dalu/
kandang/angkreman (dalam bahasa Bali disebut
kalêres midadarèni/
bengbengan). Sekitar pukul 10.00 ayam itu baru turun dari
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
tempatnya mengeram. Ketika itu barulah Pan Balang
Tamak menyusul ke hutan dengan membawa anjing kecil
Terjemahan:
yang memang itu saja yang dimilikinya. Di samping kecil,
kurus, juga anjing itu banyak kutunya.
Ada yang mengatur pekerjaannya/
Warga desa yang sudah berada di hutan saling
dan berkunjung pada putri/
berbisik dan dari wajahnya mereka menunjukkan rasa
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
senang karena Pan Balang Tamak tidak hadir. Dalam
Gusti Kusumawardhani/
perbincangan mereka Pan Balang Tamak pasti akan kena
serta melayani//
denda. Demikian pikiran mereka. Tiba-tiba terdengar
teriakan: “Ada bangkung sing magigi” ‘ada induk babi tidak
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
bergigi’, secara berulang-ulang dari Pan Balang Tamak.
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 81


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 251
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

Teriakan itu didengar oleh beberapa warga kemudian


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
berlari menuju sumber suara tersebut. Setelah tiba dan tahu
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
di seberang jurang ada Pan Balang Tamak, mereka bertanya
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
“mana induk babinya?” Dijawab oleh Pan Balang Tamak,
telah dipersiapkan.
“yang bilang ada induk babi (bangkung) siapa? Yang saya
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
katakan, ada pangkung sing matiti ‘ada jurang tidak
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
berjembatan’. Bagaimana saya bisa lewat, ayo mari kita
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
buat titi (jembatan bambu/kayu).” Akhirnya dibuatkan titi
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
(jembatan darurat yang terbuat dari batang pohon/bambu).
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
Warga tadi sudah mencatat bahwa Pan Balang
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
Tamak harus didenda karena datang terlambat. Hal itu akan
pada 5 yaitu:
dilaporkan pada ketua rombongan. Dekat dengan
kumpulnya warga yang lain, Pan Balang Tamak melempar
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
anjingnya di semak-semak penuh duri. Jelas anjing
katiga kang lenggah mantri/
kurusnya itu bersuara kaing-kaing kesakitan sambil
among cundaka kang sêpuh/
berusaha untuk keluar dari semak. Saat itu Pan Balang
kalih Nyai Madusari/
Tamak berseru, “hai warga semua! Lihat, apa ada yang
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
membawa anjing galak dan kuat seperti anjing saya? Tidak
memandang duri, ke sana tadi ia mengejar binatang!, kalau
Terjemahan:
ada coba buktikan!” Karena tidak ada yang berani berarti
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
anjingnya Pan Balang Tamak termasuk paling kuat dan
tiga orang yang duduk adalah mantri/
pemberani, berarti selain dia, semua warga harus membayar
Among Cundaka yang tua/
denda pada Pan Balang Tamak karena tidak membawa
kedua Nyai Madusari/
anjing galak dan pemberani.
dan Nyai Mangunsih//
Warga menjadi kesal pada ulah Pan Balang Tamak.
Saat itu dilanjutkan dengan penagihan uang denda dari Pan
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
Balang Tamak karena datang terlambat.
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
“Nah Pan Balang Tamak, jani pesuang pipis caine
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
anggon mayah dedosan sawireh cai teka suba tengai.
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
Tusing anut teken arah-arahae”
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
Terjemahan:
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
Nah Pan Balang Tamak, sekarang keluarkan
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
uangmu untuk membayar dendamu karena engkau dating
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
kesiangan. Tidak sesuai dengan apa yang diinformasikan.
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
Pan Balang Tamak kemudian menjawab
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
membela diri.

82 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


252
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
“Nden malu, ngudiang tiang dadi kena danda.
belas malam.
Kaden arah-arahane i krama tedun semengan tuun siape.
Tiang ngelah siap tuah aukud tur sedeng makeem di
3. Malam Midodarèni
bengbengane. Ento uling pelimunan baan tiang ngantos
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
siap tiange, nanging tuara tuun-tuun. Sawatara jam dasa
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
mara ia tuun. Ditu lantas tiang mara majalan kal maboros
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
ajak krama desane. Men dija tongos pelih tiange?”
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
Terjemahan:
midodarèni.
Nanti dulu, kenapa saya kena denda.
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
Pemberitahuannya adalah bahwa warga kumpul pagi hari
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
ketika ayam pada turun dari tempat tidurnya. Saya punya
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
ayam hanya seekor. Ayam itupun sedang mengeram di
Megatruh pada 15-16:
angkremannya. Dari subuh sekali saya sudah bangun
menunggu ayamku turun dari angkreman (bembengan)
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
tempat pengeramannya tidak kunjung-kunjung turun. Kira-
tuwin sowan Sang Su Putri/
kira jam sepuluhan ia baru turun. Saat itu saya langsung
kang lagya sinêngkêr wau/
berangkat untuk berburu bersama warga yang lain. Di mana
Gusti Kusumawardhani/
letak kesalahanku?
saha mêmangun lêlados//
Warga yang berkumpul pada saat itu tidak ada yang
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
berani menjawab, karena itu Pan Balang Tamak kembali
tan wus pangikêting kardi/
menegaskan dirinya tidak bersalah, dan pimpinan desalah
pamardining sarêng dalu/
yang patut membayar karena menyalahkan orang yang tidak
kalêres midadarèni/
bersalah. Akhirnya pimpinan desapun membayar denda
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
kepada Pan Balang Tamak..
Wacana yang ada dalam teks di atas, sesungguhnya
Terjemahan:
bermaknakritik di dalam kehidupan bermasyarakat pada
saat itu. Kritik mengandung pengertian; kecaman yang
Ada yang mengatur pekerjaannya/
sering kali disertai dengan pertimbangan baik-buruk dan
dan berkunjung pada putri/
jalan ke luar (Alwi, dkk. 1976 200..). Satwa Pan Balang
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
Tamak sebagai sebuah karya sastra tidak ubahnya sebagai
Gusti Kusumawardhani/
media pembelajaran, sebagai upaya memuaskan hati, atau
serta melayani//
menghibur pembaca/pendengarnya.. Sejalan dengan apa
yang disampaikan Horatius bahwa, seniman bertugas untuk
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
docere dan delecture, memberi ajaran dan kenikmatan. Seni
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 83


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 253
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

harus menggabungkan sifat utile dan dulce, bermanfaat dan


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
manis. Pembaca kena, dipengaruhi, digerakkan untuk
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
bertindak oleh karya seni yang baik (dalam Teeuw,
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
1984:51).
telah dipersiapkan.
Zaman dahulu sarana untuk belajar secara formal
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
seperti sekolah belum ada. Masyarakat yang ingin
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
meningkatkan kemampuan dalam menjalani kehidupan
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
akan belajar melalui karya sastra yang telah tersedia, baik
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
lisan maupun yang tertulis. Orang belajar hidup yang baik
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
dan benar salah satunya adalah melalui pemahaman sastra.
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
Setelah membaca atau mendengarkan, batin mereka merasa
pada 5 yaitu:
puas dan terhibur. Lebih-lebih lagi ada sesuatu yang diingat
yang nantinya dapat dipakai pedoman hidup dan tuntunan
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
dalam menjalani kehidupan. Hal ini sesuai dengan ajaran
katiga kang lenggah mantri/
agama yaitu; menuju kehidupan yang lebih baik melalui
among cundaka kang sêpuh/
jalan yang benar. Agama mengajarkan dan menuntun agar
kalih Nyai Madusari/
manusia tahu untuk apa manusia hidup, tahu tujuan
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
hidupnya, dan tahu cara hidup yang berlandaskan etika atau
moralitas.
Terjemahan:
Bila dikaji lebih dalam akan makna dalam episode
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
berburu ini, maka dapat diketahui bahwa adanya kritik di
tiga orang yang duduk adalah mantri/
dalamnya. Hal itu akan diuraikan seperti uraian di bawah
Among Cundaka yang tua/
ini.
kedua Nyai Madusari/
dan Nyai Mangunsih//
1) Bermakna pemimpin harus tegas;
Pan Balang Tamak tidak dapat disalahkan
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
ketika terlambat berkumpul karena arah-arahan
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
(pemberitahuan) dari prajuru(staf pimpinan desa)
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
bahwa krama (warga) harus berkumpul ketika ayam
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
turun dari tempat tidurnya. Pan Balang Tamak
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
dikatakan sudah bangun pagi tetapi ayam satu-satu
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
miliknya, belum juga turun karena sedang mengeram.
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
Ayamnya baru turunn sekitar pukul 10.00.
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
Seorang pemimpin tidak boleh memakai ukuran
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
waktu seperti: “turunnya ayam”, yang bermakna
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
‘kurang tegas’. Bagaimana kalau warga tidak memiliki
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
ayam? Apa yang akan dipakai mengukur waktu atau

