Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


PADA PASIEN HALUSINASI
DI RUANG CAMAR RSJKO SOEPRAPTO BENGKULU

DISUSUN OLEH :

Agip Alvando Wira Saputra

Bellah Aprita Friska Oktavia

Mutia Ardilla Fitri Rezki Rahmadani

Tria Anisa Kusuma Vezka Sari

Mengetahui
Pembimbing lahan I Pembimbing lahan 2

Pembimbing Pendidikan

( Ns. Ervan, M.Kep., Sp.Kep.J )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIPLOMA III

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas luasnya
limpahan rahmat dan hidayah-Nya hingga akhirnya proposal “Terapi Aktivitas Kelompok
Halusinasi” ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam tidak lupa
kami panjatkan atas junjungan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, para
sahabatnya serta ummatnya yang senantiasa iltizam diatas kebenaran hingga akhir zaman.

Penulisan proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas


mata kuliah “KEPERAWATAN JIWA”. Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh
keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak. Allahumma Amin.

Bengkulu, November 2021

Penulis
PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain
disekitarnnya. Salah satu kebutuhanya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi
sesama manusia. Kebutuhan sosial yang dimaksud adalah rasa dimiliki oleh orang lain,
pengakuan dari orang lain, pemghargaan orang lain, serta pernyataan diri. Interaksi yang
dilakukan tidak selama memberi hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu
sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk berinteraksi
dengan orang lain (Riyadi, 2009).

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi dan sosial yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku koping yang efektif, konsep
diri yang positif , dan stabilitas emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh
perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan
masyarakat yang didukung sarana lain seperti keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan
tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa seseorang, pada tingkat tertentu dapat
menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa (Videbeck,2008).

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Termasuk persepsi indvidu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang
lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya (Keliat, 2011).

Halusinasi adalah gangguan panca indera tampak adanya rangsangan dari luar yang
dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi saat kesadaran individu itu
penuh/baik (stuart & sundenn,1998).

Penatalaksanaan klien dengan Halusinasi dapat dilakukan dengan Terapi Aktivitas


Kelompok (TAK) stimulasi persepsi : harga diri rendah. Terapi aktivitas kelompok
merupakan bagian dari therapi modalitas yang berupaya meningkatkan psikoterapi dengan
sejumlah klien (7-10 orang per-kelompok), dalam gejala yang sama, jenis kelamin sama, usia
yang hampir sama, dan dalam waktu yang bersamaan.
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien di temui dalam rancangan
waktu tertentu dengan tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus
terapi adalah membuat sadar diri (self awareness). Peningkatan hubungan interpesonal,
membuat perubahan atau ketiganya.

Kelompok adalah suatu sistem sosila yang khas yang dapat didefinisikan dan pelajari.
Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi, interelasi, interdepedensi dan
saling membagikan norma sosial yang sama (Stuard & sundeen,1998).

Jumlah pasien pasien di ruang Camar RSJKO Soeprapto Bengkulu yang mengalami
Halusinasi sebanyak 13 orang

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien mempunyai kemapuan menyelsaikan masalah yang di akibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya dan klien dapat merespon terhadap stimulus panca indra yang di
berikan.
b. Tujuan Khusus
1. Klien mampu mengenal halusinasi
2. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
3. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
4. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakuan kegiatan
5. Klien mampu mampu mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
3. Waktu dan tempat
1. SESI I dan II
Hari/tanggal : Kamis, 11 November 2021
Jam : 09.00 s/d Selesai
Tempat : di Ruang TAK Camar
2. SESI III, IV dan V
Hari/tanggal : Jum’at, 12 November 2021
Jam : 09.00 s/d Selesai
Tempat : di Ruang TAK Camar
4. Metode Pelaksanaan
a. Bermain peran/simulasi
b. Diskusi/ tanya jawab
5. Media
a. Name Tag
b. Lagu dangdut

6. Skema Ruangan

Keterangan :

N GAMBAR KETERANGAN
O
1 Leader
2 Co. Leader
3 Pembimbing dan CI
4 Observasi
5 Perawat
6 Pasien
7 Operator

7. Pembagian Tugas
a. Leader Bertugas :
1) Menyiapkan propsoal TAK
2) Menyampaikan Tujuan dan peraturan kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok
sebelum kegiatan dimulai
3) Menjelaskan permainan
4) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan meperkenalkan
dirinya
5) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
6) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
b. Co-leader bertugas :
1) Mendapingi leader
2) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas pasien
3) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari rencana yang di buat
4) Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami bloking dalam proses
terapi
c. Fasilitaor Bertugas :
1) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
2) Memotivasi klien yang kurang aktif
3) Mempasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif untuk mengikuti jalanya terapi.
d. Obervasi bertugas
1) Mengobservasi jalanya proses kegiatan
2) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien selama
kegiatan berlangsung.
3) Mengawasi jalanya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga
penutupan.
8. Pasien
a. Kriteria Pasien
1) Pasien halusinasi
2) Pasien dapat di ajak kerjasama ( cooperaraptive).

