Anda di halaman 1dari 3

Duta Perubahan Lingkungan; Pengenalan Kembali Permainan Tradisional

Sebagai Budaya Bangsa

Pendahuluan

Manusia merupakan mahkluk sosial, mereka hidup berdampingan dan membutuhkan


satu sama dengan lainnya, di dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia tentunya kita
mengalami yang namanya masa kanan-kanak, anak-anak secara kodratnya adalah makhluk
sosial yang membutuhkan bimbingan dari orang tua dan lingkungan sekitar. Namun pada
kenyataanya saat ini dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat pesat memiliki dampak tersendiri bagi kalangan anak-anak, baik dampak positif
maupun negatif itu sendiri. Dampak negatif tersebut dapat kita lihat dan kita rasakan saat ini
dimana pola kehidupan anak-anak menjadi sangat buruk karena ketergantungan dengan
gadged dan media sosial.

Achroni (2012) mengemukakan bahwa pola hidup anak pada saat ini sangatlah
berbeda, pola hidup saat ini disibukkan dengan aktivitas atau kegiatan mereka masing-
masing, seperti bermain game online, play station, tiktok, dan internet secara berlebihan yang
apabila tidak dibatasi dan tidak diawasi dalam penggunaannya maka akan berdampak negatif
bagi anak itu sendiri. Dampak dari tidak adanya pengawasan dan pembatasan waktu yang
tepat bagi anak-anak dalam bermain gadged akan membuat anak kehilangan waktunya dalam
bersosialisasi. Dengan demikian dapat menyebabkan anak terisolasi dari pergaulan dan
menjadikan ketrampilan bersosialisasinya tidak berkembang, sehingga menjadikan anak yang
pendiam dan rendahnya kepekaan rasa sosialnya. (Bakhtiar et al., 2017)

Dilihat dari lingkungan sekitar, saat ini hampir 80% anak sudah melupakan permainan
tradisional. Sudah jarang sekali anak-anak yang bermain bersama di halaman rumah dan
lapangan sekitar. Permainan tradisional merupakan aset kebudayaan bangsa dan dalam setiap
permainan tersebut memiliki arti yang berbeda. Karakter anak juga dapat dibentuk melalui
permainan tradisional, contohnya saja permainan cublak-cublak suweng yang bisa
membentuk karakter sosial anak (Royana, 2017). Maka dari itu dalam pemberdayaan dan
peningkatan nilai karakter sosial pada anak ini kami akan mengenalkan kembali bagaimana
permainan tradisional tersebut.
Kurniati (2016: 2) menjelaskan bahwa permainan tradisional merupakan suatu
aktivitas permainan yang tumbuh dan berkembang di daerah tertentu, yang sarat dengan nilai-
nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat dan diajarkan turun temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Pewarisan permainan tradisional ini tidak melalui tulisan
atau aksara, melainkan langsung melalui lisan yang kemudian disebarluaskan. Achroni dalam
Haris (2016: 16) mengungkapkan bahwa permainan tradisional merupakan simbolisasi dari
pengetahuan yang tersebar melalui lisan dan mempunyai pesan moral dan manfaat di
dalamnya.

Permainan tradisional selain sebagai hiburan bagi anak juga sebagai kegiatan belajar bagi
anak, karena dengan bermain anak dapat meningkatkan kemampuannya dan mengembangkan
dirinya. Pada permainan tradisional, apabila diamati dari aktivitas yang dilakukan anak,
permainan tradisional mengandung ketrampilan dan kecekatan kaki dan tangannya,
menggunakan kekuatan tubuhnya, ketajaman penglihatannya, kecerdasan pikirannya,
keluwesan gerak tubuhnya, menirukan alam lingkungannya, memudahkan gerak irama, lagu
dan kata-kata yang sesuai dengan arti dan gerakannya. (Azizah: 2016: 285).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti berminat untuk mengenalkan kembali
permainan tradisional bagi anak-anak di RT 04 RW 01 Desa Wonosalam Kecamatan
Wonosalam Kabupaten Demak dengan 2 rumusan masalah, yakni bagaimana pengenalan
permainan tradisional dan apa saja faktor pendorong serta penghambat pengenalan
permainan tradisional bagi anak-anak di RT 04 RW 01 Desa Wonosalam Kecamatan
Wonosalam Kabupaten Demak?

Metode Pelaksanaan

Kegiatan pengenalan kembali permainan tradisional ini dilaksanakan di wilayah


RT04/01 Desa Wonosalam, Kec. Wonosalam, Kab. Demak dan diikuti oleh 5 orang anak
sekolah dasar. Sebelumnya kami melaksanakan survey dan melihat bahwa sebagian besar
anak kecil sudah kecanduan gadget. Oleh karena

Daftar Pustaka

Azizah. (2016). Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Permainan Tradisional Terhadap


Motivasi dan Hasil Belajar Materi Gaya di Kelas IV MI Ngronggot Nganjuk. Dinamika
Penelitian, Vol. 16, No. 2. 285

Bakhtiar, A. M., Gresik, U. M., Gresik, U. M., & Tradisional, P. (2017). Cublak Suweng.
307–313.

Haris, I. (2016). Kearifan Lokal Permainan Tradisional Cublek-Cublek Sugeng sebagai


Media untuk Mengembangkan Kemampuan Sosial Moral Anak Usia Dini. Jurnal AUDI,
1(1), 15-20.

Kurniati, Euis. 2016. Permainan Tradisional dan Peranannya dalam Mengembangkan


Keterampilan Sosial Anak. Jakarta: Paramedis Group.

Royana, I. F. (2017). Pelestarian Kebudayaan Nasional Melalui. 483–493.


http://eprints.upgris.ac.id/98/

Bakhtiar, A. M., & Paulina, P. (2017, November). Permainan Tradisional “Cublak Suweng ” Untuk
meningkatkan Keterampilan Sosial Anak SD. In Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian LPPM
Universitas PGRI Madiun (pp. 307-313).

Anda mungkin juga menyukai