Anda di halaman 1dari 8

9 Etika Bisnis

Etika Bisnis
9 Etika Bisnis

Chapter 9

PERAN SISTEM PENGATURAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PENGERTIAN PERATURAN

Pengertian peraturan sangat banyak, tergantung dari cara pemikiran diri kita sendiri.
Peraturan juga melatih kedisiplinan kita. Jadi jika kita tidak dapat melakukan
peraturan, otomatis kita dinilai tidak disiplin.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Peraturan adalah ketentuan yang mengikat warga kelompok masyarakat, dipakai


sebagai panduan, tatanan, dan kendalikan tingkah laku yang sesuai dan diterima:
setiap warga masyarakat harus menaati aturan yang berlaku; atau ukuran, kaidah
yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai atau membandingkan sesuatu.

Lydia Harlina Martono

Peraturan merupakan pedoman agar manusia hidup tertib dan teratur. Jika tidak
terdapat peraturan, manusia bisa bertindak sewenang-wenang, tanpa kendali, dan
sulit diatur.

Jadi definisi dari peraturan adalah suatu perjanjian yang telah dibuat untuk
kepentingan umum, tentang apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

Manusia merupakan mahluk sosial sehingga dalam kesehariannya selalu


berhubungan dengan manusia-manusia yang lain. Karena seringnya terjadi interaksi
anatar manusia tersebut, maka dibutuhkan sesuatu yang bersifat mengatur dan
mengikat manusia-manusia tersebut untuk selalu mematuhi aturan yang telah
ditetapkan. Peraturan dibuat untuk mengatur manusia-manusia yang terdapat dalam
satu kelompok untuk menghindari sikap brutal, mau menang sendiri, dll. Secara
umum, peraturan adalah suatu perjanjian yang telah dibuat untuk kepentingan umum,
tentang apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

A. KARAKTERISTIK GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Birokrat sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan publik tentu memiliki andil yang
cukup besar dalam mewujudkan good governance dalam pelayanan publik. Bentuk
Pelayanan publik akan terlihat membawa Negara kepada good governance jika
karakteristik pelayanan publik tersebut telah sesuai dengan karakteristik Good
9 Etika Bisnis

governance itu sendiri. Dalam hal ini, ada Sembilan karakteristik good governance
dari United Nation Development Program (UNDP), yakni :

1. Partisipasi

Konsep partisipasi tentu sejalan dengan system pemerintahan yang demokrasi yang
diterapkan di Indonesia. Partisipasi secara sederhana berarti adanya peran serta
dalam suatu lingkungan kegiatan. Peran serta disini menyangkut akan adanya proses
antara dua atau lebih pihak yang ikut mempengaruhi satu sama lain yang menyangkut
pembuatan keputusan, rencana, atau kebijakan. Dalam pelayanan publik, partisipasi
tidak hanya terjadi diantara pihak pemerintah melalui birokrat yang kemudian
membuat kebijakan mengenai bentuk pelayanan yang akan diberikan, tetapi juga
harus melibatkan masyarakat sehingga mengetahui lebih lanjut apa yang sebenarnya
dibutuhkan masyarakat dalam pelayanan publik. Dalam hal ini, pemerintah melalui
pihak birokrat harus berperan sebagai fasilitator da katalisator yang memberikan
pelayanan terbaik yang memang sesuai.

Tujuan utama dari adanya partisipasi sendiri adalah untuk mempertemukan


kepentingan yang sama dan berbeda dalam suatu perumusan dan pembuatan
kebijakan secara berimbang untuk semua pihak yang terlibat dan terpengaruh.
Keterlibatan masyarakat lebih kepada pengharapan akan tertampungnya berbagai
aspirasi dan keluhan masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan oleh birokrat
selama ini. Masyarakat terlibat baik dalam bentuk perencanaan untuk
mengedepankan keinginan terhadap pelayanan publik, perumusan ataupun
pembuatan kebijakan, serta juga sebagai pengawas kinerja pelayanan.

2. Rule of law

Rule of low berarti penegakan hukum yang adil dan tanpa pandang buluh, yang
mengatur hak-hak manusia yang berarti adnya supremasi hukum. Menurut Bargir
manan (1994), supremasi hukum mengandung arti : Suatu tindakan hukunm hanya
sah apabila dilakukan menurut atau berdasarkan aturan hukum tertentu (asas
legalitas). Ketentuan hukum hanya dapat dikesampingkan dalam hal kepentingan
umum benar-benar menghendaki atau penerapan suatu aturan hukum akan
melanggar dasar-dasar keadilan yang berlaku dalam masyarakat (principles of natural
justice). Ada jaminan yang melindungi hak-hak setiap orang baik yang bersifat asasi
maupun yang tidak asasi dari tindakan pemerintah atau pihak lainnya.
9 Etika Bisnis

