Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERIODE ULAMA DAN PEMBUKUAN FIKIH

DOSEN PEMBIMBING

NUDIN, S.Pd.I., MPd.I

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 3

1. MUHAMMAD AHWIL AZIZ


2. ABDUL HADI
3. WA ODE NURMAYA
4. NESRY RUSDAYANA
5. HERDAYANTI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahamat taufik hidayah kepada kelompok kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PERIODE ULAMA DAN
PEMBUKUAN FIKIH”. Salawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan kami yakni Nabi Muhammad SAW.

Adapun tujuan makalah kami untuk memenuhi tugas dari bapak dosen
Nudin S.Pd.I.,MPd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah “Perbandian
Mahzap”. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan
memberikan ruang pemahaman.

Kami menyadari akan kekurangan dalam pembuatan makalah ini yang


mana kami masih dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca untuk menyempurnakan makalah ini
di masa yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..........................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................2

BAB 11 PEMBAHASAN......................................................................3

A. PERIODE ULAMA.....................................................................3
B. PROSES PEMBUKUAN FIQIH................................................4

BAB III PENUTUP...............................................................................8

A. KESIMPULAN..........................................................................9
B. SARAN......................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran agama islam yang di mulai dari mekah nampak dengan jelas
mengarah pada dua fokus yaitu untuk membenahi akidah ummat dan
memerangi kaum kafir penebah berhala. Sedangkanproses penerapan hukum
islam baru di mulai ketika Nabi berada di madinah. Otoritas tertinggi dalam
pengambilan keputusan hukum di pegang langsung oleh Nabi sehingga seluruh
persoalan yang munculdi tengah masyarakat daat terjawab dengan jelas dan
sempurnah oleh wahyu dan hadist Nabi. Pada masa ini belum nampak
spesialisasi bidang ilmu tertentu yang di kaji dari Alquran dan Hadist karena
sepenuhnya semangat sahabat Nabi terfokus pada jihad dan mempublikasikan
pesan yang di peroleh nabi ketika menghadapi persoalan-persoalan baru.
Sebenarnya cikal bakal Qawait Fiqhiyyah ini sudah ada sejak Nabi karan
abanyak kata-kata Nabi yang mirip dengan Qawait Fiqhiyyah, misalnya “Al-
bayyinah ala al-mudda’i wa al-yamin” saksi itu haurus di bebankan terhadap
orang yang tertuduh. Demikian para ulama mujtahid namun munculnya
Qawaid Fiqhiyyah sebakainilmu sistematis baru terjadi pada abad. Seiring
dengan kenyataan bawah di masa ini pula telah di bukukan kitab-kitab Tafsir,
Hadist, Fiqih dan Ushul fiqh.

Salah satu kekayaan peradaban islam di dalam bidang hukum yang masih
jarang di tulis adalah kaidah fiqih. Adapun yang sudah di perkenalkan antara
lain tafsir, hadis, ushul fiqih dan fiqih, ilmu qalam dan tasawuf. Walaupun di
bidang ini masih terus perlu dikoreksi, dielaborasi, dan di kembangkan sebagai
alat dalam mewujudkan islam sebagai rahmatan lil al-alamin.

B. RUMUSAN MASALAH
A. Periode Ulama
B. Pembukuan Fiqih

1
C. TUJUAN

A. untuk mengetahui periode ulama

B. untuk mengetahui masa pembukuan fiqih

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Periode Ulama

Fiqih secara praktis sudah terjadi dan sudah di lakukan oleh para sahabat dan
ulama karena Rasullullah SAW sebagai sumber informasi dan bembina hukum
telah tiada. Namun aktifitas mereka dalam bidang fikih sangat terbatas, dengan
menunggu kasus hukum yang terjadi, di mana hal tersebut secara tekstual belum
tersentuh Al- Qur’an dan sunah. Ilustrasi ini di kemukakan apa yang di lakukan
tentang suatu kasus hukum, maka pertama yang harus di lakukan adalah
mencermati apakah kasus tersebut sudah di jelaskan dalam Al-Qur’an. Bila telah
di jelaskan, maka ia putuskan dengan dasar Al-Qur’an. Bila kasus tersebut tidak
terdapatt di Al-Qur’an, maka ia cari jawabannya dalam sunah Rasullulah SAW.
Bila ia jumpai maka ia putuskan permasalah hukum tersebut berdasarkan sunnah
Rasulullah SAW

Pada era kodefikasih fiqih banyak di temukan pada kitab para ulama, dimana
mereka membagi lima kaidah utama yang tidak di pertentangakan oleh ulama
madzahab tanpa ada yang menyelisihi pendapat lainnya, lima kaidah itu adalah :

1. Segalah perkara tergantung pada tujuannya


2. Kemadaratan harus di hilangkan
3. Yakin tidak bisa di hilangkan oleh keraguan
4. Kesulitan dapat menarik kemudahan
5. Adat atau kebiasaan bisa menjadi hukum

Beberapa ulama dalam lingkup tabi’in dan tabiu tabi’in juga telah
mengeluarkan sejumlah qawaid al fiqihiyyah, di anataranya adalah perkataan
imam Syafi’l rahimahullah dan ulama di era yang sama, Khair bin Na’im juga
berkata :”Barang siapa yang menyetujui suatu hal dari kita, maka hal tersebut
wajib pula berlaku padanya”.

