Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

OLEH :

NI MADE SINTYA INDRIANTARI

2114901101

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

1. TINJAUAN TEORI
a. Konsep Dasar Lanjut Usia
1) Pengertian Usia Lanjut

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur hidup manusia.
Menurut UU No. 13 Tahun 1988 tentang Kesejahteraan Lansia disebutkan lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Artinawati, 2014).
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di
mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Umur yang dijadikan
patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun.
Adapun menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat ada 4 tahapan
mengenai batasan umur yaitu, usia pertengahan (middle age) usia antara 45-59
tahun, lanjut usia (elderly) usia antara 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) usia
antara 75-90 tahun, sedangkan usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa di sebut lanjut usia adalah seseorang yang
telah berumur 65 tahun keatas (Mubarak, 2006). Batasan umur lanjut usia di
Indonesia adalah 60 tahun keatas, hal ini di pertegas dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahterahan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1
Ayat 2 (Nugroho, 2008).

2) Klasifikasi Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lansia berbeda-beda, umumnya


berkisaran atara usia 60-65 tahun. Menurut World Healt Organization
(WHO) dalam Artinawati (2014), batasan usia ada empat tahapan yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun


b. Lanjut usia (ederly) usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
3)
4) Proses Menua

Menurut Constantindes dalam Nugroho, (2008) mengatakan bahwa proses


menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya
kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus
secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya.
Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
stuktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi,
aterosklerosis, diabetes militus dan kanker yang akan menyebabkan kita
menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik seperti strok,
infark miokard, koma asidosis, metastasis kanker dan sebagainya (Martono &
Darmojo, 2004).
Teori-teori proses penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori psikologis, teori sosial, dan teori spritual (Maryam. dkk, 2008),
yaitu :
1. Teori Biologi

Dalam teori biologi dimana sel dalam tubuh akan mengalami kemunduran.
Teori biologi mencangkup teori genetik/mutasi, imunology slow theory, teori
stress, teori radikal bebas dan teori rantai silang.
a. Teori Radikal Bebas

Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan di percaya sebagai
mekanisme proses penuaan. Radikal bebas adalah sekelompok elemen dalam
tubuh yang mempunyai elektron yang tidak stabil dan reaktif hebat. Sebelum
memiliki pasangan, radikal bebas akan terus menerus menghantam sel-sel
tubuh guna mendapatkan pasangannya termasuk menyerang sel-sel tubuh
yang normal. Teori ini mengemukakan bahwa terbentuknya gugus radikal
bebas (hydroxyl, superroxide, hydrogenperoxide, dan sebagianya) adalah
akibat terjadinya otooksidasi dari molekul intraselular karena pengaruh sinar
UV. Radikal bebas ini akan merusak enzim superoksida-dismutase (SOD)
yang berfungsi mempertahankan fungsi sel sehingga fungsi sel menurun dan
menjadi rusak. Proses penuaan pada kulit yang dipicu oleh sinar UV
(photoaging) merupakan salah satu bentuk implementasi dari teori ini (Yaar
& Gilchrest, 2007).
b. Teori Genetik / mutasi

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi (Maryam, dkk 2008). Teori mutasi somatik, menurut teori
ini penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh
lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses translasi RNA
protein/ enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga menurunkan
fungsi organ atau perubahan sel kanker atau penyakit (Nugroho, 2008).
c. Teori Imunologi (imunologi slow theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi akibat dari perubahan biokimia yang
terprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi (Maryam. dkk, 2008).
d. Teori Stress

Mengungkapkan menua terjadi akibat hilnangnya sel-sel yang biasa


digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang
menyebabkan sel-sel tubuh telah dipakai (Maryam. dkk, 2008).
e. Teori Rantai Silang

Teori yang menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein,


karbohidrat, dan adam nukleat. Reaksi kimia ini menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurang elastis,
kekacun, dan hilangnya fungsi (Nugroho, 2008).
2. Teori Psikologis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan
penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan
dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya
penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif,
memori dan belajar pada lanjut usia menyebabkan mereka sulit di pahami
dalam berinteraksi (Nugriho, 2008).
Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efekti. kepribadian Individu
yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadikan karakteristik
konsep diiri dari seorang lansi. Konsep diri Positif dapat menjadian seorang
lansia mampu berinteraksi dengan mudah terdapat nilai-nilai yang ada
ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang
meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.
Dengan adanya penurunan fungsi sensorik, maka akan terjadi penurunan
kemampuan untuk menerima, meproses dan merespon stimulus sehingga
terkadang akan muncul aksi yang berbeda dari stimulus yang ada (Maryam,
dkk,2008).
3. Teori Sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu proses
interaksi sosial, teori penarikan diri, teori aktivitas, teori kesinambungan, teori
perkembangan dan teori stratifikasi usia (Maryam. dkk, 2008).

