Anda di halaman 1dari 5

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan Yang Baik Dan Benar Di Provinsi

Jambi.

Berdasarkan data Riskesdas Nasional Tahun 2018. Di peroleh hasil,Proporsi perilaku Cuci
tangan dengan benar pada penduduk> 10 tahun yakni 49,8%. Prevalensi Merokok hisap setiap
hari dan kadang-kadang penduduk umur >10 tahun yakni 28,8%. Proporsi Akses sanitasi layak
Sanitasi layak yakni 74,58%. Proporsi Pemakaian air perorangan di rumah tangga kategori
optimal yakni 46,5% dan Proporsi Pemakaian air perorangan di rumah tangga kategori menang
yakni 39,3%.

Maka dapat di simpulkan berdasarkan data tersebut, pada tingkat nasional yang perlu
menjadi prioritas adalah perilaku cuci tangan yang baik dan benar. Karena nilai proporsi perilaku
cuci tangan di provinsi hanya 49,8%. Yang menandakan 50,2% tidak melakukan perilaku cuci
tangan dengan benar. Dilihat dari data Riskesdas 2013 proporsi pada umur ≥10 tahun yang
melakukan cuci tangan dengan benar 46,7% hal ini menandakan adanya peningkatan sebesar 3,1
%.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 untuk provinsi Jambi Proporsi perilaku cuci tangan
dengan benar pada penduduk umur ≥10 tahun menurut kabupaten/kota provinsi jambi 2018
adalah 43,69%. Prevalensi (%) merokok hisap setiap hari dan kadang-kadang penduduk umur
≥10 tahun menurut kabupaten/kota provinsi jambi, 2018 adalah 25,25%. Proporsi akses sanitasi
layak 2018 menurut kabupaten/kota provinsi jambi 2018 adalah 64,10%. Proporsi pemakaian air
per orang per hari di rumah tangga menurut kabupaten/kota provinsi jambi tahun 2018 adalah
47.39 % dengan kategori akses menengah (50-99,9 liter).

Maka dapat disimpulkan berdasarkan data tersebut pada provinsi Jambi yang peril menjadi
prioritas adalah perilaku cuci tangan yang baik dan benar. Karena nilai proporsi perilaku cuci
tangan di provinsi 43,69 % yang berarti 56,31 % tidak melakukan perilaku cuci tangan dengan
benar. Dilihat dari data Riskesdas 2013 proporsi pada umur ≥10 tahun yang melakukan cuci
tangan dengan benar 44,1 % hal ini menandakan adanya peningkatan sebesar 0,41%.

Perilaku CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) dipengaruhi oleh banyak faktor .Melalui tingkat
kesehatan, Green menganalisis perilaku manusia. Faktor yang mempengaruhi kesehatan individu
ada dua yaitu behavior causes (faktor perilaku) serta non behavior causes (faktor diluar perilaku).
Kemudian perilaku itu sendiri ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing
factors) seperti pengetahuan dan sikap, faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor
pendorong atau penguat (reinforcing factors)

1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting yang bisa memicu terjadinya
perilaku yang benar dan membuat perilaku tersebut bersifat langgeng. Semakin tinggi
pengetahuan seseorang tentang mencuci tangan, semakin baik sikap mereka dalam
penerapan cuci tangan. Pengetahuan adalah output dari tahu. Tahu dapat terjadi apabila
terdapat proses pengindraan oleh seseorang melalui panca indranya yang meliputi indra
peraba, indra perasa, indra penciuman, indra pendengaran dan indra penglihatan.
Pengetahuan yang dihasilkan dipengaruhi oleh perhatian subjek dan lamanya persepsi.
Dalam salah satu Hasil penelitian factor yang berhubungan dengan perilaku cuci
tngan di Desa Sebapo Kecamatan Mestong provinsi jambi yakni Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku cuci tangan
pakai sabun di Desa Sebapo Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi tahun 2020
(p=0,021). Ada hubungan dalam penelitian ini berarti semakin tinggi pengetahuan
responden mengenai CTPS maka semakin baik penerapan CTPS. Begitu sebaliknya
semakin rendah pengetahuan responden maka semakin kurang baik penerapan CTPS.(1)

2. Dukungan dari teman sebaya


Jika membahas tentang remaja dukungan dari teman sebaya sangat berperan
dalam perilaku mencuci tangan. Dukungan sosial teman sebaya adalah sumber dukungan
yang paling penting bagi remaja karena pada masa remaja mereka akan lebih banyak
menghabiskan waktu bersama dengan teman-temannya dibandingkan dengan orangtua.
Melalui dukungan sosial dari teman sebaya maka remaja akan mendapatkan saran dan
penegetian yang akan membantu mereka untuk memahami situasi mereka dan dapat
membuat penyesuaian yang tepat berdasarkan potensi mereka.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Unja, Hasil analisis hubungan
antara dukungan teman sebaya dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun didapatkan
nilai p-value sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05, yang artinya ada
hubungan yang signifikan antara dukungan teman sebaya dengan Perilaku Cuci Tangan
Pakai Sabun pada mahasiswa Universitas Jambi.(2)

3. Motivasi
Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil dan tujuan tertentu. Motivasi merupakan suatu set yang dapat membuat
individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan demikian
motivasi merupakan dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah
kepada pencapaian suatu tujuan (Hamzah, 2010).Faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik adalah motivasi
yang tidak dipengaruhi oleh faktorfaktor dari luar tetapi di dalam diri individu tersebut
sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu sedangkan faktor ekstrinsik adalah
motivasi yang ada karena dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar diri.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara motivasi
dengan perilaku cuci tangan pakai sabun di Desa Sebapo Kecamatan Mestong Kabupaten
Muaro Jambi (p=0,010). Hal tersebut disebabkan responden memiliki kesadaran mencuci
tangan bila tangan kotor selain itu motivasi yang baik dari responden tidak hanya dari
dalam diri namun juga motivasi dari luar yaitu dukungan dari keluarga yang selalu
menganjurkan responden untuk melakukan cuci tangan pakai sabun. Sedangkan motivasi
yang kurang baik menyebabkan responden memiliki perilaku cuci tangan pakai sabun
kurang baik, motivasi kurang baik responden dipengaruhi fasilitas CTPS yang tidak
tersedia, kurangnya pengetahuan responden mengenai pentingnya mencuci tangan pakai
sabun sehingga responden tidak memperdulikan tersedia sabun atau tidak untuk mencuci
tangan.(1)
Sedangkan pada hasil penelitian Gambaran Motivasi Dan Peran Orangtua
Tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Di Sd Negeri 19 Kota Jambi didapat
bahwa ada hubungan motivasi dengan perilaku mencuci tangan, sebagian besar
responden berusia 11 tahun sebanyak 25 (55,6%) responden. Umur responden yang
semakin tinggi dengan usia yang ini anak-anak lebih termotivasi untuk melakuka cuci
tangan pakai sabun sesuai dengan perintah yang diberikan orangtua atau guru di sekolah.
(3)

4. Sarana dan prasarana

Green (1980) mengatakan bahwa untuk terbentuknya perilaku seseorang dipengaruhi


oleh tiga faktor dimana salah satunya adalah faktor pendorong (enabling factor). Faktor
pendorong adalah faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku. Faktor tersebut dapat
berupa lingkungan fisik, sarana kesehatan, atau sumber–sumber khusus yang mendukung,
dan keterjangkauan sumber dan fasilitas kesehatan. Sarana kesehatan dalam terbentuknya
perilaku cuci tangan pakai sabun tentunya adalah sarana yang harus disediakan dan dapat
digunakan untuk pelaksanaan perilaku mencuci tangan pakai sabun secara benar, meliputi
tempat mencuci tangan dengan air yang mengalir, sabun dan handuk atau tissue untuk lap
pengering tangan. Sarana cuci tangan tidak perlu terdiri dari kran atau wastafel yang
mewah atau mahal. Sarana CTPS yang sederhana dan yang tepat guna yaitu yang dibuat
dari bahan/material yang dapat diperoleh dengan mudah, misalnya: dapat dibuat dari ruas
bambu, tempat-tempat bekas seperti botol plastik besar, jerigen, gentong. Sarana yang
diperlukan untuk melakukan suatu tindakan/ praktek akan membuat individu yang telah
mau menjadi mampu melakukan tindakan tertentu. Sebaliknya, tanpa sarana yang
mendukung, maka individu yang telah mau melakukan tidak mampu merealisasikan
kemauannya tersebut dalam tindakan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sarana
prasarana dengan perilaku cuci tangan pakai sabun di Desa Sebapo Kecamatan Mestong
tahun 2020 (p=0,040). Ada hubungan yang bermakna artinya semakin baik ketersediaan
sarana cuci tangan pakai sabun responden akan semakin baik untuk melakukan kebiasaan
cuci tangan pakai sabun pada responden. Ada hubungan antara sarana CTPS dengan
perilaku CTPS pada responden disebabkan di rumah tidak tersedia sarana CTPS sehingga
responden tidak melakukan CTPS.(1)

Referensi
1. Handayani FS, Kurniawati E, Subakir. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Cuci
Tangan Pakai Sabun di Desa Sebapo Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi Tahun
2020. J Kesehat [Internet]. 2020;7(2):614–20. Available from:
http://jurnal.bhmm.ac.id/index.php/jurkes/article/view/193/pdf

2. Sianipar E, Ridwan M, Ibnu IN, Guspianto G, Reskiaddin LO. Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada Mahasiswa
Universitas Jambi Selama Pandemi COVID-19. J Kesmas Jambi. 2021;5(2):55–62.

3. Febriana D, Arifarahmi A, Febrina R. Gambaran Motivasi Dan Peran Orangtua Tentang


Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Di Sd Negeri 19 Kota Jambi Tahun 2019. J Akad
Baiturrahim Jambi. 2019;8(2):206.

Anda mungkin juga menyukai