DOSEN PEMBIMBING
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3
Adapun tujuan makalah kami untuk memenuhi tugas dari bapak dosen
Nudin S.Pd.I.,MPd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah “Perbandian
Mahzap”. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan
memberikan ruang pemahaman.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................2
BAB 11 PEMBAHASAN......................................................................3
A. PERIODE ULAMA.....................................................................3
B. PROSES PEMBUKUAN FIQIH................................................4
A. KESIMPULAN..........................................................................9
B. SARAN......................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................10
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran agama islam yang di mulai dari mekah nampak dengan jelas
mengarah pada dua fokus yaitu untuk membenahi akidah ummat dan
memerangi kaum kafir penebah berhala. Sedangkanproses penerapan hukum
islam baru di mulai ketika Nabi berada di madinah. Otoritas tertinggi dalam
pengambilan keputusan hukum di pegang langsung oleh Nabi sehingga seluruh
persoalan yang munculdi tengah masyarakat daat terjawab dengan jelas dan
sempurnah oleh wahyu dan hadist Nabi. Pada masa ini belum nampak
spesialisasi bidang ilmu tertentu yang di kaji dari Alquran dan Hadist karena
sepenuhnya semangat sahabat Nabi terfokus pada jihad dan mempublikasikan
pesan yang di peroleh nabi ketika menghadapi persoalan-persoalan baru.
Sebenarnya cikal bakal Qawait Fiqhiyyah ini sudah ada sejak Nabi karan
abanyak kata-kata Nabi yang mirip dengan Qawait Fiqhiyyah, misalnya “Al-
bayyinah ala al-mudda’i wa al-yamin” saksi itu haurus di bebankan terhadap
orang yang tertuduh. Demikian para ulama mujtahid namun munculnya
Qawaid Fiqhiyyah sebakainilmu sistematis baru terjadi pada abad. Seiring
dengan kenyataan bawah di masa ini pula telah di bukukan kitab-kitab Tafsir,
Hadist, Fiqih dan Ushul fiqh.
Salah satu kekayaan peradaban islam di dalam bidang hukum yang masih
jarang di tulis adalah kaidah fiqih. Adapun yang sudah di perkenalkan antara
lain tafsir, hadis, ushul fiqih dan fiqih, ilmu qalam dan tasawuf. Walaupun di
bidang ini masih terus perlu dikoreksi, dielaborasi, dan di kembangkan sebagai
alat dalam mewujudkan islam sebagai rahmatan lil al-alamin.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Periode Ulama
B. Pembukuan Fiqih
1
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Periode Ulama
Fiqih secara praktis sudah terjadi dan sudah di lakukan oleh para sahabat dan
ulama karena Rasullullah SAW sebagai sumber informasi dan bembina hukum
telah tiada. Namun aktifitas mereka dalam bidang fikih sangat terbatas, dengan
menunggu kasus hukum yang terjadi, di mana hal tersebut secara tekstual belum
tersentuh Al- Qur’an dan sunah. Ilustrasi ini di kemukakan apa yang di lakukan
tentang suatu kasus hukum, maka pertama yang harus di lakukan adalah
mencermati apakah kasus tersebut sudah di jelaskan dalam Al-Qur’an. Bila telah
di jelaskan, maka ia putuskan dengan dasar Al-Qur’an. Bila kasus tersebut tidak
terdapatt di Al-Qur’an, maka ia cari jawabannya dalam sunah Rasullulah SAW.
Bila ia jumpai maka ia putuskan permasalah hukum tersebut berdasarkan sunnah
Rasulullah SAW
Pada era kodefikasih fiqih banyak di temukan pada kitab para ulama, dimana
mereka membagi lima kaidah utama yang tidak di pertentangakan oleh ulama
madzahab tanpa ada yang menyelisihi pendapat lainnya, lima kaidah itu adalah :
Beberapa ulama dalam lingkup tabi’in dan tabiu tabi’in juga telah
mengeluarkan sejumlah qawaid al fiqihiyyah, di anataranya adalah perkataan
imam Syafi’l rahimahullah dan ulama di era yang sama, Khair bin Na’im juga
berkata :”Barang siapa yang menyetujui suatu hal dari kita, maka hal tersebut
wajib pula berlaku padanya”.
3
Yang sangat terkenal adalah kaidah yang di keluarakan oleh imam Abu yusuf
ya’qub dimana beliau menulis kitab “al kharraj”. Terdapat di dalamnya
serangkaian kaidah fiqiyyah, di antaranya adalah surah yang di tunjukan untuk
harun ar Rasyid yang berbunyi:”tiada wewenang bagi seseorang imam untuk
mengambil sesuatu dari seseorang kecuali dengan ketentuan yang nyata dan cara
yang baik.”
Ada kaidah lain berbunyi: Barang siapa yang meninggal tanpa ada ahli waris
maka hartanya di serahkan pada baitul maal
Kaidah di atas berlaku pada perihal pembagian harta waris bila mana seseorang
tidak mempuyai ahli waris yang sah aka hartanya di serahkan untuk baitul maal.
Perkembangan fiqih telah terjadi pada masa ulama atau tabi’in. Pada abad
ke-4 hijriyyah dan setelahnya perkembangan fiqih pada masa ini di mulai
pendasaran terhadap ilmu fiqih dimana menjadi masa awal bidang fiqih mulai
mengalami polaritas dalam kemasan madhzab. Pembukuan terhadap fiqih
madzhab tertentu dirasa cukup menjadi pemenang bagi setiap orang saat itu untuk
merujuk pada bacaan tertentu pada masalah tertentu pula.
4
Memasuki abad ke 7 dan 8 hijriah, terlihat bahwa qawaid al fiqhiyyah
mengalami peningkatan yang signifkan. Bahkan banyak yang menjulukinya masa
keemasan kodifikasi untuk bidang ini. Semakin deras bermunculan dari setiap
madzhab yang menyusun dan mengklasifikasikan qawaidh fiqhiyyah menjadi bab
tertentu dalam satu kitab.
2. Masa Pembukuan
Sulit di ketahui siapa pembentuk pertama kaidah fiqih yang jelas dengan
meneliti kitab-kitab kaidah fiqih dan masa pembentukannya secara bertahap
dalam proses sejarah hukum islam. Walaupun demikian, dikalangan ulama di
bidang fiqi menyebutkan bahwa Abu Thahir ulama dari mazhab hanafi yang
hidup di akhir abad ke-3 dan awal abad ke-4 telah menggumpulkan kaidah fiqih
mazhab hanafi sebanyak 17 kaidah.
1. Masa Kematangan
Menurut sejarah bahwa ahli fiqih yang pertama kali menekuni kaidah dan
memperluas untuk di jadikan kaidah ahli fiqih dari kalangan mazhab Hanafi
seperti yang di lakukan oleh Imam Muhammad dalam kitab al-Ashal. Adapun
5
orang yang pertama kali memberikan informasi tentang pengumpulan kaidah
fiqhiyyah dalam mazhab Hanafi adalah Imam al-Ala’i al-Syafi’i, al-Suyuti dan
ibnu Nujaim
Sedangkan dari mazhab syaf i’i ialah Abu Saad AI-Harawi yang
mengunjungi Abu Thahir dan mencatat kaidah fiqih yang di hafalkan Abu Thahir.
Setelah kurang lebih seratus tahun kemudian, datang ulama besar Imam Abu
Hasan al-Kharkhi yang kemudian menambah kaidah fiqih dari Abu Thahir mejadi
37 kaidah.
Pada abad ke-5, Iman Abu Zaid al-Dubusi menambah jumlah kaidah
Imam Kharakhi. Oleh sebab itu, di perkirakan pada abad ke-4 H adalah tahab ke
dua dari periode kemunculan awal penulisan kaidah fiqih hal ini terbukti dengan
di temukan kitab tentang kaidah pada abad ini, yaitu kitab Tafsir al-Nadlar karya
al-Dubusi. Setelah ini, baru abad ke-6 mencul satu kitab yang di tulis oleh
Ala’uddin Muhammad bin ahmad al-Samarqandi dengan judul Idhah al-Qaidah.
Abad ke-8 H adalah masa perkembangan dan kemajuan dari kaidah fiqih.
Para ulama fiqih ikut andil besar dalam kemajuan ini. Urutan kitab-kitab kaidah
terkenal di tulis pada abad ini sebagai berikut:
6
d) Al-Sybah wa al-Nazair, karya Tajudd in al-subkhi al-Syafi’i
(w.771 H),
e) Al-Sybah wa al-Nazair, karya jamaluddin Al-isnawi Al-
Syafi’i (w.772 H),
f) Al-Mantsur fi al qawaid, karya bahruddin al-Zarkasyi (w.794
H),
g) Al-Qcrwa ‘idfi karya ibnu rajab al-hambali (w.795), dan
h) Al-Qawa’id fi al-Furu’, karya bin utsman al-Ghazi (w.799).
B. Masa Penyempurnaan
7
pemerintahan Sultan Al Ghazi Abdul Aziz Khan al Utsmani pada akhir abad
ke-13 H.23 Pengkodifikasian Qawa' id Fiqhiyyah mencapai puncaknya
ketikan disusun Majallat al-Ahkam al- `Adliyyah oleh Komite (lajnah) Fuqaha
pada masa Sultan alGhazi Abdul Azis Khan al-Utsmani (1861-1876 M) pada
akhir abad 13 H. Majallat al-Ahkam al-`Adliyyah ini menjadi rujukan
lembaga-lembaga peradilan pada masa itu. Kitab Majallat al-Ahkam al-
`Adliyyah, yang ditulis dan dibukukan setelah diadakan pengumpulan dan
penyeleksian terhadap kitab-kitab fiqh, adalah suatu prestasi yang gemilnag
dan merupakan indkasi pada kebangkitan fiqh pada waktu itu. Para tim
penyusun kitab itu sebelumnya telah mengadakan penyeleksian terhadap
kitab-kitab fiqh, btu mengkonstruknya dalam bahasa undang-undang yang
lebih bagus dari sebelumya. Kitab Majalllat al-Ahkam al-`Adliyyah inilah
yang menyebabkan qaidah fiqh semakin tersebar luas dan menduduki posisi
yang sangat penting dalam proses penalaran hukum fiqh.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
9
DAFTAR PUSTAKA
10