Anda di halaman 1dari 94

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMALSUAN MEREK

DAGANG TERKENAL ASING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG


NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI
GEOGRAFIS (STUDI KASUS PASAR PALANGKARAYA MEDAN)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana


Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

CHAIRUNISA LUBIS

NIM. 160200304

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :Chairunisa Lubis

Nim :160200304

Judul :Perlindungan Hukum Terhadap Pemalsuan Merek Dagang

Terkenal Asing Ditinaju dari Undang-Undang No.20 Tahun 2016

Tentang Merek dan Indikasi Geografis (Studi Kasus di Pasar

Palangkaraya Medan)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini benar merupakan hasil

penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, bebas dari peniruan

terhadap karya orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain saya akan

mencantumkan sumber yang jelas dan sesuai dengan cara-cara penulisan karya

ilmiah yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, dan

bentuk-bentuk peniruan lain yang di anggap melanggar peraturan, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Medan, Januari 2020

Yang membuat pernyataan

(Chairunisa Lubis)

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas Rahmat

dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Perlindungan Hukum Terhadap Pemalsuan Merek Dagang Terkenal Asing

DiIndonesia Ditinjau Dari UU No.20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis ( Studi Kasus di Pasar Palangkaraya Medan ) “

Secara khusus saya ingin mengucapkan terimakasi kepada Drs.H. Ahmad

Fuad Lubis, M.si. selaku orangtua saya yang selalu memberikan doa, dukungan,

kasih sayang, bimbingan serta semangat yang luar biasa. Penulis menyadari

bahwa penelitian ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih, terutama kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum , selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara ;

2. Prof. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara ;

3. Dr.H. OK Saidin, S.H., M.Hum , selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara ;

4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum , selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara ;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum , selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara ;

6. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum , selaku Ketua Departemen

Hukum Perdata ;

iii

Universitas Sumatera Utara


7. Dr.H. OK Saidin, S.H., M.Hum , selaku Dosen Pembimbing I. Terima

kasih banyak atas saran, arahan, dan masukan yang membangun dalam

setiap bimbingan, serta waktu yang bapak berikan sehingga saya

menyelesaikan skripsi ini ;

8. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum , selaku Dosen Pembimbing II.

Terima kasih atas bimbingan, saran, nasihat, dan ilmu yang bapak berikan

selama ini disetiap bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi

ini selesai ;

9. Seluruh Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

mengajar dan memberikan ilmu , serta membimbing penulis selama

menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ;

10. Seluruh staf pegawai dan tata usaha di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang telah membantu dalam urusan administrasi ;

11. Kepada Rivki Fathin yang selalu ada dan mendukung saya serta

memberikan banyak bantuan hingga akhirnya skripsi ini dapat selesai.

12. Kepada sahabat kampus saya yaitu Salsa, Winda, Cindy, Imam, Kiki,

Sony. Mamud dll yang banyak sekali memberikan dukungan dan bantuan

dalam penyelesaian skripsi ini .

13. Kepada Dita Shahnaz dan Faradiba juga yang banyak memberikan

dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Kepada sahabat SMA saya Karin, Diba, Kiki yang juga memberikan

dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Terimakasih kepada semua pihak-pihak yang bersedia menjadi responden

dalam penyelesaian skripsi ini.

iv

Universitas Sumatera Utara


Demikian skripsi ini penulis buat agar dapat berfmanfaat dan semoga

skripsi ini dapat menambah wawasan bagi kita semua.

Medan , Februari 2019

Chairunisa Lubis

NIM. 160200304

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Chairunisa Lubis*
OK Saidin**
Syamsul Rizal***

Merek sebagai salah satu karya Intelektual manusia yang akrab


hubungannya dengan kegiatan ekonomi dan perdagangan yang memegang
peranan sangat penting. Kebutuhan untuk melindungi hak merek, termasuk merek
terkenal menjadi hal yang sangat penting, perlindungan hukum merek hanya akan
berlangsung apabila hal tersebut dilakukan pendaftaran, dan bagi seorang
pengusaha pendaftaran merek sangat dianjurkan karena tanpa terdaftarnya suatu
merek yang diperdagangkan akan menimbulkan akibat hukum. Adapun dalam
skripsi ini akan dibahas tentang : tinjauan yuridis tentang merek di Indonesia,
perlindungan terhadap pemalsuan merek terkenal asing yang berada di Pasar
Palangkaraya Medan, dam akibat hukum terhadap pemalsuan merek dagang
terkenal asing di Indonesia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain melalui metode
kepustakaan berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, literatur-literatur,
dan sumber lainya berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Metode
pengumpulan data lainya yang digunakan adalah mencari dan mempelajari data
melalui wawancara berupa tanya jawab yang dilakukan secara lansung dengan
para pedagang Pasar Palangkaraya Medan, menyebarkan atau membagikan daftar
pertanyaan yang telah di buat sebelumnya oleh penulis kepada konsumen
(pembeli) di Pasar Palangkaraya Medan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain bahwa perdagangan
barang palsu dengan menggunakan merek terkenal yang dilakukan oleh para
pedagang di Pasar Palangkaraya dapat dikatakan sebagai pelanggaran merek yang
telah memenuhi unsur-unsur sesuai ketentuan pasal 100 Undang-Undang No.20
Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Sehingga perlindungan hukum
terhadap pemalsuan merek dagang terkenal menurut Undang-Undang No.20
Tahun 2016 yang berada di Pasar Palangkaraya belum berjalan secara efekti
dikarenakan masih kurangnya kesadaran pedagang akan sebuah pelanggaran
merek. Dari hasil penelitian ini diharapkan kedepan ada proses untuk
mengoptimalkan upaya-upaya perlindungan hukum dengan cara meningkatkan
kesadaran hukum terhadap merek kepada pedagang dan konsumen untuk
memperdagangkan dan membeli barang-barang palsu.

Kata Kunci :pendaftaran merek, perlindungan hak atas merek, merek terkenal.

*
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**
Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***
Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................................ 13

D. Keaslian Penulisan .............................................................................. 13

E. Tinjauan Kepustakaan .......................................................................... 14

F. Metode Penelitian................................................................................. 15

G. Sistematika Penulisan........................................................................... 17

BAB II TINJAUAN YURIDIS HAK MEREK DI INDONESIA .............. 22

A. Tinjauan Umum Tentang Hak Kekayaan Intelektual........................... 22

B. Tinjauan Umum tentang Merek ........................................................... 29

1. Sejarah dan Pengertian Merek di Indonesia ................................... 29

2. Jenis Merek .................................................................................... 31

3. Prosedur Pendaftaran Merek .......................................................... 32

4. Tinjauan Umum Tentang Merek terkenal Asing ........................... 38

5. Barang Palsu................................................................................... 40

C. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis .............................................................................................. 41

vii

Universitas Sumatera Utara


BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMALSUAN MEREK
DAGANG DI INDONESIA ........................................................................... 44

A. Pengertian Perlindungan Hukum ......................................................... 44

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pemalsuan Merek Dagang ................ 48

C. Perlindungan Hukum Terhadap Pemalsuan Merek Dagang Terkenal Asing

yang ada di Pasar Palangkaraya Medan ............................................... 58

BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMALSUAN MEREK DAGANG


TERKENAL ASING DI INDONESIA ........................................................ 66

A. Pengaturan Merek dalam Tindakan Pemalsuan Merek Dagang di

Indonesia .............................................................................................. 66

B. Sanksi Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Terkenal Asing

di Indonesia .......................................................................................... 71

C. Upaya Hukum Penyelesaian Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang

Terkenal Asing di Indonesia ................................................................ 75

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 80

A. Kesimpulan .......................................................................................... 80

B. Saran..................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83

viii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang atau organisasi perusahaan yang ada, akan sangat peduli akan

pentingnya sebuah nama dan simbol yang digunakan dalam menjalankan bisnis

dan pemasaran barang dan jasa. Simbol-simbol ini akan membantu untuk

menunjukkan asal barang dan/atau jasa, serta perusahaan komersial yang bergerak

dalam bidang dan menyediakan barang dan jasa. Dalam pangsa pasar, nama-nama

dan simbol-simbol tersebut dikenali sebagai merek (trademark), nama usaha

(business name), dan nama perusahaan (company name).1

Merek adalah sesuatu (gambar atau nama) yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi suatu produk atau perusahaan di pasaran. Pengusaha biasanya

berusaha mencegah orang lain menggunakan merek mereka karena dengan

menggunakan merek, para pedagang memperoleh reputasi baik dan kepercayaan

dari para konsumen serta dapat membangun hubungan antara reputasi tersebut

dengan merek yang telah digunakan perusahaan secara regular, semua hal di atas

tentunya membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga dan uang.

Merek menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Pasal 1 tentang

Merek Dan Indikasi Geografis adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis

berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (

1
Rahmi Jened, Hukum Merek dalam Era Global & Integrasi Ekonomi (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015) hal.3

Universitas Sumatera Utara


2

dua ) dimensi dan/atau 3 ( tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (

dua ) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang

diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan

/ jasa.

Hak atas merek adalah hak khusus yang diberikan pemerintah kepada

pemilik merek, untuk menggunakan merek tersebut atau memberikan izin untuk

menggunakannya kepada orang lain (Pasal 3). Berbeda dengan hak cipta, merek

harus didaftarkan terlebih dahulu di dalam Daftar Umum Merek (Pasal 3).

Merek sangat penting dalam dunia periklanan dan pemasaran karena

publik sering mengaitkan suatu image, kualitas atau reputasi barang dan jasa

dengan merek tertentu. Sebuah merek dapat menjadi kekayaan yang sangat

berharga secara komersial. Merek juga berguna untuk konsumen, mereka membeli

produk tertentu (yang terlihat dari mereknya) karena menurut mereka, merek

tersebut berkualitas tinggi atau aman untukdikonsumsi dikarenakan reputasi dari

merek tersebut. Jika sebuah perusahaan menggunakan merek perusahaan lain,

para konsumen mungkin merasa tertipu karena telah membeli produk dengan

kualitas yang lebih rendah.2

Latar belakang lahirnya Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis

antara lain didasari munculnya arus globalisasi di segenap aspek kehidupan umat

manusia, khususnya dibidang perekonomian dan perdagangan. Perkembangan

pesat di bidang teknologi informasi dan transportasi mendorong tumbuhnya

intergritas pasar perekonomian dan perdagangan global.Kebutuhan, kemampuan

2
Tim Lindsey dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar (Bandung: PT. Alumni,
2011) hal. 131

Universitas Sumatera Utara


3

dan kemajuan teknologi atas suatu produk sekarang ini merupakan pasar bagi

produksi-produksi pengusaha pemilik merek dagang dan jasa.Semuanya ingin

produk mereka memperoleh akses yang sebebas-bebasnya ke pasar. Oleh karena

itu perkembangan di bidang perdagangan dan industri yang sedemikian pesatnya

memerlukan peningkatan perlindungan terhadap teknologi yang digunakan dalam

proses pembuatan. Apabila kemudian produk tersebut beredar di pasar dengan

mengunakan merek tertentu, maka kebutuhan melindungi produk yang dipasarkan

dari berbagai tindakan melawan hukum pada akhirnya merupakan kebutuhan

untuk melindungi merek tersebut. Dalam hubungan ini hak-hak yang timbul dari

Kekayaan Intelektual, khususnya hakatas merek suatu produk akan menjadi

sangat penting yaitu dari segi perlindungan hukum sebab mendirikan dan

mengembangkan merek produk barang atau jasa dilakukan dengan susah payah,

mengingat juga dibutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal untuk

mempromosikan merek agar dikenal dan memperoleh tempat dipasaran.

Setelah Undang-Undang tersebut berlaku, pemerintah pun segera

melakukan tindakan pembenahan dalam setiap hal yang berkaitan dengan

merek.Hal ini untuk memberikan pelayanan bagi para pengusaha atau pedagang

agar dalam mengembangkan usahanya, Mereka memperoleh perlindungan hukum

atas tenaga, pikiran, waktu dan biaya yang telah mereka korbankan dalam rangka

membangun suatu reputasi perusahaan dalam wujud merek.Adanya pengaturan

tentang merek dapat mencegah persaingan usaha tidak sehat.Dengan merek,

produk barang atau jasa sejenis dapat dibedakan asal muasalnya, kualitasnya, serta

keterjaminan bahwa produk itu original.Kadangkala yang membuat harga suatu

produk menjadi mahal bukan produknya, tetapi mereknya. Merek adalah sesuatu

Universitas Sumatera Utara


4

yang di tempelkan atau dilketkan pada suatu produk, tetapi ia bukan produk itu

sendiri.3

Selain perlindungan terhadap merek dagang dan merek jasa, dalam

Undang-Undang Merek baru diatur juga perlindungan terhadap Indikasi

Geografis, yaitu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang karena faktor

lingkungan geografis , termasuk faktor alam atau faktor manusia atau kombinasi

dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang

dihasilkan. Selain itu juga diatur mengenai indikasi asal.

Mengingat merek merupakan bagian dari kegiatan perekonomian / dunia

usaha, penyelesaian sengketa merek memerlukan badan peradilan khusus, yaitu

Pengadilan Niaga sehingga diharapkan sengketa merek dapat diselesaikan dalam

waktu yang relatif cepat. Sejalan dengan itu, harus pula diatur hukum secara

khusus untuk menyelesaikan masalah sengketa merek seperti juga bidang hak

kekayaan intelektual lainnya. Adanya peradilan khusus untuk masalah merek dan

bidang-bidang hak kekayaan intelektual lain juga dikenal di beberapa negara lain,

seperti Thailand. Dalam Undang-Undang Merek baru pun pemilik merek diberi

upaya perlindungan hukum yang lain, yaitu dalam wujud Penetapan Sementara

Pengadilan untuk melindungi mereknya guna mencegah kerugian yang lebih

besar. Disamping itu untuk memberikan kesempatan yang lebih luas dalam

penyelesaian sengketa, dalam Undang-Undang Merek baru dimuat ketentuan

tentang arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. 4

3
Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual ( Intellectual Property Rights), ( PT
Raja Grafindo Persada , Jakarta, 2004, hlm. 392.
4
Ahmadi Miru, Hukum Merek (cara mudah mempelajari undang-undang Merek) ,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005 , hal. 3

Universitas Sumatera Utara


5

Ketentuan terkait perlindungan merek terkenal utamanya diatur dalam

Paris Convention for the Protection of Industrial Property (“Paris Convention”)

dan juga dalam the Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property

Rights (“TRIPS Agreement”). Dalam Pasal 6bis ayat (1) Paris Convention diatur

bahwa:

The countries of the Union undertake, ex officio if their legislation so

permits, or at the request of an interested party, to refuse or to cancel the

registration, and to prohibit the use, of a trademark which constitutes a

reproduction, an imitation, or a translation, liable to create confusion, of

a mark considered by the competent authority of the country of

registration or use to be well known in that country as being already the

mark of a person entitled to the benefits of this Convention and used for

identical or similar goods. These provisions shall also apply when the

essential part of the mark constitutes a reproduction of any such well-

known mark or an imitation liable to create confusion therewith.

Pada umumnya, negara-negara dengan sistem hukum Civil Law termasuk

Indonesia, menganut sistem First to file dalam memberikan hak atas merek.

Berdasarkan sistem First to file tersebut, pemilik merek, termasuk merek terkenal,

harus mendaftarkan mereknya di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

(“DJKI”) untuk memperoleh hak eksklusif atas mereknya dan perlindungan

hukum. Hak eksklusif tidak dapat diperoleh pemilik merek hanya dengan

menunjukan bukti-bukti bahwa ia adalah pemakai pertama merek tersebut di

Indonesia. First-to-file system berarti bahwa pihak yang pertama kali mengajukan

Universitas Sumatera Utara


6

permohonan pendaftaran diberi prioritas untuk mendapatkan pendaftaran merek

dan diakui sebagai pemilik merek yang sah.

Secara eksplisit prinsip ini diatur pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis (“UU MIG”) yang menentukan

bahwa hak atas merek diperoleh setelah merek tersebut terdaftar. Yang dimaksud

dengan "terdaftar" adalah setelah permohonan melalui proses pemeriksaan

formalitas, proses pengumuman, dan proses pemeriksaan substantif serta

mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (“Menteri”)

untuk diterbitkan sertifikat.

