Disusun Oleh:
17712067
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
2018
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Jenis Refleksi : Lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya
Wajib)
a. Ke-Islaman
b. Etika/moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain
Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (menceritakan kondisi lengkap pasien/kasus yang diambil)
Pasien anak 14 bulan datang IGD RSDS dengan keluhan utama penurunan kesadaran,
disertai sesak napas.
-3 hari SMRS, sepulang pasien dari rumah simbah didaerah pegunungan, pasien demam
naik-turun, batuk (+), pilek (+), lalu dibawa ke bidan dan diberi PCT sirup, panas turun,
kemudian naik lagi.
-2 hari SMRS, pasien masih demam (>38°C), batuk (+), pilek (+), batuk grok-grok, BAB
dan BAK tidak ada keluhan, nyeri kepala (+), bintik-bintik merah di kulit tangan (-), kejang
(-)/ kaku (-).
-1 hari SMRS, pasien dibawa ke dokter dengan keluhan demam, BAB cair >10x,
air>>ampas, warna kekuningan, banyaknya tiap BAB 1 gelas 250 cc, batuk grok (+), pilek
(+), selain BAB cair pasien juga muntah >10x berisi cairan dan makanan yang dimakan,
semua asupan tidak ada yang masuk/selalu dimuntahkan, anak tidak mau diminumi. Di
tempat dokter umum, pasien diberi obat sirup dan obat penurun panas, tidak ada tindakan
pemasangan infus dan lain-lain, pasien rawat jalan dan kondisi belum membaik.
-3 jam SMRS (sekitar pukul 02.00 WIB tanggal 15/03/2019) pasien mulai tidak respon
diajak interaksi, tidak menangis, seperti linglung, dan lemas, BAK terakhir 1 jam sebelum
masuk IGD, demam (+), BAB cair (+) 5x, muntah 5x, sesak napas (+)
RPD : riwayat mondok dengan pneumonia
Riwayat persalinan : lahir SC P2A0 di RSDS tidak langsung menangis
Riwayat perkembangan : baru bisa tengkurap
RPK : riwayat asma di keluarga (-)
Pemeriksaan fisik :
KU: lemah, napas cepat dalam, GCS E4V2M5, BB 6 kg
HR: 188x/menit RR: 84x/menit T: 38,9’C SpO2 89%
Kepala: mata cowong (+/+), tampak mata sesekali ke atas terus (+/+), ubun-ubun teraba
cekung (+)
Thorax: RBK (+/+), BJ 1-2 intensitas reguler cepat
Abdomen: turgor kulit kembali lambat >2 detik, BU (+) supel
Ekstremitas: AD +/+/+/+, nadi teraba lemah
Pemeriksaan darah :
Leukositosis (AL 18.000), Azotemia (Ur 61, Cr 0,63), SGOT 41 (H)
Pemeriksaan elektrolit:
hiperchloremia (Cl 127)
Assesmen:
Syok hipovolemik, pneumonia, encepalitis
Planning:
Rawat PICU
Infus loading kristaloid 270 ml 1/2 jam pertama, lanjut
630 ml 2 1/2 jam berikutnya, bila kondisi masih lemah atau nadi belum teraba kuatulangi
Inj. Ceftriaxon 2x500 mg
Inf. Metronidazole 3x100 mg
Inj. Dexametason 4x1 mg
Inf. Paracetamol 4x100 mg
Oksigenasi target saturasi 90
Pasang OGT/NGT alirkan, bila tidak ada residu coba intake 8x10 ml
Pada kasus pasien ini, orang tua pasien, keduanya, bekerja sebagai buruh yang bekerja di
beberapa tempat. Tingkat ekonomi keluarga pasien termasuk kategori rendah/kurang mampu
berdasarkan tingkat pendapatan orangtua. Sehingga, jarang sekali orang tua pasien
memperhatikan kesehatan pasien. Semenjak pasien tidak sadarkan diri di RSDS, orangtua
pasien bergantian menunggu pasien di ruang PICU. Alhamdulillah, keluarga pasien
mempunyai Kartu Indonesia Sehat dari BPJS kelas 3, sehingga orangtua pasien dapat
terbantu dengan biaya pengobatan pasien selama di RSDS. Namun, dalam masa menunggu
pasien yang sakit, orang tua juga mengeluarkan biaya untuk memenuhi hidup sehari-hari nya
di RS dan di rumah.
Dari anaamnesis bersama ibu pasien, diketahui dokter yang memeriksa pasien 1 hari
SMRS, memberikan obat dan menyuruh pasien untuk rawat jalan, padahal kondisi pasien
mulai melemah. Saya tertarik membahas sisi medikolegal dokter yang memulangkan pasien
1 hari SMRS dan sisi dari pandangan Islam akan pentingnya bersabar bagi penunggu orang
yang sakit sesuai kasus pasien tersebut.
“Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada
kesabaran”. (HR. Al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 2421)
Menjaga orang sakit terutama sendirian dapat dibilang cukup melelahkan, apalagi yang
dijaga adalah anak yang masih kecil. Sehingga ada pepatah mengatakan jika anak kecil sakit
maka orang tua yang jaga ikut sakit. Karena orangtua juga menjadi kurang tidur, dan sering
bangun tengah malam. Terutama anak yang sakit seperti kasus pasien di atas, yang mana
pasien kondisinya tiba-tiba drop di ruang PICU. Orangtua yang menunggu pun tidur diluar
ruang PICU beralaskan tikar seadanya.
Alangkah baiknya penunggu pasien juga memperhatikan waktu yang banyak dihabiskan
menunggu orang sakit sambil beribadah dan mencari ilmu agama.
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,
“Saya menemani orang sufi, aku tidak mendapat manfaat kecuali dua,salah
satunya: “Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia
yang malah akan menebasmu”. (Al-Jawabul Kaafi hal. 156, Darul Ma’rifah, beirut,
1418 H, syamilah)
Maka salah satu nasehat yang ditekankan ulama adalah mengisi dan “mencuri
waktu” untuk Al-Quran. Karena AL-Quran memang bisa mengobati kesedihan,
kegelisahan hati serta bisa mengobati penyakit fisik. Ini berlaku untuk semua Ayat
dalam Al-Quran
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar/kesembuhan dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra`: 82)
Sehingga ketika pasien dalam kondisi tenang atau istirahat, penunggu pasien bisa
membaca Al-Quran atau menghapalkan, atau membacakan ketika dia sadar, agar pasien
yang sakit mendengarnya atau menyimaknya, jika perlu dapat dibaca arti dan
terjemahannya.