Anda di halaman 1dari 9

Akhlaq kepada Allah

Berkaitan dengan akhlaq kepada Allah , saya merasa hal ini merupakan sesuatu yang
mutlak sekaligus tidak mutlak. Memiliki akhlaq yang seharusnya kepada Allah merupakan
suatu hal yang mutlak dimiliki oleh setiap makhluknya, bahkan melebihi tindak-tunduk
seorang rakyat kepada rajanya, atau seorang budak kepada tuannya. Sudah sepantasnya kita
memiliki akhlaq yang baik kepada Allah SWT. Mematuhi segala peritah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya, hal ini mungkin sederhana, sering kita dengar dimana-mana tapi
rasanya implementasinya sangat sulit. Mengingat dunia kita saat ini, dunia akhir zaman,
zaman terbaik sekaligus zaman terburuk. Saat ini sulit melihat mana yang merupakan
kesalahan dan mana yang merupakan kebenaran. Buram. Bahkan untuk seorang idealis yang
mengedepankan kebenaran, dan bahkan ia masih merindukan kebenaran. Dimulai dengan
lemahnya kontrol masyarakat terhadap masalah-masalah yang ada. Hal lain yang merupakan
kelemahan kita sebagai manusia adalah, kita pelupa, ya, pelupa.

Disaat kita ingat kepada-Nya, disaat kita ingat nikmatnya ada di dekat-Nya, disaat kita
ingat tentang apa yang telah Ia berikan untuk kita, disaat kita ingat siksa apabila melanggar
aturan-Nya, disaat kita ingat kewajiban dan hak kita kepada-Nya, disaat Dunia tidak
menghalangi kita untuk mengingat-Nya, disaat kita ingat bahwa sedang diawasi oleh-Nya,
kita akan mencintai Allah, mengAgungkannya, mengEsa kannya, merasakan getaran hebat di
tempat yang manusai sebut itu hati atau qolbu saat beribadah kepadanya, dan segala
kenikmatan lain yang mungkin hanya ditemukan pada orang-orang yang memiliki kadar iman
tertentu. Namun, bagaimana Disaat kita lupa kepada-Nya, disaat kita lupa nikmatnya ada di
dekat-Nya, disaat kita lupa tentang apa yang telah Ia berikan untuk kita, disaat kita lupa siksa
apabila melanggar aturan-Nya, disaat kita lupa kewajiban dan hak kita kepada-Nya, disaat
Dunia menghalangi kita untuk mengingat-Nya, disaat kita lupa bahwa sedang diawasi oleh-
Nya, apa yang manusia lakukan ? Meninggalkannya ? Melupakannya ? Tak tahu kah kita
bahwa kita selalu diawasi ? Selalu diawasi olehnya, 60 detik semenit, 60 menit sejam, 24 jam
sehari, 7 hari seminggu, 365 hari setahun.

‫ا َء‬222‫ َوالَهُ ُم ا ْبتِ َغ‬222‫ون أَ ْم‬222


َ ُ‫ين يُ ْنفِق‬ َ ‫ ُل الَّ ِذ‬222َ‫َو َمث‬
‫ل‬2ِ 2َ‫ ِه ْم َك َمث‬2 ‫ا ِم ْن أَ ْنفُ ِس‬22ً‫ت هَّللا ِ َوتَ ْثبِيت‬
ِ ‫ا‬2 ‫ض‬َ ْ‫َمر‬
‫ا‬22َ‫ت أُ ُكلَه‬ َ َ‫ َو ٍة أ‬2 ‫َجنَّ ٍة بِ َر ْب‬
ْ َ‫آت‬22َ‫ ٌل ف‬2 ِ‫ابَهَا َواب‬2 ‫ص‬
ُ ‫لٌّ ۗ َوهَّللا‬22َ‫ ٌل فَط‬2 ِ‫ُص ْبهَا َواب‬
ِ ‫ض ْعفَي ِْن فَإِ ْن لَ ْم ي‬
ِ
‫صي ٌر‬ ِ َ‫ون ب‬ َ ُ‫بِ َما تَ ْع َمل‬
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan
Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi
yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika
hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu perbuat.
(QS: Al-Baqarah Ayat: 265)

Mengapa kita lupa ya? Sesungguhnya aku berlindung kepada Allah, Dzat yang tak pernah
lupa. Terkadang itulah yang saya rasakan, lupa. Segarusnya, ber akhlak kepada Allah
bukanlah menggunakan pikiran logika yang dihasilkan oleh memori, melainkan iman dari
qolbu.

Hal yang akan saya lakukan untuk meningkatkan dan memperbaiki akhlak terhadap
Allah adalah dengan membaca. Membaca kitab-Nya, Al-qur’an, dan membaca buku yang
merupakan hasil pemikiran manusia terhadap keajaiban-keajaiban-Nya dan makhluk-Nya.
Dengan membaca Al Quran, saya merasa untuk diajak berbicara, diajak untuk berdiskusi,
diajak untuk berfikir, diajak untuk bersyukur, diajak untuk belajar, diajak untuk menjiwai isi
Al Qur’an oleh Allah sendiri. Karena Al Quran adalah cara Allah untuk mengajarkan
semuanya, apa yang ada di masa lalu dijadika sebagai pelajaran, apa yang akan terjadi pada
masa depan sebagai peringatan, apa yang terus terjadi pada masa lalu dan masa sekarang
sebagai sebuah pelajaran untuk kita mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban.
Dengan membaca buku hasil pemikiran dari orang-orang besar, saya akan mendapatkan
pengalaman-pengalaman yang mereka dapat sewaktu merasakan dan menyadari cinta dari
Allah. Mereka dapat menjelaskan bagaimana akhlak yang seharusnya kepada Allah. Mereka
dapat menjelaskan bagaimana cara yang cocok bagi kita untuk berakhlak baik pada Allah.
Cara lain yang dapat saya lakukan adalah berpuasa. Menurut buka yang saya baca, berpuasa
membuat kita menekan hawa nafsu kita, menekan sisi kebinatangan dari diri untuk
menjernihkan tubuh dan pikiran. Selain itu dengan membuat diri kita lapar, akan
menyadarkan saya untuklebih mensyukuri apa yang saya dapat, setiap hari bisa makan dan
minum sesuka hati. Bayangkan saat di akhir jaman, saat bumi dalam keadaan kering, tidak
ada makanan dan tidak ada minuman, Dajjal menggoda akan memberikan semua makanan
dan minuman jika kita mau meninggalkan agama Allah. Berat bukan ? jika melihat manusia
saat ini lebih memilih untuk makan dulu sebelum sholat walaupun Allah telah memanggil.
Cara lain yang dapat saya lakukan adalah sholat malam. Sholat malam memberi kita waktu
“privat” untuk berbicara kepada Allah. Pada malam itu, berduaan, layaknya sepasang
kekasih, dapat menceritakan semua hal yang terjadi pada hari tu. Pada malam itu saya bisa
curhat dengan Allah, membicarakan berbagai macam hal tentang hidup dan mati, tentang
dunia dan akhirat, tentang susah dan senang, dan hal-hal yang kutemukan dalam seharian itu.
Di malam yang sepi itu, bisa bebas apapun kepada-Nya seakan diri-Nya berada di depanku,
menyimakku saat bercerita, memelukku di kala aku menangis, tersenyum ketika kuceritakan
tentang kesenanganku.

Akhlaq Kepada Manusia

Kita hidup di dunia bersama-sama dengan makluk Allah lainnya. Manusia sebagai
khalifah di bumi tidak dapat bekerja sendiri, butuh kerja sama dengan manusia lainnya untuk
mencapai kondisi yang memungkinkan untuk menciptakan suatu sistem yang tertata rapi,
kesinergisan hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan
Allah SWT. Bahkan saking pentingnya hubungan antar manusia, di dalam Al Quran diatur
tentang itu. Manusia pun berpikir tentang hal itu dan melahirkan pemikiran-pemikiran
sosiologis dan antropologis. Hubungan antar manusia pun banyak jenisnya, hubungan antar
manusia dalam keluarga, hubungan pertemanan, hubungan permusuhan, hingga manusia
membentuk kelompok-kelompok untuk saling menopang satu sama lain. Respon manusia
untuk hubungan antar sesamanya pun berbeda, ada yang aktif hidup secara sosial, ataupun
memilih untuk introvert, menutup diri dari dunia luar.
Sejak zaman dahulu, orang Indonesia mengutamakan semangat gotong royong untuk
mencapai tujuan bersama. Saling menolong dalam berbagai hal bukan lah hal yang spesial,
tulus membantu tanpa ada maksud apapun. Namun seiring perkembangan zaman menuju era
modern, mulai muncul kehidupan liberalis, hedonisme mulai merasuki para manusia.
Keserakahan manusia terhadap suatu objek yang bernama “uang”. Entah bagaimana hal ini
dimulai, sebagian manusia mulai melupakan esensi hubungan antar manusia yang tulus.
Mulai muncul orang-orang yang awalnya ingin melakukan sesuatu untuk orang lain dengan
maksud tetentu, kemudian melakukan sesuatu untuk orang lain dengan berharap imbalan,
kemudian muncul rasa akan melakukan sesuatu untuk orang lain jika sudah mendapatkan
imbalan terlebih dahulu. Entah mulai kapan “budaya” ini mulai berkembang. Manusia mulai
serakah untuk mendapat semua yang ia bisa dapatkan. Semua ini dapat dimulai dengan
lemahnya kontrol masyarakat terhadap prilaku menyimpang tersebut. Saat suatu kesalaham
kecil dibiarkan , maka ia kian lama akan semakin besar. Di lain pihak, perkembangan zaman
berjalan seiring dengan perkembangan teknologi. Mulai berkembang alat-alat yang dapat
mempermudah pekerjaan manusia, berkembangnya sarana komunikasi, ada juga yang
membuat manusia merasa semakin nyaman di rumah. Berkembangnya alat komuniaksi dapat
memungkinkan manusia berkomunikasi tanpa harus bertemu langsung. Keuntungan dari cara
ini adalah komunikasi semakin mudah dicapai, namun sisi negatifnya adalah manusia
“candu” terhadap cara ini dan melupakan cara yang sebenarnya dalam berkomunikasi,
bertemu dan berbicara satu sama lain . Adapun perbedaan rasa saat berkomunikasi secara
langsungn dan menggunakan alat. Ada rasa yang dirasa saat berkomunikasi secara langsung
yang tidak dapat dirasakan ketika berkomunikasi dengan alat. Dengan kebiasaan buruk lebih
suka untuk berkomunikasi menggunakan alat daripada berkomunikasi secara langsung,
individu tersebut akan cenderung menutup diri dari lingkungan sekitar, ditambah lagi dengan
meningkatnya kenyamanan kehidupan di dalam rumah yang memberikan efek malas untuk
keluar rumah. Jika seseorang cenderung menutup diri, ia akan jarang berkomunikasi langsung
dengan orang lain, tidak tahu bagaimana watak orang lain, tidak tahu cara berkomunikasi
dengan benar, tidak berkembang interpersonalnya, dan cederung akan muncul sikap egoistis.
Inilah masalah yang saya alami. Saya sejak lahir hingga SMP tinggal di Jakarta. Sejak
menginjakkan kaki di SMP, saya mulai kaget dengan gaya hidup masyarakat disana, merasa
tak nyaman. Lambat laun saya mulai menutup diri. Menjadi anak rumahan, tak suka pergi
keluar dengan teman yang menurut saya adalah tindakan hedonisme yang membuang-buang
waktu. Tindakan ini menyelamatkan saya sekaligus menjerumuskan saya.Di satu sisi saya
terselamatkan dari gaya hidup yang terlalu muluk, tidak sederhana, di sisi lain saya tidak
memiliki ilmu untuk berinteraksi dengan baik dengan orang lain.

Saya pun ingin belajar bagaimana cara berkomunikasi dengan baik dengan tetap
memegang kontrol terhadap jenis pergaulan yang sesuai. Ingin mempelajari sifat manusia
lain, mempelajari seni negosiasi dan merubah opini publik. Ingin menjadi seseorang yang
enak untuk diajak bicara. Maka hal yang akan saya lakukan adalah belajar secara langsung.
Bukan dari buku. Jika melakukan dengan langsung akan lebih berdampak , menurut saya.
Dengan mengikuti organisasi dan kepanitiaan, saya akan berurusan dengan manusia-manusia.
Semakin banyak saya berurusan dengan manusia lain, saya akan lebih memahami mereka.
Walau begitu masih tetap terasa berat bagi saya karena harus menyeimbangkan lagi
kebutuhan saya terhadap belajar. Sayapun masih heran bagaimana kakak tingkat dapat
menyeimbangkan antara organisasi dan akademiknya. Mungkin terlalu terlambat untuk saya,
karena sewaktu SMA tidak mengikuti organisasi secara aktif sehingga kurang memahami
caranya menyeimbangkan kehidupan akademis. Hal ini juga saya takutkan dapat menggangu
nilai saya. Cara mudah lainnya adalah lebih sering berbicara dengan banyak orang dengan
tetap menjaga pergaulan.

Akhlaq Kepada Alam

Manusia diutus oleh Allah ke bumi sebagai khalifah. Memimpin makhluk Allah
lainnya di muka bumi. Namun, apakah manusia sudah dengan bijak memimpin ? Manusia
yang memimpin alam bukanlah manusia yang duduk di kursi tertinggi di antara jajaran para
manusia,namun setiap manusia, memiliki kewajiban untuk memimpin dirinya sendiri dan
alam di sekitarnya.

Alam ini dititipkan oleh Allah, sekali lagi, dititipkan, bukan diberikan. Dititipkan oleh Allah
untuk digunakan sebaik-baiknya dan kitapun harus merawatnya, dimana alam inilah yang
akan manusia wariskan ke generasi manusia selanjutnya. Pertanyaannnya, apakah manusia
rela menyakiti keturunannya ? Ya mungkin beberapa dengan keadaan patologis tertentu dapat
melakukannya tapi seorang individu yang masih menyebut dirinya sendiri sebagai “manusia”
tidak akan rela menyakiti keturunannya. Apakah manusia ingin menyakiti ketuunannya
dengan merusak alam yang akan menjadi tempat tinggal anak-anak mereka? Keserakahan
dan ketidakpedulian mansia terhadap lingkungan dapat meerusak alam ini. Lebih mudah
untuk merusak dari pada memperbaiki, alam yang sudah dirusak akan sulit untuk
disembuhkan. Hal yang dapat kita sebagai manusia lakukan adalah tindakan preventif.
‫ ٌل فِي‬22‫ ِة إِنِّي َجا ِع‬22‫ك لِ ْل َماَل ئِ َك‬
َ ُّ‫ا َل َرب‬22َ‫َوإِ ْذ ق‬
‫ا َم ْن‬22َ‫ ُل فِيه‬22‫الُوا أَتَجْ َع‬22َ‫ةً ۖ ق‬22َ‫ض َخلِيف‬ ِ ْ‫ر‬ َ ‫أْل‬‫ا‬
‫بِّ ُح‬2‫ ِّد َما َء َونَحْ ُن نُ َس‬2‫ك ال‬ ُ ِ‫ف‬2‫ا َويَ ْس‬22َ‫ ُد فِيه‬2‫يُ ْف ِس‬
‫ا اَل‬22‫ا َل إِنِّي أَ ْعلَ ُم َم‬22َ‫ك ۖ ق‬َ َ‫ك َونُقَ ِّدسُ ل‬
َ ‫بِ َح ْم ِد‬
َ ‫تَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".
(QS: Al-Baqarah Ayat: 30)

Sadarkah kita bahwa Allah seakan-akan mempercayai kita untuk merawat alam ini
melalui ayat tersebut ? Namun apa yang telah kita lakukan ? Apakah manusia telah
mengkhianati kepercayaan Allah ? Na’udzubillahimindzalik. Terkadang terdapat jenis-jenis
manusia yang lebih mementingkan dirinya sendiri, kepentingan golongannya, tanpa
memperhatikan kepentingan makhluk-makhluk lainnya. Inilah yang menjadi masalah para
manusia. Membuang sampah sembarangan sebagai bentuk paling sederhana dari akhlaq
buruk kepada alam. Sebagai manusia beradab tentunya kita tahu bahwa sampah harus
dibuang di tempat sampah, buang air harus di kamar mandi bukan di muka umum, itulah
yang membedakan manusia beradab dengan binatang. Maka sepatutnyalah sebagai khalifah
di muka bumi,manusia dapat bertindak sebagai selayaknya manusia yang beradab dan
memiliki akal.

Apa yang saya dapat lakukan untuk memperbaiki akhlaq kepada alam ? Membuang
sampah pada tempatnya dapat saya lakukan. Dengan melakukan hal ini, saya memberikan
contoh pada orang lain dan mendapatkan hak untuk meminta orang lain melakukan hal itu
juga. Mungkin hal yang saya lakukan ini tidak cukup besar untuk memperbaiki alam yang
besar ini, tapi lebih baik ada tindakan kecil daripada tidak aka tindakan sama sekali.
Memperbaiki alam membutuhkan kerja sama dari seluruh umat manusia. Tidak ada gunannya
jika satu kelompok manusia memperbaiki alam dan kelompok lainnya melakukan
pengrusakan terhadap alam. Hal lain yang saya rencanakan adalah menciptakan generasi
manusia yang lebih menghargai kepercaan yang Allah berikan kepada manusia. Mengajarkan
anakak-anak,terutama anak saya, untuk mencintai alam dapat berdampak baik terhadap usaha
revitalisasi alam karena merekalah yang akan memperbaiki alam kedepannya. Usaha lain
yang dapat dilakukan adalah belajar tentang cara memanipulasi opini publik untuk mengajak
para manusia untuk lebih mempedulikan tempat tinggalnya.
Akhlaq Kepada Allah, Manusia, dan Alam
Tugas Ibadah-Akhlaq

Disusun oleh :
Achmad Bima Aryaputra/ 13711065

Tahun Ajaran 2013/2014


Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
Nama : Achmad Bima Aryaputra
NIM : 13711065
Kelas :A
No : 081393987981

Anda mungkin juga menyukai