Perlu dipahami bahwa hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan

oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu

dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak

lain untuk menggunakannya. Di Indonesia, perlindungan merek terdaftar

diberikan selama jangka waktu 10 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan

permohonan, dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

World Intellectual Property Organizations (WIPO) memberikan batasan

mengenai merek terkenal sebagaimana disepakati dalam Joint Recommendation

Concerning Provisions on the Protection of Well-Known Marks bahwa faktor-

faktor ini dapat digunakan untuk menentukan apakah Merek tersebut masuk

kategori terkenal, yaitu:

1. tingkat pengetahuan atau pengakuan merek di sektor yang relevan dengan

masyarakat;

2. durasi, tingkat dan wilayah geografis dari pemakaian Merek;

3. durasi, tingkat dan wilayah geografis dari promosi Merek;

Universitas Sumatera Utara


7

4. durasi dan wilayah geografis dari segala pendaftaran atau permohonan

pendaftaran Merek;

5. catatan keberhasilan pemenuhan hak atas Merek tersebut;

6. nilai Merek;

Bagi pemilik merek terkenal tetapi mereknya tidak terdaftar yang dapat

menunjukkan bukti-bukti keterkenalan mereknya, UU MIG menyediakan

mekanisme gugatan pembatalan merek terdaftar melalui Pengadilan Niaga,

apabila merek terkenal mereka terlanjur didaftarkan atau diajukan permohonan

pendaftarannya di Indonesia oleh pihak lain yang beriktikad buruk. Gugatan

tersebut dapat diajukan setelah mengajukan permohonan kepada Menteri. Dengan

pengajuan permohonan, pemilik merek terkenal dianggap memiliki iktikad baik

untuk mengikuti peraturan yang berlaku dengan mendaftarkan dan memakai

mereknya di Indonesia. UU MIG juga memungkinkan pemilik merek terkenal

berdasarkan putusan pengadilan untuk mengajukan gugatan kepada Pengadilan

Niaga terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan merek yang

mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang

dan/atau jasa yang sejenis berupa:

a. gugatan ganti rugi; dan/atau

b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek

tersebut.5

Merek sebagai salah satu karya intelektual manusia yang erat

hubungannya dengan kegiatan ekonomi dan perdagangan memegang peranan

5
hukumonline.com/klinik/ ( diakses pada 11Oktober 2019, pukul 12.25)

Universitas Sumatera Utara


8

yang sangat penting bagi perekonomian dan perdagangan suatu bangsa. Salah satu

perkembangan di bidang merek adalah munculnya pelindungan terhadap tipe

merek baru atau yang disebut sebagai merek nontradisional. Dalam UU Merek

dan IG, lingkup merek yang dilindungi meliputi pula merek suara, merek tiga

dimensi, merek hologram, yang termasuk dalam kategori merek nontradisional

tersebut. UU Merek dan IG juga mengatur indikasi geografis. Potensi produk

indikasi geografis Indonesia sangat besar, karena memiliki keunikan tersendiri

akibat pengaruh faktor alam, cuaca dan altitude. Indikasi geografis berupa produk-

produk bermutu tinggi dan memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh produk

serupa di tempat yang lain tersebut dapat dijumpai pada Ubi Cilembu, Kopi

Kintamani, Kopi Gayo, Kopi Flores Bajawa, Kopi Toraja, Pala Banda, Vanili

Alor, Beras Adan Krayan, Lada Putih Muntok, dan Garam Amed. Oleh karenanya

pelindungan HKI melalui sertifikasi Indikasi Geografis, produk-produk yang telah

terdaftar tidak hanya terlindungi secara hukum, tetapi juga membuka pintu

persaingan produk di pasar dunia internasional.6

Dalam perkembangannya merek hanyalah sebuah tanda agar konsumen

dapat membedakan produk barang/jasa satu dengan yang lainnya. Melalui merek

konsumen lebih mudah mengingat sesuatu yang dibutuhkan, dan dengan cepat

dapat menentukan apa yang akan dibelinya.

Secara filosofis merek dapat membangun image baik dan buruk sebagai

bagian dari nilai good-will perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa pesatnya

6
jurnal.dpr.go.id/ ( diakses pada 11 Oktober 2019, pukul 20.35)

Universitas Sumatera Utara


9

pertumbuhan dalam bidang perekonomian terutama dalam bidang perindustrian

dan perdagangan nasional telah banyak menghasilkan berbagai variasi barang dan

jasa termasuk berbagai jenis produk dengan berbagai jenis merek yang beredar di

tengah masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Hal ini menimbulkan kebebasan

dalam hal memilih berbagai jenis merek produk tertentu dan kualitasnya sesuai

dengan kemampuan serta keinginan konsumen.

Dalam perkembangannya posisi seorang konsumen selalu lebih lemah

dibandingkan posisi seorang produsen. Salah satu faktor utama lemahnya

kedudukan seorang konsumen adalah masih rendahnya tingkat pendidikan atau

pengetahuan masyarakat dalam bidang perlindungan konsumen sehingga

konsumenkurang mencermati merek dari suatu produk tertentu yang

dikonsumsinya.7

Mengingat krisis ekonomi yang berkepanjangan seperti saat sekarang ini,

banyak produsen yang menyiasatinya dengan cara mengkombinasikan barang-

barang bermerek yang asli dengan barang menggunakan merek yang palsu

tersebut yang secara fisik benar-benar mirip dengan yang asli. Banyaknya peminat

dari barang-barang palsu ini disebabkan oleh harganya yang relatif murah

dibandingkan dengan harga barang aslinya. Apalagi di kalangan masyarakat ada

dikenal barang kualitas super yang menurut mereka barang yang palsu tersebut

kualitasnya hampir sama dengan yang asli dan harganya tentu saja terjangkau dan

menguntungkan bagi para produsen. Dengan memanfaatkan merek terkenal,

produsen yang illegal tidak perlu mengurus nomor pendaftaran ke Dirjen HKI

atau mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk membangun citra produknya ( brand

7
fhukum.unpatti.ac.id/hkm-pidana/ (diakses pada 11 Oktober 2019, pukul 12.52)

Universitas Sumatera Utara


10

image ). Mereka tidak perlu membuat divisi riset dan pengembangan untuk dapat

menghasilkan produk yang selalu up to date, karena mereka tinggal menjiplak

produk orang lain. Secara ekonomi memang memanfaatkan merek terkenal

mendatangkan keuntungan yang cukup besar dan fakta di lapangan membuktikan

hal tersebut. Selain itu juga didukung oleh daya beli konsumen yang pas-pasan

namun tetap ingin tampil bergaya masa kini. Salah satu daya tarik produk

bermerek palsu memang terletak pada harganya yang sangat murah dari harga asli

barang tersebut. Berbagai barang yang sering kali dipalsukan misalnya tas, baju,

celana, jaket dan juga berbagai barang elektronik yang sangat mudah didapat dan

ditemukan di kota-kota besar Khususnya Kota Medan. Peredarannya pun cukup

luas dimulai dari pedagang kaki lima sampai pusat pertokoan bergengsi.

Sengketa merek yang melibatkan merek terkenal di Indonesia bukan suatu

hal yang baru. Kasus-kasus berkaitan dengan hal tersebut sudah kerap terjadi.

Kasus yang menyangkut merek terkenal dalam tiga tahun terakhir yang diadili di

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hingga ke tahap kasasi

yaitu seperti Kasus Pierre Cardin. Pierre Cardin adalah seorang perancanng

busana terkenal asal Perancis yang menggunakan namanya dalam berbagai

macam produk busana. Tim hukumnya pernah mengajukan gugatan merek

melawan Alexanter Satryo Wibowo yang merupakan pengusaha lokal asal

Indonesia. Pada pengadilan tingkat pertama, majelis hakim menolak gugatan yang

dilayangkan oleh Pierre Cardin. Salah satu alasannya adalah majelis hakim

mengakui adanya merek Pierre Cardin milik Alexander yang telah didaftarkan

terlebih dahulu pada 29 Juli 1977. Tidak berhenti sampai disitu, Pierre Cardin

melanjutkan perkara tersebut sampai tingkat Kasasi. Namun, upaya ini lagi-lagi

Universitas Sumatera Utara


11

kandas. Hal ini ditegaskan lebih lanjut oleh Mahkamah Agung dalam putusan

perkara Nomor 557/K/Pdt.Sus-HKI/2015 bahwa Alexander sebagai pemilik

merek Pierre Cardin lokal memiliki pembeda dalam produknya. “Termohon

memiliki pembeda dengan selalu mencantumkan kata-kata Product by PT.Gudang

Rejeki sebagai pembeda, disamping keterangan lainnya sebagai produk Indonesia.

Sehingga dengan demikian menguatkan dasar pemikiran bahwa merk tersebut

tidak mendompleng keterkenalan merk lain,” demikian bunyi pertimbangan

majelis.

Satu lagi merek yang cukup ramai diperbincangkan adalah perkara antara

Inter IKEA System yang merupakan perusahaan dari Belanda melawan IKEA

milik lokal. Dalam putusan nomor 264 K/Pdt.Sus-HKI/2015, majelis hakim

memenangkan pihak IKEA lokal yang berasal dari Surabaya. Hakim menyatakan

bahwa majelis hakim dalam pengadilan tingkat pertama tidak salah dalam

menerapkan hukum. “Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

sudah tepat dan benar serta tidak salah menerapkan hukum,” demikian kutipan

dalam putusan tersebut. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan diantaranya

bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (yang

berlaku saat itu), dimana merek yang tidak digunakan oleh pemiliknya selama 3

(tiga) tahun berturut turut dapat dihapus dari Daftar Umum Merek, hal mana telah

terbukti adanya dalam perkara a quo yaitu bahwa sesuai hasil pemeriksaan

terbukti bahwa merek dagang IKEA untuk kelas barang/jasa 21 dan 20 terdaftar

atas nama Tergugat masing-masing telah tidak digunakan oleh Tergugat selama 3

Universitas Sumatera Utara


12

(tiga) tahun berturut-turut sejak merek dagang tersebut terdaftar pada Direktorat

Merek.8

Dengan adanya bukti diatas dapat disimpulkan bahwa banyak sekali

permasalahan HKI khususnya merek yang terjadi di seluruh dunia khususnya

Indonesia. Bahkan sekalipun Undang-Undang Merek sudah ada tetapi dalam

kenyataan masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang terus terjadi. Padahal

dengan adanya Undang-Undang yang mengatur diharapkan terciptanya kepastian

dan keadilan bagi semua pihak.

Melihat maraknya pelanggaran akan merek terkenal serta menimbang

pentingnya perlindungan hukum bagi pemilik merek terkenal dan dalam rangka

mewujudkan penegakan hukum merek, idealnya sudah melindungi para pencipta.

Namun pada kenyataanya di lapangan implementasi perlindungan hak cipta masih

tidak terbukti. Dari sedikit pemaparan di atas, peneliti bermaksud untuk

melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul : Perlindungan Hukum

Terhadap Pemalsuan Merek Dagang Terkenal Asing di Indonesia Ditinjau Dari

UU No.20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis ( Studi Kasus di

Pasar Palangkaraya Medan )

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Tinjauan Yuridis tentang merek di Indonesia ?

2. Bagaimana Perlindungan Hukum terhadap pemalsuan merek dagang

terkenal asing di Indonesia yang berada di Pasar Palangkaraya Medan ?

8
kliklegal.com/ (diakses pada 11 Oktober 2019, pukul 13.19)

Universitas Sumatera Utara


13

3. Apa akibat hukum terhadap pemalsuan merek dagang terkenal asing di

Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat

mendapat gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara. Namun berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak di

capai dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan mengkaji Yurisprudensi tentang Merek

di Indonesia .

2. Untuk mengetahui Bagaimana Perlindungan Hukum terhadap

pemalsuan merek dagang terkenal asing di Indonesia yang

berada di Pasar Palangkaraya Medan

3. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum terhadap

pemalsuan merek dagang terkenal asing di Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penelitiaan ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bagi Pembaca dalam

penerapan ketentuan Undang-Undang Merek, guna terwujudnya

pelaksanaan Undang-Undang Merek di tengah-tengah masyarakat.

2. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

pemikiran-pemikiran serta informasi secara nyata pelaksanaan Undang-

Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Universitas Sumatera Utara


14

E. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pemalsuan

Merek Dagang Terkenal Asing di Indonesia Ditinjau Dari UU No.20 Tahun 2016

Tentang Merek dan Indikasi Geografis ( Studi Kasus di Pasar Palangkaraya

Medan )” merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum dan oleh karena itu, sudah seharusnya bahwa penulisan

skripsi ini didasarkan pada ide dan pemikiran secara pribadi dengan mengambil

panduan dari buku-buku yang penulis baca dan sumber-sumber lain serta bantuan

dari berbagai pihak, kemudian penulis juga berkonsultasi dengan Dosen

Pembimbing untuk mengangkat judul dari penulisan skripsi ini terlepas dari

segala bentuk peniruan (plagiat) .

Berdasarkan pengamatan dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan,

khususnya pada lingkungan Departemen Keperdataan Program KEKHUSUSAN

Hukum Perdata BW Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan

skripsi dengan judul yang telah disebutkan diatas belum pernah dilakukan dengan

pendekatan yang sama. Namun terdapat beberapa judul skripsi di Perpustakaan

Fakultas Hukum yang telah mengulas masalah tentang merek yang sama,

misalnya:

1. Pelaksanaan UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Gografis

terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal

(Studi Pasar Petisah dan Pasar Central).

Universitas Sumatera Utara


15

2. Akibat Hukum Merek Tidak Terdaftar berdasarkan Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis (Studi Pada

Masday Shoes Indonesia di Kota Medan).

Yang kemudian pihak perpustakaan mengeluarkan surat pada tanggal 12

September 2019 yang menyatakan bahwa telah diperiksa dan tidak ada judul yang

sama terkait judul yang diangkat oleh penulis. Jika ada terdapat judul skripsi yang

hampir sama di luar Universitas Sumatera Utara mengenai judul yang penulis

angkat maka kajiannya berbeda karena tulisan ini diangkat agar dapat diketahui

lebih lanjut bagaimana perlindungan hukum pemalsuan merek terkenal dalam

rangka untuk mewujudkan penegakan hukum Merek. Apabila dikemudian hari

terdapat judul skripsi yang hampir sama dengan judul yang penulis angkat maka

itu diluar pengetahuan penulis.

F. Tinjauan Kepustakaan

Merek menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Pasal 1 tentang

Merek Dan Indikasi Geografis adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis

berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2

(dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2

(dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang

diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan

/ jasa.

Merek terkenal mengandung makna “terkenal” menurut pengetahuan

umum masyarakat. Merek terkenal yaitu merek yang dikenal luas oleh sektor-

sektor relevan di dalam masyarakat. Promosi merupakan sarana paling efektif

Universitas Sumatera Utara


16

untuk membangun reputasi (image). Reputasi tidak harus diperoleh melalui

pendaftaran, melainkan dapat diperoleh melalui actual use in placing goods or

service into the market (penggunaan secara aktual dengan cara meletakkan barang

dan jasa di pasar). 9 Perlindungan Merek terkenal di Indonesia diatur di dalam

Pasal 21 ayat (1) huruf b dan Pasal 21 ayat (3) di dalam UU Nomor 20 Tahun

2016. Di dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b dijelaskan bahwa Permohonan harus

ditolak oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, apabila Merek tersebut

mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang

sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau sejenisnya..Pasal 21 ayat

(3) menjelaskan bahwa suatu merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan

yang diajukan oleh Pemohon yang beritikad tidak baik.

Produk tiruan di Indonesia dikenal juga dengan istilah kwalitet ( KW ). “

Barang KW” adalah sebuah barang yang di produksi sebagai tiruan, replica, atau

imitasi dari barang lain. “Barang KW” ini bukan hanya diproduksi sebagai tiruan

atau replica merek tyerkenal saja, tetapi juga untuk semua merek. “Barang KW”

diproduksi tenpa mengunakan hak merek yang bersangkutan, para produsen

membuatnya dengan cara seperti meniru saja. Oleh karena itu secara sederhana

dapat dikatakan bahwa “barang KW” adalah barang palsu. Tingkatan paling

umum “barang KW” adalah “KW super”, “KW 1”, dan “KW 2”, dan harga

barang KW yang paling mahal memiliki kemiripan dengan aslinya adalah KW

super.10

9
Rahmi Jened, Op.cit, hal.241
10
E-journal.uajy.ac.id (diakses pada 5 Oktober 2019, pukul 14.30)

Universitas Sumatera Utara


17

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan

pembahasan skripsi ini adalah Penelitian Yuridis Normatif, yakni mengacu

kepada teori hukum yang memberikan pemahaman terhadap permasalahan norma

yang dialami oleh ilmu hukum dogmatik dalam kegiatannya mendeskripsikan

norma hukum, merumuskan norma hukum (membentuk peraturan perundang-

undangan), dan menegakkan norma hukum (praktik yudisial). 11 Penelitian ini

dilakukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan dengan melakukan

penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu dengan memberikan penjelasan

yang selengkap-lengkapnya tentang merek, khususnya merek terkenal dan untuk

mengetahui sejauh mana perlindungan akan pelanggaran merek terkenal yang

terjadi di Pasar Palangkaraya Medan. Selanjutnya akan dianalisa untuk mencari

permasalahannya serta jawaban dari permasalahan tersebut. Penelitian deskriptif

yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,

keadaan dan gejala lainnya.

2. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh informasi atau data yang akurat, yang berkaitan

dengan permasalahan dari penyelesaian penulisan skripsi ini maka penelitian

dilakukan di Pasar Palangkaraya Medan. Diadakan di Pasar Palangkaraya Medan

karena di Pasar Palangkaraya perdagangan barang-barang palsu cukup pesat

11
I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori
Hukum (Jakarta Timur: Prenadamedia Group, 2019) hal. 84

Universitas Sumatera Utara


18

dikarenakan keinginan masyarakat yang tinggi untuk memiliki barang bermerek

dengan harga yang relatif lebih murah dari harga asli barang bermerek tersebut.

3. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini penulis menggunakan populasi yang berada di Kota

Medan. Sampel yang digunakan adalah pedagang dan pembeli di Pasar

Palangkaraya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 10 (sepuluh) orang

pedagang dan 20 (dua puluh) orang pembeli. Alasan peneliti melakukan penelitian

di Pasar Palangkaraya Medan, karena di Pasar Palangkaraya Medan banyak

terdapat barang dengan Merek dagang terkenal Asing tetapi barang tersebut

kebanyakan barang palsu. Sehingga Pasar Palangkaraya Medan menjadi objek

yang tepat untuk peneliti melakukan penelitian.

4. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai

berikut:

a. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh berdasarkan

proses wawancara terhadap sampel dan narasumber dalam hal ini

adalah para pedagang di Palangkaraya Medan.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan

beberapa buku-buku, jurnal, dan peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan merek.

5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah metode library research (penelitian kepustakaan), yakni dengan

Universitas Sumatera Utara


19

mempelajari peraturan perundang-undangan, buku, situs internet, putusan

pengadilan yang berkaitan dengan judul skripsi yang bersifat teoritis ilmiah yang

dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian dan penganalisisan masalah-

masalah yang dihadapi.

Metode lain yang dilakukan selain library research yakni field research

artinya mencari dan mempelajari data melalui wawancara berupa Tanya jawab

yang dilakukan secara lansung dengan responden. Responden yang dimaksud

dalam hal ini adalah pedagang di Pasar Palangkaraya. Selanjutnya dengan

memanfaatkan kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

menyebarkan atau membagikan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelum oleh

penulis kepada responden. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang

relevan dengan tujuan penelitian, guna meperoleh informasi sedetail dan seakurat

mungkin.

6. Analisa Data

Metode pengolahan dan analisis data pada penelitian ini adalah dengan

metode analisis kualitatif dengan cara pengolahan yang deskriptif. Analisis yang

digunakan adalah analisis kualitatif, yakni data yang didapat dari rekaman,

pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis, dan data ini tidak berbentuk angka. 12

Analisis dalam penelitian ini bersifat deskriptif, yakni penelitian yang bertujuan

untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah

orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa

dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata. Atau metode pelaporan

12
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris
(Depok: Prenadamedia Group, 2018) hal. 178

Universitas Sumatera Utara


20

dalam penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan menyusun,

menjelaskan, kemudian ditarik kesimpulan dari permasalahan yang ada.

H. Sistematika Penulisan

Adapun yang menjadi sistematika penulisan skripsi yang digunakan secara

garis besar dapat di uraikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang pokok-pokok latar

belakang masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

metode penelitian, keaslian penulisan, dan

sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Yuridis Tentang Merek di Indonesia

Pada bab ini penulis akan meninjau merek secara

kepustakaan, yakni defenisi dan perkembangan

hukum merek di Indonesia, jenis dan bentuk merek

di Indonesia, prosedur pendaftaran merek, tinjauan

umum tentang merek terkenal asing, dan barang

palsu, serta UU No.20 Tahun 2016

Bab III Perlindungan Hukum Terhadap Pemalsuan

Merek Dagang di Indonesia

Pada bab ini penulis akan meminjau merek terkenal

secara kepustakaan, yakni tentang pengertian

Universitas Sumatera Utara


21

perlindungan hukum, perlindungan hukum terhadap

pemalsuan merek dagang, dan perlindungan hukum

terhadap pemalsuan merek dagang terkenal asing di

Pasar Palangkaraya Medan.

Bab IV Akibat Hukum Terhadap Pemalsuan Merek

Dagang Terkenal Asing di Indonesia

Bab ini berisikan mengenai hasil dari penelitian

yang dilakukan penulis yakni , pengaturan merek

dalam tindakan pemalsuan merek dagang asing di

Indonesia, sanksi terhadap tindak pidana pemalsuan

merek dagang asing di Indonesia, serta upaya

hukum tindak pidana pemalsuan merek dagang

asing di Indonesia

Bab V Kesimpulan dan Saran

Merupakan Bab terakhir dari keseluruhan tulisan

yang disampaikan penulis. Dimana pada bab ini

akan dikemukakan kesimpulan dari bab-bab yang

telah dibahas sebelumnya yang memungkinkan

berguna bagi orang-orang yang membacanya dan

saran-saran yang mungkin berguna dan dapat

dipergunakan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN YURIDIS HAK MEREK DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Tentang Hak Kekayaan Intelektual

prof. Mahadi ketika menulis buku tentang Hak Milik Immateril

mengatakan, tidak diperoleh keterangan jelas tentang asal usul kata “hak milik

intelektual”. Kata “intelektual” yang digunakan dalam kalimat tersebut tak

diketahui ujung pangkalnya. Namun demikian dalam kepustakaan hukum Anglo

Saxon ada dikenal sebutan Intellectual Property Right. Kata ini kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia menjadi “Hak Milik Intelektual”, yang

sebenarnya menurut hemat penulis lebih tepat kalau diterjemahkan menjadi hak

kekayaan intelektual.13

Hak Kekayaan Intelektual, disingkat “HKI” atau adalah padanan kata yang

biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul

bagi hasil olah pikir yang menghasikan suatu produk atau proses yang berguna

untuk manusia pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis

hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-

karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.14

Setiap hak yang digolongkan ke dalam HaKI harus mendapat kekuatan

hukum atas karya atau ciptannya. Untuk itu diperlukan tujuan penerapan HaKI.

Tujuan dari penerapan HaKI yang Pertama, antisipasi kemungkinan melanggar

13
Saidin, op.cit, hal. 7
14
https://penelitian.ugm.ac.id/pengertian-hki/ (diakses pada 11 Oktober 2019, pukul
15.24)

22

Universitas Sumatera Utara


23

HaKI milik pihak lain, Kedua meningkatkan daya kompetisi dan pangsa pasar

dalam komersialisasi kekayaan intelektual, Ketiga dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam penentuan strategi penelitian, usaha dan industri di

Indonesia. Secara garis besar Haki dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau

memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan

dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Hak cipta diberikan terhadap

ciptaan dalam ruang lingkup bidang ilmu pengetahuan, kesenian, dan

kesusasteraan. Hak cipta hanya diberikan secara eksklusif kepada pencipta, yaitu

“seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir

suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau

keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

2. Hak Kekayaan Industri

a. Paten

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Pasal 1 Ayat 1,

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil

invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri

invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk

melaksanakannya. Paten hanya diberikan negara kepada penemu yang telah

menemukan suatu penemuan (baru) di bidang teknologi. Yang dimaksud dengan

penemuan adalah kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi yang

Universitas Sumatera Utara


24

berupa : Proses, hasil produksi, penyempurnaan dan pengembangan proses,

penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi.

b. Merek

Merek menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Pasal 1 tentang

Merek Dan Indikasi Geografis adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis

berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2

(dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2

(dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang

diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan

/ jasa.

Terdapat beberapa istilah merek yang biasa digunakan, yang pertama

merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan

oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

Merek jasa yaitu merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan

oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa

dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau

badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang atau jasa

sejenis lainnya.

Universitas Sumatera Utara


25

Hak atas merek adalah hak khusus yang diberikan negara kepada pemilik

merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu,

menggunakan sendiri merek tersebut atau memberi izin kepada seseorang atau

beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk menggunakannya.

c. Desain Industri

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 1

Tentang Desain Industri, bahwa desain industri adalah suatu kreasi tentang

bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau

gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang

memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua

dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas

industri, atau kerajinan tangan.

d. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 1

Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bahwa, Sirkuit Terpadu adalah suatu

produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai

elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif,

yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di

dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan

fungsi elektronik.

Universitas Sumatera Utara


26

e. Rahasia Dagang

Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang

bahwa, Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di

bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam

kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

f. Indikasi Geografis

Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Pasal 56 Ayat 1 Tentang

Merek bahwa, Indikasi-geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang

menunjukkan daerah asal suatu barang yang karena faktor lingkungan geografis

termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut,

memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.15

Jadi, HKI pada umumnya berhubungan dengan perlindungan penerapan

ide dan informasi yang memiliki nilai komersial. HKI adalah kekayaan pribadi

yang dapat dimiliki dan diperlakukan sama dengan bentuk-bentuk kekayaan

lainnya. Misalnya, kekayaan intelektual dapat diperjualbelikan seperti sebuah

buku, HKI dapat juga disewakan selam kurun waktu tertentu dimana pihak

penyewa membayar sejumlah uang kepada pihak yang menyewakan hak tersebut

untuk menggunakan kekayaan intelektual tersebut. Perjanjian seperti ini disebut

lisensi. Berdasarkan hukum Indonesia dan Undang-Undang di banyak negara,

15
duniadosen.com/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki/ (diakses pada 11 Oktober 2019,
pukul 18.03)

Universitas Sumatera Utara


27

ciptaan dan investasi hanya akan dilindungi jika ciptaan dan investasi tersebut

memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah diatur oleh Undang-Undang.16

Kata “hak milik” (baca juga: hak kekayaan ) atau “property” yang

digunakan dalam istilah tersebut diatas, sungguh menyesatkan, kata Mrs. Noor

Mout – Bouwman. Oleh karena itu kata harta benda / property mengisyaratkan

adanya suatu benda nyata. Pada hal hak kekayaan intelektual itu tidak ada sama

sekali menampilkan benda nyata, ia bukanlah benda materil. Ia merupakan hasil

kegiatan berdaya cipta pikiran manusia yang diungkapkan ke dunia luar dalam

suatu bentuk, baik materil maupun immateril. Bukan bentuk penjelmaannya yang

dilindungi akan tetapi daya cipta itu sendiri. Daya cipta itu dapat berwujud dalam

bidang seni, industri dan ilmu pengetahuan atau paduan ketiga-tiganya.17

Meskipun sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun

regulasi tersebut menjadi tanpa makna jika produk-produk ekraf tidak didaftarkan

hak kekayaan intelektualnya. Hal ini menunjukan bahwa pelindungan HKI oleh

undang-undang berfokus pada pendaftaran. Pada kenyataannya, kesadaran akan

HKI di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya HKI

ekraf yang didaftarkan dan maraknya pembajakan dan plagiat karya kreatif di

Indonesia yang sangat merugikan pelaku ekraf. Data statistik dan hasil survei

ekraf hasil kerjasama Badan Ekraf dan Badan Pusat Statistik yang diluncurkan

pada Maret 201710 menunjukan rendahnya pendaftaran HKI bidang ekraf, yaitu

11,05%. Dengan demikian 88,95% produk ekraf belum mendapatkan pelindungan

16
Tim Lindsey dkk, op.cit, hal. 3-4
17
Saidin, op.cit, hal. 9

Universitas Sumatera Utara


28

HKI. Data tersebut merupakan data indikator makro ekraf tahun 2010-2015 dan

hasil survei khusus ekraf (SKEK) 2016.

Seperti diketahui, HKI merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan

kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak

umum dalam berbagai bentuknya yang memiliki manfaat serta berguna dalam

menunjang kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomi. HKI sebagai

suatu hak milik yang timbul dari karya, karsa, cipta manusia, atau disebut sebagai

HKI yang timbul karena kemampuan intelektualitas manusia. Hasil kreasi tersebut

dalam masyarakat diakui bahwa yang menciptakan boleh menguasai untuk tujuan

yang menguntungkannya. Kreasi sebagai milik berdasarkan postulat hak milik

dalam arti seluas-luasnya yang juga meliputi milik yang tidak berwujud.

Salah satu bentuk pengaturan hukum hak kekayaan intelektual adalah

Trade Related Aspects of Intellectual Property Right (TRIPs) yang dibahas dalam

putaran Uruguay. TRIPs merupakan kesepakatan internasional yang paling

lengkap berkenaan dengan perlindungan HKI. TRIPs Agreement juga mengadopsi

konvensi-konvensi di bidang HKI yaitu Paris Convention dan Berne Convention

(dua konvensi utama di bidang copyright dan industrial property). Sejarah

terbentuknya TRIPs menunjukkan bahwa HKI mempunyai peranan penting dalam

perdagangan khususnya untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Secara

normatif, tujuan TRIPs Agreement terdapat dalam artikel 7 yaitu untuk memberi

pelindungan HKI dan prosedur penegakan hukum dengan menerapkan tindakan-

tindakan yang menciptakan perdagangan yang sehat, untuk memacu invensi baru

di bidang teknologi dan memperlancar alih teknologi serta penyebaran teknologi

dengan tetap memperhatikan kepentingan produsen dan pengguna pengetahuan

Universitas Sumatera Utara


29

yang dilakukan untuk menunjang kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta

keseimbangan antara hak dan kewajiban.18

B. Tinjauan Umum Tentang Merek

1. Sejarah dan Pengertian Merek di Indonesia

sejarah Merek dapat ditelusuri bahkan mungkin berabad-abad sebelum

Masehi. Sejak jaman kuno, misalnya periode Minoan, orang sudah memberikan

tanda untuk barang-barangmiliknya, hewan bahkan manusia.

Penggunaan merek dagang dalam pengertian yang kita kenal sekarang ini

mulai dikenal tidak lama setelah Revolusi Industri pada pertengahan abad XVIII.

Pada saat itu sistem produksi yang berasal dari abad pertengahan yang lebih

mengutamakan keterampilan kerja tangan, berubah secara radikal sebagai akibat

digunakannya mesin-mesin dengan kapasitas produksi yang tinggi.19

Dalam sejarah perundang-undangan merek di Indonesia dapat dicatat

bahwa pada masa kolonial Belanda berlaku Reglement Industriele Eigendom

(RIE) yang dimuat dalam stb. 1912 No. 545 Jo. Stb. 1913 No. 214.20

Sebelum tahun 1961, UU Merek Kolonial tahun 1912 tetap berlaku

sebagai akibat dari penerapan pasal-pasal peralihan dalamUUD 1945 dan UU RIS

1949 serta UU sementara 1950. UU Merek 1961 kemudian menggantikan UU

Merek Kolonial. Namun, UU 1961 tersebut sebenarnya hanya merupakan ulangan

18
jurnal.dpr.go.id/index.php/hukum/article/download/1001/pdf ( diakses pada 11
Oktober 2019, pukul 20.42)
19
Rahmi Jened, op.cit, hal.1
20
Saidin, op.cit, hlm. 249.

Universitas Sumatera Utara


30

dari UU sebelumnya. Tahun 1992 UU Merek Baru diundangkan dan berlaku

mulai tanggal 1 April 1993, menggantikan UU Merek tahun 1961. 21

Adapun alasan dicabutnya UU Merek Tahun 1961 itu adalah karena UU

Merek No. 21 Tahun 1961 dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan

dan kebutuhan masyarakat dewasa ini. Memang jika dilihat UU Merek Tahun

1962 ini ternyata memang banyak mengalami perubahan-perubahan yang sangat

berarti jika dibandingkan dengan UU Merek No. 21 Tahun 1961, antara lain

adalah mengenai sistem pendaftaran, lisensi, merek kolektif, dan sebagainya. 22

Defenisi autentik mengenai merek dapat kita temukan didalam pasal 1 ayat

(1) Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001 sebagai berikut :

“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka,

susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya

pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”23

Menurut Kotler dan Keller (2009:172), merek adalah nama, istilah,

lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual

dan mendiferensiasikan mereka dari pesaing.