3
Yang sangat terkenal adalah kaidah yang di keluarakan oleh imam Abu yusuf
ya’qub dimana beliau menulis kitab “al kharraj”. Terdapat di dalamnya
serangkaian kaidah fiqiyyah, di antaranya adalah surah yang di tunjukan untuk
harun ar Rasyid yang berbunyi:”tiada wewenang bagi seseorang imam untuk
mengambil sesuatu dari seseorang kecuali dengan ketentuan yang nyata dan cara
yang baik.”

Ada kaidah lain berbunyi: Barang siapa yang meninggal tanpa ada ahli waris
maka hartanya di serahkan pada baitul maal

Kaidah di atas berlaku pada perihal pembagian harta waris bila mana seseorang
tidak mempuyai ahli waris yang sah aka hartanya di serahkan untuk baitul maal.

B. Proses Masa Pembukuan Fiqih

1. Masa Perkembangan dan Kodifikasi

Perkembangan fiqih telah terjadi pada masa ulama atau tabi’in. Pada abad
ke-4 hijriyyah dan setelahnya perkembangan fiqih pada masa ini di mulai
pendasaran terhadap ilmu fiqih dimana menjadi masa awal bidang fiqih mulai
mengalami polaritas dalam kemasan madhzab. Pembukuan terhadap fiqih
madzhab tertentu dirasa cukup menjadi pemenang bagi setiap orang saat itu untuk
merujuk pada bacaan tertentu pada masalah tertentu pula.

Ulama-ulama pun bangkit untuk membuat kaidah yang di harapkan dapat


menjaga hukum dan fatwa ulama, di antara yang memulai kodifikasi terhadap
fiqih adalah:

1) Imam Abu Hasan al karkhi dengan kitab ushul al karakhi


2) Abu zaid al Babusi menyusun kitab ta’sisun Nadhar
3) Abu Thahir A Dibas menyusun 17 kaidah yang disempurnakan karakhi
menjadi 37
4) Iman Abi Laits as-samarqhandi dengan kitab yang terkenal hingga saat
ini yaitu ta’sisu nadhir

4
Memasuki abad ke 7 dan 8 hijriah, terlihat bahwa qawaid al fiqhiyyah
mengalami peningkatan yang signifkan. Bahkan banyak yang menjulukinya masa
keemasan kodifikasi untuk bidang ini. Semakin deras bermunculan dari setiap
madzhab yang menyusun dan mengklasifikasikan qawaidh fiqhiyyah menjadi bab
tertentu dalam satu kitab.

Setelah melewati masa pendasaran ilmu fiqih mengalami perkembangan yang


sangat pesat. Hal ini di tandai dengan banyaknya bermunculan madzhab yang di
antaranya adalah empat madzhab adalah madzhab hanafi, madzhab maliki,
madzhab syafi’i dan mahzab ahmad sebagaimana yang kita ketahui perkembangan
berikutnya mengalami perkembangan yang sangat ssignifikasi, dari menulis,
pembukuan hingga penyempurnaanya ada akhir abad ke-13 H

2. Masa Pembukuan

Sulit di ketahui siapa pembentuk pertama kaidah fiqih yang jelas dengan
meneliti kitab-kitab kaidah fiqih dan masa pembentukannya secara bertahap
dalam proses sejarah hukum islam. Walaupun demikian, dikalangan ulama di
bidang fiqi menyebutkan bahwa Abu Thahir ulama dari mazhab hanafi yang
hidup di akhir abad ke-3 dan awal abad ke-4 telah menggumpulkan kaidah fiqih
mazhab hanafi sebanyak 17 kaidah.

Kemudian Abu Saad Al-Harawi, seorang ulama mazhab Syafi’i mengunjungi


Abu Thair dan mencatatan kaidah fiqih yang di hafalakan oleh Abu Thahir.
Setelah kurang lebih seratus tahun kemudian, datang ulama besar Iman Abu
Hasan al-Kharkhi yang kemudian menambah kaidah fiqih dari abu Thahir menjadi
37 kaidah.