9. Susunan Pelaksanaan
1. SESI I dan II
1) Leader : Agib
2) Co Leader : Rezki
3) Fasilitator : Wira
Friska
Vezka
4) Observasi : Mutia
5) Notulen & Dokumentasi : Tria
6) Operator : Bellah
2. SESI III dan IV
1) Leader : Agip
2) Co Leader : Wira
3) Fasilitator : Rezki
Tria
Friska
4) Observasi : Mutia
5) Notulen & Dokumentasi : Bellah
6) Operator : Vezka
3. SESI V
1) Leader : Agib
2) Co Leader : Wira
3) Fasilitator : Rezki
Tria
Friska
4) Observasi : Mutia
5) Notulen & Dokumentasi : Vezka
6) Operator : Bellah

4. Pasien Peserta TAK sebagai Berikut :


1. Tn.
2. Tn.
3. Tn.
4. Tn.
5. Tn.
6. Tn.
7. Tn.
8. Tn.
9. Tn.
10. Tn.
SESI I dan II

MENGENAL HALUSINASI DAN MELATIH HARDIK HALUSINASI

A. Tujuan
1. Klien dapat mengenal Halusinasi
2. Klien dapat mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal situasi terjasinya halusinasi
4. Klien mengenal perasaanya pada saat terjadinya halusinasi
5. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
B. Setting
1. Perawat dan Klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat
1. Name tag
2.
D. Metode
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
E. Langka kegiatan
1. Persiapan
 Memili pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien halusinasi
 Membuat kontrak dengan pasien
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
 Salam Terapeutik : Salam Terapis kepada pasien
 Memperkenalkan perceptor akademik dan perceptor klinik
 Memperkenalkan terapis
 Memperkenalkan pasien
 Validasi : menayakan perasaan pasien saat ini
 Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2. Terapis menjelaskan aturan main
 Jika ada pasien yang akan meninggalkan kelompok harus mintak
izin kepada terapis
 Lama kegiatan kurang lebih 45 menit
 Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Terapis memberikan name tag untuk masing-masing peserta
b. Terapis memitak masing-masing pasien mengenalkan diri secara berurutan
searah jarum jam dimulai terapis,meliputi menyebutkan: nama lengkap, nama
panggilan, asal dan hobi.
c. Setiap kali seorang pasien selesai menyelsaikan diri, terapis mengajak pasien
untuk bertepuk tangan.
d. Terapis menjelaskan materi halusinasi kepada klien
e. Terapis menjelaskan kepada pasien bahwa akan diputar lagu, saat mendengar
bola tenis di pindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik di
hentikan peserta yang sedang memegang bola tenis di mintak membagikan
pengalaman tentang halusinasi yang dialami dengan menceritakan isi, waktu
terjadi, frekuensi dan perasaan yang timbul saaat halusinasi.
f. Terapis memutar lagu , pasien mendengarkan dan saat musik di hentikan
peserta yang memegang bola tenis di mintak membagikan pengalaman
tentang halusinasi yang dialami dengan menceritakan isi, waktu terjadi,
frekuensi dan perasaan yang timbul saaat halusinasi.
g. Ulangi sampai semuah mendapat giliran
h. Terapis meberi pujian setiap pasien selesai menceritakan halusinasinya.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan setelah mengikuti TAK
 75 % psien mengikuti sesuai perintah
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
Formulir Evaluasi

NO Nama Menyebut Menyebut Menyebutka Menyebut Mampu nilai


Pasien isi waktu n situasi perasaan melakuka
halusinasi terjadinya terjadinya saat n Hardik
halusinasi halusinasi halusinasi halusinasi
1
2
3
4
5
6
7
8
Total

b. Rencana Tindak Lanjut

Menganjurkan pasien kontak/interaksi dengan orang lain dan menghardik


halusinasi yang dialami.

c. Kontrak yang akan datang


Hari/tanggal : Jum’at, 12 November2021
Pukul : 09.00 wib
Materi : sesi III ,IV dan V mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dan beraktivitas)