Menurut Alma (2007:147) memberikan definisi bahwa merek adalah suatu

tanda atau simbol yang memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang

dapat berupa kata-kata, gambar ataukombinasi keduanya.

Berdasarkan ketiga definisi diatas, maka merek adalah suatu dimensi

(nama kata, huruf, warna, lambang atau kombinasi dari dimensi-dimensi tersebut)

21
Tim Lindsey dkk, op.cit, hal. 132.
22
Saidin , Op.Cit., 250.
23
Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Merek, Yogyakarta, Penerbit
Pustaka Yustisia, 2011, hal. 31

Universitas Sumatera Utara


31

yang mendiferensiasikan barang atau jasa dari para pesaingnya yang dirancang

sebagai identitas perusahaan.24

Merek digunakan untuk membedakan barang atau produksi satu

perusahaan dengan barang atau jasa produksi perusahaan lain yang sejenis.

Dengan demikian merek adalah tanda pengenal asal barang atau jasa yang

bersangkutan dengan produsennya, dengan demikian menggambarkan jaminan

kepribadian (individuality) dan reputasi barang dan jasa hasil usahanya tersebut

sewaktu diperdagangkan.25

2. Jenis Merek

Pembagian Merek menurut UUM ( Undang-Undang Merek) ada dua yaitu

(Pasal 2 ayat 2) :

1. Merek dagang

Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau

badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Contoh :

KFC, Yamaha, Tupperware, dll.

2. Merek jasa

Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan

oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. Contoh : BRI, TUV Rheinland

(jasa sertifikasi), AKAS (jasa transportasi), dll.

Selain dua jenis merek yang dikenal di dalam UUM, ada juga yang disebut

dengan Merek Kolektif yaitu merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa
24
Repository.widyatama.ac.id ( diakses pada 30 Oktober 2019, pukul 09.54)
25
Erma Wahyuni dkk, Kebijakan dan Manajemen Hukum Merek, Yogyakarta, Yayasan
Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia, hal. 134

Universitas Sumatera Utara


32

dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau

jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa orang atau

badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau

jasa sejenis lainnya (diatur juga didalam pasal 1 UUM). Contoh : melinda

Collective Marks, merek ini digunakan oleh 5200 anggota dari 16 koperasi yang

beroperasi di Valle di Non dan Valle di Sole, Italia.26

3. Prosedur Pendaftaran Merek

Dalam memproses suatu permohonan atau permintaan pendaftaran merek

terdapat 2 (dua) syarat yang harus dilakukan yaitu: 1) syarat administratif dan

2) syarat permintaan pendaftaran merek karena merek sebagai objek yang dapat

didaftar dan syarat itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

mengajukkan permintaan pendaftaran merek. Merek yag diajukan permintaan

pendaftarannya tidak akan dapat diterima pendaftarannya jika syarat pertama tidak

dipenuhi. Syarat pertama merupakan syarat administatif yang berupa kelengkapan

dokumen, misalnya: mengisi formulir pendaftaran, mencantumkan dan

menyertakan beberapa etiket merek, dan membayar biaya permohonan

pendaftaran merek. Persyaratan ini harus depenuhi pada awal pengajuan

permintaan pendaftaran merek tersebut. Ketentuan persyaratan administratif itu

diatur dalam pasal 4 Undang-Undang Merek. Dan filter kedua yang harus dilalui

dalam mengajukan permintaan pendaftaran merek, dan merupakan persyaratan

kedua yang harus dilewati adalah Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang Merek.

Tidak semua permohonan pendaftaran merek dikabulkan oleh Direktorat Hak

26
Khoirul Hidayah, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Malang, setara Press, 2017. Hal.
55-56

Universitas Sumatera Utara


33

Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut Direktorat Jenderal) karena

permohonan pendaftaran merek dapat menghadapi tiga kemungkinan, yaitu :

a. tidak dapat didaftarkan

b. harus ditolak pendaftarannya

c.diterima/didaftar.27

Di samping itu, permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal

apabila terdapat hal-hal berikut yang pengaturannya terdapat di Pasal 21 Undang-

Undamg No.20 Tahun 2016. Yaitu sebagai berikut:

1. Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai persamaan pada

pokoknya atau keseluruhannya dengan:

a) Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh

pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

b) Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

c) Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak

sejenis yang

d) memenuhi persyaratan tertentu; atau

2. Permohonan ditolak jika Merek tersebut:

a) merupakan atau menyerupai nama atau singkatan nama orang

terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain,

kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;

b) merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama,

bendera, lambang atau simbol atau emblem suatu negara, atau

27
Ahmad Miru, op.cit, hal.13

Universitas Sumatera Utara


34

lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan

tertulis dari pihak yang berwenang; atau

c) merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel

resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah,

kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

d) Permohonan ditolak jika diajukan oleh Pemohon yang beriktikad

tidak baik

e) Ketentuan lebih lanjut mengenai penolakan Permohonan Merek

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan c

diatur dengan Peraturan Menteri.

Adapun prosedur pendaftaran merek yaitu :

1. Pengumuman

Yang pertama yang ditempuh Kantor Merek pada prosedur pendaftaran

merek adalah melakukan pengumuman tentang permintaan pendaftaran merek.

Pengumuman tersebut dilakukan Kantor Merek paling lambat 14 hari sejak filling

date. Tujuan diadakannya pengumuman ini agar permintaan pendaftaran tanah

dapat diketahui oleh masyarakat dan bagi yang merasa dirugikan dapat

mengajukan keberatan kepada Kantor Merek.

Sesuai maksud dan tujuan di atas, maka Pasal 20 ayat (1) Undamg-undang

No. 19 Tahun 1992 telah mengatur cara melakukannya, yaitu dengan :

a. Menempatkan pada papan pengumuman yang khusus disediakan untuk itu

dan dapat dengan mudah serta jelas dilihat oleh masyarakat ;

b. Menempatkan dalam Berita Resmi Merek yang diterbitkan secara berkala

oleh Kantor Merek.

Universitas Sumatera Utara


35

Untuk kepentingan administrasi Kantor Merek, tanggal mulai

diumumkannya permintaan pendaftaran merek dilakukan pencatatan,

sehingga jangka waktu pengumuman selama enam bulan dapat berlangsung

dengan baik.

2. Keberatan

Bahwa bagi yang merasa dirugikan dengan adanya pengumuman

permintaan pendaftaran merek dapat dapat mengajukan keberatan.keberatan ini

bukan ditujukan kepada pihak yang mengajukan permintaan pendaftaran merek,

tetapi ditujukan kepada Kantor Merek sebagai instansi yang menyelenggarakan

pendaftaran merek.

Siapakah yang dapat mengajukan keberatan ini? Jawabannya tentu pemilik

merek yaitu orang atau badan hukum. Dalam hal ini bukan saja pemilik merek

terdaftar, tetapi termasuk pula pemilik merek yang tidak terdaftar. Syaratnya,

pemilik merek yang tidak terdaftar telah menggunakan mereknya sebagai pemakai

pertama untuk barang atau jasa yang termasuk dalam satu kelas.

Cara mengajukan keberatan harus dilakukan secara tertulis, dengan alasan

yang cukup disertai bukti bahwa merek yang dimintakan pendaftaran adalah

merek yang berdasarkan ketentuan Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-undang No.19

Tahun 1992 tidak dapat didaftar atau harus ditolak. Jadi jika dalam keberatan itu

didalilkan terdapat persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya, pihak yang

mengajukan keberatan dapat melampirkan bukti misalnya surat tanda pendaftaran

merek (yang diterbitkan berdasar Undang-undang No. 21 Tahun 1961), etiket

merek, sertifikat merek, dan surat-surat lainnya yang berhubungan dengan

mereknya.

Universitas Sumatera Utara


36

3. Pemeriksaan Substantif

Pemeriksaan substantif terhadap permintaan pendaftaran merek untuk

memeriksa merek apakah sesuai dengan Pasal 5 tentang merek yang tidak dapat

didaftar dan Pasal 6 tentang merek yang ditolak permintaan pendaftarannya.

Selain itu juga memeriksa bila ada pihak yang mengajukan keberatan dan

sanggahan. Kantor Merek melakukan pemeriksaan substantif sudah ditentukan

waktunya, yaitu dimulai setelah berakhirnya jangka waktu pengumuman

permintaan pendaftaran merek. Apabila terdapat keberatan selama jangka waktu

pengumuman, maka pemeriksaan substantif dilakukan setelah Kantor Merek

menerima sanggahan. Kalau sanggahan tidak diajukan, maka pemeriksaan itu

dilakukan setelah tanggal berakhirnya jangka waktu untuk menyampaikan

sanggahan.

Mengenai berapa lama Kantor Merek melakukan pemeriksaan substantif,

Undang-undang telah membatasi waktunya paling lambat selama sembilan bulan

sejak dimulainya pemeriksaan itu (Pasal 26).

Kemudian setelah pemeriksaan substantif dilakukan dalam tenggang

waktu yang diberikan seperti diatas, maka mengenai hasilnya terdapat

kemungkinan permintaan pendaftaran merek dapat disetujui atau ditolak oleh

Kantor Merek. Sebaliknya apabila dari hasil pemeriksaan Pemeriksa Merek

berkesimpulan bahwa permintaan pendaftaran merek tidak dapat didaftar atau

harus ditolak, maka Kantor Merek menetapkan keputusan tentang penolakan

permintaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


37

4. Sertifikat Merek

Bahwa salah satu tugas Kantor Merek dalam hal permintaan pendaftaran

merek disetujui adalah menerbitkan sertifikat merek. Sertifikat ini merupakan

surat tanda bukti pendaftaran merek. Selain itu jika dihubungkan dengan Pasal 3

Undang-undang No. 19 Tahun 1992, sertifikat merek juga merupakan tanda bukti

hak atas merek yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang namanya

tercantum didalamnya.

Dengan diterbitkannya sertifikat merek, maka dalam waktu paling lambat

30 hari sejak merek didaftarkan ke dalam daftar umum Kantor Merek diwajibkan

memberikan sertifikat tersebut kepada pihak yang mengajukan permintaan

pendaftaran merek.

5. Kewajiban Mencantumkan Nomor pendaftaran Merek

Bagi merek yang telah terdaftar di Kantor merek, setiap penggunaannya

menurut Pasal 30 Undang-undang no. 19 Tahun 192 wajib mencantumkan nomor

pendaftaran merek. Maksud dari pencantuman nomor tersebut untuk

menunjukkan bahwa merek bersangkutan telah terdaftar.

Meskipun ketentuan pasal ini bersifat imperatif, tetapi jika tidak dituruti

tidak ada sanksi hukumnya. Hanya saja kelalaian tidak mencantumkan nomor

pendaftaran merek dapat merugikan pemilik merek sendiri dlam

memperdagangkan produknya karena disangka mereknya tidak terdaftar. Hal ini

Universitas Sumatera Utara


38

dapat membuka kesempatan pihak lain meniru mereknya jika produk tersebut

banyak diminati oleh masyarakat.28

4. Tinjauan Umum Tentang Merek terkenal Asing

Berdasarkan reputasi {reputation) dan kemashuran (renown) suatu merek,

merek dapat dibedakan dalam tiga jenis, yakni merek biasa (normal marks), merek

terkenal (well- known marks), dan merek termashur (famous marks). Merek biasa

adaiah merek yang tergolong tidak memiiiki reputasi tinggi. Merek yang

berderajat "biasa" ini dianggap kurang memberi pancaran simboiis gaya hidup

baik dari segi pemakaian dan teknoiogi, masyarakat konsumen melihat merek

tersebut kualitasnya rendah. Merek ini juga dianggap tidak memiliki drawing

power yang mampu memberi sentuhan keakraban dan kekuatan mitos (mythical

power) yang sugestif kepada masyarakat konsumen, dan tidak mampu membentuk

lapisan pasar dan pemakai.29

Istilah “terkenal” mempunyai pengertian luas termasuk dikenal dari radio,

televisi, atau publikasi lainnya. Pedoman yang termuat dalam pasal 2 rekomendasi

bersama WIPO tentang Ketentuan Proteksi Merek Terkenal yang bersifat tidak

mengikat (“Non-binding” WIPO Joint RecommendationConcercing Provisions on

the Protection of Well Known Marks) berpendapat bahwa criteria merek terkenal

adalah sebagai berikut :

28
Gatot Supramono, Pendaftaran Merek berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun
1992, Jakarta, Djambatan, 1996, hal. 36-42
29
M. Yahya Harahap. 1996, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di
Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992. Hlm 80 -81.

Universitas Sumatera Utara


39

a. Penetapan sebagai merek terkenal ditentukan oleh pejabat yang berwenang

dan dengan memperhatikan semua keadaan yang mendukung pengakuan

sebagai merekterkenal.

b. Pejabat berwenang harus memperhatikan informasi tentang faktor-faktor

yang mampu mendukung merek sebagai merek terkenal. Faktor-faktor

tersebut meliputi :

 Tingkat pengakuan, volume, dan luasnya wilayah geografis

penggunaan merek.

 Tingkat pengakuan merek oleh masyarakat.

 Lama dan luasnya wilayah geografis promosi merek.

 Tinggi nilai komersial merek

c. Sektor yang relevan dalam masyarakat adalah :

 Mempunyai sektor yang cukup luas dimasyarakat.

 Pemakai merek tidak terbatas pada para pelaku dan konsumen

potensial.

 Jaringan distribusi barang atau jasa yang cukup luas.

 Lingkungan usaha terkait barang dan jasa yang cukup luas.

Menurut Frederick, dibeberapa Negara meskipun tanpa pengaturan melalui

Undang-undang secara khusus, merek termasyhur telah diakui masyarakat melalui

pengertian hak kepemilikan atas suatu barang/jasa yang didasarkan pada azas-azas

etika hukum, yaitu itikad baik, larangan memperkaya diri dengan melawan

hukum, dan kewajiban mengakui hak milik pihak ketiga.30

30
Khoirul Hidayah, op.cit. Hal. 58-59

Universitas Sumatera Utara


40

“Terkenal” dalam arti luas dikenal dari radio, TV, Media Internet, dan

publikasi lain sekalipun belum digunakan dalam Negara yang bersangkutan. Suatu

merek yang akan didaftarkan tidak boleh mengakibatkan timbulnya kebingungan

dan penyesatan (confusion/verwarring) dengan suatu merek yang secara umum

telah terkenal dan dimiliki oleh pihak ketiga; Pendaftaran ini adalah Batal demi

Hukum.31

5. Barang Palsu

Barang KW adalah barang tiruan/imitasi dari barang yang asli (original).

Kata KW berasal dari “ kualitas” yang konotasinya “imitasi” atau “tiruan”.

Awalnya istilah KW digunakan untuk tas wanita tiruan bermerek, yang digunakan

oleh pedagang untuk membedakan kategori kualitas dan range (kisaran) harganya.

Misalnya “KW super” untuk barang tiruan terbaik mendekati aslinya, KW ada

banyak tingkatan atau kelasnya. Contohnya KW 1, barangnya 90% mendekati

barang yang asli. KW 2, 80% seperti aslinya, sampai ada istilah KW yang jelek

karena sudah jauh dari kualitas asli produknya. Akhirnya istilah barang KW

digunakan secara luas untuk produk-produk tiruan lainnya, seperti HP, jam

tangan, baju bermerek dan sebagainya.