B. Masa Kematangan Dan Penyempurnaan

1. Masa Kematangan

Menurut sejarah bahwa ahli fiqih yang pertama kali menekuni kaidah dan
memperluas untuk di jadikan kaidah ahli fiqih dari kalangan mazhab Hanafi
seperti yang di lakukan oleh Imam Muhammad dalam kitab al-Ashal. Adapun

5
orang yang pertama kali memberikan informasi tentang pengumpulan kaidah
fiqhiyyah dalam mazhab Hanafi adalah Imam al-Ala’i al-Syafi’i, al-Suyuti dan
ibnu Nujaim

Sedangkan dari mazhab syaf i’i ialah Abu Saad AI-Harawi yang
mengunjungi Abu Thahir dan mencatat kaidah fiqih yang di hafalkan Abu Thahir.
Setelah kurang lebih seratus tahun kemudian, datang ulama besar Imam Abu
Hasan al-Kharkhi yang kemudian menambah kaidah fiqih dari Abu Thahir mejadi
37 kaidah.

Pada abad ke-5, Iman Abu Zaid al-Dubusi menambah jumlah kaidah
Imam Kharakhi. Oleh sebab itu, di perkirakan pada abad ke-4 H adalah tahab ke
dua dari periode kemunculan awal penulisan kaidah fiqih hal ini terbukti dengan
di temukan kitab tentang kaidah pada abad ini, yaitu kitab Tafsir al-Nadlar karya
al-Dubusi. Setelah ini, baru abad ke-6 mencul satu kitab yang di tulis oleh
Ala’uddin Muhammad bin ahmad al-Samarqandi dengan judul Idhah al-Qaidah.

Pada abad ke-7 H qaidah fiqih mengalami perkembangan yang sangat


signifikan walaupun terlalu dini untuk di lakukan matang. Di antara ulama yang
menulis kitab qaidah pada abad ini adalah Al Allama bin Ibrahim Al Jurjani al
sahlaki (W.613 H) dengan karyanya al-qawaid fi furu’I al- Syafi’iyyah, Imam
Izzudi Abdul as Sallam dengan karyannya Qawaid al-Ahkam fi mashalih al
Anam, Muhammad bin Abdullah bin Rasyid al Bakhri al Qafshi dengan karyanya
Al Mudzhab fi Qawaid al Madzhab.

Abad ke-8 H adalah masa perkembangan dan kemajuan dari kaidah fiqih.
Para ulama fiqih ikut andil besar dalam kemajuan ini. Urutan kitab-kitab kaidah
terkenal di tulis pada abad ini sebagai berikut:

a) Al-asybah wa al nazair, karya ibnu wakil as-syafi’i (w.716 H),


b) Kitab Al-qawa ‘id karya maqori al-maliki (w. 758 H),Al-
ma’ju), al-
c) Mudzhab fi qawa’idi al-mazhab, karya al-la’i AlAyafi’i (w.
761 H),

6
d) Al-Sybah wa al-Nazair, karya Tajudd in al-subkhi al-Syafi’i
(w.771 H),
e) Al-Sybah wa al-Nazair, karya jamaluddin Al-isnawi Al-
Syafi’i (w.772 H),
f) Al-Mantsur fi al qawaid, karya bahruddin al-Zarkasyi (w.794
H),
g) Al-Qcrwa ‘idfi karya ibnu rajab al-hambali (w.795), dan
h) Al-Qawa’id fi al-Furu’, karya bin utsman al-Ghazi (w.799).

Pada abad ke-9 H bermunculan karya-karya baru yang masih


menggunakan metode lama. Seperti ibnu mulaqqin (804 H ) menulis kitab Qaidah
dengan mengikuti pola kitab subkhikitab-kitab lainnya adalah:

a. Asman al-maghasaid fi tahri al-Qawai’id karya Muhammad bin


Muhammad Al-Zubairiy(w.707 H)
b. Al-qawa’id; karya ibnu Haa’im al-Mqdisi (w.713H), di samping itu, dia
juga menyeleksi kitab, Al-majmu 'u Al- Muhadzab fi Qawa'idi Al-
Mazhab, karya al- 'Ala' i. kitab itu is beri nama; Tahriru Al-Qawaidi al-
Alayyah wa Tamhidu alMasaliki Al-fiqhiyyah
c. Al-Qawaid, karya Taqiyuddin al-Hisniy (W.829 H)
d. Nazmu al-dakhoir fi al-asybah wa al-Nazair; karya Abdurrahman bin ali al
muquddasi yang biasa di panggil dengan;syugair (w.876 H), dan
e. Al-Qawa 'id wa al-dlawaab id karya abdul had i (w.880 H).