84 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


254
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
kasus seperti Pan Balang Tamak?. Dahulu memang
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
belum ada alat pengukur waktu berupa jam, akan tetapi
belas malam.
masyarakat Bali memiliki pembagian waktu secara
tradisional, seperti ndag ai, seng kangin, jejeg surya,
3. Malam Midodarèni
neduhang, seng kauh, engseb surya, dauh besik, dauh
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
dua, dauh telu sampai dauh kutus.(Dauh adalah
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
hitungan pembagian waktu, dimana satu dauh sama
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
dengan 1 jam 36 menit). Seharusnya pembagian waktu
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
yang disebut dauhitu yang dipakai, sehingga
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
meminimalisir permasalahan yang terkait dengan
midodarèni.
waktu.
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
Jam sebagai penunjuk waktu secara modern
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
sangat membantu mengurangi permasalahan
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
kesepakatan tentang waktu. Kenyataannya sampai saat
Megatruh pada 15-16:
ini masih sering orang Bali membuat kesepakatan
waktu memakai kata semengan, tengai, sanja, peteng.
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
Contoh: Mani semengan dauh pisan, kramane gotong
tuwin sowan Sang Su Putri/
royong di pura ‘besok pagi jam 06.00warga desa akan
kang lagya sinêngkêr wau/
bergotong royong di pura’. Jadi ada kepastian waktu
Gusti Kusumawardhani/
yang tidak bisa ditoleransi. Artinya warga yang datang
saha mêmangun lêlados//
pukul 05.00 akan kasihan karena terlalu pagi. Warga
yang datang lewat dari pukul 06.00 tentu akan
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
dianggap terlambat, dan boleh didenda.. Di sinilah
tan wus pangikêting kardi/
seorang pemimpin harus tegas dan jelas. Satwa Pan
pamardining sarêng dalu/
Balang Tamak sesungguhnya memberi pelajaran
kalêres midadarèni/
kepada seorang pemimpin yang harus bersifat tegas.
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
Ketidaktegasan seorang pemimpin hanya akan menuai
permasalahan.
Terjemahan:
Bertolak dari uraian di atas dapat dikatakan
bahwa Satua Pan Balang Tamak memiliki makna
Ada yang mengatur pekerjaannya/
kritik tentang ketidaktegasan sorang pemimpin. Sikap
dan berkunjung pada putri/
tidak tegas pemimpin akan berakibat penentangan dari
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
bawahan/rakyat.
Gusti Kusumawardhani/
serta melayani//
2) Makna logika dan kemampuan berpikir rendah
Pan Balang Tamak, ketika berburu ke hutan
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
membawa seekor anjing, kurus, takberbulu (gudig), dan
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 85


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 255
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

masih kecil. Ajing itu dilemparkannya ke semak


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
berduri oleh Pan Balang Tamak. entu saja anak anjing
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
itu akan melolong kesakitan. Ia mengatakan bahwa
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
anjingnyalah yang paling galak di antara anjing-anjing
telah dipersiapkan.
yang ada. Ia menantang para warga, apakah ada yang
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
berani mencoba seperti anjingnya. Semua warga tidak
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
ada yang berani menerima tantangan Pan Balang
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
Tamak, sehingga, warga harus membayar atas
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
kekalahannya kepada Pan Balang Tamak.
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
Bertolak dari cerita di atas dapat dikatakan
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
bahwa tingkat logika warga masyarakat, termasuk
pada 5 yaitu:
tingkat berpikir pemimpinnya sangat kurang, bahkan
boleh dibilang sangat rendah. Hal itu tercermin dari
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
tidak kritisnya mereka. Seharusnya mereka
katiga kang lenggah mantri/
memasalahkan anjing Pan Balang Tamak yang masih
among cundaka kang sêpuh/
kecil, sehingga tidak pantas dijadikan anjing pemburu.
kalih Nyai Madusari/
Anjing pemburu pastilah seharusnya anjing yang telah
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
dewasa, terlatih, dan pemberani. Lolongan anjing Pan
Balang Tamak juga bukan lolongan yang keluar dari
Terjemahan:
mulut anjing yang sedang marah karena menemukan
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
mangsa/buruan. Lolongan anjingnya itu keluar karena
tiga orang yang duduk adalah mantri/
ia menderita kesakitan tertusuk duri semak-semak,
Among Cundaka yang tua/
serta ingin ditolong oleh majikannya. Dua indikator itu
kedua Nyai Madusari/
cukup sebagai alasan untuk menyalahkan dan
dan Nyai Mangunsih//
mendenda Pan Balang Tamak. Namun pada
kenyataannya malah akal bulus Pan Balang Tamak
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
dibenarkan oleh warga desa. Malahan pimpinan/kepala
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
desa yang di salahkan dan dikenai sangsi berupa denda
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
uang. Keadaan seperti itu menandakan bahwa tingkat
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
berpikir warga masyarakat masih rendah dan kurang
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
kritis.
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
3.3 Makna yang Terkandung Dalam Episode Adu Sapi
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
Warga desa dan pemuka desa mulai kesal, malu,
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
dan jengah atas ulah Pan Balang Tamak. Tercetuslah ide
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
membuat acara adu sapi dengan tujuan menjerat Pan
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
Balang Tamak agar dapat dikenai denda. Para prajuru
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan

86 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


256
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
desa disuruh menginformasikan (mapangarah) ke semua
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
warga tentang akan diadakannya acara lomba adu sapi.
belas malam.
masi sampin kramane engken ane suba matatu kanti sing
3. Malam Midodarèni
ngidaang maplawanan, ento kaadanin kalah. Sampine ane
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
madan kalah ada masi yen tusing ngelawan ulian ia takut
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
tur melaib (jerih).”
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
Terjemahan:
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
Hai semua warga desa semua, besok desa kita
midodarèni.
akan mengadakan acara lomba adu sapi. Untuk itu, semua
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
warga desa agar membawa sapi yang sudah galak serta
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
tanduknya panjang. Sapi itulah yang akan diadu. Barang
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
siapa tidak membawa sapi, maka ia akan didenda.
Megatruh pada 15-16:
Demikian pula sapi warga yang terluka sampai tidak dapat
melanjutkan pertandingan, akan dinyatakan kalah. Sapi
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
yang juga dinyatakan kalah adalah sapi yang tidak ada
tuwin sowan Sang Su Putri/
perlawanan karena takut dan melarikan diri.
kang lagya sinêngkêr wau/
Gusti Kusumawardhani/
Pan Balang Tamak hanya memiliki induk sapi
saha mêmangun lêlados//
betina yang sedang menyusui. Artinya tidak mungkin akan
bisa mengikuti pertandingan sapi karena sapi betina dan
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
anaknya (godel) masih kecil. Walaupun demikian,
tan wus pangikêting kardi/
kesesokan harinya anak sapi (godel) itu yang di bawa ke
pamardining sarêng dalu/
lapangan dan ditambatkan di sebuah pohon. Sebatas warga
kalêres midadarèni/
yang meliriknya pasti tersenyum dan dalam hatinya
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
berkata “rasain kamu Balang Tamak, kini saatnya kamu
membayar denda.” Pan Balang Tamak tenang-tenang saja.
Terjemahan:
Kini giliran Pan Balang Tamak dipanggil untuk maju
beserta sapinya sementara sapi lawan telah menunggu di
Ada yang mengatur pekerjaannya/
tengah lapangan pertandingan.
dan berkunjung pada putri/
Pan Balang Tamak melepas tali sapinya kemudian
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
menuntunnya ke tengah lapangan. Sapinya dari pagi
Gusti Kusumawardhani/
belum dapat menyusu pada induknya. Terang saja anak
serta melayani//
sapi Pan Balang Tamak kelaparan dan kehausan. Begitu
dekat dengan sapi musuhnya, langsung anak sapi Pan
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
Balang Tamak menyusul dan mencari letak susu sapi yang
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 87


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 257
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

dikira induknya. Sapi jantan musuhnya merasa terganggu


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
dan geli atas ulah anak sapi Pan Balang Tamak akhirnya
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
sapi jantan itu lari meninggalkan lapangan pertandingan.
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
Di situ pemuka desa memanggil Pan Balang Tamak,
telah dipersiapkan.
menjelaskan kesalahannya sehingga harus membayar
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
denda. Pan Balang Tamak tidak terima atas kesalahan
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
yang ditimpakannya apalagi harus membayar denda.
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
“Nawegang jero bendesa, napi kaiwangan tiange
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
dadi jeg gegeson nagih nendain tiang. Kaden arah-
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
arahane ane madan menang yen musuhe sing
pada 5 yaitu:
mapelawanan ulian matatu utawi takut kanti sampine ento
magedi uling kalangane. Ne jani nyekala, yadiastun
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
sampin tiange nu cenik konden matanduk dawa, musuhne
katiga kang lenggah mantri/
jerih tusing ngelawan tur melaib. Patutne nikel tiang
among cundaka kang sêpuh/
maan ayahan pipis mapan sampin tiange cenik lawanang
kalih Nyai Madusari/
sampi jagiran. Sakewala tiang sing nagih bayah nikel,
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
kanggoang ambul biasane dogen.”
Terjemahan:
Terjemahan:
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
tiga orang yang duduk adalah mantri/
terluka atau takut sampai sapi musuh pergi bahkan lari
Among Cundaka yang tua/
meninggalkan lapangan pertandingan. Sekarang nyatanya
kedua Nyai Madusari/
walaupun sapi saya masih kecil dan tanduknya belum
dan Nyai Mangunsih//
panjang, musuhnya pergi tidak mengadakan perlawanan
bahkan lari. Seharusnya saya mendapat uang dua kali lipat
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
karena sapi saya masih kecil ditandingkan dengan sapi
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
besar (jagiran). Tetapi saya tidak akan minta bayaran dua
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
kali lipat. Silakan bayar saya seperti biasanya saja.
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
Bendesa (kepala desa adat) serta warga yang lain
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
tidak memiliki sanggahan lagi, dan merasa apa yang
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
dikatakan Pan Balang Tamak itu benar. Akhirnya desa
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
pun membayar pada Pan Balang Tamak. Situasi ini tentu
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
membuat rasa jengkel warga yang lain semakin bertambah
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
pada Pan Balang Tamak.
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan

88 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


258
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
Lahirnya ide dari warga yang disetujui oleh
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
pemuka desa karena ada rasa dendam, jengkel, jengah,
belas malam.
dan sejenisnya ketika warga dikalahkan oleh Pan Balang
Tamak dalam episode berburu. Tujuannya jelas untuk
3. Malam Midodarèni
menjerat Pan Balang Tamak setelah diketahui Pan Balang
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
Tamak tidak memiliki sapi sesuai kriteria yang ditetapkan.
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
Dalam episode ini ada kritik sosial yang ingin
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
disampaikan oleh pengarang melalui tokoh Pan Balang
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
Tamak.
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
Sosok Pan Balang Tamak adalah sosok warga yang
midodarèni.
tergolong minoritas. Pekerjaannya sebagai petani sambil
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
memilihara sapi. Pengalamannya sebagai pemelihara sapi
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
yang sangat lama menyebabkan ia punya pengetahuan
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
tentang sifat-sifat sapi atau kebiasaan-kebiasaan sapi dari
Megatruh pada 15-16:
baru lahir hingga gede. Anak sapi (godel) walau mampu
membedakan induknya dengan yang bukan induknya.
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
Tetapi ketika sudah lapar atau haus, anak sapi pasti akan
tuwin sowan Sang Su Putri/
mengabaikan induknya asal ia mendapatkan susu. Pan
kang lagya sinêngkêr wau/
Balang Tamak sering melihat ada anak sapi tetangga ikut
Gusti Kusumawardhani/
menyusu ke sapinya atau sebaliknya, anak sapinya hilang
saha mêmangun lêlados//
Maaf bapak
setelah
ketua,dicari
apa kesalahanku
ternyata adakenapa
di sapi
tergesa-gesa
tetangganya
mausedang
mendendai saya. Pem
menyusu pada induk sapi yang bukan ibunya. Pengamatan
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
dan pengalaman ini sangat membantu dalam episode adu
tan wus pangikêting kardi/
sapi.
pamardining sarêng dalu/
Warga yang lain pasti banyak pula yang
kalêres midadarèni/
memilihara sapi, tetapi tidak pernah memperhatikan
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
seperti pengamatan Pan Balang Tamak. Begitu anak
sapinya Balang Tamak di lepas di tengah lapangan dalam
Terjemahan:
keadaan haus, pasti akan mencari sapi yang ada di
sekitarnya, dengan harapan akan mendapat susu. Karena
Ada yang mengatur pekerjaannya/
sapi yang paling dekat saat itu adalah sapi musuhnya,
dan berkunjung pada putri/
maka sapi itulah yang dikejar dan disusul dikira
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
induknya.Sapi jantan yang dituju dan diganduli akan
Gusti Kusumawardhani/
merasa geli, terganggu, dan akhirnya pergi meninggalkan
serta melayani//
lapangan pertandingan (walk out).
Bila disimak dengan cermat tentang cerita yang
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
ada dalam episode adu sapi itu, maka sangat jelas
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 89


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 259
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

tergambar adanya makna berupa kritik soaial. Makna itu


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
dapat dijelaskan seperti uraian di bawah ini.
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
1) Bagi warga atau pemimpin hendaknya membuat
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
program tidak berdasarkan emosi tanpa memikirkan
telah dipersiapkan.
akibatnya.
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
2) Bagi warga ketika melakukan suatu pekerjaan, apapun
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
bentuk dan jenis pekerjaan itu harus diamati dan
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
decermati sehingga mengerti betul hal-hal yang terkait
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
dengan pekerjaan itu. Bila hal itu sudah mampu
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
dipahami dan dilaksanakan dengan baik dan benar,
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
maka ia akan memiliki kematangan berpikir atau
pada 5 yaitu:
pengalaman. Suatu saat pengalaman itu akan sangat
berguna dalam memecahkan masalah yang terkait
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
dengan pekerjaan itu, atau pekerjaan yang sejenis.
katiga kang lenggah mantri/
3) Seandainya ada warga yang memiliki pengetahuan
among cundaka kang sêpuh/
tentang peternakan sapi seperti pengetahuan Pan
kalih Nyai Madusari/
Balang Tamak, pasti akan menggagalkan/melarang
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
sapinya Pan Balang Tamak menjadi peserta/kontestan
di dalam lomba adu sapi itu. Pada kenyataannya tidak
Terjemahan:
ada warga yang memboikot/melarang atau
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
memasalahkan keikutsertaan anak sapi Pan Balang,
tiga orang yang duduk adalah mantri/
hingga pada akhirnya sapi itu menjadi juara dan
Among Cundaka yang tua/
mendapat upah.
kedua Nyai Madusari/
Bertolak dari uraian di atas dapat dikatakan
dan Nyai Mangunsih//
bahwa sorang pemimpin harus cerdas, konseptor dan
bijak dalam memanage/mengelola desa. Dengan begitu
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
maka segala program desa akan mampu dicapai. Hal
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
seperti itu tidak ada terkandung dalam episode lomba
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
adu sapai.
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
3.4 Episode Membangun Pagar
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
Pimpinan desa tidak henti-hentinya menyusun
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
strategi untuk menjerat Pan Balang Tamak agar dapat
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
dikenai denda. Pan Balang Tamak adalah sosok warga yang
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
memiliki perekonomian di bawah rata-rata penduduk di
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
sana. Kebun hanya dimiliki beberapa are saja. Berbeda

90 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


260
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
dengan warga yang lain kebanyakan tergolong kayak arena
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
memiliki tebun cukup luas bahkan ada di beberapa lokasi.
belas malam.
Suatu saat desa memiliki program pembangunan agar
semua yang memiliki kebun, kebunnya dipagar. Tujuannya
3. Malam Midodarèni
agar orang lain dan binatang piaraannya tidak bisa masuk
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
ke tanah orang. Kembali prajuru dari pintu ke pintu
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
menyampaikan kepada warga tentang pembangunan
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
tersebut beserta sangsinya.
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
sarwa ubuh-ubuhan anake yen kanti macelep ke tegale,
midodarèni.
wenang kadendain olih ane ngelah tanahe.”
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
Terjemahan:
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
Semua warga yang memiliki tanah kebun agar
Megatruh pada 15-16:
segera memagari kebunnya. Barang siapa yang tidak
memagari tanah miliknya maka akan dikenakan denda. Jika
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
ada orang masuk ke kebun yanpa permisi pada pemiliknya,
tuwin sowan Sang Su Putri/
patut didendai oleh pemilik tanah tersebut. Demikian pula
kang lagya sinêngkêr wau/
jika ada binatang piaraannya sampai masuk ke tanah orang
Gusti Kusumawardhani/
lain, patut didendai oleh pemilik tanah.
saha mêmangun lêlados//
Pan Balang Tamak memiliki secuil tanah kebun
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
dekat pasar. Kalau program desa diikuti tentu akan
tan wus pangikêting kardi/
menyulitkannya karena ketiadaan uang untuk membeli
pamardining sarêng dalu/
bahan pagar. Akhirnya Pan Balang Tamak memagari tanah
kalêres midadarèni/
kebunnya dengan lidi yang diambil dari beberapa sapu lidi.
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
Di kebun Pan Balang Tamak banyak tumbuh tanaman pulet
(sejenis perdu bunganya berduri dan mudah lepas ketika
Terjemahan:
disentuh benda lain serta menempel pada penyentuhnya).
Tidak satu pun orang hirau bahwa tanahnya Pan Balang
Ada yang mengatur pekerjaannya/
Tamak sesungguhnya telah dipagari karena pagarnya hanya
dan berkunjung pada putri/
dari lidi. Itu pun ditancapkan jaraknya agak jarang. Situasi
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
ini tentu membuat warga yang lain merasa senang karena
Gusti Kusumawardhani/
dalam hatinya “sekarang giliran Pan Balang Tamak harus
serta melayani//
bayar denda karena tidak memagari tanahnya”.
Pada suatu pagi hari Pan Balang Tamak terkejut dan
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
jengkel karena di lahan kebunnya ada kotoran manusia. Pan
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 91


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 261
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

Balang Tamak berpikir tentang pelakunya dan dipastikan


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
orang yang sedang ke pasar kebelet buang air besar. Untuk
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
itu ia mengadakan penyelidikan ke pasar untuk mencari
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
pelakunya. Tidak sulit baginya untuk menemukan
telah dipersiapkan.
pelakunya karena ada orang sarungnya penuh dengan bunga
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
pulet. Akhirnya orang tersebut dilaporkan ke kepala desa
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
dan disidangkan. Pelaku tersebut mengaku buang air besar
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
di tanahnya Pan Balang Tamak alasannya karena tanahnya
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
tidak dipagar. Hal ini disangkal oleh Pan Balang Tamak
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
yang mengatakan tanahnya telah dipagar dengan lidi karena
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
ketiadaan biaya. Buktinya bisa dilihat beberapa lidi tersebut
pada 5 yaitu:
jatuh bergelimpangan dan bahkan patah-patah. Disitulah
Pan Balang Tamak berkata.
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
katiga kang lenggah mantri/
“Jero Bendesa, manut kesalahan anake ene patutne
among cundaka kang sêpuh/
tiang liu maan pipis dandaan krana pagar tiange uuganga,
kalih Nyai Madusari/
macelep ke tanah tiange tusing moraan, tur misi ngendig.
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
Pokokne tiang nyerahang teken jero Bendesa.”
Terjemahan:
Terjemahan:
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
Bapak Kepala Desa, sesuai dengan kesalahan
tiga orang yang duduk adalah mantri/
orang ini seharusnya saya banyak memperoleh uang
Among Cundaka yang tua/
dendanya, oleh karena pagar kebun saya hancur, dia masuk
kedua Nyai Madusari/
ke kebun tanpa permisi, dan berak lagi. Pokoknya saya
dan Nyai Mangunsih//
menyerahkan sepenuhnya ke bapak Kepala Desa.
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
Bapak Kepala Desa tidak bisa berbicara banyak
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
karena permasalahannya sudah jelas. Akhirnya orang itu
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
dikenakan denda atas kesalahannya yang telah dirinci
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
tersebut. Pan Balang Tamak mendapat uang denda cukup
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
lumayan. Kali ini jerat dari warga untuk mengenai denda
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
Pan Balang Tamak tidak berhasil, dan justru Pan Balang
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
Tamak yang menikmati uang denda.
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
Pengarang melihat fenomena di masyarakat ada
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
sesuatu yang harus disikapi oleh para pemimpin sebagai
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
pemegang kebijakan. Kritik sosial pengarang melalui
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
episode ini ditujukan kepada warga maupun pemimpin.

92 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


262
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
1) Seorang pemimpin ketika ingin memutuskan suatu
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
program pembangunan yang muaranya berdasarkan
belas malam.
kemampuan masyarakat, buatlah program yang
bijak yang tidak ada memberatkan warga.
3. Malam Midodarèni
Keputusan itu harus diambil berdasarkan
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
musyawarah mufakat. Kemampuan warga yang
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
paling rendah hendaknya itu yang dipakai ukuran
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
atau adakan subsidi silang.
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
2) Ketegasan pemimpin kembali dipentingkan, jangan
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
sampai seperti episode ini hanya ada instruksi semua
midodarèni.
warga harus memagari kebunnya. Kalau ada warga
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
yang tidak memagari kebunnya maka warga itu akan
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
didenda. Di sini tidak ada ketegasan warga harus
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
memagari kebunnya dengan material apa. Artinya
Megatruh pada 15-16:
bisa diartikan memagari dengan pagar apa saja yang
penting dipagari. Jangan salahkan warga ketika ada
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
yang memagari kebunnya disesuaikan dengan
tuwin sowan Sang Su Putri/
kemampuannya. Oleh karena ketakutan akan
kang lagya sinêngkêr wau/
didenda ketika tidak mengikuti program desa.
Gusti Kusumawardhani/
saha mêmangun lêlados//
Objek yang lain yang muncul dalam episode ini
adalah adanya objek pasar. Pengarang mengkritisi pemuka
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
desa atau siapapun sebagai pengambil kebijakan agar
tan wus pangikêting kardi/
memperhatikan fasilitas pasar yaitu toilet atau kamar kecil.
pamardining sarêng dalu/
Bisa dibayangkan kalau ada warga sakit perut ingin buang
kalêres midadarèni/
air besar atau buang air kecil, ke mana mereka akan
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
mencari tempat buang hajat. Karena merasa tidak tahan
(kebelet) akhirnya mereka buang hajat atau buang air kecil
Terjemahan:
sembarangan saja seperti di got atau ditempat lain. Dari segi
kenyamanan pasar akan terganggu karena bau zat amoniak
Ada yang mengatur pekerjaannya/
yang menyengat. Demikian juga dari segi kesehatan karena
dan berkunjung pada putri/
dapat menyesakkan nafas para pelaku pasar.
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
Pembangunan pasar tradisional semakin
Gusti Kusumawardhani/
berkembang khususnya pasar tradisional di Bali Jika
serta melayani//
diamati kini hampir setiap desa terdapat pasar tradisional
yang dikelola oleh desa pakraman atau desa adat. Fasilitas
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
pendukung sering kurang diperhatikan, seperti penyediaan
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 93


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 263
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

lahan parkir, tempat sampah, dan kamar kecil (WC).


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
Walaupun sudah disediakan kamar kecil, seringkali kamar
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
kecil tersebut kurang bersih, terkadang tidak ada air, tidak
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
ada gayung, dan bahkan airnya ngadat. Di sisi lain di situ
telah dipersiapkan.
ada penjaga pemungut restribusi untuk penggunaan kamar
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
kecil. Seharusnya kebersihan kamar kecil tanggung
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
jawabnya ada di pihak pengelola pasar. Bukan hanya uang
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
restribusinya saja yang dipentingkan. Hal ini yang dikritisi
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
oleh pengarang cerita Pan Balang Tamak dalam episode ini
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
yang berisi insiden seseorang sakit perut ketika di pasar dan
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
orang tersebut berak di kebunnya Pan Balang Tamak.
pada 5 yaitu:
Kebersihan pasar sangat terkait dengan kesehatan
lingkungan (sanitasi). Kalau ada orang berak sembarangan
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
apalagi dekat pasar, di samping baunya tidak sedap, juga
katiga kang lenggah mantri/
akan menimbulkan penyakit. Lalat-lalat yang tadinya
among cundaka kang sêpuh/
hinggap di tinja itu bisa saja terbang dan hinggap di barang-
kalih Nyai Madusari/
barang dagangan seperti makanan. Kalau ini terjadi,
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
penyakit diare dan sejenisnya akan berjangkit di sana.
Terjemahan:
3.5 Episode Kue Dodol Ketan Hitam (Iwel)
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
Suatu hari warga desa akan mengadakan rapat untuk
tiga orang yang duduk adalah mantri/
membicarakan acara gotong royong bersih-bersih di pura
Among Cundaka yang tua/
Desa, dan juga sambil membayar denda. Secara iseng
kedua Nyai Madusari/
Pan Balang Tamak lewat dan masuk ke balai desa tempat
dan Nyai Mangunsih//
rapat akan diadakan. Di sana suasananya sepi sekali
karena jarang anggota masyarakat yang berani datang ke
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
balai desa. Ia pulang menemui istrinya dan menyuruhnya
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
membuatkan jajan dodol injin (ketan hitam, dalam
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
bahasa Bali disebut jajan iwel). kue ketam hitam itu
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
dibuat menyerupai tai anjing. Keesokan harinya pagi-
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
pagi sekali jajan iwel itu dibawa ke balai desa. akkan di
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
kaki pilar kayu dan disirami sedikit air. Jajan itu lalu
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
diletakkan di kaki pilar kayu dan disirami sedikit air.
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
Sepintas apa yang dibuat Pan Balang Tamak itu persis
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
kotoran anjing dan air yang dituangi di sisinya seperti
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
kencingnya anjing.
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan

94 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


264
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
Ketika tiba saatnya warga berkumpul di balai desa
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
untuk rapat. Banyak warga yang kaget dan menghindar
belas malam.
jauh setelah di salah satu sendi tiang balai dilihat ada
kotoran anjing. Saat itulah Pan Balang Tamak berkata:
3. Malam Midodarèni
“Inggih krama desa, nyen bani naar tain kuluke
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
ene, tiang lakar maang pipis. Lamun tusing ada ane
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
bani, tiang lakar naar sakewala para kramane apang
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
mayah teken tiang”.
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
Terjemahannya:
midodarèni.
“Wahai para warga desa, siapa yang berani makan
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
kotoran anjing ini, saya akan memberikan uang. Jika
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
tidak ada yang berani, saya akan memakannya akan
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
tetapi warga harus membayar kepada saya.
Megatruh pada 15-16:
Mendengar Pan Balang Tamak berkata seperti itu,
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
semua warga merasa jijik, ada yang meludah terus, ada
tuwin sowan Sang Su Putri/
yang sampai muntah, dan tidak sedikit yang mengumpat
kang lagya sinêngkêr wau/
Pan Balang Tamak. Umpatan yang dimaksud seperti di
Gusti Kusumawardhani/
bawah ini.
saha mêmangun lêlados//
“Wih cai Balang Tamak! Ngawag-ngawag bungut
caine mapeta. Suba karwan tain cicing orain timpale
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
ngamah. Nah jani cai ane ngamah tain cicinge ento, ne I
tan wus pangikêting kardi/
krama lakar ngemaang pipis. Lamun tusing telah baan
pamardining sarêng dalu/
cai ngamah, cai patut mayah danda teken I krama!”
kalêres midadarèni/
Terjemahan:
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
Hai kau Balang Tamak! Sembarangan mulutmu
berkata. Sudah nyata itu kotoran anjing kau suruh wraga
Terjemahan:
yang lain memakannya. Nah sekarang kamu saja yang
makan kotoran anjing itu, kami warga akan memberimu
Ada yang mengatur pekerjaannya/
uang. Jika tidak habis kau makan kotoran anjing itu,
dan berkunjung pada putri/
kamu patut membayar denda kepada warga.
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
Gusti Kusumawardhani/
Demikian kata-kata warga amat kasar karena
serta melayani//
sangat jengkel atas ulah Pan Balang Tamak. Tantangan
itu jelas diterima oleh Pan Balang Tamak dengan senang
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
hati. Dodol yang dikira warga kotoran anjing dilahap
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 95


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 265
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

habis oleh Pan Balang Tamak. Warga yang menyaksikan


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
menjadi histeris jijik, bahkan tidak sedikit yang langsung
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
muntah menyaksikannya. Akhirnya sesuai dengan
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
perjanjian, pimpinan desalah yang membayar pada Pan
telah dipersiapkan.
Balang Tamak.
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
Pura bagi masyarakat Hindu di Bali merupakan
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
tempat suci untuk pemujaan kepada Ida Sanghyang
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
Widhi Wasa (Tuhan). Karena merupakan tempat suci,
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
kesucian pura harus menjadi perhatian umat dengan
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
menjaga kebersihan. Apalagi status pura itu sebagai pura
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
desa yang seharusnya seluruh umat di desa itu menjaga
pada 5 yaitu:
kebersihan demi kesucian pura itu. Membersihkan
(mereresik) tidak harus menunggu odalan (upacara rutin)
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
yang datangnya enam bulan Bali (420 hari) sekali atau
katiga kang lenggah mantri/
setahun sekali (840 hari). Barangkali setiap bulan
among cundaka kang sêpuh/
purnama secara bergilir kelompok (tempek) tertentu
kalih Nyai Madusari/
yang mendapat tugas bersih-bersih. Tentu harus
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
didahului dengan menghaturkan canang sari atau pejati.
Usaha yang paling penting demi menjaga kesucian
Terjemahan:
pura adalah memagari pura. Manfaatnya cukup banyak
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
ketika pura telah berpagar. Manfaat yang dimaksud
tiga orang yang duduk adalah mantri/
sebabagi berikut.
Among Cundaka yang tua/
1) Memberi batas wilayah kesucian pura. Masyarakat
kedua Nyai Madusari/
Hindu di Bali melarang orang cuntaka, seperti salah
dan Nyai Mangunsih//
satunya wanita datang bulan, tidak boleh masuk ke
areal pura.
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
2) Menjaga agar areal pura tidak dimasuki hewan piaraan
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
seperti babi dan sapi. Ketika hewan itu masuk ke areal
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
pura dianggap sebuah pertanda buruk bagi desa dan
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
desa harus menghaturkan sajen peneduh panglempana
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
atau guru piduka.
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
3) Anjing walaupun tidak termasuk hewan yang cuntaka
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
ketika masuk ke areal pura, tetapi cukup merusak
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
keindahan dan kesehatan karena anjing tersebut
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
seringkali berak di pura. Ini harus dimaklumi karena
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
anjing tidak bias membedakan tempat suci atau tidak.
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan

96 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


266
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
4) Meniadakan atau meminimalis orang yang tidak
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
berkepentingan masuk ke areal pura, seperti orang gila,
belas malam.
anak-anak bermain, dan pencuri prtatima.
3. Malam Midodarèni
Rasa kurang peduli terkait dengan kesucian,
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
kesehatan dan keindahan pura merupakan fenomena
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
yang dilihat oleh pengarang cerita Pan Balang Tamak.
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
Masih ada pura yang dipagari sekedar saja, lebih-lebih
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
lagi tidak memakai pintu pagar. Jelas anjing sering
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
lalulalang dan tentunya berak di pura. Gagasan
midodarèni.
mengkritisi masyarakat atau pemuka desa dalam insiden
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
jajan dodol dikatakan kotoran anjing bagi pengarang Pan
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
Balang Tamak dengan mulus dapat dilaksanakan.
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
Artinya karena suasana di pura selalu sepi, pura tidak
Megatruh pada 15-16:
berpintu pagar, dan pagarnya rendah. Kondisi ini
memang bisa diterima dengan akal sehat anjing itu
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
sering masuk ke areal pura sambil berak.
tuwin sowan Sang Su Putri/
Seandainya warga memiliki daya nalar yang baik,
kang lagya sinêngkêr wau/
mereka akan berpikir tidak mungkin ada manusia berani
Gusti Kusumawardhani/
makan kotoran anjing sekalipun ia orang gila. Namun
saha mêmangun lêlados//
saying tidak ada satu pun warga yang berpikir seperti itu.
Di sini lagi-lagi persoalan pengetahuan dan pengalaman
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
bagi setiap orang mutlak diperlukan. Hal itu bisa
tan wus pangikêting kardi/
diperoleh melalui belajar dan belajar terus. Kondisi
pamardining sarêng dalu/
kelemahan di bidang pengetahuan yang bermuara pada
kalêres midadarèni/
nalar menjadi bahan kritikan oleh pengarang cerita Pan
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
Balang Tamak. Dengan kelemahan ini, warga percaya
bahwa jajan dodol itu kotoran anjing. Keluarlah uang
Terjemahan:
warga untuk membayar kekalahan dari tantangan Pan
Balang Tamak.
Ada yang mengatur pekerjaannya/
3.6 Episode Kematian Pan Balang Tamak
dan berkunjung pada putri/
Perilaku perbuatan Pan Balang Tamak dalam
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
kehidupan bermasyarakat menjadi pergunjingan warga
Gusti Kusumawardhani/
bersama para pemimpin termasuk raja. Kini raja turun
serta melayani//
tangan memutuskan bahwa Pan Balang Tamak harus
dibunuh. Cara yang paling aman tanpa meninggalkan
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
jejak adalah dengan cara diracun. Raja menyuruh salah
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 97


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 267
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

seorang warganya menyiapkan racun yang paten/ampuh


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
dan mematikan.
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
“Nah ne cai parekan, aba cetike ene tur pulang
telah dipersiapkan.
di caratan ane biasa anggone I Balang Tamak nginem.
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
Pejalan caine melahang apang silib, eda pesan kanti ada
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
anak nawang pejalan caine.”
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
Terjemahan
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
Nah kamu abdiku, bawalah racun ini dan
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
tuangkan ke kendi/tempat minum yang biasa dipakai
pada 5 yaitu:
oleh Pan Balang Tamak untuk minum. Rahasiakanlah
perjalananmu, jangan sampai ada orang lain yang tahu
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
tentang perjalananmu.
katiga kang lenggah mantri/
among cundaka kang sêpuh/
Singkat cerita racun yang dituang ke dalam kendi
kalih Nyai Madusari/
tempat air minum Pan Balang Tamak tanpa diketahui
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
oleh Pan Balang Tamak air tersebut diminumnya. Pan
Balang Tamak tahu dirinya kena racun yang mematikan.
Terjemahan:
Untuk itu ia menginstruksikan dan berpesan kepada
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
istrinya.
tiga orang yang duduk adalah mantri/
Among Cundaka yang tua/
“Nah adi kurenan beli, beli suba lakar mati kena
kedua Nyai Madusari/
cetik. Mani lamun suba beli mati, bangken beline
dan Nyai Mangunsih//
wadahin peti pejang di jumahan meten. Ento barang-
barang arta branane dini di bale sakeneme pejang
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
kerudungin kamben batike. Gae ya apang lantang
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
selantang ukudan beline. Ejukang sengwengan wadahin
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
sibuh pejang dini di tengah arta branane ane
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
makerudung. Keto masi nyai dini barange ene jangkutin.
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
Eda pesan ngortaang kurenan ke rurunge suba mati”
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
Terjemahan:
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
Nah engkau istriku, suamimu ini sudah akan
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
mati terkena racun. Besok kalau aku sudah meninggal,
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
mayatku masukkan di dalam peti dan taruh di dalam
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
kamar. Barang-barang dan semua harta taruh di balai

98 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


268
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
Sakenem (balai panjang bertiang enam) tutup dengan
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
kain batik. Atur tempatnya sehingga terbujur panjang
belas malam.
sepanjang tubuhku. Carikan sengwengan (kumbang)
kemudian simpan di dalam sibuh (batok kelapa gading)
3. Malam Midodarèni
dan letakkan di dalam kerudungan barang-barang itu.
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
Demikian pula engkau tidur-tiduran di sini seolah-olah
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
memeluk diriku. Jangan sekali engkau bercerita atau
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
menginformasikan ke jalan-jalan bahwa suamimu telah
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
mati.
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
midodarèni.
Istri Pan Balang Tamak orangnya polos dan lugu.
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
Ia tidak berani menampakkan wajah duka walaupun
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
sesungguhnya hatinya sangat bersedih akan ditinggal
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
suami selamanya. Kini Pan Balang Tamak telah
Megatruh pada 15-16:
meninggal. Semua instruksi suaminya dilaksanakan.
Seorang abdi raja diutus untuk mengecek keadaan Pan
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
Balang Tamak dan kemudian melaporkannya pada raja.
tuwin sowan Sang Su Putri/
Abdi tersebut melaporkan bahwa Pan Balang Tamak
kang lagya sinêngkêr wau/
masih hidup karena sempat didengar ngobrol-bgobrol
Gusti Kusumawardhani/
santai dengan istrinya di balai Sakenem sambil tidur-
saha mêmangun lêlados//
tiduran. Raja amat kaget karena menganggap racun itu
tidak dahsyat. Untuk membuktikan bahwa racun itu tidak
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
bekerja dengan baik, maka racun tersebut dicicipi oleh
tan wus pangikêting kardi/
raja. Dalam hitungan menit raja meninggal karena
pamardining sarêng dalu/
kedahsyatan racun tersebut. Suasana menjadi geger
kalêres midadarèni/
karena rajanya yang tidak terdengar berita sakit tiba-tiba
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
meninggal.
Sementara warga masyarakat disibukkan dengan
Terjemahan:
berita kematian raja, ada dua orang pencuri beraksi di
rumah Pan Balang Tamak. Pencuri itu sempat bingung
Ada yang mengatur pekerjaannya/
setelah berhasil masuk ke rumah Pan Balang Tamak. Di
dan berkunjung pada putri/
satu sisi sudah terlihat ada sebuah peti dan di tempat lain
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
terlihat seonggok bujuran berselimut kain batik dan istri
Gusti Kusumawardhani/
Pan Balang Tamak berada di sisi bujuran tersebut. Suara
serta melayani//
kumbang (tambulilingan) yang ada di dalam sibuh
(tempurung kelapa gading) dan diletakkan di dalam
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
bujuran tersebut, dikira tangis istri Pan Balang Tamak
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 99


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 269
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

sedang menangisi kepergian suaminya. Di atas telah


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
diceritakan bahwa bujuran yang diselimuti kain batik
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
seolah-olah mayat, adalah harta benda milik Pan Balang
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
Tamak. Sedang peti tersebut isinya bukan harta benda,
telah dipersiapkan.
tetapi mayat Pan Balang Tamak.
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
Dua orang pencuri tersebut akhirnya berkeyakinan
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
bahwa peti tersebut adalah harta benda. Peti ini dibawa
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
kabur oleh pencuri tersebut. Setelah dirasakan tempat itu
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
sepi, kedua pencuri tersebut menurunkan peti untuk
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
membukanya. Belum sempat dibuka, ada bau busuk
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
menyengat yang sesungguhnya bau mayatnya Pan
pada 5 yaitu:
Balang Tamak yang telah membusuk. Tetapi kedua
pencuri tersebut mengira dekat lokasi tersebut ada
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
bangkai binatang. Mereka sepakat pindah lokasi. Setiap
katiga kang lenggah mantri/
pindah lokasi selalu mereka mencium bau busuk yang
among cundaka kang sêpuh/
dikira bau bangkai binatang. Akhirnya mereka
kalih Nyai Madusari/
memutuskan untuk membawa peti tersebut ke pura.
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
Dasar pemikirannya, tidak mungkin di pura ada bangkai
binatang apa lagi kotoran manusia.
Terjemahan:
Setelah tiba di pura, dibukalah peti tersebut.
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
Alangkah kagetnya karena yang ada di dalam peti
tiga orang yang duduk adalah mantri/
tersebut ternyata mayatnya Pan Balang Tamak. Mereka
Among Cundaka yang tua/
lari meninggalkan peti tersebut. Gegerlah warga ketika
kedua Nyai Madusari/
ada berita di pura yang disucikan tersebut ada mayat.
dan Nyai Mangunsih//
Akhirnya mayat itu diupacarai secara layak bersamaan
dengan upacara Pelebon (‘pembakaran mayat’) sang
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
Raja.
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
4. Rangkuman
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
Episode demi episode di atas bermakna sebagai kritik
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
atau himbauan terhadap warga maupun pemuka desa sebagai
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
pengambil kebijakan. Tokoh Pan Balang Tamak yang
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
dihadirkan dalam cerita ini merupakan tokoh yang kritis. Apa
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
yang dilakukan Pan Balang tamak sesungguhnya memberikan
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
penyadaran dan pembelajaran bagi penikmat karya sastra
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
bahwa kritikan itu penting. Kritik bermakna sebagai sesuatu

100 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


270
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
yang bernilai besar dan bahkan merupakan salah satu nilai
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
dasar eksistensi kemanusiaan. Di samping itu, kiritik juga
belas malam.
merupakan sumber dari segala kemajuan. Tidak akan ada
kemajuan kalau seseorang menutup diri terhadap suatu kritik.
3. Malam Midodarèni
Manusia, entah siapapun dia dan apapun posisinya
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
tidak boleh melihat fisik pengritiknya. Tetapi, yang paling
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
penting, apa isi dan relevansi masukan, pendapat, atau
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
kritiknya. Jangan sampai suatu pendapat atau kritik yang
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
disampaikan oleh orang yang rendah pendidikan, kurang
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
mampu dalam perekonomian, apa lagi merupakan golongan
midodarèni.
minoritas, kemudian kritik/pandangannya dicemoh,
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
dilecehkan, dan bahkan dimusuhi. Kasus tersebut ada dalam
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
cerita Satua Pan Balang Tamak. Baik atau buruk, kritis atau
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
tidak kritis prilaku anggota masyarakat, tidak patut dikucilkan,
Megatruh pada 15-16:
dimusihi apa lagi sampai dibunuh. Mereka harus dirangkul dan
diberikan pencerahan. Sikap yang sangat bijak, tentu saja
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
dengan mencari akar masalah dari penyebabnya. Setiap orang
tuwin sowan Sang Su Putri/
tidak ada yang sempurna (paripurna). Setiap manusia pasti
kang lagya sinêngkêr wau/
memiliki sisi kekurangan dan kelebihan.
Gusti Kusumawardhani/
Karya sastra merupakan wahana komunikasi antara
saha mêmangun lêlados//
karya sastra, pengarang, dan pembaca atau penikmat. Karya
sastra pula akan selalu memproyeksikan nilai yang terkandung
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
pada saat karya sastra itu diciptakan sesuai dengan fenomena
tan wus pangikêting kardi/
yang ditangkap oleh pengarang. Tidak sedikit karya sastra
pamardining sarêng dalu/
yang mengandung nilai adiluhung yang abadi alias berguna
kalêres midadarèni/
sepanjang zaman. Hal ini bisa terjadi karena nilai yang
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
terkandung di dalam karya sastra tersebut selalu terkait dengan
sisi sosial kehidupan manusia.
Terjemahan:
Satwa Pan Balang Tamak bermakna sebagai kritikan
terhadap sikap masyarakat atau pemimpin yang tidak pernah
Ada yang mengatur pekerjaannya/
mau menerima kritik dalam kehidupan sehari-hari. Wacana
dan berkunjung pada putri/
yang bermakna kritik sosial akan dapat mengajak masyarakat
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
untuk berpikir, merenung, memahami kekeliruan, dan
Gusti Kusumawardhani/
kemudian berniat untuk berbenah diri. Masyarakat atau
serta melayani//
pemimpin yang dikritik tersebut secara sadar akan berupaya
mengubah prilaku mereka ke arah yang benar dan akan belajar
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
dari kekeliruan atau kesalahannya (Suwija, 2008:131-132).
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 101


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 271
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

Fakta yang ada di masyarakat adalah masih adanya arogansi


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
kolektif yang mayoritas mengucilkan seseorang atau
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
sekelompok kecil masyarakat (minoritas) yang dianggap
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
memiliki level lebih rendah atau pun miskin. Penekanan
telah dipersiapkan.
(pressing) pada kelompok minoritas atau kelompok yang lebih
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
rendah dapat melahirkan kelompok otoriterisme massa. Jadi
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
kebenaran di dunia ini tidak ada, yang ada hanyalah kekuatan
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
(power). Siapa saja yang mampu menguasai kekuatan (politik
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
dan uang), maka dialah membangun kebenaran dan keadilan
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
(Putra, 2004:103). Akhirnya muncul gerakan kolektif tanpa
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
akal sehat, tanpa pertimbangan benar salah, dan mengabaikan
pada 5 yaitu:
aturan-aturan atau hukum yang telah jamak berlaku. Dengan
kata lain, suryak siu (suara terbanyak) atau briuk
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
siu(persetujuan terbanyak) identik dengan arogansi mayoritas
katiga kang lenggah mantri/
yang kurang mengutamakan kecerdasan dalam menyelesaikan
among cundaka kang sêpuh/
konflik. Dalam hal ini masyarakat (pembaca) harus bercermin
kalih Nyai Madusari/
pada Satua Pan Balang Tamak sebagai sosok individu simbol
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
minoritas. Ia memiliki kecerdasan, akal, dan sikap kritis yang
selalu menang di dalam perdebatan dengan warga masyarakat
Terjemahan:
atau pemuka desa. Seharusnya warga seperti itu tidak usah
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
dilindas/dihantam atau dikucilkan dengan arogansi kolektif,
tiga orang yang duduk adalah mantri/
tetapi perlu dikaji, dicermati perihal perilaku, sikap, dan cara
Among Cundaka yang tua/
berfikir kritis Pan Balang Tamak. Arogansi politik terhadap
kedua Nyai Madusari/
Pan Balang Tamak bisa dikatagorikan sebagai tindakan
dan Nyai Mangunsih//
pembunuhan karakter warga masyarakat minoritas yang
tentunya akan berdampak kepada lingkaran dendam dan
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
hancurnya rasa kesatuan dan persatuan.
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
Daftar Pustaka.
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
ATL. 2009. “Pedoman Kajian Tradisi Lisan (KTL) Sebagai
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
Kekuatan Kultural”.
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
Departemen Pendidikan
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
Nasional.
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
Bagus. I Gusti Ngurah. 1971. Satua-Satua Sane Banyol ring
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
Kasusastran Bali. Singaradja; Lembaga Bahasa Nasional
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan
Tjabang Singaradja.

102 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


272
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
Dananjaya. James. 2002: Foklor Indonesia: Ilmu Gosip,
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
Dongeng dan Lain-lain.
belas malam.
Jakarta: Grafiti.
Eagleton, Terry. 2010. Teori Sastra: Sebuah Pengantar
3. Malam Midodarèni
Komprehensif.
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
Yogyakarta: Jalasutra.
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
Halliday, M.A.K dan Hasan R.1994. Bahasa, konteks, dan
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotika
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
Sosial, (Diterjemahkan oleh Barori, Ramlan).
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
Yogyakarta: Universitu Press
midodarèni.
Hoed. Benny H. 2003. Semiotik & Dinamika Sosial Budaya.
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
Depok: Komunitas Bambu.
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi. Motivasi - Wikipedia
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
bahasa Indonesia,
Megatruh pada 15-16:
ensiklopedia bebas.
Hutomo, Suripan Sadi. 1998c. Kedudukan Sastra Lisan
Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/
Kawasan Timur Indonesia Dalam Sastra Nusantara.
tuwin sowan Sang Su Putri/
Surabaya: IKIP Surabaya.
kang lagya sinêngkêr wau/
Gusti Kusumawardhani/
Hoed. Benny H. 2011. Semiotik & Dinamika Sosial Budaya.
saha mêmangun lêlados//
Depok: Komunitas Bambu.
Hunter, Thomas, M, dan Ni Wayan Pasek Ariati.2011. “Pan
Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/
Balang Tamak Sebagai Anti Pahlawan” Makalah seminar
tan wus pangikêting kardi/
yang dibawakan dalam pertemuan Himbasadi di
pamardining sarêng dalu/
Yogyakarta.
kalêres midadarèni/
Kaelan. 2009. Filsafat Bahasa, Semiotika dan Hermeneutika.
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)
Yogyakarta:
Paradigma.
Terjemahan:
Kleden, Ignas. 1987. Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan.
Jakarta: LP3ES.
Ada yang mengatur pekerjaannya/
Kleden, Ignas. 1998. “Fakta Fiksi Dan Imajinasi Dalam Karya
dan berkunjung pada putri/
Sastra Dan Ilmu
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
Sosial” (dalam majalah Kalam). Yogyakarta.
Gusti Kusumawardhani/
Locke, E. A. 1968. Toward a Theory of Task Motivation and
serta melayani//
Incentive. Inggris: Organizational Behavior and
Human Performance
Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/
tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 103


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 273
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

Mahardi. Made Lumbung. 2009. “Upacara Siat Ketipat Dalam


makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan
Usaba Pala Di Pura Balang Tamak Desa Pakraman
berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
Nongan Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem”.
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
Maslow. Abraham. 1954. Motivation and Personality. New
telah dipersiapkan.
York: Harper & Row
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
McClelland, D.C. 1961. The Achieving Society. New York:
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
Van Nostrand
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
Reinhold
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
Mertha.2008. ”Eksistensi Pura Balang Tamak di Desa
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
Pakraman Beda Kecamatan Tabanan Kabupaten
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
Tabanan: Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna” (Thesis S
pada 5 yaitu:
2). Denpasar.
Moeliono, Anton M, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
katiga kang lenggah mantri/
Pariasih. Ni Nyoman. 2007. “Dekonstruksi Nilai Budaya
among cundaka kang sêpuh/
Dalam Satwa Pan Balang Tamak di Desa Kaba-Kaba
kalih Nyai Madusari/
Kabupaten Tabanan” (thesis Kajian Budaya). Denpasar.
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)
S2 Kajian Budaya Universitas Udayana.
Piliang, Yasraf Amir. 2010. Hipersemiotika; Tafsir Cultural
Terjemahan:
Studies Atas
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
tiga orang yang duduk adalah mantri/
Reffaterre, Michael. 1979. Semiotics of Poetry. Bloomington
Among Cundaka yang tua/
and London: Indiana University Press
kedua Nyai Madusari/
Sudikan, Setya Yuwana. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan.
dan Nyai Mangunsih//
Surabaya:Citra Wacana
Suparta, I Ketut. 2006. “Satua Bali Pan Balang Tamak”.
Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.
Denpasar; tt
Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
Susanto, Dwi. 2015. Kamus Istilah Sastra. Yogyakarta.Pustaka
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
Pelajar.
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
Tim Prima Pena, tt. “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia” –
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
Yogyakarta: Gita Media Press.
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
Vansina, Jan. 1985. Oral Tradision As History. United States
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
of Amerika: The
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
University of Wisconsin Press.
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
Vikers, Adrian. 2012. Bali Tempo Doeloe. Depok: Komunitas
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
Bambu.
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan

104 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


274
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016
Makna Satua Pan Palang Tamak
Prosesi Upacara Tetesan dalam Serat Pemutan Tetesipun Bandara
Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani
Wastawa, I Wayan. 2012. “Identitas Tokoh Balang Tamak
ceritanya. Pertunjukan wayang Bali berakhir pukul dua
Dalam Teks Dan Konteks Masyarakat Bali”. Disertasi
belas malam.
(S3 Kajian Budaya). Denpasar. Kajian Budaya Program
Pascasarjana (S3) UNUD.
3. Malam Midodarèni
Dengan selesainya upacara siraman berarti putri raja
sudah selesai berhias, sudah segar dan bersih. Sejak itu,
putri raja yang akan ditêtês mulai dipingit, dilayani, dan
ditunggu oleh para kerabat untuk melaksanakan midodarèni.
Malam sebelum berlangsungnya upacara inti disebut malam
midodarèni.
Pada malam midodarèni atau setelah acara siraman
para kerabat mulai berdatangan, berjaga bahkan tidak tidur
semalam suntuk. Seperti yang terdapat pada pupuh V
Megatruh pada 15-16:

Wontên ingkang ngrarakit ing karyanipun/


tuwin sowan Sang Su Putri/
kang lagya sinêngkêr wau/
Gusti Kusumawardhani/
saha mêmangun lêlados//

Sarta ingkang kasukan ing dalêm agung/


tan wus pangikêting kardi/
pamardining sarêng dalu/
kalêres midadarèni/
sami kasukan pakuwon// (SPTB hal 15)

Terjemahan:

Ada yang mengatur pekerjaannya/


dan berkunjung pada putri/
yang masih disembunyikan di suatu tempat/
Gusti Kusumawardhani/
serta melayani//

Yang bersenang-senang di Dalêm Agung/


tidak lupa menjalankan pekerjaan/

Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 105


Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016 275
171
I Nyoman Sukartha
Wening Pawestri

makanan berupa kupat gudheg. Para tamu membawakan


berbagai macam hadiah untuk Gusti Nurul. Sembari para
tamu menikmati hidangan, terdapat suguhan hiburan yang
telah dipersiapkan.
Hiburan yang disajikan pada prosesi têtêsan ini
sangat beragam, antara lain Tari BedhayaSrimpi Karaton
yang dilaksanakan pada saat acara siraman sebelum acara
têtêsan. Tarian tersebut ditarikan oleh tiga orang penari, di
antaranya Mantri Among Cundaka, Nyai Madusari, dan
Nyai Mangunsih. Hal ini terdapat pada pupuh V Megatruh
pada 5 yaitu:

Langên taya badhaya Srimpi kadhatun/


katiga kang lenggah mantri/
among cundaka kang sêpuh/
kalih Nyai Madusari/
Nyai Mangunsih sawiyos// (SPTB hal 32)

Terjemahan:
Tarian Bedhaya Srimpi Keraton/
tiga orang yang duduk adalah mantri/
Among Cundaka yang tua/
kedua Nyai Madusari/
dan Nyai Mangunsih//

Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah.


Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang
bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan
yang juga Lurah Kadipaten, Nyi Wignya Kastawa. Acara
berlangsung dengan khidmat dan selesai pukul dua belas
siang bersamaan dengan berhentinya suara gamelan.
Malam harinya disajikan pertunjukan wayang kulit
dari Bali dengan lakon Sri Bomantara yang merupakan
oleh-oleh dari Gusti Jelantik yang berasal dari Bali. Wayang
kulit tersebut masih murni menggunakan bahasa bali,
sehingga banyak orang yang tidak memahami jalan

106 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016


276
170 Jumantara Vol. 7 No.2 Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai