Anda di halaman 1dari 21

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/307861432

Diktat Kuliah Radar dan Navigasi

Article · January 2011

CITATION READS

1 14,024

1 author:

Wahyu Pamungkas
Institut Teknologi Telkom Purwokerto
63 PUBLICATIONS   29 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Sattelite Interference Management View project

Transmission Lines and Network View project

All content following this page was uploaded by Wahyu Pamungkas on 07 September 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


DIKTAT KULIAH

RADAR DAN NAVIGASI

Disusun Oleh

Wahyu Pamungkas,ST.MT

Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra

2011
DIKTAT KULIAH
RADAR & NAVIGASI

A. ELEMENTARY CONCEPTS
Radar merupakan nama dari sebuah sistem elektronis yang digunakan untuk
pendeteksian lokasi dari sebuah obyek. Dalam teknologi radar maka selanjutnya
obyek radar akan diberi nama target. Kata radar itu sendiri merupakan sebuah
akronim dari radio detection and ranging. Pada awalnya ”radar” muncul dengan
berbagai nama di dunia sebelum distandarisasi oleh ITU menjadi Radar seperti
sekarang.
Fungsi dari sebuah radar sangat erat hubunganya dengan sifat dari gelombang
elektromagnetis yang bersinggungan dengan obyek fisik (target). Semua teknologi
radar pada awalnya menggunakan gelombang radio sebagai media transmisinya,
namun seiring dengan perkembangan jaman media transmisi yang dikembangkan
berbentuk fiber optics atau laser.
Teknologi Radar dipelopori oleh penemuan Maxwell pada tahun 1865 yang
meneliti tentang karakteristik perambatan gelombang elektromagnetik dan selanjutnya
dikembangkan oleh percobaan Hertz pada tahun 1886. Inti dari pengembangan
konsep Maxwell tersebut adalah gelombang radio dapat dipantulkan oleh suatu obyek
yang berbentuk fisik. Inilah yang selanjutnya dikembangkan menjadi sebuah aplikasi
Radar di mana fungsinya dengan mendeteksi keberadaan sinyal pantul, Radar dapat
menentukan di mana obyek (target) radar berada.
Bentuk Radar pertama kali dikembangkan pada kurun waktu 1902 sd 1925
yang sudah bisa mendeteksi jarak target di samping fungsi utamanya adalah
mendeteksi keberadaan target tersebut. Pada tahun 1925 Brief dan Tuve (1926)
pertama kali mengaplikasikan metode Pulse-Wave yang sampai sekarang digunakan
sebagai pengembangan radar modern. Selanjutnya dengan adanya perang dunia II
perkembangan radar semakin cepat berkembang dan sampai sekarang penggunaanya
banyak dirasakan manfaatnya.

B. FUNDAMENTAL ELEMENTS OF RADAR


Pada saat sekarang ini Radar berkembang dengan berbagai macam bentuk,
fungsi dan type dari targetnya. Gambar di bawah ini akan sangat membantu
mempelajari struktur / bagian penting radar sebelum mempelajarinya secara detail.
Antenna
Tx S (t)
R1 Target