SESSI III DAN IV


MENGONTOL HALUSINASI DENGAN CARA BERCAKAP-CAKAP
DAN BERAKTIVITAS

A. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah halusinasi
2. Klien dapat bercakap cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi
3. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi
B. Setting
1. Perawat dan Klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat
1. Name tag
2. Musik dangdut
D. Metode
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
E. Langka kegiatan
1. Persiapan
 Memili pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien halusinasi
 Membuat kontrak dengan pasien
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
 Salam Terapeutik : Salam Terapis kepada pasien
 Memperkenalkan perceptor akademik dan perceptor klinik
 Memperkenalkan terapis
 Memperkenalkan pasien
 Validasi : menayakan perasaan pasien saat ini
 Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2. Terapis menjelaskan aturan main
 Jika ada pasien yang akan meninggalkan kelompok harus mintak
izin kepada terapis
 Lama kegiatan kurang lebih 45 menit
 Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Terapis memberikan name tag untuk masing-masing peserta
b. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap cakap dengan orang lain untuk
mengatasi halusinasi
c. Terapis memperagakan bercakap-cakap dengan orang lain jika ada tanda-tanda
halusinasi muncul Contoh : tolong saya mulai mendengarkan suara,ayo
ngobrol dengan saya.
d. Terapis memberikan penjelasan cara langka-langka kegiatan
i. Terapis memutar lagu , pasien mendengarkan dan saat musik di hentikan
peserta yang memegang bola tenis di mintak untuk memperagakan cara
bercakap cakap untuk mencegah halusinasi.
j. Terapis membagikan kertas dan pensil
k. Terapis memberikan contoh menyusun jadwal dan menggambarnya
l. Terapis memintak pasien menyusun jadwal aktivitas dari bangun pasi sampai
dengan tidur malam.
m. Ulangi sampai semuah mendapat giliran
n. Terapis meberi pujian setiap pasien selesai menceritakan halusinasinya.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan setelah mengikuti TAK
 75 % pasien mengikuti sesuai perintah
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana Tindak Lanjut

Menganjurkan pasien kontak/interaksi dengan orang lain dan menghardik


halusinasi yang dialami.

c. Kontrak yang akan datang


Pasien di kontrak untuk melaksanakan kontrak berikutnya.
5. Pelaksanaan
1. Klien terlihat aktif
2. Klien mengkuti sesuai arahan.
Formulir Evaluasi

NO Nama Menyebut Menyebutka Menyebutkan Memperagak Memperagak nilai


Pasien kan n cara atasi cara mengatasi an bercakap- an aktivitas
efektivitas dengan halusinasi cakap terjadwal
cara bercakap- aktivitas
cakap terjadwal
1
2
3
4
5
6
7
8
total

SESSI V
MENGONTOL HALUSINASI DENGAN PATUH MINUM OBAT

1. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya minum obat
2. Klien memahami akibat tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan 5 benar minum obat
2. Setting
1. Perawat dan Klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
1. Name tag
2. Musik dangdut
4. Metode
1. Dinamika Kelompok
3. Diskusi dan tanya jawab
4. Langka kegiatan
1. Persiapan
 Memili pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien halusinasi
 Membuat kontrak dengan pasien
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
 Salam Terapeutik : Salam Terapis kepada pasien
 Memperkenalkan perceptor akademik dan perceptor klinik
 Memperkenalkan terapis
 Memperkenalkan pasien
 Validasi : menayakan perasaan pasien saat ini

Kontrak

1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan


2. Terapis menjelaskan aturan main
 Jika ada pasien yang akan meninggalkan kelompok harus mintak
izin kepada terapis
 Lama kegiatan kurang lebih 45 menit
 Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
6. Tahap Kerja
a. Terapis memberikan name tag untuk masing-masing peserta
b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur sesuai anjuran
c. Terapis menjelaskan akibat tidak minum obat secara teratur, menjelaskan 5
benar ketika menggunakan obat : benar obat, benar pasien, benar waktu, benar
cara, benar dosis menjelaskan efek samping obat
d. Terapis memberikan penjelasan cara langka-langka kegiatan
e. Terapis membagikan kertas origami berbeda-beda warna ke masing masing
pasien ,kemudian terapis menghidupkan muik,pasien disuruh mengoporkan
kertas tersebut ke pasien sebelahnya. Ketika musik berhenti pasien disuruh
menebak wana kertas yang ada di tangan pasien, jika pasien tidak menebak di
suruh menjelaskan 5 benar minum obat, keuntungan minum obat dan akibat
jika tidak minum obat dengan benar.
f. Ulangi sampai semuah mendapat giliran
g. Terapis meberi pujian setiap pasien selesai menceritakan halusinasinya.
h. Tahap Terminasi
7. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan setelah mengikuti TAK
 75 % pasien mengikuti sesuai perintah
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
8. Rencana Tindak Lanjut

Menganjurkan pasien kontak/interaksi dengan orang lain dan menghardik


halusinasi yang dialami.

9. Kontrak yang akan datang


Pasien tidak dikontrak karena sesi telah selesai.
10. Pelaksanaan
1. Klien terlihat aktif
2. Klien mengkuti sesuai arahan.