a. Teori Interaksi Sosial

Teori ini menjelaskan mengapa usia lanjut bertindak kepada suatu


situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan usia lanjut untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan
kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuan
bersosialisi. Pada usia lansia kekuasaan dan prestisenya berkurang,
sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang yang tersisa
adalah harga diri (Maryam. dkk, 2008).
b. Teori Penarikan Diri

Teori ini membahas putusannya pergaulan atau hubungan dengan


masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Dengan
bertambahnya usia lanjut, ditambah dengan adanya kemiskinan, usia lanjut
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri pergaulan sekitarnya. Hal ini menyebabkan interaksi
sosial usia lanjut menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering usia lanjut mengalami kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan
berkurangnya komitmen (Nugroho, 2008).
c. Teori Aktivitas

Teori aktivitas tidak menyetujui teori disagement dan menegaskan


bahwa kelanjutan dewasa tengah penting untuk keberhasilan penuaan. usia
lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam
kegiatan sosial. Usia lanjut akan merasa puas bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin
(Nugroho, 2008).
d. Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus


kehidupan usi lanjut. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambaran kelak pada saat menjadi usia lanjut. Pada teori
kesinambungan ini pergerakan dan proses banyak arah, bergantungan dari
bagaimana penerimaan seseorang terhadap status kehidupannya. Pokok-
pokok pada teori kesinambungan ini adalah, a). Usia lanjut disarankan
untuk melepaskan peran tau harus aktif dlama proses penuaan, b) Peran
usia lanjut yang hilang tidak perlu diganti, dan c) Usia lanjut
berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk beradaptasi
(Maryam, 2008).
e. Teori Perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami


oleh usia lanjut pada saat muda hingga dewasa. Erickson (1930), membagi
kehidupan menjadi delapan fase , yaitu : a) Usia lanjut yang menerima apa
adanya, b) Usia lanjut yang takut mati, c) Usia lanjut yang merasakan hidup
penuh arti, d) Usia lanjut menyesali diri, e) Usia lanjut bertanggung jawab
dengan merasakan kesetiaan, f) Usia lanjut yang kehidupannya berhasil, g)
Usia lanjut merasa telambat untuk memperbaiki diri dan h) Usia lanjut yang
perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan (Maryam. dkk,
2008).
f. Teori Stratifikasi Usia

Keunggulan teori ini adalah pendekatan yang dilakuakan bersifat


deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat usia lanjut
secara kelompok atau bersifat makro. Kelemahan pada teori ini adalah tidak
dapat dipergunakan untuk menilai usia lanjut secara perorangan (stanley,
2006).
4. Teori Spritual

Komponen spritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian


hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan. Kepercayaan adalah sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara
berhubungan dengan kehidupan akhir. Sehingga dapat menumbuhkan
kepercayaan antara orang dan lingkunga yang terjadi karena adanya kombinasi
antara nilai-nilai dan pengetahuan (Maryam, dkk. 2008).

Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Persepsi kesehatan dapat menentukan kualitas hidup. Pemahaman
persepsi lansia tentang status kesehatan esensial untuk pengkajian yang akurat
dan untuk pengembangan intervensi yang relevan secara klinis. Konsep lansia
tentang kesehatan umumnya bergantung pada persepsi pribadi terhadap
kemampuan fungsional. Karena itu, lansia yang terlibat dalam aktifitas
kehidupan sehari-hari biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan mereka
yang aktifitasnya terbatas karena kerusakan fisik, emosional atau sosial
mungkin merasa dirinya sakit (Potter, 2005).
Perubahan fisiologis bervariasi pada setiap lansia, perubahan fisiologis
umum yang diantisipasi pada lansia. Perubahan fisiologis ini bukan proses
patologi. Perubahan ini terjadi pada semua orang tetapi pada kecepatan yang
berbeda dan bergantung keadaan dalam kehidupan. Terjadinya perubahan
normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan sosial,
ekonomi dan medik. Perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan
organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan
rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh, pendengaran
berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman berkurang, tinggi badan
menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat pada perubahan badan
menjadi bungkuk, tulang menjadi keropos, masa dan kekuatannya berkurang
dan mudah patah, elastisitas paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi
pengurangan fungsi organ didalam perut, dinding pembuluh darah menebal
dan menjadi tekanan darah tinggi otot jantung bekerja tidak efisien, adanya
penurunan organ reproduksi, terutama pada wanita, otak menyusut dan reaksi
menjadi lambat terutama pada pria, serta seksualitas tidak terlalu menurun.
Menurut Maryam (2008), perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia
adalah :
1. Perubahan fisik
a. Sel

Perubahan sel pada lanjut usia meliputi :


Terjadinya penurunan jumlah sel, terjadi perubahan ukuran sel,
berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan berkurangnya cairan intra
seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan
hati, penurunan jumlah sel pada otak, terganggunya mekanisme
perbaikan sel, serta otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
b. Sistem Persyarafan

Perubahan persyarafan meliputi :


Berat otak yang menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel syaraf
otaknya dalam setiap harinya), cepat menurunnya hubungan
persyarapan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya
dengan stress, mengecilnya syaraf panca indra, berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman
dan perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan ketahanan
terhadap sentuhan, serta kurang sensitive terhadap sentuan.
c. Sistem Pendengaran

Perubahan pada sistem pendengaran meliputi :


Terjadinya presbiakusis (gangguan dalam pendengaran) yaitu
gangguan dalam pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap
bunyi suara, nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kta, 50% terjadi pada umur diatas 65 tahun. Terjadinya
otosklerosis akibat atropi membran timpani. Terjadinya pengumpulan
serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratinin. Terjadinya
perubahan penurunan pendengaran pada lansia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stress.
d. Sistem Penglihatan

Perubahan pada sistem penglihatan meliputi :


Timbulnya sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih
berbentuk sferis (bola), terjadi kekeruhan pada lensa yang
menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat pada
cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang,
serta menurunnya daya untuk membedakan warna biru atau hijau. Pada
mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil
menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap
akomodasi, lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih
buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan
untuk menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap
seperti coklat, hitam, dan marun tampak sama.
Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan
berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada
risiko cedera. Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan
nyeri dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek
dengan jelas, semua hal itu dapat mempengaruhi kemampuan
fungsional para lansia sehingga dapat menyebabkan lansia terjatuh.

e. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi :


Terjadinya penurunan elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal
dan menjadi kaku, menurunnya kemampuan jantung untuk memompa
darah yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi yang dapat
mengakibatkan tekanan darah menurun (dari tidur ke duduk dan dari
duduk ke berdiri) yang mengakibatkan resistensi pembuluh darah
perifer.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh meliputi :


Pada pengaturan sistem tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
berbagai faktor yang mempengaruhinya, perubahan yang sering
ditemui antara lain temperature suhu tubuh menurun (hipotermia)
secara fisiologik kurang lebih 35oC, ini akan mengakibatkan
metabolisme yang menurun. Keterbatasan refleks mengigil dan tidak
dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya
aktivitas otot.
g. Sistem Respirasi

Perubahan sistem respirasi meliputi :


Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atropi, aktivitas silia
menurun, paru kehilangan elastisitas, berkurangnya elastisitas bronkus,
oksigen pada arteri menurun, karbon dioksida pada arteri tidak
berganti, reflek dan kemampuan batuk berkurang, sensitivitas terhadap
hipoksia dan hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema senilis,
kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan
menurun seiring pertambahan usia.
h. Sistem Pencernaan

Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi :


Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang bisa terjadi
setelah umur 30 tahun, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas
saraf pengecap terhadap rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar,
rasa lapar nenurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu
pengosongan lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul
konstipasi, fungsi absorpsi melemah, hati semakin mengecil dan tempat
penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
i. Sistem Perkemihan

Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang merupakan


alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, darah
masuk keginjal disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tempatnya di glomerulus), kemudian mengecil dan
nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%
sehingga fungsi tubulus berkurang, akibatnya, kemampuan
mengkonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun. Otot-otot
vesika urinaria menjadi lemah, sehingga kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan buang air seni meningkat. Vesika urinaria
sulit dikosongkan sehingga terkadang menyebabkan retensi urine pada
pria.
j. Sistem Endokrin

Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi:


Produksi semua hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic
rate), dan daya pertukaran zat menurun, Produksi aldosteron menurun,
Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan
testoteron menurun.
k. Sistem Integumen

Perubahan pada sistem integumen, meliputi :


Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisi, Timbul bercak
pigmentasi, Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu,
Berkurangnya elestisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi,
Kuku jari menjadi keras dan rapuh, Jumlah dan fungsi kelenjar keringat
berkurang.
l. Sistem musculoskeletal

Perubahan pada sistem musculoskeletal meliputi :


Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan
stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya berjalan,
tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot, serabut
otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan
manjadi tremor, aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses
menua.
2. Perubahan mental

Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu


perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan. Kenangan (memory)
terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam–jam sampai berhari–hari
yang lalu mencakup beberapa perubahan),dan kenangan jangka pendek
atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk). I.Q. (Intellegentian Quantion
) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor
(terjadinya perubahan pada daya membayangkan karena tekanan–teanan
dari faktor waktu).
Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan struktural
dan fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan karena fungsi
neuron di otak secara progresif. Kehilangan fungsi ini akibat menurunnya
aliran darah ke otak, lapisan otak terlihat berkabut dan metabolisme di
otak lambat. Selanjutnya sangat sedikit yang di ketahui tentang
pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada lanjut usia.
Perubahan kognitif yang di alami lanjut usia adalah demensia, dan
delirium
2. Konsep Dasar Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan
angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ). Hipertensi adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam arteri (Ruhyanudin, 2007 ).
Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di
populasi sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada
dewasa muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa
bermanfaat ( Gleadle, 2005 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke,
aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas
dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama (Saraswati,2009). Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung
dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World
Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).

Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)


Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka
yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang
dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam
jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan
adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

A. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan
karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan
gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh
adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan
minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan
menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya
hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok
(M.Adib,2009).

B. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin
yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang
kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I,
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh
beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi.
Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan
primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler
dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti hipertensi
pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap
sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan
dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah
menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang
juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan
penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi.
Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel
darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah
juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa
ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin
(Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering
buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual,
muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).

D. PENATALAKSANAAN
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan
kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali.
g. Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara otomatis
seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.
2. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).

13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau takik
aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000; John,
2003; Sodoyo, 2006).

B. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi


TINJAUAN ASKEP
a. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara
keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu pengumpulan data,
pengelompokkan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan osteoartritis, diantaranya adalah:
1) Identitas Klien
- Nama :
- Umur :
- Jenis kelamin :
- Diagnosa masuk :
Selain data di atas, perlu dilakukan pengkajian terhadap hal-hal berikut:

- Pendidikan
- Pekerjaan
- Status perkawinan
- Agama
- Suku
- Alamat
- Tanggal masuk
- Tanggal pengkajian
- Sumber Informasi
- Penanggung
2) Status Kesehatan
Status Kesehatan Saat Ini

- Keluhan utama
- Perjalanan Penyakit saat ini
- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
c. Diagnosa Medis

Hipertensi

d. Pola Fungsi Kesehatan Gordon

1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan


Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang
dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.
2) Nutrisi/ metabolik
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien saat di rumah dan di rumah sakit,
porsi sehari, jenis makanan dan volume minuman per hari, makanan kesukaan.
3) Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB dan BAK, dan
warna.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas, dapat melakukan mandiri, dibantu
atau menggunakan alat.
5) Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji
penyebabnya.
Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas
(nyerinya seperti apa), Rasio (daerah nyeri), Scale (skala nyeri 1-10), Time
(kapan nyeri terasa bertambah berat).
6) Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi:
- Harga diri
- Ideal diri
- Identitas diri
- Gambaran diri
7) Pola seksual dan reproduksi
Kaji menopause, kaji aktivitas seksual.
8) Pola peran-hubungan
Yang perlu dikaji, antara lain:
- Status perkawinan
- Pekejaan
9) Pola manajemen koping stress
10) Sistem nilai dan keyakinan

e. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum :
Kesadaran: Composmentis, somnolen, delirium, stupor, coma
Tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan:
1. Tekanan darah
2. Pulse rate
3. Respiratory rate
4. Suhu
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : Kaji bengkak pada persendian.
2. Palpasi : Kaji nyeri tekan pada persendian.

