Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MAKALAH BAKTERIOLOGI

KLASIFIKASI BAKTERI DAN FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN

Disusun oleh:
Kelompok 5
Karina Yuliana (2030801073)
Elberta Putra Fajar (2030801094)

Dosen Pengampu
Dr. Hj.,Feliyanti, MARS

PRODI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti –
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya bersyukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, Baik berupa sehat secara fisik maupun akal
pikiran. Sehingga mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas makalah kelompok dari mata kuliah
Bakteriologi dengan judul “Klasifikasi Bakteri dan Faktor-Faktor Lingkungan”. Kami tentu juga menyadari bahwa
laporan makalah ini masih jauh dari kata sempurna serta kekurangan pada laporan ini. Untuk itu, kami berharap dapat
dimaklumi karena kami masih dalam pembelajaran.
Demikian dari kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palembang, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................3
A. Kajian teori.................................................................................................................................3
B. Taksonomi dan Klasifikasi Bakteri.............................................................................................4
a) Klasifikasi Bakteri.............................................................................................................5
b) Jenis-jenis Bakteri..............................................................................................................7
c) Klasifikasi bakteri aerob dan anaerob................................................................................7
d) Bentuk sel bakteri..............................................................................................................8
e) Bakteri bagi manusia..........................................................................................................9
C. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi bakteri...............................................................9
a) Faktor Abiotik....................................................................................................................1
b) Faktor Biotik....................................................................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................................................15
A. Kesimpulan...............................................................................................................................15
B. Saran.........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bakteri berupa organisme mikroskopis yang tak terlihat melalui mata telanjang. organisme ini dianggap
organisme purba yang pertama menghuni bumi, yaitu sekitar empat miliar tahun yang lalu. Secara struktur, bakteri
dikategorikan sebagai prokariota yaitu organisme bersel tunggal. Bakteri ini dapat dipelajari dalam cabang biologi yang
disebut cabang bakteriologi. Dalam bidang bakteriologi, pengelompokkan banyak macam bakteri ke dalam suatu pola,
ataupun suatu sistem teratur, didasarkan dengan mengenali persamaan-persamaan di dalam suatu kelompok dan
perbedaan-perbedaan di antara kelompok-kelompok bakteri tersebut. Pada klasifikasi bakteri, bakteri yang mempunyai
ciri-ciri yang sama dikelompokkan dalam kelompok tertentu. Sedangkan bakteri yang mempunyai ciri-ciri lain,
dikelompokkan dalam kelompok bakteri lain. Pada awalnya organisme dikelompokkan menurut rintisan Carl Linnaeus
pada tahun 1759. Untuk itu Ernst Heinrich Haeckel (1866) mengusulkan pengelompokan mikroba dalam bentuk 3
kelompok besar, yaitu hewan, tumbuhan, dan protista. Kelompok protista dibedakan dari tumbuhan dan hewan karena
belum adanya diferensiasi sel dan jaringan. Pada klasifikasi ini semua mikroba akan dikelompokkan sebagai protista.
Kemudian pengembangan selanjutnya, para ahli menggunakan sistem klasifikasi 5 kingdom menurut Whittaker (1969).
Menurut Irianto dalam Whittaker, perkembangan evolusi mengikuti 3 model pemenuhan nutrisi, antara lain: fotosintesis
tumbuhan, absorptif nutrisi yaitu cendawan, serta penelanan (ingestif) yang meliputi kelompok hewan. Pembagian itu juga
didasarkan pada tiga tingkatan organisasi, yaitu prokaryotik (Monera), eukaryotik uniseluler (Protista), serta eukaryotik
multiseluler dan multinukleat (Fungi, Animalia dan Plantae). Monera sendiri meliputi semua bakteri termasuk bluegreen
algae (cyanobacteria, sianobakteri). Sistem yang dikembangkan Whittaker dapat diasumsikan bahwa kingdom Monera
merupakan kelompok organisme yang paling primitif dan selanjutnya mengalami proses evolusioner menjadi Protista dan
seterusnya hingga bentuk evolusi mutakhir1 berupa cendawan, tumbuhan, dan hewan (Irianto, 2020).

Gambar 1. Klasifikasi Organisme Menurut Irianto dalam Whittaker


Sumber : (Irianto, 2020)
1
Irianto, A., 2008, Tinjauan Umum Mikrobiologi Lingkungan. Jakarta. Universitas Terbuka, p.10.
Bakteri adalah organisme yang tidak memiliki inti sel (bersel-tunggal). Bakteri meliputi sitoplasma yang
dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan. Didalam
sitoplasma terdapat materi genetik, baik DNA maupun RNA, dan struktur intra sel yang diperlukan untuk metabolisme
energi. Bakteri bereproduksi secara aseksual melalui replikasi DNA dan pembelahan sel sederhana. Sebagian bakteri
membentuk kapsul yang mengelilingi dinding sel sehingga bakteri tersebut lebih tahan terhadap serangan sistem imun
pejamu. Bakteri lain mengsekresi protein yang menurunkan kerentanan terhadap antibiotik standar. Bakteri dapat bersifat
aerob atau anaerob. Seringkali bakteri mengeluarkan toksin yang secara spesifik merusak pejamu (Putri, dkk.,2017).2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah dijelaskan dalam latar belakang. Maka perumusan masalah dalam kajian ini dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan adanya bakteri?
2. Jelaskan perbedaan dari aerob dan anaerob!
3. Sebutkan apa saja jenis-jenis bakteri!Bagaimana cara mengklasifikasikan terhadap bakteri?