R3

Rx Sr (t) R2

Antenna

Medium

Blok diagram fungsi radar

Blok diagram di atas merupakan blok diagram yang paling umum yang
digunakan segala jenis radar. Bagian pentingnya terdiri dari transmitter (Tx) yang
dihubungkan dengan antena yang akan mengirimkan gelombang elektromagnetik ke
arah target, Receiver (Rx) yang dihubungkan dengan sebuah antena penerima yang
akan menerima semua gelombang hasil pantulan dari target radar
Pada blok diagram di atas, sebuah persamaan sinyal s (t) dihasilkan pada
bagian output terminal dari transmitter. Antena akan mengkonversi sinyal tersebut
dan mengarahkan sinyal radio menuju ke arah target. Sinyal yang menuju ke target
dengan kecepatan 3 x 108 m /dt akhirnya akan menabrak target dan berdasarkan sifat
dan karakteristik target radar sebagian sinyal tersebut dipantulkan kembali menuju ke
arah antena penerima radar. Pantulan sinyal yang menuju ke antena penerima radar
mempunyai bentuk dan persamaan yang berbeda dengan persamaan sinyal asal.
Persamaan sinyal hasil pantulan, sr (t) selanjutnya diterima antena penerima radar dan
dikonversikan menjadi sinyal elektronis sebelum diteruskan ke bagian penerima.
Bagian penerima radar selanjutnya menganalisis persamaan sinyal sr (t) sehingga
selanjutnya dapat menganalisa di mana keberadaan dan jarak dari target radar yang
dimaksud.
I. TYPE RADAR
Secara umum, blok pemancar sinyal radar dan penerima sinyal radar dapat
berada pada satu lokasi. Jenis radar seperti ini di mana jarak antara pemancar dan
penerima radar adalah 0 ( R3 = 0 ) dinamakan Bistatic Radar. Sedangkan jika R1 =
R2 dan R3 = 0, antena yang digunakan hanya satu, yaitu untuk bagian transmit dan
receive sinyal maka radar demikian dinamakan Monostatic Radar. Untuk radar jenis
sekarang yang banyak dipakai, dapat mempunyai satu atau lebih bagian pengirim
(transmitter) demikian juga dengan bagian penerima (receiver) sehingga radar jenis
ini dinamakan dengan Multistatic Radar.
Type radar juga dapat dibedakan dari jenis modulasi dan jenis gelombang
yang dipakai, Sebuah sinyal dengan sifat continues (continues wave / cw) yang
ditransmisikan dari bagian pemancar radar biasanya menggunakan amplitudo yang
konstan sehingga type modulasi yang digunakan adalah FM. Ketika jenis modulasi
yang digunakan adalah berbentuk pulsa (dengan jenis modulasi FM) maka radar
demikian dinamakan dengan Radar Pulsa. Sedangkan di bagian type yang lain, sebuah
radar yang memiliki bagian pemancar dinamakan Active Radar dan yang tidak
memiliki bagian pemancar dinamakan Passive Radar. Pada pembahasan selanjutnya,
segala perhitungan akan berdasarkan type Monostatic Pulsed Radar yang akan
dipakai sebagai referensi, mengingat dengan menggunakan sistem monostatic radar
sistem perhitungan akan menjadi lebih sederhana.

II. FUNGSI RADAR


Secara umum radar menjalankan 3 fungsi utama yaitu:
• Resolution
Merupakan fungsi radar untuk dapat memisahkan satu sinyal yang diinginkan
dari beberapa sinyal hasil pantulan yang masuk ke bagian penerima dan fungsi radar
untuk dapat memisahkan sinyal dari noise yang masuk ke bagian penerima. Idealnya
seberapa dekat atau jauh target radar, kecermatan pendeteksian harus tetap
diperhatikan. Prinsipnya, semakin lebar bandwidth sinyal yang disediakan maka akan
semakin baik parameter resolusi, semakin jauh target radar maka dibutuhkan
frekuensi kerja radar yang semakin tinggi dan semakin kecil main lobe dari antena
maka pendeteksian posisi target akan semakin cermat.
• Deteksi
Fungsi deteksi radar meliputi pendeteksian sinyal pantul dari target radar yang
diinginkan. Namun biasanya sinyal hasil pantulan akan bercampur dengan berbagai
macam sinyal yang tidak diinginkan seperti sinyal hasil gema ( pantulan dari target
lain) dan noise. Noise dapat dikurangi dengan design penerima radar yang baik dan
menggunakan sinyal transmisi dengan energi bit yang besar. Sinyal yang tidak
diinginkan biasanya dapat diatasi dengan menggunakan filter dan signal processing
methods.

• Pengukuran
Merupakan fungsi radar yang sebenarnya melekat pada akronim Radar itu
sendiri. Pada fungsi pengukuran, yang terpenting diketahui adalah kemampuan radar
mengukur parameter pengukuran tertentu seperti posisi target dalam 3 dimensi,
velocity vector (kecepatan target dalam 3 dimensi / koordinat), angular direction,
vector angular velocity ( besarnya sudut dalam 2 dimensi).

JENIS TARGET RADAR


Jenis target radar sangat bervariatif dan bermacam-macam definisinya.
Definisi paling sederhana yang biasanya dipakai adalah point target. Point targer
adalah jenis target radar yang mempunyai bentuk fisik yang cukup besar namun jika
dibandingkan dengan jarak antara Tx – dan target akan menjadi relatif kecil. Contoh
dari point target ini adalah pesawat terbang, kapal laut, manusia, binatang atau satelit.
Point target radar seperti di atas tidak akan menyebabkan penyebaran pulsa ketika
proses pendeteksian pada sisi Rx.
Jenis target radar yang lainya yang menyebabkan penyebaran pulsa dalam
tahap pendeteksian adalah extended targets. Extended targets selain menyebabkan
penyebaran pulsa pada pendeteksian juga akan menyebabkan redaman yang tinggi
pada sinyal yang dipantulkan oleh mereka. Contoh extended target ini adalah gedung
bertingkat, bangunan yg tinggi, menara dll.
Bentuk target radar dalam dua dimensi ( still target ) dinamakan dengan
1. Elemen-elemen dasar dari Radar
Pada saat sekarang ini, radar berkembang dengan berbagai macam bentuk, fungsi
dan tipe dari targetnya. Gambar berikut ini akan sangat membantu dalam mempelajari
struktur/ bagian penting radar sebelum mempelajarinya secara mendetail.

Antenna

Tx S (t)
R1
Target

R3
Sr (t)

Rx R2

Antena

Medium (channel)

Gambar 2.1 Blok Diagram Radar


Blok diagram tersebut merupakan blok digram yang paling umum yang
digunakan segala jenis radar. Bagian pentingnya terdiri dari transmitter (Tx) yang
dihubungkan dengan antena transmitting yang akan mengirimkan gelombang
elektromagnetik ke arah target, receiver (Rx) yang dihubungkan dengan sebuah antena
receiving yang akan menerima gelombang hasil pantulan dari target radar.
Pada blok diagram tersebut, sebuah persamaan sinyal s(t) dihasilkan pada bagian
output terminal dari transmitter. Antena akan mengkonversi sinyal tersebut dan
mengarahkan sinyal radio menuju ke arah target. Sinyal yang menuju ke target dengan
kecepatan 3 x 108 m/s akhirnya akan menabrak target dan berdasarkan sifat dan
karakteristik target radar sebagian sinyal tersebut dipantulkan kembali menuju ke arah
antena penerima radar. Pantulan sinyal yang menuju ke antena penerima radar
mempunyai bentuk dan persamaan yang berbeda dengan persamaan sinyal asal.
Persamaan sinyal hasil pantulan, sr (t) selanjutnya diterima antena penerima radar dan
dikonversikan menjadi sinyal elektronis sebelum diteruskan ke bagian penerima. Bagian
penerima radar selanjutnya menganalisis persamaan sinyal sr (t) sehingga selanjutnya
dapat menganalisa dimana keberadaan dan jarak dari target radar yang dimaksud.
a. Tipe Radar
Secara umum, blok pemancar sinyal radar dan penerima sinyal radar dapat berada
pada satu lokasi. Jenis radar seperti ini di mana jarak antara pemancar dan penerima radar
adalah 0 ( R3 = 0 ) dinamakan Bistatic Radar. Sedangkan jika R1 = R2 dan R3 = 0,
antena yang digunakan hanya satu, yaitu untuk bagian transmit dan receive sinyal maka
radar demikian dinamakan Monostatic Radar. Untuk radar jenis sekarang yang banyak
dipakai, dapat mempunyai satu atau lebih bagian pengirim (transmitter) demikian juga
dengan bagian penerima (receiver) sehingga radar jenis ini dinamakan dengan Multistatic
Radar.
Tipe radar juga dapat dibedakan dari jenis modulasi dan jenis gelombang yang
dipakai, Sebuah sinyal dengan sifat continuous (continuous wave / cw) yang
ditransmisikan dari bagian pemancar radar biasanya menggunakan amplitudo yang
konstan sehingga tipe modulasi yang digunakan adalah FM. Ketika jenis modulasi yang
digunakan adalah berbentuk pulsa (dengan jenis modulasi FM) maka radar demikian
dinamakan dengan radar pulsa. Sedangkan di bagian tipe yang lain, sebuah radar yang
memiliki bagian pemancar dinamakan active radar dan yang tidak memiliki bagian
pemancar dinamakan passive radar.
b. Tipe dari Target Radar
Target radar yang dapat ditangkap banyak sekali jenis dan variasinya. Target
radar tersebut dapat dikategorikan menjadi:
1) Point Target
Merupakan jenis target radar yang mempunyai ukuran besar dan bila dikenai
sinyal elektromagnetis tidak menyebabkan penyebaran pulsa pada sinyal pantulnya.
Contoh target radar ini adalah pesawat terbang, kapal kecil, satelit, manusia dan binatang,
mobil dan lain-lain.
2) Extended Target
Merupakan target radar yang mempunyai ukuran yang lebih besar dari point
target dan menyebabkan penyebaran pulsa pada sinyal hasil pantulannya. Contoh target
radar ini adalah gedung bertingkat, kapal, menara, mercusuar dan lain-lain.
3) Distributed Target
Merupakan target radar yang berbentuk image dua dimensi dan tidak bergerak
dari tempat asalnya. Distributed target dibagi menjadi dua yaitu area target dan volume
target. Contoh dari area target adalah hutan, lautan, sawah dan gunung. Sedangkan untuk
volume target contohnya adalah hujan, salju, hujan es, awan, kabut dan asap.
4) Moving Target
Merupakan target radar yang jaraknya selalu relatif terhadap Tx/ Rx radar selain
kategori dari volume target. Target radar yang berpindah dengan kecepatan tertentu ini
akan mengakibatkan suatu efek yang disebut sebagai efek doppler.
c. Fungsi Radar
Secara umum radar menjalankan 3 fungsi utama yaitu:
1) Resolution
Merupakan fungsi radar untuk dapat memisahkan satu sinyal yang diinginkan dari
beberapa sinyal hasil pantulan yang masuk ke bagian penerima dan fungsi radar untuk
dapat memisahkan sinyal dari noise yang masuk ke bagian penerima. Idealnya seberapa
dekat atau jauh target radar, kecermatan pendeteksian harus tetap diperhatikan.
Prinsipnya, semakin lebar bandwidth sinyal yang disediakan maka akan semakin baik
parameter resolusi, semakin jauh target radar maka dibutuhkan frekuensi kerja radar yang
semakin tinggi dan semakin kecil main lobe dari antena maka pendeteksian posisi target
akan semakin cermat.
2) Deteksi
Fungsi deteksi radar meliputi pendeteksian sinyal pantul dari target radar yang
diinginkan. Namun biasanya sinyal hasil pantulan akan bercampur dengan berbagai
macam sinyal yang tidak diinginkan seperti sinyal hasil gema (pantulan dari target lain)
dan noise. Noise dapat dikurangi dengan design penerima radar yang baik dan
menggunakan sinyal transmisi dengan energi bit yang besar. Sinyal yang tidak diinginkan
biasanya dapat diatasi dengan menggunakan filter dan signal processing methods.
3) Pengukuran
Merupakan fungsi radar yang sebenarnya melekat pada akronim Radar itu sendiri.
Pada fungsi pengukuran, yang terpenting diketahui adalah kemampuan radar mengukur
parameter pengukuran tertentu seperti posisi target dalam 3 dimensi, velocity vector
(kecepatan target dalam 3 dimensi / koordinat), angular direction, vector angular velocity
( besarnya sudut dalam 2 dimensi).
Selain ketiga fungsi tersebut, radar juga dapat dimanfaatkan untuk bermacam-
macam keperluan antara lain sebagai alat bantu dalam pelayaran, untuk keperluan dalam
dunia penerbangan dan untuk keperluan militer.
Manfaat radar dalam dunia penerbangan dan kelautan, antara lain:
1) Peralatan radar pada pesawat udara dapat memberikan informasi-informasi
tentang keadaan permukaan bumi, walaupun dalam keadaan gelap.
2) Peralatan radar dalam kapal laut dapat memberikan informasi tentang letak
dari kapal-kapal laut yang lain, bukit, tanah dan sebagainya.
3) Memberikan informasi pada pilot-pilot pesawat udara dan nakhoda kapal laut
mengenai posisi mereka yang tepat pada setiap saat.
4) Membantu pilot pesawat udara dalam melakukan pendaratan.
5) Memungkinkan pesawat udara mengetahui ketinggiannya di atas permukaan
bumi.
Manfaat radar dalam bidang militer, yaitu:
1) Membantu pengarahan senjata-senjata di darat terhadap sasaran-sasaran di
laut dan udara.
2) Menentukan posisi sasaran di permukaan bumi untuk pemboman dari pesawat
udara.
3) Menentukan posisi pesawat atau sasaran yang bergerak bagi pesawat
pemburu.
4) Menuntun arah peluru-peluru kendali dari permukaan bumi, kapal laut
ataupun dari pesawat udara.
B. Radar Basic Equation

Antenna

Tx S (t)
R1 Target

R3

Sr(t) R2
Rx

Antena

Medium

Gambar 2.2 Blok Diagram Radar

Jika suatu blok pemancar radar memancarkan sinyal dengan daya rata-rata puncak
adalah P(t), daya rata-rata ini akan menuju ke bagian antena untuk dipancarkan. Selama
perjalanan dari transmitter ke antena Tx daya sinyal tersebut mengalami loss yang
disebabkan oleh loss konektor, loss duplexer, loss isolator dan lain-lain. Rugi-rugi sinyal
selama menempuh perjalanan dari transmitter ke antena Tx disebut dengan Lt (Lt >1).
Daya yang diterima pada bagian antena dinotasikan sebagai Pacc yang bernilai:

Pt (2.1)
P acc =
Keterangan: Lt
Pt = daya rata-rata puncak (W)
Lt = loss daya , loss yang terjadi dari transmitter menuju antena Tx
Pada bagian antena sendiri, daya sinyal juga mengalami reduksi/ loss yang
diakibatkan oleh struktur antena dan faktor panas. Loss yang terjadi pada antena Tx radar
dikenal dengan istilah loss radiasi (Lrt). Dimana nilai Lrt didefinisikan sebagai berikut:
1
Lrt = ≥1 (2.2)
ρ rt
Keterangan:
ρ rt = efisiensi radiasi antena (%)
Lrt = loss radiasi dari transmitting antena (dB)
Daya yang dikeluarkan dari antena menuju target dikenal dengan istilah Prad,
dimana: P P (2.3)
Prad = acc = t
Lrt Lt Lrt
Daya radiasi tersebut selama perjalananya dari antena Tx menuju target akan
banyak mengalami loss yang disebut loss channel (Lch1). Sehingga untuk menghitung
daya rata-rata sebenarnya yang di transmisikan antena Tx menuju target yang
dipengaruhi oleh semua loss tersebut adalah
Pt Gdt
4πR1 Lt Lrt Lch1
2
t = (2.4)
Keterangan:
Gdt = gain directivity antenna Tx
R1 = jarak antara antena Tx dengan target (meter)
Pt = daya rata-rata puncak (W)
Lt = loss daya , loss yang terjadi dari transmitter menuju antena Tx
Lrt = loss radiasi dari transmitting antena
Lch1 = loss daya yang terjadi saat proses transmitting dari antena Tx ke target
Daya rata-rata yang dipantulkan target menuju receiver:

Pt Gdtσ (2.5)
4πR1 Lt Lrt Lch1
2
rt =

Keterangan:
σ = radar cross section (m2)
Daya rata-rata tersebut selama menempuh media transmisi dengan jarak R2 akan
terpengaruh noise, redaman yang dikenal dengan istilah Lch2 (loss yang terjadi saat proses
transmisi sinyal dari target menuju antena Rx). Sehingga pada sisi antena Rx, daya yang
diterima menjadi:

i = Pt G dt σ (2.6)
( 4π ) R1 R 2 Lt L rt Lch1 Lch 2
2 2 2
Keterangan:
Lch2= loss daya yang terjadi saat transmisi sinyal dari target ke receiving antena (dB)
Di sisi antena penerima juga akan ada loss radiasi antena penerima (Lrr) yang
bernilai (1/ρπ) ≥ 1, sehingga daya yang dikeluarkan antena Rx menuju penerima radar
menjadi:
• Bisatic/ multistatic radar

Sr= Pt Gdt Gdr λ2σ (2.7)


(4π )3 R1 R2 Lt Lrt L ch1 Lch 2 Lrr
2 2

• Monostatic radar yang menggunakan dua antenna

Pt G dt G dr λ 2σ
Sr= (2.8)
( 4π ) 3 R 4 Lt L rt L ch L rr
2

• Monostatic radar yang menggunakan satu antena untuk aplikasi Tx dan Rx

Sr= Pt G d
2
λ 2σ (2.9)

( 4 π ) 3 R L t L ch L r 4 2 2
Keterangan:
Lr = loss radiasi dari receiving antena (dB)
λ = panjang gelombang (meter)
R2 = Jarak antara target dengan antena Rx (m)