B. Masa Penyempurnaan

Setelah melewati masa pertumbuhan, masa perkembangan dan masa


kodifikasi akhirnya tibalah pada penyempurnaan qaidah fiqih yang dilakukan
oleh para pengikut dan pendukungnya. Periode ini ditandai dengan munculnya
kitab Majallah al Ahkam al Adliyyah melalui pengumpulan dan penyeleksian
kitab-kitab fiqih yang kemudian di bukukan dan di gunakan sebagai sumber
acuan dalam menetapkan hukum di beberapa Mahkamah pada masa

7
pemerintahan Sultan Al Ghazi Abdul Aziz Khan al Utsmani pada akhir abad
ke-13 H.23 Pengkodifikasian Qawa' id Fiqhiyyah mencapai puncaknya
ketikan disusun Majallat al-Ahkam al- `Adliyyah oleh Komite (lajnah) Fuqaha
pada masa Sultan alGhazi Abdul Azis Khan al-Utsmani (1861-1876 M) pada
akhir abad 13 H. Majallat al-Ahkam al-`Adliyyah ini menjadi rujukan
lembaga-lembaga peradilan pada masa itu. Kitab Majallat al-Ahkam al-
`Adliyyah, yang ditulis dan dibukukan setelah diadakan pengumpulan dan
penyeleksian terhadap kitab-kitab fiqh, adalah suatu prestasi yang gemilnag
dan merupakan indkasi pada kebangkitan fiqh pada waktu itu. Para tim
penyusun kitab itu sebelumnya telah mengadakan penyeleksian terhadap
kitab-kitab fiqh, btu mengkonstruknya dalam bahasa undang-undang yang
lebih bagus dari sebelumya. Kitab Majalllat al-Ahkam al-`Adliyyah inilah
yang menyebabkan qaidah fiqh semakin tersebar luas dan menduduki posisi
yang sangat penting dalam proses penalaran hukum fiqh.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah perkembangan Qawa' id Al- fiqihiyyah bermula dari keadaan


dimana Rasulullah harus menjelaskan suatu penyelesaian permasalahan pada
masanya di mana penyelesainnya tidak terdapat dalam al-Qur'an sehingga
hams dengan istinbat Rasulullah Saw. Setelah Rasul wafat kaidah fiqh (qawa'
id al-fiqihiyyah) terus berkembang hingga saat ini. Pada periode Rasulullah
Saw, otoritas tertinggi dalam pengambilan hukum dipegang oleh Rasulullah
Saw. Semua persoalan yang ada di tengah masyarakat bisa dijawab dengan
sempurna oleh al-Qur'an dan had is Nabi Setelah melewati masa
pendasarannya ilmu fiqh mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini
ditandai dengan banyaknya bermunculan madzhab-madzhab yang diantaranya
adalah madzhab yang empat (Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki, Madzhab
Syafi' i dan Madzhab Ahmad) sebagaimana yang telah kita ketahui
Perkembangan berlkutnya mengalami perkembangan yang sangat signifikan,
dari menulis, pembukuan, hingga penyempurnaannya pada akhir abad ke-13
H. Untuk menetapkan hukum atas sebuah persoalan yang dihadapi oleh
ummat Islam maka yang ditempuh oleh pars ulama untuk menetapkannya
adalah dengan melihatnya dalam al-Qura"an, Sunnah kemudian jika tidak ada
keduanya maka bisa dari qiyas ijma athar atau pun ijtihat.

B. SARAN

Adapun saran dari kami di harapkan pada teman-teman agar memberi


motivasikan dalam penyusunan makalah ini dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan agar dalam penyusunan makalah berikutnya dapat lebih baik

9
DAFTAR PUSTAKA

A. Djamli. 2010. Kidah-Kaidah Fiqih : Kidah-kaidah Hukum Islam dalam


Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis (Jakarta: Fajar
Interpratama Offset.
A. Djazuli, Ilmu Fiqh (sebuah pengantar), 1991, Bandung, Orba Sakti,
cetakan. I. Abu Zahrah, Muhadlarah fi Tarikh Al-Madzahib al-Fiqhiyyah,
Maktabah Al-Madani, t.th.
A. Rahman, Asimuni. 1976. Qoidah-Qoidah Fiqhiyyah. Jakarta : Nurcahaya.

Gustani A., Perkembangan dan Pengkodifikasian Qawaid Fiqhiyyah Menurut


Ali Ahmad al Nadawi, perkembangan qawaid fiqhiyyah dan ushuliyyah.
Sejarah qawaid fiqiyyahhtml.
Sudirman Abbas, Ahmad. 2004. Sejarah Qawa 'id Fiqhiyyah. Jakarta: Radar
Jaya Offset.
Sudirman Abbas, Ahmad. 2004. Sejarah Qawaid Fiqhiyya. Jakarta : Pedoman
Ilmu Jaya.
Syafii, Rahmat, 1998. Ilmu Ushul Fiqh. Bandung : Pustaka Setia.

Usman,Muchlis. 1999. Kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyyah. Jakarta : PT.


Raja Grafinso Persada.

10

Anda mungkin juga menyukai