Formulir Evaluasi

NO Nama Memahami Memahami Menyebutkan 5 Nilai


Pasien pentingnya akibat tidak cara yang benar
minum obat patuh minum minum obat.
obat
1
2
3
4
5
6
7
8
total

DAFTAR HADIR MAHASISWA

Hari/tanggal :

Topik :

Sesi :

NO NAMA RUANG TANDA TANGAN


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bengkulu, November 2021


Mengetahui Perceptor

(.......................................)

DAFTAR HADIR PESERTA

Hari/tanggal :

Topik :

Sesi :

NO NAMA RUANG TANDA TANGAN


1
2
3
4
5
6
7
8
Bengkulu, November 2021
Mengetahui Perceptor

(.......................................)

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


HALUSINASI

Masalah Utama : Halusinasi pendengaran

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
a. Klien sering melamun, bicara sendiri
b. Sosialisasi dengan lingkungan sekitar kurang
c. Klien mengatakan ada yang mengajak ngomong terus, selalu
menyuruh-nyuruh melakukan pekerjaan, sumber suara dari kuping bisikan itu
terdengar. Kadang ada orang cebol yang menyuruh, kadang tanpa wujud.
2. Diagnosa keperawatan :
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan cara pertama: menghardik halusinasi

ORIENTASI:

”Selamat pagi pak, Saya Mahasiswa keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang akan
merawat Bpk. nama saya Agib Alvando, senang dipanggil Agib. Nama Bapak siapa? Bapak
Senang dipanggil apa”

”Bagaimana perasaan Bpk hari ini? Apa keluhan Bpk saat ini”

”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini Bpk dengar?
Di mana kita duduk? Di teras? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA:

”Apakah Bpk mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”

” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering Bpk
dengar suara tersebut? Berapa kali sehari Bpk alami? Pada keadaan apa suara itu
terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”

” Apa yang Bpk rasakan pada saat mendengar suara itu?”

”Apa yang Bpk lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?

” Bpk, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”

”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung Bpk bilang, pergi!! saya
tidak mau dengar,… Saya tidak mau dengar. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai
suara itu tak terdengar lagi. Coba Bpk peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya
bagus Bpk sudah bisa”

TERMINASI:

”Bagaimana perasaan Bpk setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya? Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa Bpk?Bagaimana kalau
dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih? Dimana tempatnya”

”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-


cakap dengan orang lain

Orientasi:

“Selamat pagi Bpk.. Bagaimana perasaan Bpk hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkan suara-suaranya,
Bagus! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di
sini saja?

Kerja:

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau Bpk mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari
teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan Bpk Contohnya begini; …
tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang
dirumah misalnya Bpk, Bpk katakan: Bpk, ayo ngobrol dengan saya. Saya sedang dengar
suara-suara.

Begitu Bpk. Coba Bpk lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali
lagi! Bagus! Nah, latih terus ya Bpk!”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan Bpk setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang Bpk
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau Bpk
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Bpk. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita
latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 16.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan


aktivitas terjadwal

Orientasi: “Selamat pagi Bpk Bagaimana perasaan Bpk hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih? Bagaimana hasilnya?
Bagus! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di
ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

Kerja:

“Apa saja yang biasa Bpk lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus
ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari
kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali Bpk bisa lakukan.
Kegiatan ini dapat Bpk lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain
akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi:

“Bagaimana perasaan Bpk setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah
suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Bpk Coba
lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut
sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang
makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 16.00?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”
SP 4. Pasien : Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi:
“Selamat pagi Bpk Bagaimana perasaan Bpk hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncu
? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah
dilaksanakan? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan
tentang obat-obatan yang Bpk minum. Kita akan diskusi selama 20 menit. Di sini saja ya
Bpk?”

Kerja:
“ Bpk adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang Bpk dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang Bpk minum ? (Perawat
menyiapkan obatpasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang
dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jam Bpk
(HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara
sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab
kalau putus obat, Bpk akan kambuh Bpk dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula.
Kalau obat habis Bpk bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Bpk juga harus
teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya Bpk harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya Bpk. Jangan keliru dengan obat milik
orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara
yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya Bpk juga harus perhatikan
berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara
yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).
Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan Bpk Jangan lupa pada
waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan
sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang
telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 16.00. sampai jumpa.”
2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
a.Tujuan:
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun
di rumah
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di
rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk
semMbakh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di
rumah).Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien
mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika
keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kamMbakh bahkan untuk
memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung
yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di
rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi
adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi,
dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien.

Anda mungkin juga menyukai