f. Pengkajian Psikososial Dan Spiritual


a. Psikososial
Untuk mengetahui apakah klien mau bersosialisasi ataupun beradaptasi
dengan lingkungan dan orang sekitar
b. Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
1. Apakah klien mengalami kesulitan tidur
2. Apakah klien sering merasa gelisah
3. Apakah klien sering murung dan menangis sendiri
4. Apakah klien sering was-was atau kuatir
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari/sama dengan 1 jawaban “ya”
Pertanyaan tahap 2
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan?
2. Ada atau banyak pikiran?
3. Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain?
4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
5. Cenderung mengurung diri?

g. Pengkajian Fungsional Klien

INDEKS KATZ
Termasuk kategori manakah klien?
A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan pakaian, pergi
ke toilet, berpindah dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain
D. Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas
E. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang lain
F. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang
lain
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan :

Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang
lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu

MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS


Termasuk yang manakah klien?
DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
2 Minum 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
3 Berpindah dari kursi roda ketempat 5-10 15
tidur/sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, 0 5 Frekuensi :
menggosok gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, 5 10
menyeka tubuh, menyiram)
6 Mandi 5 15
7 Jalan di permukaan datar 0 5 Frekuensi :
8 Naik turun tangga 5 10
9 Menggunakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :
Konsistensi :
11 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 Frekuensi :
Warna :
Total skor

Keterangan
110: Mandiri
65.105 : Ketergantungan Sebagian
≤ 60 : Ketergantungan Total

h. Pengkajian Status Mental Gerontik

a. Identifikasi tingkat intelektual dengan short portable mental status questioner


(SPSMQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10
pertanyaan.
NO PERTANYAAN BENAR SALAH
1 Tanggal berapa hari ini
2 Hari apa sekarang
3 Apa nama tempat ini
4 Alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir (minimal tahun lahir)
7 Siapa presiden indonesia sekarang?
8 Siapa presiden indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun
Jumlah

Interpretasi hasil :
1) Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
2) Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
3) Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
4) Salah 9-10 : kerusakan intelektual beratlam

b. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKS KLIEN
1 ORIENTASI 5 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
2 ORIENTASI 5 Dimana kita sekarang?
 Negara indonesia
 Provinsi Bali
 Kota Denpasar
 Panti wreda wana sraya
 Wisma 1
3 REGISTRASI 3 Sebutkan 3 obyek (oleh pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing masing obyek, kemudian
tanyakan kepada klein ketiga obyek tadi (untuk
disebutkan)
 Obyek kertas
 Obyek pulpen
 Obyek jam
4 PERHATIAN 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100
DAN kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali
KALKULASI  93
 86
 79
 72
 65
5 MENGINGAT 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada
nomer 2 (registrasi) tadi, bila benar 1 point untuk
masing masing obyek
6 BAHASA 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan
namanya pada klien (misal jam tangan atau
pensil)
Minta kepada klien untuk mengulang kata berikut
”tak ada, Jika, dan, atau, tetapi” bila benar, nilai 2
point. Bila pernyataan benar 2-3 buah, mis. :
tidak ada, tetapi maka nilai 1 point

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut


yang terdiri dari 3 langkah : ”ambil kertas di
tangan anda, lipat dua dan taruh di lantai”
 ambil kertas
 lipat dua
 taruh di lantai

perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila


aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)
 tutup mata anda
perintahkan pada klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
 tulis satu kalimat
 menyalin gambar
Total nilai

Interpretasi hasil
> 23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

c. Status psikologis (skala depresi pada lansia)


NO PERTANYAAN JAWABAN SCORE

1 Pada dasarnya puaskah anda dengan hidup YA TIDAK*


anda saat ini?

2 Apakah anda membatalkan banyak dari YA* TIDAK


rencana kegiatan/minat anda?

3 Apakan anda merasa hidup anda ini YA* TIDAK


hampa?

