Anda di halaman 1dari 4

1.Konsep penilaian status gizi.

Status gizi menurut Kemenkes RI dan WHO adalah keadaan yang


diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan
dengan kebutuhan nutrisi yang diperlukan tubuh untuk
metabolisme.Sementara indikator status gizi adalah tanda-tanda yang
dapat diketahui untuk menggambarkan tingkat gizi seseorang. Seseorang
dikatakan memiliki gizi seimbang jika memenuhi kriteria tertentu setelah
menjalani penilaian gizi.Sebaliknya, ketika penilaian status gizi
menunjukkan Anda mengalami gizi kurang maupun gizi lebih, dokter atau
tenaga medis akan menyarankan pola hidup sehat untuk memperbaiki gizi
Anda. Dengan berada pada gizi seimbang, risiko terhadap penyakit tertentu
juga akan berkurang.

Kategori status gizi seseorang berdasarkan usia


Status gizi pada manusia dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu untuk anak di
bawah usia 5 tahun, anak usia 5-18 tahun, dan orang dewasa.

2.Metode-metode penilaian status gizi(deskripsi,kelebihan,kekurangan,cara


melakukan penilaian status gizinya,dan contoh kasusnya).

Adapun metode-metode penilaian gizi pada anak dengan menggunakan


berat badan, umur dan tinggi badan dapat menentukan apakah anak
tersebut memiliki status gizi kurang, pendek (stunting), kurus (wasting), atau
obesitas, seperti berikut:
1. Berat kurang (underweight) 
Berat kurang atau underweight adalah klarifikasi dari gizi BB/U atau berat
badan terhadap umur. BB/U menunjukkan pertumbuhan anak terhadap
umurnya, apakah sesuai atau tidak. Jika berat badan anak di bawah rata-
rata berat badan anak seusianya, maka dapat dikatakan ia mengalami berat
badan kurang atau underweight. Namun, berat badan anak dapat berubah
dengan mudah. Sehingga, indikator ini bukan menjadi tolak ukur indikasi
adanya masalah gizi yang berat anak.

2. Pendek (stunting)
Stunting  adalah penjelasan dari indikator tinggi badan terhadap umur
(TB/U). Anak dikatakan stunting, yakni ketika mereka memiliki tinggi badan
yang tidak sesuai dengan tinggi badan anak
seusianya. Biasanya, stunting ini terjadi akibat kurangnya asupan gizi dalam
jangka waktu yang panjang. Sehingga, anak tidak bisa mengejar
ketertinggalan pertumbuhan tinggi badannya.
3. Kurus (wasting)
Wasting adalah salah satu penjelasan dari indikator gizi berat badan
terhadap tinggi badan (BB/TB). Anak yang dikatakan kurus yaitu mereka
yang memiliki berat badan rendah dan tidak sesuai dengan tinggi badan
yang dimilikinya. Wasting menjadi tanda bahwa anak mengalami
kekurangan gizi yang serius. Kondisi ini biasanya terjadi karena
kurangnya asupan makanan atau infeksi, seperti diare.

4. Gemuk 
Gemuk adalah salah satu penjelasan yang juga diambil dari indikator gizi
BB/TB. Anak dikatakan mengalami kegemukan ketika mempunyai berat
badan lebih terhadap tinggi badan yang dimilikinya.

3.METODE PENILAIAN STATUS GIZI YANG BANYAK DILAKUKAN

Berikut merupakan metode penilaian status gizi yg banyak dilakukan:

 Antropometri

Antropometri adalah cara menghitung status gizi dengan


melalui pengukuran dimensi dan komposisi tubuh seseorang sesuai
dengan umurnya. Metode antropometri ini juga sudah lama dikenal
sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi perorangan
maupun masyarakat dan biasanya dipakai untuk mengukur status gizi
yang berhubungan dengan asupan energi serta protein.
Dengan antropometri, Anda akan menjalani pengukuran berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, dan lingkar perut. Menurut
Kementerian Kesehatan, orang dewasa juga bisa menjadikan lingkar
perut, lingkar pinggang, hingga indeks massa tubuh untuk
menentukan status gizinya.

 Pemeriksaan klinis

Metode satu ini menggunakan cara penilaian status gizi berdasarkan


perubahan yang berhubungan dengan kekurangan maupun
kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis ini biasanya dilakukan
dari mulai pemeriksaan bagian mata, hingga kaki. Meliputi
konjungtiva mata, mukosa mulut, pemeriksaan dada, abdomen,
hingga deteksi bengkak pada bagian kaki.
Dokter juga akan mempelajari riwayat medis pasien serta melakukan
pemeriksaan fisik lainnya.

 Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan biokimia dikenal juga dengan istilah cek lab. Dan


biasanya sering juga di pakai dalam metode penilaian
gizi,Pemeriksaan ini bisa berupa pemeriksaan darah, kadar
albumin, pemeriksaan urine, pemeriksaan tinja
pemeriksaan vitamin dan mineral yang berkaitan dengan kondisi
pasien.

4.MASALAH GIZI DI INDONESIA

Adapun beberapa macam permasalahan gizi di Indonesia, yaitu


kurang vitamin A, gangguan akibat kekurangan iodium/yodium
(GAKI), dan anemia. Kabar baiknya semua masalah tersebut sudah
dapat di tanggulangi dengan program pemerintah berikut
penjelasannya:

1. Kurang vitamin A (KVA)


Kekurangan vitamin A (KVA) termasuk masalah gizi di Indonesia
yang umum dialami oleh anak-anak dan ibu hamil. Meskipun masalah
ini sudah dapat dikendalikan, kekurangan vitamin A dapat berakibat
fatal bila tidak segera ditangani.Pada anak-anak, kondisi ini bisa
menyebabkan masalah penglihatan hingga kebutaan. Risiko penyakit
diare dan campak juga meningkat.
Cara mencegah masalah gizi ini dengan pemberian kapsul vitamin A
di Puskesmas. Pemberian kapsul dilakukan dua kali dalam setahun,
tepatnya pada bulan Februari dan Agustus sejak anak berumur enam
bulan dan Kapsul merah (dosis 100.000 IU/International Unit)
diberikan untuk bayi umur 6 – 11 bulan dan kapsul biru (dosis
200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan.

2. GAKI
Tubuh membutuhkan yodium untuk menghasilkan hormon tiroid.
Hormon ini mengatur proses metabolisme dan sejumlah fungsi
penting lainnya, termasuk pertumbuhan, penurunan atau
pertambahan berat badan, dan denyut jantung. kekurangan yodium
diketahui dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid secara
tidak normal. Kondisi ini dikenal sebagai penyakit gondok.

Adapun cara menanggulangi gizi ini yaitu,pemerintah telah


mewajibkan penambahan yodium sekurangnya 30 ppm ke dalam
semua produk garam yang beredar. Jadi, pastikan Anda sudah
menggunakan garam beryodium untuk menjaga kesehatan tubuh.

3. Anemia
Anemia merupakan kondisi tidak memiliki cukup sel darah merah
yang sehat untuk membawa oksigen. Masalah kesehatan ini paling
banyak ditemukan pada ibu hamil dengan gejala berupa rasa lelah,
pucat, detak jantung tidak teratur, dan pusing. Menurut data Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013, lebih dari 37% ibu hamil mengalami
anemia. Studi menunjukkan bahwa ibu hamil yang anemia memiliki
risiko meninggal dalam proses persalinan hingga 3,6 kali lebih besar
akibat pendarahan dan/atau sepsis.

Untuk mencegah anemia, ibu hamil dianjurkan untuk meminum


paling sedikit 90 pil zat besi selama kehamilan. Zat besi yang
dimaksud yaitu semua jenis zat besi selama masa hamil, termasuk
yang dijual bebas dan multivitamin yang mengandung zat besi.

Anda mungkin juga menyukai