3. Transparansi

Transparansi berarti adanya keterbukaan terhadap publik sehingga dapat diketahui


oleh pihak yang berkepentingan mengenai kebijakan pemerintah dan organisasi
badan usaha, terutama para pemberi pelayanan publik. Transparansi menyangkut
kebebasan informasi terhadap publik. Satu hal yang membedakan organisasi swasta
dan publik adalah dalam masalah transparansi sendiri. Dalam organisasi swasta,
keterbukaan informasi bukanlah suatu hal yang menjadi harus. Banyak hal yang
dirasa harus dirahasiakan dari publik dan hanya terbuka untuk beberapa pihak.
Sementara itu, organisasi publik yang bergerak atas nama publik mengharuskan
adanya keterbukaan agar dapat menilai kinerja pelayanan yang diberikan. Dengan
begini, akan terlihat bagaimana suatu system yang berjalan dalam organisasi
tersebut.

4. Responsif

Responsif berarti cepat tanggap. Birokrat harus dengan segera menyadari apa yang
menjadi kepentingan public (public interest) sehingga cepat berbenah diri. Dalam hal
ini, Birokrasi dalam memberikan pelayanan publik harus cepat beradaptasi dalam
memberikan suatu model pelayanan. Masyarakat adalah sosok yang kepentingannya
tidak bisa disamakan secara keseluruhan dan pada saatnya akan merasakan suatu
kebosasanan dengan hal yang stagnan atau tidak ada perubahan, termasuk dalam
pemberian pelayanan. masyarakat selalu akan menuntut suatu proses yang lebih
mudah/simple dalam memenuhi berbagai kepentingannya. Oleh karena itu, Birokrasi
harus dengan segera mampu membaca apa yang menjadi kebutuhan publik.

5. Berorientasi pada consensus

Berorientasi pada consensus berarti pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus


merupakan hasil kesepakatan bersama diantara para actor yang terlibat. Hal ini
sejalan dengan konsep partisipatif dimana adanya keterlibatan dari masyarakat dalam
merumuskan secara bersama mengenai hal pelayanan publik.

6. Keadilan

Keadilan berarti semua orang (masyarakat), baik laki-laki maupun perempuan, miskin
dan kaya memilik kesamaan dalam memperoleh pelayanan publik oleh birokrasi.
Dalam hal ini, birokrasi tidak boleh berbuat diskriminatif dimana hanya mau melayani
pihak-pihak yang dianggap perlu untuk dilayani, sementara ada pihak lain yang terus
dipersulit dalam pelayanan bahkan tidak dilayani sama sekali. Konsep keadilan masih
9 Etika Bisnis

terlihat sulit diterpakan dalam pelayanan publik di Indonesia. Hal ini bisa dipengaruhi
karena konflik kepentingan birokrasi.

7. Efektif dan efisien

Efektif secara sederhana berarti tercapainya sasaran dan efisien merupakan


bagaimana dalam mencapai sasaran dengan sesuatu yang tidak berlebihan (hemat).
Dalam bentuk pelayanan publik, hal ini berarti bagaimana pihak pemberi pelayanan
melayani masyarakat seefektif mungkin dan tanpa banyak hal-hal atau prosedur yang
sebenarnya bisa diminimalisir tanpa mengurangi efektivitasnya.

8. Akuntabilitas

Akuntabilitas berarti tanggung gugat yang merupakan kewajiban untuk member


pertanggungjawaban dan berani untuk ditanggung gugat atas kinerja atau tindakan
dalam suatu organisasi. Dalam pemberian pelayanan publik, akuntabilitas dapat
dinilai sudah efektifkah prosedur yang diterapkan oleh organisasi tersbut, sudah
sesuaikah pengaplikasiannya, dan bagaiman dengan pengelolaan keuangannya, dan
lain-lain. Dalam birokrasi, akuntabilitas yang berarti akuntabilitas publik menjadi
sesuatu yang sepertinya menjadi sosok yang menakutkan. Hal ini tentunya disadari
dari ketidakjelasan atas kinerja birokrat itu sendiri. Namun, ternyata, banyak cara yang
sering dilakukan para birokrat dalam menutupi kesalahan sehingga akuntabilitasnya
terlihat baik.

Menurut Turner dan Hulme (Mardiasmo, 2002), menerapkan akuntabilitas memang


sangatlah sulit, bahkan lebih sulit dalam memberantas korupsi. Akuntabilitas saat ini
menjadi konsep utama yang harus diterapkan dalam organisasi publik dalam
mendongkrak kinerja mereka tentunya. Tuntutan akan akuntabilitas tidak hanya
menekankan pada tanggung gugat secara vertical dalam artaian antara bawahan
terhadap atasan, tetapi juga secara horizontal yang berarti terhadap masyarakat.

9. Strategic vision

Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh kedepan.


Pemerintah dan masyarakat harus memiliki kesatuan pandangan sesuai visi yang
diusung agar terciptanya keselarasan dan integritas dalam pembangunan, dengan
memperhatikan latar belakang sejarah, kondisi social, dan budaya masyarakat.
9 Etika Bisnis

C. Commission Of Human Right (Hak Asasi Manusia)

Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam
kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam
deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan
tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal
28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1 dan pasal 31 ayat 1.

Dalam teori perjanjian bernegara, adanya Pactum Unionis dan Pactum Subjectionis.
Pactum Unionis adalah perjanjian antara individu-individu atau kelompok-kelompok
masyarakat membentuik suatu negara, sedangkan pactum unionis adalah perjanjian
antara warga negara dengan penguasa yang dipiliah di antara warga negara tersebut
(Pactum Unionis). Thomas Hobbes mengakui adanya Pactum Subjectionis saja. John
Lock mengakui adanya Pactum Unionis dan Pactum Subjectionis dan JJ Roessaeu
mengakui adanya Pactum Unionis. Ke-tiga paham ini berpenbdapat demikian. Namun
pada intinya teori perjanjian ini meng-amanahkan adanya perlindungan Hak Asasi
Warga Negara yang harus dijamin oleh penguasa, bentuk jaminan itu mustilah
tertuang dalam konstitusi (Perjanjian Bernegara).

Alasan di atas pula yang menyebabkan HAM bagian integral dari kajian dalam disiplin
ilmu hukum internasional. Oleh karenannya bukan sesuatu yang kontroversial bila
komunitas internasional memiliki kepedulian serius dan nyata terhadap isu HAM di
tingkat domestik. Malahan, peran komunitas internasional sangat pokok dalam
perlindungan HAM karena sifat dan watak HAM itu sendiri yang merupakan
mekanisme pertahanan dan perlindungan individu terhadap kekuasaan negara yang
sangat rentan untuk disalahgunakan, sebagaimana telah sering dibuktikan sejarah
umat manusia sendiri. Contoh pelanggaran HAM:

1. Penindasan dan merampas hak rakyat dan oposisi dengan sewenang-wenang.

2. Menghambat dan membatasi kebebasan pers, pendapat dan berkumpul bagi


hak rakyat dan oposisi.

3. Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak manusiawi.

4. Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan keinginan penguasa


dan partai tiran/otoriter tanpa diikut/dihadir rakyat dan oposisi.
9 Etika Bisnis

5. Penegak hukum dan/atau petugas keamanan melakukan kekerasan/anarkis


terhadap rakyat dan oposisi di manapun.

Universal Declaration of Human Rights (Isi Pernyataan Pernyataan Umum tentang


Hak-Hak Asasi Manusia) antara lain mencantumkan, bahwa setiap orang mempunyai
hak :

1. Hidup
2. Kemerdekaan dan keamanan badan
3. Diakui kepribadiannya
4. Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk
mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka
umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah
5. Masuk dan keluar wilayah suatu Negara
6. Mendapatkan asylum
7. Mendapatkan suatu kebangsaan
8. Mendapatkan hak milik atas benda
9. Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
10. Bebas memeluk agama
11. Mengeluarkan pendapat
12. Berapat dan berkumpul
13. Mendapat jaminan sosial
14. Mendapatkan pekerjaan
15. Berdagang
16. Mendapatkan pendidikan
17. Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat
18. Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan

D. Kaitannya Good Governance Dengan Etika Bisnis


9 Etika Bisnis

1. Code of Corporate and Business Conduct

Kode Etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (Code of Corporate and
Business Conduct)” merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate
Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan & pimpinan perusahaan
untuk melakukan praktek-praktek etik bisnis yang terbaik di dalam semua hal yang
dilaksanakan atas nama perusahaan. Apabila prinsip tersebut telah mengakar di
dalam budaya perusahaan (corporate culture), maka seluruh karyawan & pimpinan
perusahaan akan berusaha memahami dan berusaha mematuhi “mana yang boleh”
dan “mana yang tidak boleh” dilakukan dalam aktivitas bisnis perusahaan.
Pelanggaran atas Kode Etik merupakan hal yang serius, bahkan dapat termasuk
kategori pelanggaran hukum.

2. Nilai Etika Perusahaan

Kepatuhan pada Kode Etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan &
pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan
memaksimalkan nilai pemegang saham (shareholder value). Beberapa nilai-nilai etika
perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu kejujuran, tanggung
jawab, saling percaya, keterbukaan dan kerjasama. Kode Etik yang efektif seharusnya
bukan sekedar buku atau dokumen yang tersimpan saja. Namun Kode Etik tersebut
hendaknya dapat dimengerti oleh seluruh karyawan & pimpinan perusahaan dan
akhirnya dapat dilaksanakan dalam bentuk tindakan (action). Beberapa contoh
pelaksanaan kode etik yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan & pimpinan
perusahaan, antara lain masalah informasi rahasia dan benturan kepentingan (conflict
of interest).

Sumber :

http://danisapujiati94.blogspot.co.id/2015/12/peran-sistem-pengaturan-good-
corporate.html

http://lilawatyy95.blogspot.co.id/2015/12/peran-sistem-pengaturan-good-
governance.html

Anda mungkin juga menyukai