C. Radar Cross Section


Merupakan suatu parameter radar yang sangat penting dan sering digunakan
untuk menghitung link budget dari radar. Radar cross section ini berhubungan dengan
banyaknya sinyal datang, sinyal pantul dan sinyal yang diserap oleh obyek. Selain itu,
radar cross section juga ditentukan oleh jenis target radar yang dilihat dari sisi bentuk,
volume dan sifatnya.
Pada banyak sistem radar yang dipakai, target radar diasumsikan mempunyai
ukuran yang kecil dengan tujuan untuk lebih memfokuskan beamwidth dari antena
pemancar radar ke target. Ketika sebuah pemancar radar memancarkan sinyalnya ke arah
target, beberapa bagian dari sinyal akan memantul ke semua arah termasuk penerima dan
sebagian lagi akan diserap oleh target radar. Pemantulan dan penyerapan tentunya akan
menurunkan daya total pemancar radar. Jika total daya yang dipantulkan dilambangkan
dengan σT dan daya yang diserap dilambangkan dengan σa maka total daya yang
dikirimkan dari pemancar akan menjadi σc yaitu:
σc = σT + σa (2.10)
Keterangan:
σT = total daya yang dipantulkan (dB)
σa = daya yang diserap (dB)
σc = total daya yang dikirimkan dari pemancar (dB)

a) Cross section dari area target


Meskipun radar biasanya beroperasi pada distributed target, pada kenyataanya
ketika sebuah sinyal dari pemancar radar memancar maka sinyal ini akan mengenai
semua target-target yang tidak diinginkan. Target-target radar yang tidak diinginkan
tersebut akan memantulkan sinyalnya ke semua arah termasuk ke arah penerima radar.
Sinyal-sinyal yang tidak diinginkan ini akan disebut sebagai clutter. Jika sinyal datang
dari permukaan laut maka dinamakan sea clutter, jika datang dari permukaan tanah akan
dinamakan land clutter.
Pantulan-pantulan sinyal dari clutter akan disebut sebagai cross section clutter σc
di mana nilainya adalah:
σc = σo Ac (2.11)
Keterangan:

σc = Cross Section Clutter (m2)


σo = Surface Backscaterring Coefisien
Ac = Efektif Clutter Scattering Area (m2)
Jika diekspresikan dalam bentuk dB maka σo akan menjadi :
(σo )dB = 10 Log 10 ( σo ) (2.12)
Besarnya daya sinyal Cross Section Clutter yang tidak diinginkan ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :

Pt Gd λ2σ c (2.13)
2
S rc =
(4π )3 R 4 L
Keterangan:
Pt = daya pancar sinyal radar (W)
Gd = gain directivity antenna (dB)
λ = panjang gelombang (m)
σc = cross section scattered (m2)
R = jarak antara radar dengan target yang tidak dinginkan (m)
L = total loss (dB)
b) Cross section dari volume target
Ketika sinyal dari pemancar radar merambat pada ruang bebas di udara maka
akan terjadi banyak sekali kemungkinan sinyal radar tersebut akan menabrak butiran
hujan, salju, kabut atau asap yang dikenal sebagai volume target. Nilai cross section yang
dihasilkan volume target tersebut akan ditentukan oleh volume dari target, polarisasi
sinyal radar, frekuensi dan karakteristik dari target yang tertabrak sinyal radar. Nilai dari
cross section pantulan volume target dapat dihitung dengan menggunakan rumus di
bawah ini:

σ c = σ 1 Vc (2.14)
Dengan nilai :
σc = cross section scattered (m2)
σ1 = efektif scatering volume
Vc = Volume backscaterring koefisien (m2/m3)
Pada penghitungan nilai cross section dari volume target akan terlihat lebih rumit
dari menentukan cross section dari area target di mana dalam volume target, luas areanya
mempunyai nilai sangat kecil dan tidak pasti. Contohnya adalah bila suatu butiran hujan
dibandingkan dengan asap atau butiran salju dan sebagainya. Untuk itu pada volume
target banyak sekali dipakai angka-angka koefisien hasil penelitian untuk
merepresentasikan parameter dari cross section pada masing-masing target seperti hujan,
salju, kabut atau asap. Nilai dari σ1 pada masing-masing target tersebut akan ditentukan
dengan menggunakan rumus :

π 5 K 2 ar b
σ1 = (2.15)
Keterangan: λ 4

K = Konstanta dielektrik dari bahan target


a = 200
b =1,6
r = curah hujan rata-rata (cm/bulan)
Nilai K tersebut akan bervariasi untuk berbagai macam jenis volume target seperti
hujan (K2 = 0,93) dan untuk partikel salju (K2 = 0,20). Sehingga nilai akhir dari daya
sinyal yang dipantulkan dan bersifat clutter dari volume target akan bernilai:
(2.16)

Pt Gd λ2σ c
2
S rc =
(4π )3 R 4 L
Keterangan:
Pt = daya pancar sinyal radar (W)
Gd = gain directivity antena (W)
λ = panjang gelombang (meter)
σc = cross section scattered (m2)
R = jarak antara radar dengan target yang tidak dinginkan (meter)
L = total loss (W)
RADAR CROSS SECTION
Pada banyak sistem radar yang dipakai, target radar diasumsikan mempunyai
ukuran yang kecil, dengan tujuan untuk lebih memfokuskan beamwidth dari antena
pemancar radar ke target. Ketika sebuah pemancar radar memancarkan sinyalnya ke arah
target, beberapa bagian dari sinyal akan memantul ke semua arah termasuk ke penerima
dan sebagian lagi akan diserap oleh target radar. Pemantulan dan penyerapan tentunya
akan menurunkan daya total pemancar radar. Jika total daya yang dipantulkan
dilambangkan dengan σT dan daya yang diserap dilambangkan dengan σa maka total daya
yang dikirimkan dari pemancar akan menjadi σc yaitu:
σc = σT + σa
Pantulan yang dihasilkan oleh target radar akan memantul ke semua arah. Jika
arah pantulan berlawanan dengan arah gelombang datang maka disebut dengan Back
Scattering Cross Section dan bila pantulanya mengarah ke semua arah kecuali Back
Scattering Cross Section disebut dengan Bistatic Scattering Cross Section. Total Cross
Section ditemukan dengan menjumlahkan antara Bistatic dan Back Scattering Cross
Section.
Dari pendahuluan di atas maka definisi dari Radar Cross Section dapat diartikan
sebagai bagian dari Scattering / Pemantulan sinyal dari target yang berhubungan dengan
sinyal polarisasi dari antena. Radar Cross Section dapat dirumuskan sebagai berikut:
 power unit area in scattered 
 
wave at receiving antena which is in the polarization of 
receiving antena 
σ = Lim 4π R 2 2  
R 2→∞ {power per unit area in wave incident on target}
atau dapat didefinisikan bahwa nilai σ adalah sama dengan :

di mana Ps adalah daya yang dipantulkan oleh target dan Pi adalah daya yang datang
menuju ke arah target. Dalam elektromagnetik analisis dapat dikatakan bahwa nilai σ
akan sama dengan :
Hubungan antara Radar Cross Section σ dengan polarisasi antena adalah sebagai berikut:
σ = σs ρpol
dengan : σ = Radar Cross Section
σs = Scattering Cross Section
ρpol = Polarisasi efisiensi
Ingat bahwa jenis polarisasi adalah linear, circular dan eliptical

Contoh Soal :
1. Sebuah target radar mempunyai scattering cross section sebesar 3 m2 ketika
sinyal pantul dipantulkan target menggunakan right hand circular polarized. Jika
nilai efisiensi polarisasi menggunakan nilai 1 / 2 maka berapa σ ?

CROSS SECTION DARI AREA TARGET


Meskipun radar biasanya beroperasi pada distributed target, pada kenyataanya
ketika sebuah sinyal dari pemancar radar memancar maka sinyal ini akan mengenai
semua target-target yang tidak diinginkan. Target2 radar yang tidak diinginkan tersebut
akan memantulkan sinyalnya ke semua arah termasuk ke arah penerima radar. Sinyal-
sinyal yang tidak diinginkan ini akan disebut sebagai clutter. Jika sinyal datang dari
permukaan laut maka dinamakan sea clutter, jika datang dari permukaan tanah akan
dinamakan land clutter.
Pantulan2 sinyal dari clutter akan disebut sebagai cross section clutter σc di mana
nilainya adalah:
σc = σo Ac
di mana :
σc = Cross Section Clutter
σo = Surface Backscaterring Coefisien ( m2 / m2 )
Ac = Efektif Clutter Scattering Area
Jika diekspresikan dalam bentuk dB maka σo akan menjadi :
(σo )dB = 10 Log 10 ( σo )
Besarnya Daya sinyal Cross Section Clutter yang tidak diinginkan ini dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :

Pt Gd λ2σ c
2
Src =
(4π )3 R 4 L
Contoh Soal:
1. Jika sebuah radar mempunyai frekuensi 10 Ghz, dengan daya transmit 100 KW dengan
total Loss sebesar 12 w, digunakan untuk mendeteksi target radar. Jika di sekitar radar
terdapat target yang tidak diinginkan dengan jarak 40 Km dengan nilai Efektif Clutter
Scattering Area 4 m2 dan Surface Backscaterring Coefisien sebesar 3 m2 / m2, berapakah
nilai Daya sinyal clutter yang dipantulkan, dengan nilai Gain antenna sebesar 3781 ?

Besar masing-masing nilai cross section untuk jenis target seperti pesawat
terbang, kapal laut ataupun kendaraan bermotor lainya mulai diteliti oleh para pakar
radar. Hasilnya masing-masing target radar tersebut sudah mempunyai nilai cross section
yang tetap. Nathanson pada tahun 1991 menghitung cross section untuk berbagai macam
kapal milik Soviet dengan luas permukaan dari 110 sd 1,2 . 106 m2 dan berat kapal dari 80
sd 40.000 ton. Ilmuwan lain yaitu Morchin menghitung cross section dari berbagai
macam pesawat terbang yang pernah dibuat. Perhitungan para ilmuwan tersebut diawali
dari perhitungan seorang ilmuwan radar yaitu Skolnik ( 1974 ) yang menghitung cross
section dari kapal laut dengan rumus :

1 3
σ = 52 f D 2 2

Dengan : f = frekuensi kerja radar


D = Maksimal beban dari kapal dalam kiloton
CROSS SECTION DARI VOLUME TARGETS
Ketika sinyal dari pemancar radar merambat pada ruang bebas di udara maka
akan terjadi banyak sekali kemungkinan sinyal radar tersebut akan menabrak butiran
hujan, salju, kabut atau asap yang dikenal sebagai volume target. Nilai cross section yang
dihasilkan volume target tersebut akan ditentukan oleh volume dari target, polarisasi
sinyal radar, frekuensi dan karakteristik dari target yang tertabrak sinyal radar. Nilai dari
cross section pantulan volume target dapat dihitung dengan menggunakan rumus di
bawah ini:

σ c = σ Vc 1

Dengan nilai : σc = cross section scattered


σ1 = efektif scatering volume
Vc = Volume backscaterring koefisien
Pada penghitungan nilai cross section dari volume target akan terlihat lebih rumit
dari menentukan cross section dari area target di mana dalam volume target, luas areanya
mempunyai nilai sangat kecil dan tidak pasti. Contohnya adalah bila suatu butiran hujan
dibandingkan dengan asap atau butiran salju dan sebagainya. Untuk itu pada volume
target banyak sekali dipakai angka2 koefisien hasil penelitian untuk merepresentasikan
parameter dari cross section pada masing2 target seperti hujan, salju, kabut atau asap.
Nilai dari σ1 pada masing-masing target tersebut akan ditentukan dengan menggunakan
rumus :

π 5 K2 a rb
σ1 =
λ4
Di mana :
K = Konstanta dielektrik dari bahan target
a = 200
b =1,6
r = curah hujan rata2
Nilai K di atas akan bervariasi untuk berbagai macam jenis volume target seperti
hujan ( K2 = 0,93 ) dan untuk partikel salju ( K2 = 0,20 ). Sehingga nilai akhir dari daya
sinyal yang dipantulkan dan bersifat clutter dari volume target akan bernilai :

Pt Gd λ2σ c
2

Src =
(4π )3 R 4 L
Contoh soal
1. Jika sebuah radar mempunyai frekuensi 10 Ghz, dengan daya transmit 100 KW
dengan total Loss sebesar 12 watt, digunakan untuk mendeteksi target radar. Jika
di sekitar radar terdapat target yang tidak diinginkan dengan jarak 40 Km dengan
curah hujan rata2 adalah 76 (mm / hari ) dengan nilai Volume Backscaterring
Coefisien sebesar 3, berapakah nilai Daya sinyal clutter dari volume target berupa
hujan yang dipantulkan, dengan nilai Gain antenna sebesar 3781 ?

2. Berapa nilai radar cross section dari sebuah pemancar radar yang menabrak suatu
kapal laut dengan bobot maksimal 2000 ton dengan frekuensi kerja 10 Ghz ?

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai