Anda di halaman 1dari 3

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tekanan Darah
a. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi (arteri).
Jantung berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada kondisi istirahat (duduk
atau berbaring), darah dipompa menuju darah melalui arteri. Tekanan darah paling tinggi
terjadi ketika jantung berdetak memompa darah, ini disebut tekanan sistolik. Tekanan darah
menurun saat jantung relaks diantara dua denyut nadi, ini disebut tekanan diastolik.
Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik per tekanan diastolik sebagai contoh, 120/80
mmHg (Kowalski, 2010).
b. Tekanan Darah Arteri Rata-Rata
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong kearah jaringan.
Tekanan ini harus diukur secara ketat dengan dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus
cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup tanpa tekanan ini, otak dan
jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal
mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak
boleh terlalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan
meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-
pembuluh halus (Sherwood, 2001).

B. Pengaruh Aktifitas Fisik terhadap Tekanan Darah


Sewaktu otot-otot rangka berkontraksi selama latihan fisik, otot-otot tersebut
mengencang dan menekan pembuluh darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kompresi
pembuluh darah dalam otot dan abdomen. Kompresi tadi mengakibatkan pemidahan darah dari
pembuluh perifer ke jantung dan paru meningkat, dengan demikian pula akan meningkatkan
curah jantung sebesar lima kali lipat sampai tujuh kali lipat. Kenaikan curah jantung merupakan
bahan penting untuk meningkatkan tekanan arteri selama latihan fisik, biasanya terjadi
peningkatan dari tekanan rata rata normal 100mmHg hingga mencapai 130 mmHg sampai 160
mmHg. (guyton)

Selama istirahat rata-rata aliran darah melalui otot rangka adalah 3-4 ml/menit/100
gram otot. Sedangkan selama kerja fisik berat, pada atlet terlatih, aliran darah meningkat 25-50
kali lipat, mencapai 100-200ml/menit/100 gram otot. Bahkan pada otot paha atlet terlatih,
aliran darah tertinggi (peak flow) sebesar 400ml/menit/100 gram otot. (guyton)

Efek penting dari peningkatan aktivitas simpatis saat kerja fisik adalah untuk
meningkatkan tekanan arteri. Hal ini di akibatkan oleh berbagai efek perangsangan, antara lain:

1. Vasokontriksi arteriol dan arteri kecil di seluruh tubuh kecuali pada otot yang aktif
2. Peningkatan aktivitas pemompaan oleh jantung
3. Peningkatan hebat pengisian sistemik rata-rata yang terutama disebabkan kontraksi
vena

Kerjasama berbagai efek tersebut dapat meningkatkan 20mmHg sampai 80mmHg,


bergantung pada keadaan saat melakukan kerja fisik. Pada otot yang aktif akan terjadi
vasodilatasi, sedangkan efek pada tubuh lain adalah vasokontriksi, keadaan seperti ini dapat
meningkatkan tekanan rata rata samapai setinggi 170mmHg. Namun apabila seseorang
melakukan kerja fisik dengan seluruh tubuhnya seperti berlalri atau berenang, kenaikan
terkanan arterinya hanya sebesar 20-40 mmHg. (guyton)

C. Pengaruh Suhu terhadap Tekanan Darah


Kontrol hypothalamus terhadap arteriol kulit untuk tujuan pengaturan suhu lebih di
dahulukan dibanding kontrol pusat kardiovaskuler terhadap pembuluh yang sama untuk tujuan
pengaturan tekanan darah. Akibatnya tekanan darah dapat turuhn ketika pembuluh2 kulit
melebar untuk mengeluarkan kelebihan panas (Sherwood)
Aplikasi local panas dingin:
Panas -> menyebabkan vasodilatasi arteriol -> mendorong peningkatan aliran darah ke
suatu daerah

Dingin -> menyebabkan vasokonstriksi -> mengurangi pembekakan dengan melawan


vasodilatasi yang ditimbulkan histamin

D. Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Tekanan Darah


Pada dasarnya tekanan darah arteri ditentukan oleh jumlah darah yang terkandung
dalam arteri. Semakin besar jumlah darah dalam arteri, semakin tinggi tekanan arteri tersebut,
dan begitu juga sebaliknya. Jumlah darah yang terkandung dalam arteri tergantung pada jumlah
darah yang masuk dan meninggalkan arteri, jika darah yang masuk lebih banyak daripada yang
keluar maka darah yang terkandung dalam arteri semakin banyak yang begitu juga sebaliknya.
Jumlah darah yang masukdalam arteri ditentukan oleh frekuensi jantung dan volume sekuncup
jantung. (guyton)

1. Posisi berdiri

Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke
jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan adanya peningkatan
detak jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke
posisi berdiri. Sebanyak 300-500 ml pada posisi berdiri, darah pada pembuluh ”capacitance”
vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%
(Ganong, 2008).
Pengumpulan darah di vena lebih banyak pada posisi berdiri,. Mengakibatkan
volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung
berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Tekanan darah berkurang akan
menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju.. Volume jantung
berkurang 17 maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton & Hall,
2002).

2. Posisi duduk

Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini
dikarnakan pada saat duduk system vasokontraktor simpatis teransang melalui saraf rangka
menuju otot-otot abdomen. Keadaan ini meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang
menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengelurkan darah dari cadangan
vaskuler abdomen ke jantung. Hal tersebut membuat darah yang tersedia bagi jantung
untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi
abdomen (Guyton & Hall, 2002). Kerja jantung pada posisi duduk, dalam memompa darah
akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung
meningkat.

3. Posisi berbaring

Darah dapat kembali ke jantung secara mudah pada posisi berbaring. Gaya gravitasi
pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga
tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa. Hal ini terlihat bahwa selama
kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier (VO2 max 40% - 60%). Isi
sekuncup dalam posisi berbaring mencapai nilai maksimal sedangkan pada posisi kerja
hanya terdapat sedikit peningkatan, dan nilai ini sama dengan nilai maksimal yang diperoleh
pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Makin besar intensitas kerja (melebihi 85% dari
kapasitas kerja) makin sedikit isi sekuncup, disebabkan memendeknya waktu pengisian
diastole akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat (Guyton & Hall, 2002).

Anda mungkin juga menyukai