Penerapan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, hanya

dikenal istilah barang palsu untuk menyebut barang-barang yang diproduksi

dan/atau diperdagangkan dengan menggunakan Merek yang sama pada

keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain.32

31
O.C. Kaligis, Teori & Praktik Hukum Merek Indonesia, Bandung, P.T. Alumni, 2008,
Hal. 182
32
http://lib.unnes.ac.id ( diakses pada 02 Desember 2019, pukul 08.18)

Universitas Sumatera Utara


41

Produk tiruan di Indonesia dikenal juga dengan istilah kwalitet ( KW ). “

Barang KW” adalah sebuah barang yang di produksi sebagai tiruan, replica, atau

imitasi dari barang lain. “Barang KW” ini bukan hanya diproduksi sebagai tiruan

atau replica merek tyerkenal saja, tetapi juga untuk semua merek. “Barang KW”

diproduksi tenpa mengunakan hak merek yang bersangkutan, para produsen

membuatnya dengan cara seperti meniru saja. Oleh karena itu secara sederhana

dapat dikatakan bahwa “barang KW” adalah barang palsu. Tingkatan paling

umum “barang KW” adalah “KW super”, “KW 1”, dan “KW 2”, dan harga

barang KW yang paling mahal memiliki kemiripan dengan aslinya adalah KW

super.33

C. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis Pasal 1 ayat (1) , Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan

secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna,

dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau

kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedkan barang

dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan

perdagangan barang dan/atau jasa. Pasal 1 ayat (6) menjelaskan pengertian

indikasi geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang

dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam,

faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi,

kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produksi yang dihasilkan.

33
E-journal.uajy.ac.id (diakses pada 02 Desember 2019, pukul 08.30)

Universitas Sumatera Utara


42

Lingkup merek menurut Pasal 2 ayat (1) yaitu meliputi :

a. Merek ; dan

b. Indikasi Geografis.

Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :

a. Merek Dagang; dan

b. Merek Jasa.34

Dalam Undang-Undang ini lingkup Merek yang dilindungi meliputi pula

Merek suara, Merek tiga dimensi, Merek hologram, yang termasuk dalam kategori

Merek nontradisional tersebut. Selanjutnya, beberapa penyempurnaan untuk lebih

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Pemohon Merek. Untuk lebih

memudahkan bagi Pemohon dalam melakukan pendaftaran Merek perlu dilakukan

beberapa revisi atau perubahan berupa penyederhanaan proses dan prosedur

pendaftaran Merek. Adanya pengaturan tentang persyaratan minimum

Permohonan akan memberikan kemudahan dalam pengajuan Permohonan dengan

cukup mengisi formulir Permohonan, melampirkan label atau contoh Merek yang

dimohonkan pendaftaran, dan membayar biaya Permohonan. Dengan memenuhi

kelengkapan persyaratan minimum Permohonan tersebut, suatu Permohonan

Merek akan diberikan Tanggal Penerimaan atau filing date.

Perubahan terhadap alur proses pendaftaran Merek dalam Undang-Undang

ini dimaksudkan untuk lebih mempercepat penyelesaian proses pendaftaran

Merek. Dilaksanakannya pengumuman terhadap Permohonan sebelum

dilakukannya pemeriksaan substantif dimaksudkan agar pelaksanaan pemeriksaan

34
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

Universitas Sumatera Utara


43

substantif dapat dilakukan sekaligus jika ada keberatan dan/atau sanggahan

sehingga tidak memerlukan pemeriksaan kembali.

Berkenaan dengan Permohonan perpanjangan pendaftaran Merek, pemilik

Merek diberi kesempatan tambahan untuk dapat melakukan perpanjangan

pendaftaran Mereknya sampai 6 (enam) bulan setelah berakhirnya jangka waktu

pendaftaran Merek. Ketentuan ini dimaksudkan agar pemilik Merek terdaftar

tidak dengan mudah kehilangan Hak atas Mereknya sebagai akibat adanya

keterlambatan dalam mengajukan perpanjangan pendaftaran Merek. Selain itu,

untuk lebih memberikan pelindungan hukum terhadap pemilik Merek terdaftar

dari adanya pelanggaran Merek yang dilakukan oleh pihak lain, sanksi pidana

terhadap pelanggaran Merek tersebut diperberat khususnya yang mengancam

kesehatan manusia, lingkungan hidup, dan dapat mengakibatkan kematian.

Mengingat masalah Merek terkait erat dengan faktor ekonomi, dalam Undang-

Undang ini sanksi pidana denda diperberat.

Salah satu hal yang diatur dalam Undang-Undang ini adalah tentang

Indikasi Geografis, mengingat Indikasi Geografis merupakan potensi nasional

yang dapat menjadi komoditas unggulan, baik dalam perdagangan domestik

maupun internasional. Oleh karena itu, Undang- Undang ini ditetapkan dengan

nama Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis.35

35
https://www.jogloabang.com/pustaka/ (diakses pada 02 Desember 2019, pukul 13.12)

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMALSUAN MEREK

DAGANG DI INDONESIA

A. Pengertian Perlindungan Hukum

perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap

subyek hukun dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif

maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan

kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu

konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban,kepastian,

kemanfaatan dan kedamaian. 36 . Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu

sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan suatu keadilan,

ketertiban, kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian.

Adapun pendapat yang dikutip dari bebearpa ahli mengenai perlindungan

hukum sebagai berikut:

1. Menurut Satjito Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu Hak

Asasi Manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut.37

36
etd.eprints.ums.ac.id. ( diakses pada 15 Desember 2019, pukul 10.02)
37
Satjipro Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta, Kompas, 2003,
hal.121

44

Universitas Sumatera Utara


45

2. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa

yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan

ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati

martabatnya sebagai manusia.38

3. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk melindungi

individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang

menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban

dalam pergaulan hidup antara sesama manusia. 39

4. Menurut Hetty Hasanah perlindungan hukum yaitu merupakan segala upaya

yang dapat menjamin adanya kepastian hukum, sehingga dapat memberikan

perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang bersangkutan atau yang

melakukan tindakan hukum.40

Menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers,

perlindungan hukum adalah jaminan perlindungan pemerintah dan atau

masyarakat kepada warganegara dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan

peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, perlindungan hukum adalah segala upaya yang ditujukan

untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga,

advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya

38
Setiono, “Rule of Law”, Surakarta, Disertai Fakultas Hukum, Universitas Sebelas
Maret, 2004, hal.3
39
Muchsin , Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Surakarta,
Disertai Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, 2003, hal.14
40
Hetty Hasanah, “Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen
atas Kendaraan Bermotor dengan Fidusia”, artikel diakses pada 1 Juni 2015 dari
http://jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html.

Universitas Sumatera Utara


46

baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan. Sedangkan

perlindungan hukum yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2002

tentang Tatacara Perlindungan Terhadap Korban dan Saksi Dalam Pelanggaran

Hak Asasi Manusia yang Berat, perlindungan hukum adalah suatu bentuk

pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat

keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental, kepada korban

dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun,

yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau

pemeriksaan di sidang pengadilan.

Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila

mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warganya.

2. Jaminan kepastian hukum.

3. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.

4. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.

Esensi perlindungan hukum terhadap penanam modal adalah suatu

perlindungan yang memberikan jaminan bagi seorang penanam modal , bahwa ia

akan dapat menanamkan modalnya dengan situasi yang fair terhadap para pihak

yang terkait dengan hukum, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya, terutama dalam

hal mendapatkan akses informasi mengenai situasi pasar, situasi politik dan

masyarakat, asset yang dikelola oleh penanam modal, peraturan perundang-

undangan, dan lain sebagainya.

Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan

bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak

Universitas Sumatera Utara


47

asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada

pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.41

Aspek dominan dalam konsep barat tertang hak asasi manusia menekankan

eksistensi hak dan kebebasan yang melekat pada kodrat manusia dan statusnya

sebagai individu, hak tersebut berada di atas negara dan di atas semua organisasi

politik dan bersifat mutlak sehingga tidak dapat diganggu gugat. Karena konsep

ini, maka sering kali dilontarkan kritik bahwa konsep Barat tentang hak-hak asasi

manusia adalah konsep yang individualistik. Kemudian dengan masuknya hak-

hak sosial dan hak-hak ekonomi serta hak kultural, terdapat kecenderungan mulai

melunturnya sifat indivudualistik dari konsep Barat.

Dalam merumuskan prinsip-prinsip perlindungan hukum di Indonesia,

landasannya adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konsepsi

perlindungan hukum bagi rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep

Rechtstaat dan ”Rule of The Law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat sebagai

kerangka berfikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan hukum di

Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan

martabat manusia yang bersumber pada Pancasila. Prinsip perlindungan hukum

terhadap tindak pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang

pengakuan danperlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut

sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan

41
http://raypratama.blogspot.co.id/2015/04/teori-perlindungan-hukum.html. (diakses
pada 11 Januari 2020, pada jam 17.55)

Universitas Sumatera Utara


48

terhadap hak-hak asasi menusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan

peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.42

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pemalsuan Merek Dagang

Merek sebagai salah satu wujud karya intelektual memiliki peranan

penting bagi bagi kelancaran dan peningkatan perdagangan barang atau jasa

dalam kegiatan perdagangan dan investasi. Merek dengan (brand image-nya)

dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan tanda pengenal atau daya pembeda

yang teramat penting dan merupakan jaminan kualitas produk atau jasa dalam

persaingan bebas. Oleh karena itu, merek adalah set ekonomi bagi pemiliknya,

baik perorangan maupun perusahaan (badan hukum) yang dapat menghasilkan

keuntungan besar, tentunya bila didayagunakan dengan memperhatikan aspek

bisnis dan proses manajemen yang baik. Demikian pentingnya peranan merek ini

maka terhadapnya diletakkan perlindungan hukum, yakni sebagai objek

terhadapnya terkait hak-hak perseorangan atau badan hukum.43

Perlindungan hukum merupakan salah satu jaminan untuk memproses jika

terdapat pelanggaran terhadap merek terkenal. Sebagai suatu jaminan maksudnya

disini adalah jika terjadi pelanggaran maka pemilik merek terkenal dapat

mengajukan upaya hukum karena status dirinya sebagai pemilik merek yang sah

dan wajib mendapatkan perlindungan hukum dari pemerintah.44

42
Philipus M Hadjono, Perlindungan Hukum bagi HAKI di Indonesia edisi khusus,
Penerbitan Perdapan, 2007, hal.38
43
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hal.91
44
Ida Ayu Windhari Pratiwi, Pelanggaran Merek Terkenal dan Perlindungan Hukum Bagi
Pemegang Hak dalam Persfektif Paris Convention, TRIPs, Agreement dan UU Merek Indonesia,
Denpasar,2014, hal.431

Universitas Sumatera Utara


49

Ciri dari merek terkenal adalah bahwa perlindungan diberikan dalam

hubungan pemakaian secara umum dan tidak hanya berhubungan dengan jenis

barang-barang dimana merek tersebut didaftarkan. 45 Perlindungan ini dijamin

dalam pasal 6 dari UU Merek2001 dan pasal 21 UUMerek 2016.Pada pasal 6

UUMerek 2001 yaitu :

1. Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jendral apabila merek tersebut :

a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang

dan/atau jasa yang sejenis;

b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau

sejenisnya;

c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

indikasi-geografis yang sudah dikenal;

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula

diberlakukan tehadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang

memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.

3. Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jendral apabila merek

tersebut :

a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto atau nama badan

hukum yang dimiliki orang lain, keuali atas persetujuan tertulis yang

berhak;

45
Ibid

Universitas Sumatera Utara


50

b. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,

lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional

maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang

berwenang;

c. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi

yang digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas

persetujuan tertulis daripihak yang berwenang.

Perlindungan yang diberikan oleh Undang-undang merek terhadap merek

terkenal merupakan pengakuan terhadap keberhasilan pemilik merek dalam

menciptakan image eksklusif dari produknya yang diperoleh melalui pengiklanan

atau penjualan produk-produknya secara langsung. Teori mengenai “pencemaran”

merek terkenal (dilution theory) tidak mensyaratkan adanya bukti telah terjadi

kekeliruan dalam menilai sebuah pelanggaran merek terkenal. Perlindungan

didasarkan pada nilai komersial atau nilai jual dari merek dengan cara melarang

pemakaian yang dapat mencemarkan nilai eksklusif dari merek atau menodai daya

tarik merek terkenal tersebut.46

Dalam praktek banyak dijumpai kasus pelanggaran merek terkenal yang

bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam waktu singkat dengan cara

memalsukan atau meniru merek terkenal tersebut. Pemilik merek terkenal dalam

hal ini sudah tentu sangat dirugikan karena dapat mengurangi omzet penjualan

serta mengurangi kepercayaan konsumen terhadap kualitas merek terkenal

tersebut. Di Indonesia banyak dijumpai kasus pelanggaran merek terkenal seperti

kasus antara produsen sepatu Aerosoles International Inc dengan produsen lokal

46
Tim Lindsey, Op.cit, hal. 151

Universitas Sumatera Utara


51

PT Matahari Duta Prima, kasus antara PT Tossa Shakti produsen sepeda motor

Tossa dengan PT Astra Honda Motor produsen sepeda motor Honda dan lain-

lain.47 Paris Convention, TRIPs Agreement dan UU No 15 tahun 2001 (UU Merek

Indonesia) telah mengatur sistem perlindungan terhadap merek terkenal, namun

pada prakteknya masih banyak terjadi pelanggaran terhadap merek terkenal.

Perlindungan terhadap merek terkenal diatur dalam Pasal 6 bis Paris

Convention sebagai berikut:

a. Negara anggota Union secara ex officio jika legislasinya mengizinkan atau

atas permintaan pihak yang berkepentingan membatalkan atau menolak

pendaftaran dan melarang penggunaan merek yang merupakan imitasi,

terjemahan atau reproduksi yang dapat menciptakan kebingungan atas satu

merek yang menurut pihak berwenang dari negara pendaftar atau

pengguna sebagai merek terkenal di negara tersebut sebagaimana yang

secara sah diberikan kepada orang yang berhak berdasarkan konvensi ini

serta digunakan untuk barang yang mirip atau identik. Hal ini dapat juga

berlaku apabila bagian esensial dari merek terkenal atau imitasi yang dapat

menciptakan kebingungan.

b. Permintaan pembatalan merek dapat dilakukan dalam jangka waktu

setidaknya lima tahun terhitung sejak tanggal pendaftaran.

c. Permintaan pendaftaran merek tidak ada batas waktu apabila pendaftaran

dilakukan dengan itikad tidak baik/buruk.

Perlindungan terhadap merek terkenal diatur dalam Pasal 6 bis Paris

Convention yang mewajibkan seluruh anggotanya untuk melindungi merek

47
Tim Redaksi Tata Nusa, 2004, Himpunan Putusan-putusan Pengadilan Niaga dalam
Perkara Merek, PT. Tatanusa, Jakarta, hal.319

Universitas Sumatera Utara


52

terkenal warga negara lainnya untuk barang yang menyerupai atau sama.

Ditambahkan lagi dalam Pasal 4A Ayat (1) mengenai hak prioritas yang

menentukan bahwa merek terkenal harus mendapat perlindungan hukum di negara

yang termasuk dalam anggota Paris Convention sejak merek tersebut didaftar

dinegara peserta Paris Convention atau negara asal. Negara anggota secara ex

officio permohonan pendaftaran merek menurut peraturan negara yang

bersangkutan serta mengabulkan permohonan pembatalan dari pihak lain. Dalam

Paris Convention juga mengatur mengenai perlindungan dapat ditolak apabila :

merek yang bersangkutan tidak memiliki karakter pembeda atau secara eksklusif

mengandung syarat-syarat deskriptif; pendaftaran di negara yang bersangkutan

melanggar hak pihak ketiga terdahulu dan merek tersebut tidak sesuai dengan

prinsip-prinsip ketertiban umum atau moralitas.48

Hal yang sangat mendasar dalam perlindungan merek ini adalah bahwa

merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon

yang beritikad tidak baik. 49 Ukuran itikad baik ini menjadi sulit untuk diukur

secara kasat mata, bahkan sering kali sengketa muncul karena niat buruk untuk

mendaftarkan merek dengan ciri-ciri yang mirip atau bahkan sama dengan cara

memalsukan merek dan desain bungkusnya. Oleh karena itu, pendaftaran dengan

itikad baik ini merupakan salah satu upaya melindungi Merek dagang terkenal.