C. Tujuan
Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi organisme seperti hewan dan manusia maupun lingkungan
sekitarnya yang disebabkan oleh bakteri dan mengindentifikasi jenis dari beberapa bakteri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian teori
Klasifikasi bakteri yang telah dilakukan, menjadi pegangan atau acuan dalam proses identifikasi (penamaan
bakteri). Proses identifikasi ialah proses mencari informasi dalam rangka pemberian nama terhadap suatu bakteri. Proses
ini, dilakukan terhadap suatu biakan murni yang diasingkan dari biakan campuran yang diperoleh dalam penanaman
bakteri di laboratorium. Pemahaman yang benar tentang ciri-ciri bakteri tertentu, adalah syarat yang harus dikuasai oleh
seseorang yang melakukan identifikasi bakteri. Ciri-ciri bakteri tersebut menyangkut morfologi sel bakteri, serta hasil
yang diperoleh dari suatu uji kimiawi. Ciri-ciri bakteri, menjadi penuntun dalam setiap langkah pengidentifikasian bakteri,
sehingga memungkinkan penemuan atau pemberian nama yang benar terhadap suatu spesies bakteri (Boleng,2015).3

2
Putri, M.H., Sukini, Yodong. 2017. Mikrobiologi. Jakarta. BPPSDMK, p.372.

3
Boleng, D.T. 2015. Bakteriologi Konsep-Konsep Dasar. ISBN:
978-979-796-329-3. Malang : UMM Press, p.101.
Bakteriologi memiliki peranan yang cukup besar dalam berbagai kehidupan makhluk hidup lain. Dengan
mempelajari perikehidupan bakteri, dapat dipergunakan dalam berbagai bidang kehidupan diantaranya kesehatan,
makanan, pertanian, lingkungan, bioteknologi. Beberapa bakteri dapat menguntungkan, dan ada juga beberapa bakteri
yang merugikan bagi makhluk hidup lain. Dalam bidang pangan, misalnya bakteri dipergunakan dalam industri
makanan . Bakteri juga berperan dalam bidang kesehatan, yaitu sebagai pengurai sisa-sisa pencernaan makanan di usus
besar manusia, agar feces lebih mudah dikeluarkan ke luar tubuh. Dalam bidang lingkungan, bakteri dapat berperan
sebagai pengurai berbagai senyawa organik yang berada di lingkungan, sehingga memperlancar siklus materi dan energi.
Ada juga beberapa bakteri yang dapat dipergunakan dalam bioteknologi bakteri, misalnya dalam memproduksi insulin
rekombinan pada bakteri (Mayasari, 2020: p. 63-66).4Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia
hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor
biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup adanya
asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan
sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (Rifai dalam Hadioetomo, 1982). 5

B. Taksonomi dan Klasifikasi Bakteri


Dikutip dari Putri, dkk., (2017) menyatakan bahwa bakteri umumnya berbentuk 1-sel atau sel tunggal atau
uniseluler, tidak mempunyai klorofil berkembangbiak dengan pembelahan sel atau biner. Karena tidak mempunyai
klorofil, bakteri hidup sebagai jasad yang saprofitik ataupun sebagai jasad yang parasitik. Tempat hidupnya tersebar di
mana-mana, yaitu di udara, di dalam tanah, didalam air, pada bahan-bahan, pada tanaman ataupun pada tubuh manusia
atau hewan.
Klasifikasi ialah suatu istilah yang berkaitan dengan dan terkadang digunakan secara dapat dipertukarkan
dengan taksonomi. Taksonomi ialah ilmu mengenai klasifikasi atau penataan sistematik organisme ke dalam kelompok
atau kategori yang disebut taksa (tunggal: takson). Sistem klasifikasi biologis didasarkan pada hierarki taksonomi atau
penataan kelompok atau kategori yang menempatkan spesies pada satu ujung dan dunia di ujung lainnya dalam urutan
tertentu. Urutan yang dimaksud adalah: Spesies : sekelompok organisme berkerabat dekat (untuk tujuan spesies bakteri)
yang individuindividunya di dalam kelompok itu serupa dalam sebagian besar ciri-cirinya.
 Genus : sekelompok spesies yang serupa
 Famili : sekelompok genus yang serupa
 Ordo : sekelompok famili yang sejenis
 Kelas : sekelompok ordo yang serupa
 Filum atau divisi : sekelompok kelas yang berkerabat
 Dunia : seluruh organisme di dalam hierarki ini.
Nama bakteri terdiri dari nama jenis (genus), spesies dan galur (strain). Nama genus selalu ditulis dengan huruf
besar untuk huruf pertamanya; nama epitet spesies selalu ditulis dengan huruf kecil. Kedua komponen tersebut (genus dan

Mayasari, U. 2020. Mikrobiologi. Medan. USU, p.63-66.


4

Rifai, M, R., dkk,. 2020. Uji Sinergis Konsorsia Bakteri Indigen LCN Berkonsorsia Bakteri Tanah di Kebun Percobaan Universitas
5

Muhammadiyah Metro untuk Penyusunan Panduan Praktikum Mikrobiologi. Jurnal Biolova. 1(2), p.92.
epitet spesies) selalu dicetak miring. Nama spesies kadang-kadang menunjukkan sifat, warna, atau penemunya. Sebagai
contoh, Mycobacterium tuberculosis (penyebab tuberculosis), Streptococcus albus (berwarna putih).
Taksonomi berasal dari kata “taksis” artinya aturan atau penjabaran dan kata “nomos” artinya aturan atau hukum.
Taksonomi adalah ilmu mengenai klasifikasi atau penataan sistematis organisme kedalam kelompok atau kategori yang
disebut taksa (tunggal = takson). Klasifikasi berarti penyusunan organisme kedalam grup taksonomi (taksa) dengan
berdasarkan kemiripan atau hubungannya. Tata nama adalah penamaan suatu organisme melalui aturan internasional
menurut ciri khasnya. Secara keseluruhan, yakni tentang pengklasifikasian, penamaan dan pengidentifikasian
mikroorganisme, disebut sebagai sistematika mikroba. Untuk klasifikasi dan determinasi bakteri dipakai buku : Bergey’s
Manual of Determinative Bacteriology yang menggambarkan sifat-sifat bakteri secara terperinci. Sel organisme terdiri
atas dua golongan utama, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik, sebagai berikut:
 Prokariotik yaitu organisme sederhana, memiliki kromosom tunggal, dan tak ada organel. Kemudian tak ada
membran inti, tak ada batas tegas antara inti sel dengan sitoplasma sel.
 Eukariotik yakni organisme kompleks, memiliki kromosom lebih dari satu, adanya organel-organel yang
lengkap, memiliki membran inti sehingga ada batas tegas antara inti sel dengan sitoplasmanya.
Bakteri dan bakteri hijau diklasifikasikan sebagai tanaman primitif karena :
 Mempunyai dinding sel seperti tanaman
 Beberapa Jenis bakteri dan semua bakteri hijau bersifat fotosintetik (Putri, dkk., 2017: p.10-11).6

a) Klasifikasi Bakteri
1. Kelompok Bakteri
Empat kelompok utama bakteri (berdasarkan fenotipik) menurut Anonim dalam Bergey’s Manual determinative
of Bacteriology digambarkan secara singkat, dilanjutkan dengan daftar sifat-sifat yang sering digunakan untuk
membedakan beberapa dari kelompok tersebut.
a. Kelompok I. Eubakteria Gram-negatif Yang Memiliki Dinding Sel
Kelompok ini merupakan prokariot yang memiliki suatu profil dinding sel (tipe Gram-negatif)
kompleks yang terdiri dari satu membran luar dan satu membran dalam, lapisan peptidoglikan yang tipis (yang
mengandung asam muramat yang terdapat pada semua peptidoglikan tapi sejumlah organisme tidak memiliki
bagian ini pada dinding selnya). Dan suatu variabel pelengkap dari komponen lain di luar atau di antara lapisan
ini. Kelompok ini biasanya bersifat Gram-negatif. Bentuk sel berupa bola, oval, batang lurus atau melengkung,
memutar,atau filamen; beberapa bentuk tersebut dapat berselubung atau berkapsul. Reproduksi dengan cara
pembelahan biner tetapi beberapa kelompok terlihat membentuk tunas, dan suatu kelompok jarang
memperlihatkan pembelahan multipel. Fruiting body (kumpulan sel dan lendir) dan miksospora dapat dibentuk
oleh Miksobacteria. Gerakan berenang, meluncur, dan gerak tanpa berpindah tempat biasanya teramati. Anggota
divisi mungkin bakteri fototropik atau nonfototrof (di antara litotropik dan heterotropik), dan termasuk aerobik,
fakultatif anaerobik, dan spesies mikroaerofilik; beberapa anggota merupakan parasit intraseluler oblig.
b. Kelompok II. Eubakteria Gram-positif yang Memiliki Dinding Sel
6
Putri, M.H., Sukini, Yodong. 2017. Mikrobiologi. Jakarta. BPPSDMK, p.10-11.
Kelompok ini merupakan prokariot dengan profil dinding sel tipe Gram-positif; umumnya berreaksi
terhadap pewarnaan Gram, tetapi tidak selalu positif. Sel berbentuk bola, batang, atau filamen; batang dan
filamen mungkin tidak bercabang, tetapi beberapa memperlihatkan adanya percabangan. Reproduksi seluler
umumnya dengan pembelahan binner; beberapa menghasilkan spora sebagai bentuk istirahat (endospora atau
spora pada hifa). Kelompok ini umumnya tidak berfotosintesis, melakukan kemosisntesis, heterotrof dan
termasuk aerobik, anaerobik, fakultatif anaerobik, dan spesies mikroaerofilik. Anggota divisi ini termasuk
bakteri asporogenous sederhana dan bakteri sporogenous, juga actinomycetes dan yang berhubungan.
c. Kelompok III. Eubakteria Tanpa Dinding Sel
Kelompok ini merupakan prokariot yang tidak memiliki dinding sel (biasa disebut Mycoplasma dan
termasuk kelas Mollicutes) dan tidak mensintesis bahan baku (prekursor) peptidoglikan. Sel dilindungi oleh
suatu unit membran, membran plasma. Sel sangat pleomorfik, dengan ukuran mulai dari yang besar, mampu
merusak vesikula sampai ke yang sangat kecil (0.2 (m), elemen yang dapat tersaring. Bentuk filamen biasa
ditemukan dengan penonjolan-penonjolan percabangan. Reproduksi dapat dengan pertunasan, fragmentasi,
dan/atau pembelahan biner. Beberapa kelompok memperlihatkan suatu derajat keteraturan bentuk yang
semestinya terhadap penempatan struktur internal. Biasanya tidak bergerak, tetapi beberapa spesies
memperlihatkan suatu pergerakan meluncur. Bentuk istirahat tidak diketahui. Sel berwarna Gram-negatif.
Sebagian besar membutuhkan media yang kompleks untuk pertumbuhannya (tekanan-osmotik-tinggi yang
mengelilinginya) dan memelihara diri dengan menembus permukaan media padat dengan cara membentuk sifat
khusus koloni berupa “Fried egg” (telur goreng mata sapi). Organisme terlihat dengan mata telanjang, bentuk-L
dapat dihasilkan oleh beberapa spesies bakteri (khususnya eubakteria Gram-positif), tetapi perbedaannya pada
mycoplasma tidak mampu membuat dinding sel. Sebagian besar spesies selanjutnya dibedakan oleh kebutuhan
akan kolesterol dan asam lemak rantai-panjang untuk pertumbuhannya; kolesterol takteresterifikasi merupakan
komponen khusus pada membran di antara spesies yang membutuhkan dan tidak membutuhkan sterol, jika
terdapat dalam medium. Kandungan guanin dan sitosin dalam RNA ribosom adalah 43-48 mol% (lebih rendah
dari yang terkandung dalam dinding eubakteria Gramnegatif dan Gram-positif , 50-54 mol%); kandungan
guanin dan sitosin pada DNA juga lebih rendah, 23-46 mol%, dan ukuran genom Mycoplasma lebih kecil dari
prokariot lain, 0.5-1.0 x 109 Dalton. Mycoplasma dapat bersifat saprofit, parasit, atau patogenik, dan patogen
penyebab penyakit pada hewan, tumbuhan, dan kultur jaringan.
d. Kelompok IV.Archaebakteria
Archaebakteria merupakan mikroba utama dalam lingkungan terrestrial dan akuatik, hidup dalam
lingkungan anaerobik, dalam kadar garam tinggi, atau air panas, dan dalam lingkungan yang terkena panas
bumi; serta beberapa terdapat sebagai simbion saluran pencernaan hewan. Kelompok yang termasuk aerob,
anaerob, dan fakultatif aerob yang tumbuh secara kemolitoautotrofik, organotrofik. Archaebakteria dapat
bersifat mesofil atau termofil, bahkan beberapa spesies dapat tumbuh pada suhu di atas 100 derajat. Suatu
gambaran khusus biokimia archaebakteria yaitu adanya gliserol isopranil ether lipid. Tidak ada murein ( asam
muramat terkandung dalam peptidoglikan) pada dinding sel membuat archaebakteria tidak sensitif terhadap
antibiotika beta-laktam. “Common arm” (berhubungan dengan lengan) tRNA mengandung pseudouridin atau 1-
metilpseudouridin sebagai pengganti ribotimidin. Urutan rRNA 5S, 16S, dan 23S sangat berbeda dari yang ada
dalam eubakteria dan eukariot. Archaebakteria autotrof tidak mengasimilasi CO2 melalui siklus Calvin. Pada
Methanobacterium, CO2 difiksasi melalui suatu jalur asetil-CoA, tetapi Acidianus dan Thermoproteus, bersifat
aututrof CO2 difiksasi melalui jarul asam trikarboksilat reduktif. Fiksasi N2 hanya diperlihatkan oleh beberapa
methanogen. Hasil pewarnaan Gram dapat positif atau negatif karena tipe pembungkus sel sangat berbeda.
Spesies Gram-positif memiliki pseudomurein, metanokondroitin, dan heteropolisakarida dinding sel; sel Gram-
negatif memiliki glikoprotein pada lapisan permukaan. Sel memiliki keragaman bentuk, termasuk berbentuk
bola, spiral, pelat atau bentuk batang; unisel; multisel bentuk dalam filamen atau berupa kumpulan. Diameter sel
individu 0.1- >15 µm, dan panjang filamen dapat mencapai 200 µm. Perbanyakan melalui pembelahan biner,
pertunasan, penyempitan, fragmentasi, atau mekanisme lain. Warna massa sel dapat biru, ungu, pink, oranye-
coklat, kuning, hijau, hitam kehijauan, abu-abu dan putih. Kelompok utama archebakteria termasuk; a).
archebakteria methanogenik, b) archeabakteria pereduksi sulfat , c). archaebakteria halofilik ekstrim, d).
archaebakteria tanpa dinding sel, dan e). termofilik ekstrim “So-metabolizer.” (Anonim, 2021: p.14-16)7

Gambar 2.Pigmentasi pada koloni bakteri


Sumber : (Putri, dkk., 2017)

b) Jenis-jenis Bakteri

Gambar 3. Jenis ukuran koloni bakteri


Sumber : (Putri, dkk., 2017)

Anonim. Klasifikasi dan Identifikasi Bakteri. FPMIPA. UPI, p. 14-16. [PDF Document] http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/ diakses pada 28
7

Agustus 2021.
Menurut Redaksi, (2019) menjelaskan bahwa jenis-jenis bakteri dibedakan berdasarkan cara
memperoleh makanan dan cara memperoleh oksigen. Berdasarkan cara memperoleh makanan, jenis-jenis
bakteri yang dimaksud adalah:
1. Bakteri Heterotrof: bakteri heterotrof adalah bakteri yang makanannya berupa senyawa organik dari
organisme lain. Bakteri heterotrof terbagi menjadi bakteri saprofit dan bakteri parasit.
2. Bakteri Autotrof: bakteri autotrof adalah bakteri yang mampu membuat makanannya sendiri. Bakteri
autotrof dibedakan dalam dua kelompok berdasarkan asal energi untuk mensintesis makanannya,
yaitu bakteri fotoautotrof dan bakteri kemoautotrof.8

c) Klasifikasi bakteri aerob dan anaerob


Bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak menggunakan oksigen dalam pertumbuhan dan
metabolismenya. Bakteri anaerob sebagian besar merupakan mikroorganisme residen pada kulit, permukaan
mukosa, mulut, dan gastrointestinal. Infeksi oleh bakteri anaerob terjadi jika bakteri ini berada pada tempat yang
seharusnya steril di dalam tubuh. Bakteri anaerob dibedakan menjadi anaerob fakultatif dan obligat. Anerob
fakultatif bermakna bakteri dapat tumbuh baik secara oksidatif maupun secara anaerob. Sebagian besar bakteri
kelompok anaerob fakultatif adalah pathogen. Contohnya adalah beberapa spesies dari Streptococcus dan
Enterobacteriaceae (misalnya: E. coli). Bakteri anaerob obligat adalah bakteri yang memiliki efek letal terhadap
keberadaan oksigen. Hal ini dikarenakan biasanya bakteri kelompok ini tidak memiliki superoksida dismutase
(SOD) dan katalase yang berfungsi menghilangkan efek toksik radikal oksigen serta hydrogen peroksidase yang
menyebabkan mampu mentoleransi terhadap oksigen (aerotolerant) (Agustiningtyas dalam Greenwood et al.,
2012)9
Menurut penjelasan dari Redaksi, (2019) yang membedakan bakteri aerob dan anaerob sebagai
berikut :
1. Bakteri Aerob, Bakteri aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk memperoleh energinya.
Contoh bakteri aerob adalah Nitrosomonas, Nitrosococcus, dan Nitrobacter.
2. Bakteri Anaerob, bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak membutuhkan oksigen bebas untuk memperoleh
energinya. Energi diperoleh dari proses perombakan senyawa organik tanpa menggunakan oksigen yang disebut
fermentasi. Bakteri anaerob dibedakan menjadi anaerob obligat dan anaerob fakultatif.10

8
Redaksi, 05 Agustus 2019, Mikrobiologi Bakteri, diakses dari https://www.pasundanekspres.co/opini/mikrobiologi-bakteri/pada 31 Agustus 2021.

9
Agustiningtyas, R. 2020. Bakteri Anaerob. Laboratorium Mikrobiologi. FK UII, p.1.
10
Redaksi, 05 Agustus 2019, Mikrobiologi Bakteri, diakses dari https://www.pasundanekspres.co/opini/mikrobiologi-bakteri/pada 31 Agustus 2021
d) Bentuk sel bakteri

Gambar 4.Bentuk-bentuk koloni bakteri


Sumber : (Putri, dkk., 2017)

Pada umumnya bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar (berdasarkan bentuknya) yaitu:
a. Kokus (Coccus)
adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
 Mikrococcus, jika kecil dan tunggal Diplococcus, jka berganda dua-dua
 Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar Sarcina, jika bergerombol
membentuk kubus Staphylococcus, jika bergerombol Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai.
b. Basil (Bacillus)
adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
 Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai.
c. Spiral (Spirilum)
adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
 Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
 Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
 Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel (Redaksi, 2020).

e) Bakteri bagi manusia


 Pathogen : menimbulkan berbagai penyakit infeksi pada manusia, seperti: TBC,disentri,demam
typhoid,spilis dsb.
 Non-pathogen: membantu membentuk antibodi serta menghasilkan senyawa penting bagi tubuh, sebagai
flora normal (Kusnadi,2020).11
Tabel 1.Menurut Kusnadi, (2020) dalam perbedaan karakteristik pada sel bakteri gram positif dan gram negatif.

11
Kusnadi. 2020. Dasar-Dasar Bakteriologi, p.38 & 62, [ Powerpoint Slides ] diakses dari Web site:http://file.upi.edu/
Ciri sel Gram positif Gram negatif
Tebal (15-80 nm), lapis tunggal Tipis (10 – 15 nm), lapis tiga
Struktur dinding sel
(molayer) (trilayer)

Kandungan lipid rendah (1-4%). Kandungan lipid tinggi (11-22%).


Peptidoglikan berupa lapisan Peptidoglikan jumlahnya sedikit
Komposisi dinding sel
tunggal (lebih dari 50% berat kering (10% berat kering sel) tidak
sel). Terdapat asam teikoat mengandung asam teikoat

Persyaratan nutrisi Lebih rentan Kurang rentan

Ketahanan terhadap gangguan fisik Lebih rentan Kurang rentan

Ketahanan terhadap gangguan fisik Lebih tahan Kurang tahan

C. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi bakteri


Menurut penjelasan dari Tauhid, (2012) bahwa Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa
kelompok mikroba sangat resisten terhadap  perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat
menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Dalam faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan
kimia), dan faktor biotik. Pada umumnya, mikroorganisme dapat tumbuh pada pH kisaran 6,6-8,0 dan nilai pH luar pada
kisaran 2,0-1,0 sudah bersifat merusak (Chrismanuel dalam Buckle, 1987). Menurut Chrismanuel dalam Fardiaz (1992),
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah zat makanan, pH, air, oksigen, dan senyawa penghambat
pertumbuhan1213
a) Faktor Abiotik
1. Suhu
a. Suhu pertumbuhan mikroba.
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi
suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba
masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum
adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat
dikelompokkan menjadi mikroba psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah kelompok mikroba
yang dapat tumbuh pada suhu 0-30o C dengan suhu optimum sekitar 15oC. Mesofil adalah kelompok mikroba
pada umumnya, mempunyai suhu minimum 15oC suhu optimum 25-37oC dan suhu maksimum 45-55oC.
Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil. Mikroba ini mempunyai

12

13
Chrismanuel, A., dkk. 2012. Efek Pemanfaatan Karaginan Sebagai Edible Coating Terhadap pH, Total Mikroba dan H2S Pada Bakso Selama
Penyimpanan 16 Jam. Jurnal Agrikultur Hewan. 1(2): 286-292.
membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik didihnya tinggi. Bakteri yang hidup di dalam tanah
dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga yang dapat hidup diatas 50oC (termotoleran).  Contoh bakteri
termotoleran adalah Methylococcus capsulatus.  Contoh bakteri termofil adalah Bacillus, Clostridium,
Sulfolobus, dan bakteri pereduksi sulfat/sulfur.  Bakteri yang hidup di laut (fototrof) dan bakteri besi
(Gallionella) termasuk bakteri psikrofil.
b. Suhu Tinggi
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum, akan memberikan beberapa
macam reaksi. (1) Titik kematian thermal, adalah suhu yang dapat memetikan spesies mikroba dalam waktu 10
menit pada kondisi tertentu. (2) Waktu kematian thermal, adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu
spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian thermal ialah
waktu, suhu, kelembaban, spora, umur mikroba, pH dan komposisi medium. Contoh waktu kematian thermal
(TDT/ thermal death time) untuk beberapa jenis bakteri adalah sebagai berikut :
c. Suhu Rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan gangguan metabolisme. akibat-
akibatnya adalah (1) Cold shock , adalah penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri,
terutama pada bakteri muda atau pada fase logaritmik, (2) Pembekuan (freezing), adalah rusaknya sel dengan
adanya kristal es di dalam air intraseluler, (3) Lyofilisasi, adalah proses pendinginan dibawah titik beku dalam
keadaan vakum secara bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk mengawetkan mikroba karena air
protoplasma langsung diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi).
2. Kandungan air (pengeringan)
Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur dengan
parameter aw (water activity) atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri
umumnya memerlukan aw 0,90-0,999. Mikroba yang osmotoleran dapat hidup pada aw terendah (0,6) misalnya
khamir Saccharomyces rouxii. Aspergillus glaucus dan jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8. Bakteri
umumnya memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75.
Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapatmembentuk spora, konidia atau dapat membentuk kista
3. Tekanan osmose
Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan
pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari
dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan
mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1) mikroba osmofil, adalah mikroba
yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam
halogen yang tinggi, (3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat
tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %.
Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu tumbuh pada larutan gula
dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk
Archaebacterium, misalnya Halobacterium. Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai
kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk
stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari
murein, sehingga tahan terhadap ion Natrium.
4. Ion-ion dan listrik
a. Kadar Ion Hidrogen (pH)
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium
alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya beberapa
bakteri yang bersifat toleran terhadap kemasaman, misalnya Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina ventriculi.
Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah.
Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH
media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pH-nya mikroba dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba
mesofil (neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c) mikroba alkalifil,
adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.
b. Buffer
Untuk menumbuhkan mikroba pada media memerlukan pH yang konstan, terutama pada mikroba yang
dapat menghasilkan asam. Misalnya Enterobacteriaceae dan beberapa Pseudomonadaceae. Oleh karenanya ke
dalam medium diberi tambahan buffer untuk menjaga agar pH nya konstan. Buffer merupakan campuran garam
mono dan dibasik, maupun senyawa-senyawa organik amfoter. Sebagai contoh adalah buffer fosfat anorganik
dapat mempertahankan pH diatas 7,2. Cara kerja buffer adalah garam dibasik akan mengadsorbsi ion H+ dan
garam monobasik akan bereaksi dengan ion OH-
c. Ion-ion lain
Logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, dan Pb pada kadar rendah dapat bersifat meracun (toksis). Logam
berat mempunyai daya oligodinamik, yaitu daya bunuh logam berat pada kadar rendah. Selain logam berat, ada
ion-ion lain yang dapat mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroba, yaitu ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat, dan
benzoat. Ion-ion tersebut dapat mengurangi pertumbuhan mikroba tertentu. Oleh karena itu sering digunakan
untuk mengawetkan suatu bahan, misalnya digunakan dalam pengawetan makanan. Ada senyawa lain yang juga
mempengaruhi fisiologi mikroba, misalnya asam benzoat, asam asetat, dan asam sorbat.
d. Listrik
Listrik dapat mengakibatkan terjadinya elektrolisis bahan penyusun medium pertumbuhan. Selain itu
arus listrik dapat menghasilkan panas yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Sel mikroba dalam
suspensi akan mengalami elektroforesis apabila dilalui arus listrik. Arus listrik tegangan tinggi yang melalui
suatu cairan akan menyebabkan terjadinya shock karena tekanan hidrolik listrik. Kematian mikroba akibat
shock terutama disebabkan oleh oksidasi. Adanya radikal ion dari ionisasi radiasi dan terbentuknya ion logam
dari elektroda juga menyebabkan kematian mikroba.
e. Radiasi
Radiasi menyebabkan ionisasi molekul-molekul di dalam protoplasma. Cahaya umumnya dapat
merusak mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Cahaya mempunyai pengaruh germisida,
terutama cahaya bergelombang pendek dan bergelombang panjang. Pengaruh germisida dari sinar
bergelombang panjang disebabkan oleh panas yang ditimbulkannya, misalnya sinar inframerah. Sinar x (0,005-
1,0 Ao), sinar ultra violet (4000-2950 Ao), dan sinar radiasi lain dapat membunuh mikroba. Apabila tingkat
iradiasi yang diterima sel mikroba rendah, maka dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba.
f. Tegangan Muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan tersebut menyerupai membran yang
elastis. Seperti telah diketahui protoplasma mikroba terdapat di dalam sel yang dilindungi dinding sel, maka
apabilaada perubahan tegangan muka dinding sel akan mempengaruhi pula permukaan protoplasma. Akibat
selanjutnya dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan bentuk morfologinya. Zat-zat seperti sabun,
deterjen, dan zat-zat pembasah (surfaktan) seperti Tween80 dan Triton A20 dapat mengurangi tegangan muka
cairan/larutan. Umumnya mikroba cocok pada tegangan muka yang relatif tinggi.
g. Tegangan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Umumnya tekanan 1-400
atm tidak mempengaruhi atau hanya sedikit mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Tekanan
hidrostatik yang lebih tinggi lagi dapat menghambat atau menghentikan pertumbuhan, oleh karena tekanan
hidrostatik tinggi dapat menghambat sintesis RNA, DNA, dan protein, serta mengganggu fungsi transport
membran sel maupun mengurangi aktivitas berbagai macam enzim.Tekanan diatas 100.000 pound/inchi2
menyebabkan denaturasi protein. Akan tetapi ada mikroba yang tahan hidup pada tekanan tinggi (mikroba
barotoleran), dan ada mikroba yang tumbuh optimal pada tekanan tinggi sampai 16.000 pound/inchi2 (barofil).
Mikroba yang hidup di laut dalam umumnya adalah barofilik atau barotoleran. Sebagai contoh adalah bakteri
Spirillum.

b) Faktor Biotik
Di alam jarang sekali ditemukan mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam
asosiasi dengan jasad-jasad lain. Antar jasad dalam satu populasi atau antar populasi jasad yang satu dengan yang lain
saling berinteraksi.
1. Interaksi dalam satu populasi mikroba
Interaksi antar jasad dalam satu populasi yang sama ada dua macam, yaitu interaksi positif maupun negatif.
Interaksi positif menyebabkan meningkatnya kecepatan pertumbuhan sebagai efek sampingnya. Meningkatnya
kepadatan populasi, secara teoritis meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif disebut juga kooperasi.
Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba menjadi koloni atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi).
Interaksi negatif menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya
populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas, atau adanya produk metabolik yang meracun. Interaksi
negatif disebut juga kompetisi. Sebagai contoh jamur Fusarium dan Verticillium pada tanah sawah, dapat
menghasilkan asam lemak dan H2S yang bersifat meracun.
2. Interaksi antar berbagai macam mikroba
Apabila dua populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul berbagai macam interaksi. Interaksi
tersebut menimbulkan pengaruh positif, negatif, ataupun tidak ada pengaruh antar populasi mikroba yang satu dengan
yang lain. Nama masing-masing interaksi adalah sebagai berikut:
a. Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi
pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam mikrohabitat, serta populasi
yang keluar dari habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi antara mikroba allocthonous (nonindigenous)
dengan mikroba autochthonous (indigenous), dan antar mikroba nonindigenous di atmosfer yang kepadatan
populasinya sangat rendah. Netralisme juga terjadi pada keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan
kering beku, atau fase istirahat (spora, kista).
b. Komensalisme
Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi diuntungkan tetapi populasi
lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah:
 Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein dapat digunakan oleh Legionella
pneumophila.
 Desulfovibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi anaerobik Methanobacterium.
c. Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat melakukan
perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2 populasi atau lebih dalam keperluan
nutrisi bersama, maka disebut sintropisme. Sintropisme sangat penting dalam peruraian bahan organik tanah,
atau proses pembersihan air secara alami. Contoh sinergisme: Streptococcus faecalis dan Escherichia coli
d. Mutualisme
Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya saling tergantung dan sama-
sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut juga simbiosis. Simbiosis bersifat sangat spesifik
(khusus) dan salah satu populasi anggota simbiosis tidak dapat digantikan tempatnya oleh spesies lain yang
mirip. Contohnya adalah Bakteri Rhizobium sp. yang hidup ada bintil akar tanaman kacang-kacangan. Contoh
lain adalah Lichenes (Lichens), yang merupakan simbiosis antara algae sianobakteria dengan fungi. Algae
(phycobiont) sebagai produser yang dapat menggunakan energi cahaya untuk menghasilkan senyawa organik.
Senyawa organik dapat digunakan oleh fungi (mycobiont), dan fungi memberikan bentuk perlindungan
(selubung) dan transport nutrien / mineral serta membentuk faktor tumbuh untuk algae.
e. Kompetisi
Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian. Peristiwa ini
ditandai dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2 populasi mikroba yang
menggunakan nutrien / makanan yang sama, atau dalam keadaan nutrien terbatas. Contohnya adalah antara
protozoa Paramaecium caudatum dengan Paramaecium aurelia.
f. Amensalisme
Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan, pihak lain
diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya merupakan cara untuk melindungi diri terhadap populasi
mikroba lain. Misalnya dengan menghasilkan senyawa asam, toksin, atau antibiotika. Contohnya adalah bakteri
Acetobacter yang mengubah etanol menjadi asam asetat. Thiobacillus thiooxidans menghasilkan asam sulfat.
Asam-asam tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. Bakteri amonifikasi menghasilkan
ammonium yang dapat menghambat populasi Nitrobacter.
g. Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan populasi lain dirugikan
(host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan nutrisi dan bersifat spesifik. Ukuran parasit
biasanya lebih kecil dari inangnya. Terjadinya parasitisme memerlukan kontak secara fisik maupun metabolik
serta waktu kontak yang relatif lama. Contohnya adalah bakteri Bdellovibrio yang memparasit bakteri E. coli.
Jamur Trichoderma sp. memparasit jamur Agaricus sp.
h. Predasi
Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan dan mencerna
organisme lain (prey). Umumnya predator berukuran lebih besar dibandingkan prey, dan peristiwanya
berlangsung cepat. Contohnya adalah Protozoa (predator) dengan bakteri (prey). Protozoa Didinium nasutum
(predator) dengan Paramaecium caudatum (prey) (Tauhid, 2012).14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada klasifikasi ini semua mikroba akan dikelompokkan sebagai protista. Pembagian itu pun ada 3 tingkatan
organisasi diantaranya prokariotik (monera), eukariotik uniseluler (protista), dan eukariotik multiseluler dan multinukleat
(fungi, animalia, plantae). Bakteri umumnya dikenal dengan 3 macam bentuk yaitu kokus, basil, dan spiral. Pada
pertumbuhannya dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik. Pada faktor abiotik terdapat nutrisi, suhu, pH, kelembapan,
tekanan osmosis, ketersediaan oksigen dan zat-zat kimia lainnya (Sari,2015). 15Sedangkan biotik adalah interaksi populasi
mikroba, macam mikroba, netralisme, komensalisme, sinergisme, mutualisme, kompetisi, amensalisme, parasitisme, dan
predasi.

14
Tauhid, Y., 06 Oktober 2012, Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Aktivitas Mikroba, diakses dari
https://blog.ub.ac.id/yusriadiblog/2012/10/06/mikrobiologi-lingkungan1/pada 31 Agustus 2021.
15
Sari, O. E., 07 April 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri, [Powerpoint Slides], diakses dari
https://www.slideshare.net/estyosari/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteripada 1 September 2021.
B. Saran
Sebelum melakukan percobaan atau penelitian, ada baiknya kita harus terlebih dahulu mengetahui jenis maupun
bentuk bakteri (mikroba). Kemudian bakteri juga memiliki kondisi optimum yang unik atau berbeda-beda tiap
pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dalam pengendalian bakteri selama
proses bioteknologi maupun uji coba praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Putri, M.H., Sukini, Yodong. (2017). "Mikrobiologi". Jakarta: BPPSDMK.


Irianto, A. (2008). "Tinjauan Umum Mikrobiologi Lingkungan". Jakarta: Universitas Terbuka.
Boleng, D.T. (2015). "Bakteriologi Konsep-Konsep Dasar". ISBN:978-979-796-329-3. Malang : UMM Press.
Mayasari, U. (2020). "Mikrobiologi". Medan: USU.
Chrismanuel, A., dkk. (2012). "Efek Pemanfaatan Karaginan Sebagai Edible Coating Terhadap pH, Total Mikroba dan
H2S Pada Bakso Selama Penyimpanan 16 Jam". Jurnal Agrikultur Hewan. 1(2): 286-292.
Kusnadi. (2020). Dasar-Dasar Bakteriologi. [ Powerpoint Slides ] Retrieved from Web site: http://file.upi.edu/
Agustiningtyas, R. (2020). "Bakteri Anaerob". Laboratorium Mikrobiologi: FK UII.
Redaksi. (05 Agustus 2019). “Mikrobiologi Bakteri”. https://www.pasundanekspres.co/opini/mikrobiologi-bakteri/ diakses
pada 31 Agustus 2021.
Tauhid, Y. (06 Oktober 2012). "Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Aktivitas Mikroba".
https://blog.ub.ac.id/yusriadiblog/2012/10/06/mikrobiologi-lingkungan1/ diakses pada 31 Agustus 2021.
Anonim. "Klasifikasi dan Identifikasi Bakteri". FPMIPA : UPI. [PDF Document] http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/
diakses pada 28 Agustus 2021.
Sari, O. E. (07 April 2015). "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri". [Powerpoint Slides].
https://www.slideshare.net/estyosari/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri diakses 1
September 2021.
Rifai, M, R., dkk,. (2020). "Uji Sinergis Konsorsia Bakteri Indigen LCN Berkonsorsia Bakteri Tanah di Kebun Percobaan
Universitas Muhammadiyah Metro untuk Penyusunan Panduan Praktikum Mikrobiologi". Jurnal Biolova. 1(2) :
87-95.

Anda mungkin juga menyukai