OLEH :
KELOMPOK 7
LOKAL C
1. ALFINNO HIBATILLAH HASANIN (12020114085)
2. IKHWATY FIVE (12020121462)
3. MAHERMEN (12020114236)
4. MUHAMMAD ILHAM (12020114061)
5. NUR ALIA BALQIS (12020123727)
TAHUN 2021
A. PENDAHULUAN
Kota Baghdad didirikan oleh Khalifah Abbasiyah kedua, Al-Manshur (754 – 755 M)
pada tahun 762 M. Setelah mencari-cari daerah yang strategis untuk ibu kotanya, pilihan
jatuh pada daerah yang sekarang dinamakan Baghdad, terletak di pinggir Sungai Tigris.
Menurut cerita rakyat, daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra
Anusyirwan, raja Persia yang masyhur, dimusim panas. Baghdad berarti “Taman keadilan”.
Pada mulanya membangun kota Baghdad itu telah terhenti sebentar ketika meletus
pemberontakan golongan Alawiyah di Madinah, kemudian di Basrah. Setelah Khalifah al-
Mansur berhasil menumpas kedua-dua pemberontakan tersebut, kerja pembangunan itu pun
dimulai kembali semula. Pembangunan kota Baghdad selesai pada tahun 146 H.
Dalam membangun kota Baghdad, khalifah memperkejakan ahli bangunan yang terdiri
dari arsitektur-arsitektur, tukang batu, tukang kayu, tukang lukis, ahli pahat, dan lain-lain.
Mereka semua berasal dari syiria, mosul, basrah, dan kufa, sekitar 100.000 orang. Kota
Baghdad itu bundar, disekelilingnya dibangun didinding tembok yang sangat besar dan
tinggi. Di sebelah luar dinding tembok digali parit yang besar untuk saluran air dan sebagai
bentengnya.
Dalam literatur sejarah Islam, Baghdad dikenal sebagai pusat peradaban Islam, baik
dalam bidang sains, budaya dan sastra. Kemajuan peradaban ini menghadirkan Baghdad
sebagai kota para intelektual, tidak hanya orang arab yang hadir, bangsa Eropa, Persia, Cina,
India serta Afrika turut hadir mengisi atmosfer pengetahuan disini.
Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa Daulah Abbasiyah. Masa
kekhalifahan Abbasiyah ini lah yang dikenal berkembang pesatnya pengetahuan. Dalam
masa kekhalifahan Abbasiyah keadaaan sosial ekonomi pun berkembang dengan baik.
Seperti halnya dalam bidang pertanian maupun perdagangan. Masyarakat pada masa itu
mampu mengatur tatanan kehidupannya dengan baik, hingga dikenal sebagai negeri
masyhur dan makmur. Pada masa kerajaan Abbasiyah kekuasaan Islam bertambah luas.
Masyarakat dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok khusus dan kelompok umum,
Belum lama dibangun, kota Baghdad menjadi sebuah kota yang makmur, maju, kaya
dengan tamadun, ilmu pengetahuan dan kebaikan, serta mendapat perhatian seluruh kaum
Muslimin dan terkenal di seluruh dunia. Dengan cepat pula kota ini menjadi tempat yang
paling terkemuka dibidang politik dan kegiatan sosial dan ilmu pengetahuan Di Timur
tengah seluruhnya. Ia terus mengekalkan kedudukannya untuk suatu tempo yang amat luas
disamping timbulnya berbagai keruwetan, ujian dan dugaan.
B. PEMBAHASAN
1. Kota Baghdad sebagai Pusat Peradaban Islam
Sejarah kuno Baghdad sangatlah megagumkan, selain Baghdad pernah dihuni
oleh kerajaan babilonia kuno tahun 500 SM, dan juga sebagai perebutan Pemerintah oleh
Persia, Yunani dan Romawi, namun orang Arab sangatlah berperan pesat dalam
pembentukan kota Baghdad sehingga menarik perhatian khalifah Umar bin Khattab,
untuk menaklukkan kota Baghdad, akhirnya penduduk Baghdad kemudian menerima
islam sebagai agama mereka sehingga islam menjadi agama mayoritas.
Daulah Abbasiyahlah yang kemudian membangun kota Baghdad menjadi salah
satu kota metropolitan di era keemasan Islam. Pembangunan di prakarsai Khalifah kedua
yaitu Abu Ja`far Al-manshur (754-755 M). khalifah ja`far Al-Manshur yang termasuk
penduduk hasyimiyah di kota Kuffah, yang ketika itu di Kufah muncul sekelompok
Rowindiyah (kota dekat Isfahan), penduduk nya membenci Al-masyur dan begitu pula
penduduk kuffah juga, maka keberadaan Al-Mansyur tidaklah aman, sehingga mereka
merusak posisi nya sebagai tentara Maka Al-Mansyur keluar dengan sendirinya.
Setelah masa Al-Manshur, kota Baghdad menjadi lebih masyhur lagi karena
perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Letak kota
Baghdad yang strategis tidak hanya menjadikan Baghdad sebagai ibukota negara saja,
melainkan sebagai pusat perdagangan, pusat kajian ilmu pengetahuan dan teknologi.
Banyak para ilmuwan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu
pengetahuan yang ingin dituntutnya. Oleh karena itu zaman ini dinamakan sebagai era
keemasan bagi umat Islam, dimana pada zaman ini kedaulatan kaum muslimin telah
sampai pada puncaknya, kekayaan negara berlimpah, kekuasaan Islam bertambah besar
serta luas yang membentang ke penjuru dunia. Masa keemasan kota Baghdad terjadi pada
zaman pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyd (786-809 M) dan anaknya AlMa’mun
(813-833 M).
Dari kota inilah memancar sinar kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh
dunia. Prestise politik, supremasi ekonomi, dan aktivitas intelektual merupakan tiga
keistimewaan kota ini.Kebesarannya tidak terbatas pada negeri Arab, tetapi meliputi
seluruh negeri Islam. Baghdad ketika itu menjadi pusat peradaan dan kebudayaan yang
tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat. Banyak buku
filsafat yang sebelumnya dipandang sudah “mati” dihidupkan kembali dengan di
terjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah Al-Ma’mun memiliki perpustakaan yang
dipenuhi dengan buku-buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan itu benama Bait al-Hikmah.
Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan
ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya, Philip K. Hitti menyebutnya sebagai
kota intelektual. Menurutnya, di antara kota-kota dunia, Baghdad merupakan professor
masyarakat Islam. Al-Manshur memerintahkan penerjemahan buku-buku ilmiah dan
kesusastraan dari bahasa asing: India, Yunani lama, Bizantium, Persia, dan Syiria. Para
peminat ilmu dan kesusastraan segera berbondong-bondong datang ke kota ini.