Lebih lanjut UU Merek juga telah berupaya untuk memberikan perlindungan

terhadap merek terkenal yang mengatur bahwa permohonan harus ditolak oleh

Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut :

48
Cita Citrawinda, 2007, Sekilas Tentang Tindak Pidana dalam Bidang Merek,
http://lib.law.ugm.ac.id/ojs/index. php/jli/article/view/654, Diakses 26 Desember 2013, h.1-2
49
Pasal 4 UUM

Universitas Sumatera Utara


53

a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

Merek pihak lain yang sudah terdaftar terlebih dahulu untuk barang

dan/atau jasa yang sejenis ;

b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa

sejenis.50

Ketika jumlah permintaan pendaftaran merek terkenal yang diajukan oleh

pihak yang tidak berwenang mulai bertambah, dan isu tentang perlunya

perlindungan merek terkenal (asing) semakin gencar, serta terlihat kecenderungan

adanya peningkatan perkara merek terkenal di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,

kemudian Pemerintah Republik Indonesia menetapkan Keputusan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia No : M.02-HC.01 TAHUN 1987 (KEPMEN

1987) tentang PENOLAKAN PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK

YANG MEMPUNYAI PERSAMAAN DENGAN MEREK TERKENAL MILIK

ORANG LAIN pada tanggal 15 Juni 1987. Dalam KEPMEN tersebut terdapat 2

(dua) alasan yang menjadi dasar pertimbangan, yaitu :

1. Karena pemakaian merek terkenal milik orang lain akan menyesatkan

masyarakat tentang asal-usul secara kualitas barang ; dan

2. Untuk melindungi masyarakat dari kekeliruan memilih barang yang

bermutu baik, maka permohonan pendftaran merek yang mempunyai

50
Pasal 6 UUM

Universitas Sumatera Utara


54

persamaan pada pokoknya maupun keseluruhannya dengan merek terkenal

milik orang lain ditolak dalam Daftar Umum.51

Perlindungan hukum atas merek semakin menjadi hal yang penting

mengingat pesatnya perdagangan dunia dewasa ini. Imbasnya menjadi sulit untuk

dapat membedakan satu produk dengan produk yang lain untuk diberikan

perlindungan merek dengan perlindungan desain produk. 52 Di Indonesia, hak atas

merek didasarkan atas pemakaian pertama dari merek tersebut. Bagi mereka yang

mendaftarkan mereknya dianggap oleh Undang-Undang sebagai pemakai merek

pertama dari merek tersebut kecuali kalau dapat dibuktikan lain dan dianggap

sebagai yang berhak atas merek yang bersangkutan. Tujuan dari pendaftaran

merek adalah memberikan perlindungan untuk pendaftaan merek tersebut yang

oleh Undang-Undang dianggap sebagai pemakai pertama terhadap pemakaian

tidak sah oleh pihak-pihak lain.53

Perlindungan hukum berlaku bagi hak kekayaan intelektual yang sudah

terdaftar dan dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran. Perlindungan hukum

berlangsung selama jangka waktu yang ditentukan menurut bidang dan

klasifikasinya. 54 Apabila orang ingin menikmati manfaat ekonomi dari hak

kekayaan intelektual orang lain, dia wajib memperoleh izin dari orang yang

berhak. Penggunaan hak kekayaan intelektual orang lain tanpa izin tertulis dari

pemiliknya, atau pemalsuan/menyerupai hak kekayaan intelektual orang lain, hal

itu merupakan suatu pelanggaran hukum. Perlindungan hukum merupakan upaya

51
Insan Budi Maulana, Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia Dari Masa ke Masa,
Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hal.85
52
Hery Firmansyah, op.cit 2011, hal.35
53
Ibid , hal.36
54
Ibid

Universitas Sumatera Utara


55

yang diatur oleh Undang-Undang guna mencegah terjadi pelanggaran hak

kekayaan intelektual oleh orang yang tidak berhak.55

Undang-Undang No.19 Tahun 1992 secara umum juga melindungi merek

yang berasal dari luar negeri yang beredar di Indonesia. Pada prinsipmnya

Undang-Undang tidak memperbolehkan seseorang atau badan hukum melakukan

penjiplakan atau peniruan merek orang lain, apakah merek tersebut berasal dari

dalam negeri atau luar negeri, karena yang diutamakan adlah pemilikan merek

dengan itikad baik. Dalam Undang-Undang juga dikehendaki bahwa merek asing

dilakukan pendaftarannya di Indonesia, dan sebagaimana telah dibicarakan

dimuka, pemilik merek asing diberi kesempatan mengajukan permintaan

pendaftaran merek dengan hak prioritas. Namun prosedur ini hanya diperuntukkan

bagi merek asing yang baru, karena syaratnya diajukan dalam tenggang waktu

enam bulan sejak filling date yang pertama kali diluar negeri yang ikut dalam

Konvensi Paris 1883.56

Perlindungan merek di Indonesia dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Perlindungan Merek Preventif

Merek terdaftar adalah merek yang telah didaftarkan di Dirjen HAKI. Oleh

karena itu merek yang telah didaftarkan akan memperoleh nomor register. Dengan

Nomor register tersebut terdaftar di Dirjen HAKI maka merek tersebut adalah

merek yang sah. Pemilik merek tersebut memperoleh perlindungan hukum secara

preventif dari Negara melalui undang-undang yaitu UU No. 15 Tahun 2001

tentang Merek. Perlindungan hukum terhadap merek terdaftar secara preventif

55
Ibid
56
Gatot Supramono, op.cit, hal. 80

Universitas Sumatera Utara


56

diatur dalam Pasal 4, 5, 6 ayat (1,3) UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Sesuai dengan pasal 4 UU No.15 tahun 2001 adalah Merek tidak dapat didaftar

atas dasar Permohonan yang diajukan pemohon yang beretikad tidak baik.

Kemudian Perlindungan preventif sesuai dengan pasal 5 UU No 15 tahun 2001

yaitu Merek yang tidak dapat didaftarkan atau permintaan pendaftaran merek

yang ditolak. Merek yang tidak dapat didaftarkan apabila mengandung salah satu

unsur di bawah ini:

a. bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum

b. tidak memiliki daya pembeda

c. telah menjadi milik umum atau

d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang

dimintakan pendaftaran . Perlindungan merek preventif berdasarkan Pasal

6 UU ayat (1) No.15 Th.2001, Merek yang ditolak permintaan pendaftaran

oleh Kantor merek apabila :

1.mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek

milik orang lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang atau jasa

sejenis

2.mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek

milik orang lain yang sudah terkenal milik orang lain untuk barang atau

jasa sejenis

3.mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

indikasi –geografis yang sudah dikenal.

Perlindungan merek preventif dalam Pasal 6 ayat (3) UU No.15 Th. 2001,

Permohonan juga harus ditolak oleh Kantor Direktorat Jendaral apabila Merek :

Universitas Sumatera Utara


57

1. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto,merek dan nama

badan hukum yang dimiliki orang lain yang sudah terkenal, kecuali atas

persetujuan tertulis dari yang berhak.

2. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singklatan nama bendera,

lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun

internasional, kecuali atas persetujan tertulis dari pihak yang berwenang ;

3. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang

digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan

tertulis dari pihak yang berwenang.

b. Perlindungan Merek Represif

Merek yang sah atau merek yang terdaftar harus dilindungi Negara melalui

UU No. 15 tahun 2001 dari pihak-pihak yang merugikan. Bentuk perlindungan

represif jika terjadi pelanggaran terhadap merek yang terdaftar diatur dalam Pasal

90 sampai dengan Pasal 95 UU No 15 Tahun 2001.57

Permasalahan mengenai perlindungan merek terkenal di dunia menjadi

suatu perbuatan melawan hukum yang sering dibahas oleh karena semenjak

adanya perbuatan dimana adanya pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab

secara tidak sah menggunakan merek atas suatu barang dan jasa tanpa izin dari

pemilik yang sah di wilayah yang bukan merupakan negara asal dari merek yang

digunakan secara tidak sah tersebut.58

57
Jurnal Hukum Samudra Keadilan Volume 11
58
O.C Kaligis, op.cit, hal.195

Universitas Sumatera Utara


58

C. Perlindungan Hukum Terhadap Pemalsuan Merek Dagang Terkenal

Asing yang Ada di Pasar Palangkaraya Medan

Perlindungan Hukum Merek di Indonesia diatur dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Sebenarnya tidak

ada keharusan bagi pemegang merek untuk mendaftarkan merek miliknya, namun

untuk mendapatkan perlindungan hukum suatu merek haruslah didaftarkan

sebelumnya ke Direktorat Jendral Merek. Tata cara permintaan Pendaftaran

Merek di atur pada Peraturan Pemerintah No.23 tahun 1993.

Permasalahan muncul ketika terjadi kesenjangan antara peraturan yang

mengatur (substantasi) dengan fakta yang terjadi di masyarakat (praktek) dimana

masih banyak pedagang yang menjual barang kw/palsu, sedangkan dalam Pasal

100 Undang-Undang No 20 Tahun 2016 dengan jelas tercantum bahwa “Setiap

orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada

keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/jasa

sejenis yang diproduksi dan atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5(lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp2.000.000.000,00 ( dua miliar rupiah).

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan (Pasar Palangkaraya)

menunjukkan fakta yaitu dari 10 pedagang yang dipilih secara acak di lapangan,

semua pedagang menjual/menjajakan barang palsu/kw dengan menggunakan

merek terkenal. Berikut data hasil penelitian dalam bentuk tabel penjualan barang

palsu menggunakan merek-merek terkenal yang didapat dari hasil wawancara

adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


59

TABEL 1

Barang Tiruan Sesuai Jenis Barang yang paling Diminati Konsumen

JENIS BARANG MEREK YANG


NO ASLI/PALSU
YANG DI JUAL PALING DIMINATI
Michael Kors, Coach,
Bonia, Louis Vuitton, Palsu
1 Tas
Kate Spade, Charles
& Keith. Guess, Gucci

Adidas, Converse, Palsu


2 Sepatu
Vans, Nike

3 Jam Fossil, Casio, Seiko Palsu

Zara, Guess,
4 Baju Balenciaga, Hurley, Palsu
Ripcurl
Sumber : Pelaku Usaha dari hasil hasil wawancara ( Hasil wawancara 2020)59

Dari Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pedagang/pelaku usaha yang

menggunakan merek hasil dari pelanggaran (barang palsu) biasanya menggunakan

merek terkenal dalam memasarkan barang dagangannya untuk menarik minat

konsumen. Hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk memperoleh keuntungan

dengan mudah tanpa memikirkan dampak yang buruk yang di alami oleh si

pemegang hak merek yang asli. Pedagang mengakui dengan menggunakan merek

terkenal mereka dapat dengan mudah memasarkan barang dagangannya ke

konsumen. Pada hakikatnya pelanggaran merek yang terjadi di Indonesia,

khususnya di Pasar Palangkaraya diakibatkan sikap konsumtif masyarakat itu

sendiri. Masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan pada pemakaian produk-

produk luar negeri, apalagi kalau itu merupakan merek terkenal. Akan tetapi

59
Wawancara dengan pelaku usaha di Pasar Palangkaraya Medan

Universitas Sumatera Utara


60

karena daya beli masyarakat yang rendah menyebabkan tidak cukup mampu untuk

membeli barang-barang asli yang memiliki kisaran harga cukup tinggi, oleh

karena itu timbullah niat pelaku usaha ( pedagang ) untuk menyediakan barang-

barang palsu/tiruan dengan menggunakan merek terkenal.

TABEL 2

Daftar pertanyaan yang diajukan kepada konsumen :

NO PERTANYAAN JUMLAH
YA TIDAK
Pernah membeli barang
1 17 orang 3 orang
palsu/tiruan ?

Pernah membeli barang dengan


2 20 orang -
label Merek terkenal ?

Mendapat manfaat dari adanya


3 barang palsu/tiruan? 11 orang 9 orang

Apakah anda tahu bahwa barang


yang dijual dengan label merek
4 15 orang 5 orang
terkenal di pasar palangkaraya
merupakan barang tiruan ?
Apakah anda tahu bahwa menjual
5 produk tiruan merupakan 18 orang 2 orang
pelanggaran hukum ?

Setuju kalau peredaran barang


6 6 orang 14 orang
palsu/tiruan dihentikan?

Sumber : Konsumen dari hasil pembagian kuesioner ( Hasil survei 2020)60


Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari masing-masing

pertanyaan yang ditanyakan kepada konsumen yang sedang berbelanja di daerah


60
Jawaban Kuesioner Konsumen di Pasar Palangkaraya Medan

Universitas Sumatera Utara


61

Pasar Palangkaraya. Dari pertanyaan pertama dapat ditarik kesimpulan bahwa

hampir semua responden pernah membeli barang palsu. Dari pertanyaan yang

ditanyakan kepada 20 responden, 17 responden mengaku pernah membeli barang

palsu, dan hanya 3 responden yang mengaku tidak pernah membeli barang dari

hasil pelanggaran ini . Ini berarti menunjukkan bahwa minat dari konsumen

sangat tinggi akan permintaan barang palsu yang berbanding lurus dengan

penjualan barang-barang palsu tersebut. Semakin tinggi akan permintaan suatu

barang maka secara otomatis penjual berusaha untuk menyediakan barang-barang

yang diinginkan oleh konsumen untuk tujuan mencari keuntungan (profit

oriented).61 Lalu dari 20 responden, 18 responden mengaku mengetahui bahwa

menjual barang palsu merupakan pelanggaran hukum, sedangkan 2 responden

tidak mengetahui hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku usaha serta

konsumen menyadari adanya aturan hukum yang mengatur tentang hal tersebut

tetapi mereka belum taat dan belum menerapkan aturan tersebut.

Tabel diatas juga menjelaskan tentang dengan adanya barang palsu/tiruan

dengan label merek terkenal banyak mendatangkan manfaat bagi para konsumen.

Penjual juga berpendapat bahwa penjualan barang palsu menggunakan merek

orang lain yang mereka lakukan adalah tindakan yang saling menguntungkan

(simbiosis mutualisme), dimana konsumen menginginkan barang tersebut dan

mereka (penjual) yang menyediakan barangnya tanpa memikirkan bahwa pemilik

hak mereka yang asli merasa dirugikan. Selisih harga yang cukup jauh antara

barang palsu dengan barang asli faktor utama penyebab konsumen memilih

barang palsu daripada membeli barang asli. Dari pertanyaan yang ditanyakan

61
Bacherawi Sanusi, “Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi” Panji Masyarakat, No. 808,
1-10 Nopember 1994, hlm, 30.

Universitas Sumatera Utara


62

kepada 20 responden, 11 responden mengaku mendapatkan manfaaat dari adanya

barang palsu/tiruan tersebut, dan ada 9 responden yang mengaku tidak

mendapatkan manfaat dari adanya barang palsu/tiruan tersebut. Mereka yang

kebanyakan adalah konsumen yang memiliki ekonomi menengah kebawah merasa

dengan adanya barang palsu yang tentu memiliki harga yang jauh lebih murah

dibanding barang yang asli, tetap dapat mengikuti gaya hidup masyarakat masa

kini yang cenderung berorientasi kepada merek-merek terkenal tanpa

mempermasalahkan kualitas barang tersebut. Mereka juga berpendapat dengan

memakai barang bermerek terkenal akan menambah kepercayaan diri dalam

bergaul tanpa mempermasalahkan barang itu palsu atau asli. Serta dengan adanya

barang palsu tersebut konsumen lebih bisa menghemat pengeluaran tetapi

kebutuhan konsumen dapat terpenuhi. Sedangkan responden yang mengatakan

tidak ada manfaat dari adanya barang palsu/tiruan tersebut alasannya adalah

dikarenakan kualitas barang palsu/tiruan tersebut tidak bagus dan lebih cepat

rusak dan dapat merugikan pemilik merek yang asli.

Hampir semua responden mengaku merasakan dampak positif dari adanya

barang palsu/barang hasil pelanggaran merek yang beredar di Pasar Palangkaraya

walaupun pemilik merek tentu merasakan hal sebaliknya. Sebagian besar

responden tidak setuju apabila barang-barang palsu diberhentikan peredarannya.

Bagi mereka yang berekonomi menengah kebawah pastinya sulit untuk membeli

barang-barang asli yang memiliki harga yang sangat tinggi untuk jangkuan

mereka.

Universitas Sumatera Utara


63

TABEL 3

Daftar pertanyaan dari wawancara yang diajukan kepada pedagang (pelaku usaha)

di Pasar Palangkaraya Medan :

JUMLAH (orang)
NO PERTANYAAN
YA TIDAK
Apakah saudara mengetahui di Pasar
1 Palangkaraya ini ada peraturan yang mengatur 6 4
tentang penjualan barang palsu ?

Apakah merek yang anda jual sudah


2 didaftarkan/sudah ada perlindungan 2 8
hukumnya ?