4 Seringkah anda merasakan kebosanan? YA* TIDAK

5 Apakah anda memiliki suatu harapan di YA TIDAK*


masa depan?

6 Apakah anda terganggu dengan YA* TIDAK


memikirkan kesulitan anda tanpa jalan
keluar?

7 Apakah anda seringkali merasa YA TIDAK*


bersemangat?

8 Apakah anda mengkhawatirkan sesuatu YA* TIDAK


hal buruk bakal menimpa anda?

9 Apakah anda seringkali merasa gembira? YA TIDAK*

10 Apakah anda seringkali merasa tak YA* TIDAK


terbantukan?

11 Apakah anda seringkali merasa gelisah YA* TIDAK


dan resah?

12 Apakah anda lebih menyukai tinggal YA* TIDAK


dirumah daripada keluar rumah dan
melakukan sesuatu hal baru?

13 Apakah anda seringkali mengkhawatirkan YA* TIDAK


masa depan anda?

14 Apakah anda merasa kesulitan dengan YA* TIDAK


daya ingat anda ?

15 Apakah anda berpikir/ bersyukur masih YA TIDAK*


hidup saat ini?

16 Apakah anda seringkali merasa sedih dan YA* TIDAK


putus asa?

17 Apakah anda merasa tidak berguna saat YA* TIDAK


ini?

18 Apakah anda sering menyesalkan masa YA* TIDAK


lalu anda?

19 Apakah menurut anda kehidupan ini penuh YA TIDAK*


tantangan yang menyenangkan?

20 Apakah anda merasa kesulitan untuk YA* TIDAK


mengawali suatu kegiatan tertentu?

21 Apakah anda merasa diri anda penuh YA TIDAK*


energi?

22 Apakah menurut anda keadaan yang YA* TIDAK


dihadapi tanpa harapan?

23 Apakah menurut anda keadaan orang lain YA* TIDAK


lebih baik dari anda?

24 Apakah anda sering kali marah hanya YA* TIDAK


karena alasan sepele?

25 Apakah anda sering merasa bagaikan YA* TIDAK


menangis?

26 Apakah anda sulit berkonsentrasi? YA* TIDAK

27 Apakah anda bangun pagi dengan YA TIDAK*


perasaan menyenangkan?

28 Apakah anda lebih suka menghindari YA* TIDAK


acara/sosialisasi?

29 Apakah mudah bagi anda dalam YA TIDAK*


mengambil suatu keputusan?

30 Apakah anda berpikiran jernih YA TIDAK*


sebagaimana biasanya?

TOTAL

*Tiap jawaban yang bertanda bintang dihitung 1 point

Interpretasi hasil :
 0-4 : depresi tidak terjadi
 5-14 : suspect depresi
 15-22 : depresi ringan
 > 22 : depresi berat

b. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges, 2000 ; Nathea,
2008) adalah sebagai berikut:
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping
tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
6. Kurang pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya informasi.

c. Rencanan Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
Intervensi:
a. Observasi tekanan darah
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel
dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan
kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung
kronik).
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
e. Catat adanya demam umum/tertentu.
Rasional : dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.
f. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi
aktivitas/keributan lingkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi.
g. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Rasional: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat
efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti
hipertensi, diuretik.
Rasional: Menurunkan tekanan darah.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak


seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter:
frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD,
dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau
pingsan.
Rasional: Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress,
aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung.
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
aktivitas dan perawatan diri.
Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual.
c. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang
ada.
Rasional: Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada
kerja jantung.
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional: teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan
sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

e. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.


Rasional: Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan
mencegah kelemahan.
3. Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional: Meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi.
b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya:
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan
menghambat/memblok respon simpatik, efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
c. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang, dan membungkuk.
Rasional: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan
yang memperberat kondisi klien.
e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah
makan.
Rasional: menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
Rasional: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
Intervensi:
a. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan
kegemukan.
Rasional: Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan massa tumbuh.
b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam dan gula sesuai indikasi.
Rasional: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis
dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung,
kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra
vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk
hipertensi.

c. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.


Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu
harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka
program sama sekali tidak berhasil.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional: mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.
Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk
menyesuaikan/penyuluhan.
e. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk
kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat
makanan dimakan.
Rasional: memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan
dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan
perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol
perubahan.
f. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan
kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan).
Rasional: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting
dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
g. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan
diet individual.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Intervensi:
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya:
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan.
Rasional: Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang,
mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang
diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
Rasional: Manifestasi mekanisme koping maladaptife mungkin merupakan
indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu
utama TD diastolik.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.
Rasional: pengenalan terhadap stressor adalah langkah
pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor)
d. Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional: keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang
berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat
menigkatkan kerjasama dalam regiment terapiutik.
e. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan
seperti: apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?.
Rasional: Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap
pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras,
kebutuhan untuk kontrol dan fokus keluar dapat mengarah pada
kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal.
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup
yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan
diri/keluarga.
Rasional: Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistis untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Intervensi:
a. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang
dapat diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola
hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan
teratur) pola hidup penuh stress.
Rasional: Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
b. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional: Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan
sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal
klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan
prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan
pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.
c. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional: Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit
hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
d. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat
lanjut) melalui pendkes.
e. Rasional: Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses
penyakit hipertensi (Doenges, 2000; Ncithea, 2008)

d. Implementasi
Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap kerja dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal,
diantaranya bahaya fisik dan perlindungan kepada pasien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat
perkembangan pasien. Dalam tahap pelaksanaan terdapat dua tindakan yaitu tindakan
mandiri dan tindakan kolaborasi. (Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia, Buku 1. Page 111).

e. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan
kontak dengan klien, setelah melaksanakan implementasi, mengumpulkan data
subjektif dan objektiif dari klien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lainnya, selain
itu anda meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi , terapi,
sumber daya pemulihan, dan hasil yang di harapkan dengan bekal pengalaman
sebelumnnya, anda dapat mengevaluasi klien secara lebih baik, Gunakan pemikiran
kritis daan standar untuk menentukan apakah hasil telah tercapai, Jika hasil telah
terpenuhi , berarti tujuan untuk klien juga telah terpenuhi, bandingkan perilaku dan
respon klien sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan.
PATHWAYS

Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
Feokromositoma
garam berlebih raga tahun ginjal

Penimbunan Nikotin dan karbon Pelepasan Peningkatan Tidak mampu Menghasilkan


monoksida masuk adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Meningkatnya Penebalan
kolesterol membuang hormon epinefrin
aliran darah kortisol tahanan perifer dinding aorta & sejumlah garam dan norepinefrin
pembuluh darah
arteri dan air di dalam
Meningkatnya besar
Penyempitan Peningkatan tubuh
Merusak lapisan Vasokonstriksi Memacu stress
volume darah sel darah merah
pembuluh darah endotel pembuluh Elastisitas
pembuluh dan sirkulasi Efek konstriksi pembuluh
darah darah arteri perifer darah menurun Volume darah
Meningkatnya dalam tubuh
viskositas meningkat
Aterosklerosis Tahanan
perifer
meningkat

Jantung bekerja keras


untuk memompa

HIPERTENSI

Otak Ginjal Indera Kenaikan beban


kerja jantung
Vasokonstriksi Retina Hidung
Suplai O2 ke Retensi Telinga
pembuluh darah Hipertrofi otot
otak menurun pembuluh darah
ginjal jantung
otak meningkat Spasme Perdarahan Suara
Sinkope Blood flow arteriole berdenging
Penurunan
Tekanan menurun fungsi otot
pembuluh darah Diplopia Gangguan jantung
Resiko tinggi meningkat keseimbangan
cidera Respon RAA
Nyeri Resiko tinggi Resiko
kepala cidera penurunan
Resiko terjadi Vasokonstriksi
curah jatung
gangguan
perfusi jaringan
Gangguan rasa Rangsang
serebral
nyaman nyeri aldosteron

Retensi
natrium

Oedem

Gangguan
keseimbangan
volume cairan

Sumber :
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;
Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
DAFTAR PUSTAKA

De Jong, W. R. Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.


Jakarta: EGC.

Joanne McCloskey Dochterman, Gloria M. Bulecheck. 2004. Nursing


Intervention Classification. Amerika: United Statis of America.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius.

Price A. Sylvia and Wilson M. Lorriane. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis


Proses Penyakit Edisi 4. Jakarta: EGC.

Sue Moorhead, Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson.


2004. Nursing Outcome Classification. Amerika: United States of
America.

T. Heather Herdman. 2012. Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi


2012-2014. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai