Anda di halaman 1dari 3

Penilaian Acuan Patokan (PAP)

PAP adalah membandingkan skor yang diperoleh peserta didik dengan suatu standar atau
norma absolut.1[5] PAP pada umumnya digunakan untuk menafsirkan hasil tes formatif.
Pendekatan ini lebih menitikberatkan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai oleh peserta didik sesudah
menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, PAP meneliti apa yang
dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan membandingkan seorang peserta didik dengan
teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik. Kriteria yang
dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar atau sejumlah kompetensi dasar yang telah
ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung. Misalnya, kriteria yang
digunakan 75% atau 80%. Bagi peserta didik yang kemampuannya dibawah kriteria yang
telah ditetapkan dinyatakan tidak berhasil dan harus mendapatkan remedial.
Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan
sebagai kriteria keberhasilannya. PAP sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas
hasil belajar sebab peserta didik diusahakan untuk mencapai standar yang telah ditentukan,
dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat pencapaiannya. Untuk menentukan
batas lulus (passing grade) dengan pendekatan ini, setiap skor peserta didik dibandingkan
dengan skor ideal yang mungkin dicapai oleh peserta didik.2[6]
Contoh :
Seorang guru merencanakan tes hasil belajar dalam bidang studi Fiqh. Soal-soal yang
dikeluarkan dalam tes tersebut terdiri atas 75 butir soal tes obyektif dan 1 butir soal tes uraian
dengan rincian sbb :
Nomor Bentuk Tes/Model Soal Jumlah Bobot Jawaban Skor
Butir Soal Butir Betul
Soal
01-10 Tes Obyektif bentuk True-False 10 1 10
11-20 Tes Obyektif bentuk Matching 10 1 10
21-30 Tes Obyektif bentuk Completion 10 1 10
31-40 Tes Obyektif bentuk MCI model 10 1 10
melengkapi lima pilihan

1[5]Zaenal Arifin,., Op.Cit., hl. 233

2[6] Op.Cit., Hl.235


41-50 Tes Obyektif bentuk MCI model 10 1½ 15
melengkapi berganda
51-60 Tes Obyektif bentuk MCI model 10 1½ 15
asosiasi dengan lima pilihan
61-70 Tes Obyektif bentuk MCI model 10 2 20
analisis hubungan antarhal
71-75 Tes Obyektif bentuk MCI model 5 4 20
analisis kasus
76 Tes Uraian 1 10 10
Skor Maksimum Ideal 120

Berdasarkan rincian butir-butir soal diatas tersebut dapat diketahui bahwa Skor Maksimum
Ideal (SMI) dari tes hasil belajar tersebut adalah = 120. Kemudian Skor-skor mentah hasil
THB bidang studi Fiqh yang dicapai oleh 20 orang siswa setelah diubah (dikonversi) menjadi
nilai standar dengan menggunakan standar mutlak (penilaian beracuan kriterium).
Dengan menggunakan Rumus : Nilai = Skor Mentah/Skor Maksimum Ideal X 100
No. Skor Mentah Nilai
1. 60 60/120 X 100 = 50
2. 40 40/120 X 100 = 33
3. 80 80/120 X 100 = 67
4. 30 30/120 X 100 = 25
5. 75 75/120 X = 62
6. 52 52/120 X 100 = 43
7. 59 59/120 X 100 = 49
8. 71 71/120 X 100 = 59
9. 41 41/120 X 100 = 34
10. 58 58/120 X 100 = 48
11. 61 61/120 X 100 = 51
12. 56 56/120 X 100 = 47
13. 53 53/120 X 100 = 44
14. 63 63/120 X 100 = 52
15. 85 785/120 X 100 = 71
16. 54 54/120 X 100 = 45
17. 60 60/120 X 100 = 50
18. 49 49/120 X 100 = 41
19. 55 55/120 X 100 = 46
20. 43 43/120 X 100 = 36

Dari nilai-nilai yang telah diperoleh, maka jika diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan
patokan adalah :
Rentang Skor Nilai
Nilai 80% s.d. 100% = A
Nilai 70% s.d. 79% = B
Nilai 60% s.d. 69% = C
Nilai 45% s.d. 59% = D
Nilai < 44% E / Tidak lulus
Maka dari 20 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tersebut tidak ada seorang pun
yang mendapat nilai A, yang mendapat nilai B hanya 1 orang (%), Nilai C dicapai oleh 2
orang siswa (2,5 %), Nilai D ada 5 orang siswa (%) dan siswa yang tidak lulus pada tes
bidang studi ini ada 7 orang siswa (%).3[7]

3[7] Anas Sudijono., Pengantar Evaluasi Pendidikan., 2011., Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada., hl.
316-320

Anda mungkin juga menyukai