Apakah tidak ada tindakan tegas dari aparat


3 6 4
tentang beredarnya penjualan barang palsu ?
Sumber : Pelaku Usaha dari hasil hasil wawancara ( Hasil wawancara 2020)

Perlindungan Hukum Merek di Indonesia di atur dalam Undang-Undang

No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Dalam Undang-undang

tersebut ada ketentuan yang mengatur bagaimana pelaku usaha dapat

mendaftarkan merek barang dan/jasa yang diinginkan, sebenarnya pelaku usaha

dalam menjalankan usahanya tidak diharuskan untuk mendaftarkan merek barang

dan/atau jasanya ke Dirjen Hak Kekayaan Intelektual tetapi untuk mendapatkan

perlindungan hukum suatu merek harus didaftarkan terlebih dahulu. Hal ini

dipertegas pada Pasal 5 Undang-undang Merek dan Indikasi Geografis “ Hak atas

Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek

yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek

tersebut atau membiarkan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya”.

Dengan adanya hak eksklusif yang diberikan oleh negara pemilik merek berhak

untuk menggunakan mereknya sendiri dan pendaftaran merek merupakan syarat

Universitas Sumatera Utara


64

mutlak untuk memberikan perlindungan hukum terhadap pemegang hak merek

sehingga dapat menghindari adanya persamaan merek atau persamaan barang

dan/atau jasa yang dijual. Tetapi yang terjadi sekarang ini adanya kesenjangan

antara peraturan yang mengatur (substansi) dengan fakta yang terjadi

dimasyarakat khususnya di Kota Medan, dimana masih banyak pedagang atau

pelaku usaha yang menjual barang-barang palsu secara bebas.

Dari hasil wawancara penelitian diatas dari 10 responden dapat dilihat

bahwa rata-rata pelaku usaha mengetahui adanya peraturan yang mengatur tentang

penjualan barang palsu/KW, hal ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa belum

adanya kesadaran hukum para pelaku usaha di Pasar palangkaraya Medan,

sehingga peraturan yang ada belum ditaati dan diterapkan dalam proses

perdagangan barang tersebut. Sehingga masih banyak pedagang/pelaku usaha

yang masih menjual barang-barang palsu/KW tanpa memikirkan adanya

pelanggaran hukum yang terjadi. Dan dari pengakuan pedagang rata-rata mengaku

bahwa barang bermerek yang mereka jual belum didaftarkan sehingga barang

tersebut belum ada perlindungan hukumnya. Alasan mereka tidak mendaftarkan

barang tersebut adalah karena kurangnya pengetahuan mereka mengenai peraturan

dan persyaratan untuk mengajukan permohonan pendaftaran merek, besarnya

biaya yang diperlukan dalam pendaftaran merek, dan proses pendaftaran merek

yang membutuhkan waktu lama. Jadi, dikarenakan beberapa faktor tersebut

mereka tidak mendaftarkan merek tersebut.

Dan untuk tindakan tegas oleh aparat mengenai pelanggaran merek

tersebut, mereka mengaku adanya tindakan tegas dari aparat, seperti teguran dan

peringatan. Tetapi tetap saja para pelaku usaha masih berani untuk menjual barang

Universitas Sumatera Utara


65

tersebut dikarenakan produk tersebutlah yang banyak diminati konsumen

sehingga dapat memberikan keuntungan kepada para pelaku usaha.

TABEL 4

Tanggapan Pedagang dari hasil wawancara Tentang Mengetahui Bahwa Barang-

Barang Palsu Yang Dijualnya Merupakan Pelanggaran ( Pasal 100 UU No 20

Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis )

NO JAWABAN JUMLAH

1 YA 6

2 TIDAK 4

JUMLAH 10

Sumber : Pedagang dari hasil wawancara (Hasil survei 2020)

Dari hasil wawancara penelitian diatas dari 6 pedagang yang menjadi

responden mengetahui bahwa menjual barang-barang palsu merupakan

pelanggaran dan 4 pedagang yang menjadi responden tidak mengetahui bahwa

menjual barang-barang palsu merupakan pelanggaran. Hal tersebut membuktikan

bahwa memang pengetahuan hukum dan kesadaran hukum pedagang masih

rendah. Dibuktikan bahwa para pedagang sadar bahwa menjual barang palsu

merupakan pelanggaran tetapi mereka tetap menjual itu artinya mereka sadar

tetapi tidak taat. Jika para pedagang dan juga masyarakat selaku pembeli

mengetahui serta memahami peraturan yang berlaku maka tingkat pelanggaran

merek pasti akan lebih sedikit terjadi.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMALSUAN MEREK DAGANG

TERKENAL ASING DI INDONESIA

A. Pengaturan Merek dalam Tindakan Pemalsuan Merek Dagang di

Indonesia

Pada prinsipnya setiap tindakan untuk menggunakan merek identik untuk

produk identik ( double identity) adalah secara nyata merupakan tindakan

pemalsuan (counterfeiting). Teori pemalsuan muncul dalam kasus pengiklanan

untuk menjual (advertising), pengemasan ulang (repackaging), perbaikan dan

pengkondisian ulang (repair and reconditioning). 62

Pengaturan untuk merek terkenal di dalam Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis pada dasarnya tidak mengatur

secara rinci, namun pengaturan tentang merek terkenal dapat dilihat dalam

penjelasan Pasal 21 ayat 1 huruf b, yaitu:

Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhan dengan merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa

yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat

mengenai merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Di samping itu,

diperhatikan pula reputasi merek tersebut yang diperoleh karena promosi yang

gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan

oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek dimaksud di beberapa

62
Rahmi Jened, Op.cit, hal.316

66

Universitas Sumatera Utara


67

negara. Jika hal tersebut belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat

memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survei guna

memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi

dasar penolakan.63

Indonesia mulai membentuk Undang-Undang Merek pada tahun 1961

yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan

Merek Perniagaan ( disebut juga Undang-Undang Merek ). Undang-Undang

Merek yang baru ini merupakan pengganti dan pembaharuan dari Hukum Merej

yang diatur dalam Reglemen. Pertimbangan lahirnya Undang-Undang Nomor 21

Tahun 1961 tentang Merek ini adalah untuk melindungi khalayak ramai dari

tiruan barang-barang yang memakai suatu merek yang sudah dikenalnya sebagai

merek barang-barang yang bermutu baik. Selain itu, Undang-Undang Nomor 21

Tahun 1961 tentang Merek ini juga bermaksud melindungi pemakai pertama dari

suatu merek di Indonesia. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 mengenal

pengolongan barang-barang dalam 35 kelas yang sejalan dengan klasifikasi

internasional berdasarkan persetujuan pendaftaran merek Nice, Prancis pada tahun

1957 yang diubah di Stickholm tahun 1961 dengan penyesuaian kondisi di

Indonesia.

Tanggal 28 Agustus 1992 diundangkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

1992 tentang Merek yang berlaku efektif pada tanggal 1 April 1993. Undang-

undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek ini menggantikan dan

memperharui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek tersebut

63
https://weloje.id/news-posts/poin-penting-uu-no-20-tahun-2016-tentang-merek-dan-
indikasi-geografis-dan-pengetahuan-tentang-merek-terkenal/ (diakses pada 22 Desember 2019,
pukul 14.02)

Universitas Sumatera Utara


68

dibuatlah berbagai surat keputusan administrative yang terkait dengan prosedur

pendaftaran merek. Berkaitan dengan kepentingan reformasi Undang-undang

Merek, Indonesia turut serta meratifikasi perjanjian Internasional Merek World

Intellectual Property Organization ( WIPO).64

Dalam merek juga terdapat Permohonan, permintaan, pendaftaran, yang

diajukan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal.dan Permohonan tersebut jug

mempunyai pihak yang mengajukan Permohonan terhadap menteri dan Merek ini

juga di periksa oleh pejabat yang keahliannya diangkat dengan Keputusan

Menteri, yang ditugasi untuk melakukan pemeriksaan terhadap Permohonan

pendaftaran Merek. Menteri ini adalah menteri yang membawahkan yang

memeriksa Departemen yang satu lingkup tugas dan tanggung jawabnya.

Dalam Pasal 2, Merek sebagaimana diatur dalam Undang-undang Merek

ini meliputi Merek Dagang dan Merek Jasa. Sedangkan Pasal 3 Hak atas Merek

adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang

terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan

menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain

untuk menggunakannya dan Merek yang Tidak Dapat Didaftar dan yang

Ditolak.Merek yang tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan

oleh Pemohon yang beritikad tidak baik dan dalam Pasal 5 Merek tidak dapat

didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini :yang

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas

agama, kesusilaan, atau ketertiban umumyang yang kedua tidak memiliki daya

pembeda adapun yang ke tiga dalam unsur tersebut adalah yang telah menjadi

64
Tim Lindsey dkk, Op.cit, hlm, 132.

Universitas Sumatera Utara


69

milik umum; atau merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa

yang dimohonkan pendaftarannya.dan dalam Pasal 6 Permohonan harus ditolak

oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut :yang mempunyai persamaan

pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik pihak lain yang sudah

terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis, dan adapun juga

yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek

yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau sejenisnya.dan juga

yang memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-

geografis yang sudah dikenal.65

Pemilik merek memiliki hak yang dinamakan hak atas merek. Hak atas

merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek

yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan

menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain

untuk menggunakannya (Pasal 3 UU Merek). Perlindungan hukum terhadap

merek terdaftar diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal

penerimaan permohonan yang telah memenuhi persyaratan administratif, yang

mana jangka waktu tersebut dapat diperpanjang (Pasal 28 UU Merek).

Adalah sesuatu yang wajar jika orang yang telah terlebih dahulu

mendaftarkan mereknya (yang sama dengan merek yang Anda gunakan)

kemudian mengajukan gugatan kepada pihak yang menggunakan merek yang

sama tanpa hak (tanpa meminta izin kepada pemilik merek). Gugatan tersebut

berupa gugatan ganti rugi dan/atau penghentian semua perbuatan yang berkaitan

65
www.kompasiana.com/amp/washilatulhidayah/marak-pemalsuan-merek-kapan-di-
tangkap_ (diakses pada 22 Desember 2019, pukul 15.12)

Universitas Sumatera Utara


70

dengan penggunaan Merek tersebut (Pasal 76 ayat (1) UU Merek). Gugatan

tersebut diajukan kepada Pengadilan Niaga (Pasal 76 ayat (2) UU Merek).

Pada dasarnya pada saat suatu undang-undang diundangkan, semua orang

dianggap mengetahuinya (fiksi hukum), sehingga Anda seharusnya berhati-hati

dalam membuat/memakai merek, jangan sampai melanggar hak orang lain serta

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seharusnya Anda mengecek terlebih

dulu apakah merek yang akan Anda gunakan telah didaftarkan oleh orang lain

atau tidak.

Sebagaimana pernah dijelaskan oleh Lucky Setiawati, S.H. dalam artikel Perlukah

Usaha Kecil dan Menengah Mendaftar Merek Dagang?, untuk mendapatkan

informasi apakah merek yang diinginkan telah didaftarkan oleh pihak lain untuk

kategori produk atau jasa sejenis, Anda dapat melakukan penelusuran merek

dagang (trademark search) di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual,

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (“Ditjen HKI”).

Penelusuran merek dapat dilakukan sendiri di Ditjen HKI atau melalui konsultan

HKI.66

Berdasarkan ketentuan UU Merek Indonesia mengatur mengenai jenis

pelanggaran merek, yaitu sebagai berikut:

a. Menggunakan merek yang sama padakeseluruhannya dengan merek yang

terdaftar milik pihak lain untuk barang yang sama dan/atau jasa yang

sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagang- kan (Pasal 90 UU Merek

Indonesia)

66
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt53e08e8a9f330/adakah-hukuman-
jika-tak-sengaja-menggunakan-merek-pihak-lain/ (diakses pada 22 Desember 3029, pukul 15.32)

Universitas Sumatera Utara


71

b. Menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan

merek yang sudah terdaftar milik pihak lainuntuk barang dan/atau jasa

sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan (Pasal 91 UU Merek

Indonesia)

c. Memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau patut

diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil

pelanggaran. (Pasal 94 ayat 1 UU Merek Indonesia).

M. Yahya Harahap menyata-kan bahwa: “persamaan pada keseluruhan adalah

persamaan seluruh elemen.67

B. Sanksi Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Terkenal


Asing di Indonesia

Sehubungan dengan Penegakan Hukum atas Pelanggran merek pada

pokoknya maka perlu terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai apa itu yang di

maksud dengan Penegakan hukum.

Penegakan adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku

hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara

sedangkan Pengertian tindak pidana sendiri adalah berasal dari istilah yang

dikenal dalam hukum Pidana Belanda yaitu stafbaar feit.68

Jadi di dalam tindak Pidana di bidang Merek objek hukumnya Berkaitan

dengan HAKI khususnya merek. Tindak pidana akan melahirkan

pertanggungjawaban pidana yang hanya dapat terjadi setelah sebelumnya

seseorang melakukan tindak pidana, dimana pertanggungjawaban pidana

67
M. Yahya Harahap. Op.Cit, Hal.105
68
Adami Chazawi , Pengantar Hukum Pidana Bagian I, Garfindi, Jakarta, hal.69

Universitas Sumatera Utara


72

dilakukan dengan asas yang berbeda yaitu dengan asas Tiada pidana tanpa

kesalahan.

Ditinjau dari aspek hukum masalah merek menjadi sangat penting,

sehubungan dengan persoalan perlu adanya perlindungan hukum dan kepastian

hukum bagi pemilik atau pemegang merek dan perlindungan hukum terhadap

masyarakat sebagai konsumen atas suatu barang atau jasa yang memakai suatu

merek agar tidak terkecoh oleh merek-merek lain, tidak dapat dipungkiri lagi

bahwa masalah penggunaan merek terkenal maupun tidak terkenal oleh pihak

yang tidak berhak, masih banyak terjadi di Indonesia dimana masyarakat kita

sering berpikir kurang ekonomis dan kurang inovatif.69

Perlindungan hukum merek yang diberikan baik kepada merek asing atau

lokal, terkenal atau tidak terkenal hanya diberikan kepada merek yang terdaftar.

Untuk itu setiap pemilik merek diharapkan agar mendaftarkan mereknya ke Dirjen

Haki agar dapat memperoleh perlindungan hukum terhadap mereknya,

perlindungan hukum yang di berikan kepada merek-merek yang telah terdaftar

adalah untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun tanggal penerimaan permohonan

merek bersangkutan ( Pasal 28 undang- undang Merek).

Atas permohonan pemilik merek jangka waktu perlindungan merek

terdaftar dapat diperpanjang setiap kali untuk jangka waktu yang sama. Upaya

meningkatkan perlindungan hukum yang lebih luas, berbagai macam upaya

hukum telah dirancang sebagai sistem pelayanan perlindungan hukum kepada

pemilik merek, tidak hanya sekedar tindakan administratif tetapi dapat juga

69
Philipus M Hadjono, Op.cit, hal.55

Universitas Sumatera Utara


73

dengan ancaman tuntutan pertanggung jawaban perdata maupun pertanggung

jawaban pidana sebagaimana yang akan dikemukakan sebagai berikut.70

Adanya pelanggaran merek yang dilakukan oleh pihak-pihak yang

beritikad tidak baik dan tidak bertanggung jawab terhadap merek terkenal yang

dilanggarnya, tentu akan menimbulkan kerugian yang dirasakan oleh produsen

atau pengusaha pemegang hak atas merek yang terkenal. Sebagai pihak yang

dirugikan, tentu pemegang hak atas merek terkenal akan menempuh jalur hukum

untuk menyelesaikan kasus pelanggaran merek. Hal tersebut bertujuan agar

pelaku pelanggaran merek tidak akan lagi memakai merek yang menyerupai pada

pokoknya atau keseluruhan- nya dari merek terkenal atau bahkan meng- hentikan

aktivitas produksinya. Perbuatan pelanggaran merek selain diatur di dalam UU

Merek, juga dapat dikenai sanksi yang dapat ditinjau dari hukum pidana, perdata,

maupun administrasi. Adapun penegakan hukum yang ada pada Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2016 tentang merek meliputi; penegakan sanksi hukum pidana,

hukum perdata, dan hukum administratif.71

a. Penegakan sanksi pidana

Undang-undang merek memberikan ancaman pidana kepada setiap orang

yang menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya ataupun yang sama

pada pokoknya. Besarnya ancaman pidana, ditentukan dalam pasal 100 UUM ayat

1 dan 2, yaitu:

“Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang

sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk

70
Wiratmo Dianggoro, Pembaharuan Undang-undang Merek dan Dampak bagi Dunia
Bisnis, Jurnal Hukum Bisnis, Volume II, hal.5
71
Muhamad Djumhana dan Djubaedillah.1997, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan
Prakteknya di Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 93.

Universitas Sumatera Utara


74

barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

paling panyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)

Ayat 2

“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang

sama pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang

dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).72

b. Penegakan sanksi perdata

Di dalam pasal 76 Undang-undang No.15 Tahun 2001 disebutkan bahwa

pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang

secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada

pokoknya atau keseluruhan untu barang dan atau jasa yang sejenis berupa gugatan

ganti rugi.73

c. Penegakan sanksi administrasi

Tindakan Administratif merupakan kewenangan yang dilimpahkan pada

Kantor merek yang dapat di kenakan pada setiap orang/badan Hukum yang

melakukan pelanggaran terhadap hak merek, sesuai dengan kewenangannya

Tindakan administratif yang dapat dilakukan oleh kantor Merek antara lain:

1) Melakukan penolakan atas permintaan pendaftaran Merek. Pada tahap

proses pendaftaran merek, Peranan Kantor Merek sangat menentukan

72
UUM Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
73
Syafruddin Udin, “Penegakan Hukum Dibidang Merek dan Permasalahannya”, Blog
Syafruddin Udin. http://syafruddinsh.blogspot.com/2011/04/penegakan-hukum- dibidang-merek-
dan.html (Diakses pada tanggal 22 Desember 2019, pukul 12.12)

Universitas Sumatera Utara


75

dalam memberikan perlindungan hukum kepada pemilik merek yang

sudah terdaftar. Dengan kewenangan yang dimilikinya, kantor merek

berhak menolak permintaan pendaftaran.

2) Penghapusan Pendaftaran Merek dari DUM (Daftar Umum Merek). Dalam

ketentuan pasal 61 ayat 1 undang-undang memberikan wewenang kepada

kantor merek secara “ Ex officio” atau atas praarsa sendiri untuk

mengambil tindakan administrasi, yakni melakukan penghapusan

pendaftaran merek dari DUM (Daftar Umum Merek). Tindakan

penghapusan pendaftaran merek dapat dilakukan kantor merek apabila

diperoleh bukti yang cukup atas dasar alasan bahwa merek yang digunakan

tidak sesuai dengan yang didaftarkan.

C. Upaya Hukum Penyelesaian Tindak Pidana Pemalsuan Merek


Dagang Terkenal Asing di Indonesia

Undang-Undang Hak Merek memberikan pilihan penyelesaian hukuman

bagi pemegang merek yang haknya dilanggar oleh pihak lain. Berikut ini

mekanisme penyelesaian bagi pemegang merek yang ingin mempertahankan

haknya :

1. Gugatan Perdata, mekanisme ini diatur di dalam pasal 83 UUM.

Pemegang merek berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada

Pengadilan Niaga atas kerugian yang dialami dan memohon kepada

Pengadilan Niaga agar memerintahkan penghentian semua perbuatan yang

berkaitan dengan penggunaan merek.

Universitas Sumatera Utara


76

2. Tuntutan Pidana, ketentuan pidana pelanggaran merek diatur didalam

pasal 100-103 UUM. Pengajuan gugatan perdata tetap bisa dilakukan

bersama tuntutan pidana. Proses perdata tidak menggugurkan hak negara

untuk melakukan tuntutan pidana.

3. Penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa/ ADR

(Alternative Dispute Resolution) dalam bentuk negosiasi, mediasi,

konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan

undang-undang yang berlaku (Pasal 93 UUM). 74

Perlindungan merek dagang milik orang asing yang dalam hal ini

merupakan merek terkenal tidak diatur secara jelas di dalam UUM tahun 2001,

bahkan Undang-undang ini pun tidak menjabarkan definisi dari merek terkenal.

Akan tetapi berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.03-HC.02

tahun 1991 yang menyatakan bahwa merek terkenal adalah sebuah merek dagang

yang secara umum dikenal dan digunakan dalam perdagangan barang dan jasa

oleh seorang individu atau badan hukum di Wilayah Republik Indonesia ataupun

Negara-negara lain, secara hukum menunjukkan bahwa Indonesia mengakui

adanya keberadaan merek terkenal di dalam wilayahnya dan secara global.

Dalam rangka untuk lebih memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada

pemilik merek dagang milik orang asing, diperlukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Upaya Preventif

Upaya preventif merupakan upaya yang mengarah kepada tindakan yang

bersifat pencegahan. Tujuannya untuk meminimalkan peluang terjadinya

pelanggaran merek dagang. Langkah ini ditekankan pada pengawasan pemakaian

74
Khoirul Hidayah, op.cit, hal.60

Universitas Sumatera Utara


77

merek, perlindungan terhadap hak eksklusif pemegang hak atas merek dagang

milik orang asing dan anjuran- anjuran kepada pemilik merek untuk mendaftarkan

mereknya agar haknya terlindungi. Apalagi terhadap merek asing, pemegang hak

mendapatkan perlakuan khusus untuk mengajukan permohonan pendaftaran

merek dengan menggunakan hak prioritas yang harus diajukan dalam waktu

paling lama 6 bulan sejak tanggal penerimaaan permohonan pendaftaran merek

yang pertama kali yang diterima negara lain, yang merupakan anggota Paris

Convention for the Protection of Industrial Property atau anggota Agreement

Establishing the World Trade Organization.

b. Upaya Represif

Upaya represif adalah upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan atau

menanggulangi suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi. Perlindungan

hukum represif ini diberikan apabila telah terjadi pelanggaran hak atas merek. Hal

ini menuntut peranan dari lembaga peradilan dan aparat penegak hukum lainnya,

seperti polisi, pejabat pegawai negeri sipil dan kejaksaan sangat diperlukan.

Pemegang hak atas merek dagang milik orang asing meskipun belum

terdaftar memiliki pengecualian untuk memperoleh perlindungan hukum terhadap

pelanggaran hak atas merek baik dalam bentuk gugatan pembatalan maupun

tuntutan hukum pidana melalui aparat penegak hukum.

Gugatan pembatalan pendaftaran merek diajukan setelah pemilik merek

dagang asing milik orang lain mengajukan permohonan pendaftaran merek pada

Direktorat Jenderal HKI. Selain itu apabila ternyata suatu merek terdaftar

mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek dagang

Universitas Sumatera Utara


78

milik orang asing, direktorat jenderal akan menolak perpanjangan pendaftaran

merek tersebut.

Pemberian sanksi yang jelas dan tegas bagi pengusah lokal yang

menggunakan merek dagang milik orang asing ini tanpa izin dari pemilik merek.

Hal ini agar memberikan jaminan dan perlindungan hukum bagi pemilik merek

dagang asing yang terdaftar di Indonesia. Contohnya memberikan sanksi berupa

pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

1.000.000.000,- bagi pihak yang dengan sengaja ddan tanpa hak menggunakan

merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain

untuk barang dan jasa sejenis yang diproduksi atau diperdagangkan. Hal ini sesuai

dengan Pasal 90 UUM Nomor 15 Tahun 2001. Tetapi dikatakan bahwa

pelanggaran terhadap Pasal 90 sampai dengan Pasal 93 itu adalah delik aduan

(klacht delict). Artinya bahwa hanya dengan adanya laporan atau klacht dari si

pemilik merek bersangkutan, maka akan dituntut dan dikenakan sanksi tersebut

atau diadakan penyidikan.75

Penyelesaian sengketa merek ditetapkan dalam Undang-Undang Merek

Nomor 15 Tahun 2001 dan penyelesaiannya melalui pengadilan niaga karena

merek tidak dapat dilepaskan dari masalah perdagangan. Penyelesaian sengketa

merek dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, gugatan pembatalan merek,

gugatan penghapusan pendafataran merek yang diajukan pihak ketiga, dan

gugatan atas pelanggaran merek. Gugatan atas penggunaan merek tanpa izin dapat

75
Sudargo Gautamadan Rizawanto Winata, Undang-undang Merek Baru Tahun 2001,
Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hal.26

Universitas Sumatera Utara


79

berupa gugatan ganti rugi yang dapat disertai dengan gugatan penghentian semua

perbuatan yang berkaitan dengan pelanggaran tersebut.76

76
Journal.fh.unsri.ac.id (diakses pada 08 Desember 2019, pukul 17.33)

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. KESIMPULAN

1. Tinjauan Yuridis terhadap Perdagangan barang palsu dengan

menggunakan Merek terkenal yang dilakukan oleh para pedagang di Pasar

Palangkaraya dapat dikatakan sebagai pelanggaran merek yang telah

memenuhi unsur-unsur sesuai ketentuan Pasal 100 Undang-undang No. 20

Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Dari hasil penelitian

yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tinjauan pelaksanaan

perlindungan hukum Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek

dan Indikasi Geografis belum berjalan secara efektif.

2. Perlindungan hukum merek dijamin dalam pasal 21 Undang-undang

No.20 Tahun 2016. Penggunaan merek orang lain tanpa izin tertulis dari

pemiliknya atau pemalsuan dikatakan sebagai pelanggaran hukum.

Perlindungan hukum terhadap pemalsuan merek dagang terkenal asing di

Indonesia yang berada di Pasar Palangkaraya belum berjalan dengan baik.

Hal ini disebabkan karena masih kurangnya kesadaran para pelaku usaha

(pedagang) akan sebuah pelanggaran merek yang terjadi di Pasar

Palangkaraya. Pedagang yang menjual barang-barang palsu yang

mengetahui bahwa menjual barang-barang palsu/tiruan atau KW adalah

bentuk pelanggaran dan dapat terkena sanksi pidana yang cukup berat.

80

Universitas Sumatera Utara


81

Masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam keefektifan

suatu aturan hukum khususnya perlindungan merek. Dan banyaknya

permintaan dari konsumen menyebabkan banyaknya pelanggaran merek.

Maka dari itu masyarakat dituntut agar lebih sadar akan bentuk-bentuk

pelanggaran yang dapat merugikan banyak pihak .

3. Akibat hukum terhadap pemalsuan merek dagang terkenal asing di

Indonesia adalah apabila seseorang melakukan pelanggaran merek akan

dikenakan sanksi sesuai Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Pasal 100

ayat (1) yaitu setiap orang yang tanpa hak menggunakan merek yang sama

pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik orang lain yang

diproduksi atau diperdagangkan akan dikenakan sanksi pidana berupa

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak

Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

B. SARAN

1. Aparat penegak hukum harusnya bersikap lebih tegas dan aktif dalam

kasus pelanggaran merek sehingga tidak adanya pelanggaran atas merek

dan membuat masyarakat yang sebagai pelaku usaha taat akan hukum

yang mengatur tentang pelanggaran merek tersebut. Selain lembaga yang

berwenang dalam melakukan pengawasan dan pengecekan kembali barang

yang akan diperjualbelikan kepada masyarakat dan pengawasan yang lebih

optimal kepada pelanggaran perdaganganbarang palsu harus lebih sering

mengadakan razia terhadap pedagang yang menjual barang-barang palsu

dan memberikan sosialisasi terhadap pedagang tentang larangan menjual

Universitas Sumatera Utara


82

barang-barang palsu/tiruan dan sanksi hukum yang dapat menjerat para

pedagang serta memberikan sanksi lebih tegas atau penerapan sanksi

secara nyata. Lembaga-lembaga yang mengawasi pelanggaran merek

beserta seluruh jajaran kaitannya dengan proses penyebarluasan

pemahaman tentang merek kepada seluruh lapisan masyarakat melalui

proses pembinaan ataupun sosialisasi harusnya secara rutin dilakukan

guna menumbuhkan kesadaran hukum di masyarakat yang diharapkan

dapat meminimalisir tindak pelanggaran merek.

2. Peran aktif aparatur yang tidak hanya menunggu laporan/aduan dari

pemilik merek harusnya mulai diterapkan guna menekan angka

pelanggaran merek dan proses pelaksanaan UU No.20 Tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Gografis dalam hal praktik perdangangan barang

tiruan/palsu yang menggunakan merek terkenal belum bekerja dengan

efektif.

3. Kepada pelaku usaha sebaiknya sebelum memulai suatu usaha sebaiknya

pemilik merek mengetahui terlebih dahulu peraturan yang mengatur

tentang merek agar usaha yang didirikan berjalan dengan baik sesuai

dengan prosedur sehingga tidak ada terjadi pelanggaran merek yang

merugikan banyak pihak.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Chazawi Adami, Pengantar Hukum Pidana Bagian I, Garfindi, Jakarta


Diantha I Made Pasek, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi
Teori Hukum, Prenadamedia Group, Jakarta Timur : 2019

Erma Wahyuni dkk, Kebijakan dan Manajemen Hukum Merek, Yogyakarta,


Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia

Firmansyah Hery, Perlindungan Hukum Terhadap Merek, Penerbit Pustaka


Yustisia, Yogyakarta : 2011
Hadjono M Philipus, Perlindungan Hukum bagi HAKI di Indonesia edisi khusus,
Penerbitan Perdapan, 2007
Harahap M. Yahya, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di
Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1999, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung : 1996
Hidayah Khoirul, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Setara Press, Malang : 2017
Jened Rahmi, Hukum Merek dalam Era Global & Integrasi Ekonomi (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015)
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Prenadamedia Group, Depok : 2018
Kaligis O.C. , Teori & Praktik Hukum Merek Indonesia, P.T. Alumni, Bandung :
2008
Maulana Insan Budi, Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia Dari Masa ke
Masa, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung : 1999
Miru Ahmad, Hukum Merek (Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek )
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005)

Muchsin , Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,


Disertai Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, Surakarta :2003
Muhamad Djumhana dan Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan
Prakteknya di Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung : 1997
Rahardjo Satjipro , Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta :
2003
Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual ( Intellectual Property Rights),
PT Raja Grafindo Persada , Jakarta :2004

83

Universitas Sumatera Utara


84

Sanusi Bacherawi, “Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi” Panji Masyarakat, No.


808, 1-10 Nopember 1994
Setiono, “Rule of Law”, Disertai Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta : 2004
Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, Undang-undang Merek Baru Tahun
2001, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung : 2002
Supramono Gatot, Pendaftaran Merek berdasarkan Undang-undang Nomor 19
Tahun 1992, Djambatan, Jakarta : 1996
Sutedi Adrian , Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta : 2009
Tim Lindsey dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar (Bandung: PT.
Alumni, 2011)
Tim Redaksi Tata Nusa, Himpunan Putusan-putusan Pengadilan Niaga dalam
Perkara Merek, PT.Tatanusa, Jakarta : 2004

B. Undang-Undang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek


dan Indikasi Geografis

C. Jurnal
Cita Citrawinda, 2007, Sekilas Tentang Tindak Pidana dalam Bidang Merek,
http://lib.law.ugm.ac.id/ojs/index. php/jli/article/view/654, Diakses 26 Desember 2013,
h.1-2

Hetty Hasanah, “Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan


Konsumen atas Kendaraan Bermotor dengan Fidusia”, artikel diakses pada 1
Juni 2015 dari http://jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html.
Ida Ayu Windhari Pratiwi, Pelanggaran Merek Terkenal dan Perlindungan Hukum
Bagi Pemegang Hak dalam Persfektif Paris Convention, TRIPs, Agreement dan
UU Merek Indonesia, Denpasar,2014, hal.431
Jurnal Hukum Samudra Keadilan Volume 11

Syafruddin Udin, “Penegakan Hukum Dibidang Merek dan Permasalahannya”,


Blog Syafruddin Udin. http://syafruddinsh.blogspot.com/2011/04/penegakan-
hukum- dibidang-merek-dan.html
Wiratmo Dianggoro, Pembaharuan Undang-undang Merek dan Dampak bagi
Dunia Bisnis, Jurnal Hukum Bisnis, Volume II, hal.5

Universitas Sumatera Utara


85

Website
http://raypratama.blogspot.co.id/2015/04/teori-perlindungan-hukum.html.

https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt53e08e8a9f330/adakah-
hukuman-jika-tak-sengaja-menggunakan-merek-pihak-lain/
https://weloje.id/news-posts/poin-penting-uu-no-20-tahun-2016-tentang-merek-
dan-indikasi-geografis-dan-pengetahuan-tentang-merek-terkenal/
Wikipedia.org/merek dagang

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai