Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENGAMATAN

TUGAS I

OLEH

MELANI RIKA FERDINANDUS


SMK PERTANIAN PEMBANGUNAN PROVINSI MALUKU
KOTA AMBON
TAHUN 2020
DAFTAR PUSTAKA

No
Halaman Judul…………………………………………………………………………... i
Daftar Isi………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………...
B. Manfaat…………………………………………………………………………..
BAB II DASAR TEORI 2
BAB III 3
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………
a. Pengenalan Alat-alat Pemeriksaan………………………………………………
b. Hasil pengamatan………………………………………………………………..
c. Cara Kerja………………………………………………………………………..
d. Analisis Data……………………………………………………………………..
BAB IV PENUTUP 4
A. Kesimpulan………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA 5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kesehatan ternak yang dipelihara.
Harga jual sapi yang sehat tentu akan lebih mahal dibandingkan degan sapi yang tidak sehat.
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, menyatakan
bahwa penyelenggaraan kesehatan hewan sebagai prasyarat terselenggaranya peternakan sangat
esensial dalam mewujudkan peternakan yang maju, berdaya saing dan berkelanjutan [16].

Salah satu cara untuk menjaga kesehatan hewan antara lain dengan pemeriksaan fisik
tubuh hewan ternak dan pemeriksaan kondisi fisiologis ternak. Kondisi fisiologis yang
digunakan untuk mengetahui indikasi ternak sehat adalah suhu tubuh dan frekuensi detak
jantung. Hal tersebut dijadikan acuan oleh dokter hewan atau petugas kesehatan ternak jika
terjadi ketidak normalan di antara keduanya.

Dalam melakukan pemeliharaan hewan (ternak), khususnya yang menyangkut


penanganan masalah-masalah kesehatan ternak akan banyak menggunakan bantuan peralatan-
peralatan. Peralatan untuk kesehatan ternak ini banyak jenis dan macamnya. Peralatan-peralatan
tersebut terdiri atas peralatan untuk pemeliharaan rutin yang digunakan untuk pemeriksaan
kesehatan ternak harian, peralatan laboratorium yang merupakan peralatan yang digunakan untuk
pemeriksaan di laboratorium, peralatan bedah yang digunakan untuk melakukan terapi dengan
pembedahan, serta peralatanperalatan lain yang digunakan untuk membantu dalam melakukan
penanganan kesehatan ternak

Sistem pengecekan kesehatan ternak saat ini masih dilakukan secara manual. Pengecekan
suhu tubuh sapi masih menggunakan termometer dan pengecekan detak jantung sapi
menggunakan stetoskop. Untuk mengetahui kesehatan sapi peternak harus memeriksa sapi secara
langsung. Peternak belum bisa memantau kondisi kesehatan hewan ternaknya selama 24 jam,
dengan kata lain peternak belum mampu memantau tanda-tanda sapi jika sapi tersebut terserang
penyakit.

Maka dari itu, saya berkesempatan melakukan tugas akhir yaitu melakukan berbagai
pemeriksaan dengan berberbagai peralatan-peralatan secara manual untuk mengetahui keadaan
fisik tubuh dari hewan yang dilakukan pemeriksaan.
B. Manfaat

Manfaat yang didapat dari penulis melakukan kegiatan yang dimaksud adalah :

1. Menambah pengetahuan penulis


2. Menambah keterampilan penulis dalam melakukan pemeriksaan kesehatan hewan
khusususnya mendengarkan suara jantung dan paru-paru
3. Sebagai referensi/literatur bagi penulis dalam bidangnya
BAB II

DASAR TEORI

Denyut jantung (denyut apikal) adalah bunyi yang terdengar melalui stetoskop selama
kontraksi jantung. Ada dua suara jantung yang jelas dapat di dengar pada setiap siklus jantung.
Suara jantung biasanya digambarkan dengan lub dan dup, dan urutannya adalah: lub-dup,
istirahat, lub-dup, istirahat, dan seterusnya. Lub (S1) adalah bunyi akibat tertutupnya katup
trikuspidalis dan mitral (katup atrio ventrikular) pada permukaan sistole. Sedangkan S2 adalah
bunyi akibat tertutupnya katup semilunar yang bertepatan dengan akhir sistole (Tim pengajar
fisiologi hewan, 2014).

Bunyi timbul karena getaran yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri-arteri besar
ketika katup menutup, bukan oleh derik penutupan katup. Karena penutupan katup AV terjadi
pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan atrium,
bunyi jantung pertama menandakan awitan sistol ventrikel. Penutupan katup semilunaris terjadi
pada awal relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kanan dan kiri turun di bawah tekanan
aorta dan arteri pulmonalis. Dengan demikian, bunyi jantung kedua menandakan permulaan
diastole ventrikel (Lauralee, 2001).

Secara normal, katup mitral terbuka sedikit lebih cepat sebelum katup trikuspidalis.
Katup mitral dapat di dengar lebih jelas bila stetoskop ditempatkan di ruang inter kostal V
sebelah kiri sternum di atas apeks jantung. Sedangkan suara katup trikuspidalis paling jelas dapat
di dengar bila stetoskop digeser ke daerah agak tengah di sebelah kiri sternum. Demikian juga
pada katup semilunar terdapat desinkronisasi penutupan katup. Katup semiluar aortik secara
normal mengatup dengan bunyi keras lebih dulu daripada katup semilunar pulmonari (Tim
pengajar fisiologi hewan, 2014)

Suara jantung pertama, S1 terjadi saat katup atrio ventrikula rmenutup. S1 bernada
rendah dan redup yang disebut dengan lub. Setelah itu katup semilunaris menutup menghasilkan
suara jantung kedua, S2, disebut sebagai dup yang bernada lebih tinggi dan lebih pendek dari S1.
S1 dan S2 (lub-dup) terjadi dalam 1 detik atau kurang, bergantung pada frekuensi jantung. S1
dan S2 dinamakan bunyi systole dan diastole. Sistole adalah periode kontraksi ventrikel. Diawali
saat bunyi jantung pertama dan diakhiri saat bunyi jantung kedual. Sistole normalnya lebih
pendek daripada diastole. Diastole adalah periode relaksasi ventrikel. Dimulai saat bunyi jantung
kedua dan diakhiri saat bunyi jantung pertama berikutnya (Berman et al, 2009).

Paru-paru merupakan salah satu organ vital manusia. Organ ini memiliki peranan
pada sistem pernapasan, karena dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen. Jika
paru-paru mengalami gangguan, maka sistem pernapasan manusia juga akan mengalami
gangguan, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Paru-paru merupakan organ tubuh manusia yang sangat penting, karena jika paru-paru
mengalami gangguan/kerusakan maka bisa menyebabkan kematian bagi penderitanya.
Diperkirakan ratusan ribu sampai jutaan penduduk dunia terkena penyakit paru setiap tahun dan
hal tersebut menyebabkan 19% penyebab kematian diseluruh dunia dan 15% penyebab
kecacatan sepanjang hidup (FIRS 2010).

Menurut proyeksi WHO, pada tahun 2020 penyakit paru-paru termasuk 10 penyebab
masalah kesehatan masyarakat di dunia (WHO 2008). Sedangkan di indonesia penyakit paru-
paru menduduki 10 besar peringkat utama untuk penyebab masalah kesehatan masyarakat (PDPI
2010). Perlunya meningkatkan kepedulian mengenai penyakit paru adalah hal yang vital karena
penyakit paru membunuh lebih banyak orang setiap tahunnya dan sesuatu harus dilakukan untuk
hal tersebut.

Salah satu cara yang digunakan dokter untuk mendiagnosa gangguan pada paru-paru
adalah dengan mendengarkan suara pernapasan menggunakan stetoskop. Perangkat ini
ditemukan pada tahun 1821 oleh seorang dokter prancis bernama Laennec (Sovijarvi et al. 2000).
Suara pernapasan memiliki informasi penting untuk mengetahui kelainan yang ada pada paru-
paru (Emmanouilidou at al. 2012).

Teknik mendengarkan suara nafas menggunakan stetoskop dikenal dengan teknik


auskultasi. Teknik auskultasi merupakan teknik dasar yang digunakan oleh dokter untuk
mengevaluasi suara nafas. Teknik ini cukup sederhana dan murah, namun memiliki kelemahan
yaitu hasil analisisnya yang subjektif (Kiyokawa et al. 2013). Hasil analisis suara nafas
menggunakan teknik auskultasi bergantung pada kemampuan, pengalaman dan pendengaran
dokter yang melakukan analisis. Selain itu, pendengaran manusia yang kurang sensitif terhadap
suara dengan frekuensi yang rendah juga menjadi permasalahan dalam teknik ini, dimana suara
paru-paru berada pada frekuensi rendah. Masalah lainnya dalam teknik auskultasi adalah
masalah kebisingan lingkungan dan pola suara yang hampir mirip antara jenis suara nafas satu
dan yang lain. Karena faktor-faktor tersebut, kesalahan diagnosis bisa terjadi apabila prosedur
auskultasi tidak dilakukan dengan benar.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengenalan Alat-Alat Pemeriksaan Kesehatan Hewan

Kesehatan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan hewan.
Pada peternakan komersial baik unggas maupun ternak ruminansia apabila ternaknya sakit akan
menyebabkan kerugian yang dapat menghentikan usaha peternakannya. Dalam mendukung
pebisnis bidang peternakan agar terus berlanjut dan membantu pemerintah mewujudkan bahan
pangan yang sehat dan memenuhi kesejahteraan hewan ada beberapa factor yang perlu diketahui
dan menjadi perhatian, antara lain adalah :

a. Peralatan Pemeriksaan Hewan

Dalam melakukan pemeliharaan hewan (ternak), khususnya yang menyangkut


penanganan masalah-masalah kesehatan ternak akan banyak menggunakan bantuan peralatan-
peralatan. Peralatan untuk kesehatan ternak ini banyak jenis dan macamnya. Peralatan-peralatan
tersebut terdiri atas peralatan untuk pemeliharaan rutin yang digunakan untuk pemeriksaan
kesehatan ternak harian, peralatan laboratorium yang merupakan peralatan yang digunakan untuk
pemeriksaan di laboratorium, peralatan bedah yang digunakan untuk melakukan terapi dengan
pembedahan, serta peralatanperalatan lain yang digunakan untuk membantu dalam melakukan
penanganan kesehatan ternak. Berikut ini akan diuraikan peralatan-peralatan yang sering
digunakan dalam kegiatan pemeliharaan kesehatan ternak. Menurut UU No. 18 tahun 2009
kualifikasi pemberian izin pelayanan kesehatan hewan dikelompokkan antara lain adalah :

a. Rumah Sakit Hewan;


b. Praktik Kedokteran Hewan;
c. Laboratorium Keswan dan laboratorium Kesmavet yang diselenggarakan oleh swasta.

Masing-masing kualifikasi ini mempunyai persyaratan peralatan yang berbeda-beda


sesuai dengan tipe kualifikasi pelayanan hewan yang diberikan. Bagaimana dengan penggunaan
peralatan tersebut ? Berikut akan dijelaskan cara penggunaan beberapa peralatan klinik hewan,
antara lain :

1. Termometer

Termometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur temperatur. Berdasarkan


fungsinya dikenal ada beberapa jenis termometer antara lain termometer klinis, termometer
maksimum-minimum, serta termometer bola basah bola kering. Untuk keperluan pemeliharaan
kesehatan ternak yang banyak digunakan adalah termometer klinis. Termometer klinis digunakan
untuk mengukur temperatur ternak. Pada saat ini ada dua jenis termometer klinis yaitu
termometer klinis manual dan termometer klinis digital.

Gambar 1. Termometer

Cara Penggunaan Termometer

Cara melakukan pengukuran temperatur dengan menggunakan termometer adalah


sebagai berikut :

a. Menyiapkan peralatan

b. Membuat ternak tenang dengancara menempatkan ternak ditempat yang sejuk, atau
menempatkan ternak pada kandang fiksasi

c. Melakukan tera termometer yaitu membuat tanda pada termometer berada pada titik
minimum. Pada termometer klinis manual dilakukan dengan mengibas-kibaskan termometer
sehingga permukaan air raksa berada pada titik paling bawah, sedang pada termometer klinis
digital membuat angka pada penunjuk berada pada angka 36o C.

d. Memasukkan bagian termometer yang runcing kedalam rektum ternak dan biarkan
sampai beberapa saat, untuk termometer digital diambil setelah terdengar tanda suara.

Perhatikan posisi anda, jaga keselamatan terhadap tendangan ternak.

e. Setelah beberapa saat atau setelah terdengar tanda suara angkat termometer dari rektum
ternak

f. Membaca suhu yang tertera pada termometer untuk termometer klinis digital, dan
untuk termometer klinis manual melihat ujung air raksa berada pada angka berapa yang
merupakan angka temperatur ternak tersebut.

g. Membersihkan dan merapikan kembali peralatan yang digunakan.

2. Stetoskop
Stetoskop merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan dengan cara
membantu pendengaran agar lebih sensitif. Stetoskop ini merupakan alat untuk membantu
pendengaran dalam melakukan pemeriksaan. Dikenal dua jenis alat bantu ini yaitu stetoskop
biasa yaitu stetoskop yang bagian ujungnya terdapat membran serta phonendoskop yaitu
stetoskop yang bagian ujungnya tidak terdapat membran.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar.

Gambar 2. Phonendoskop

Gambar 3. Stetoskop

Cara menggunakan stetoskop atau phonendoskop adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan peralatan

b. Membuat ternak tenang dengancara menempatkan ternak ditempat yang sejuk, atau
menempatkan ternak pada kandang fiksasi

c. Memasang stetoskop/phonendoskop, yaitu dengan menempatkan ujungnya pada


telinga,

d. Melakukan pemeriksaan dengan menempelkan bagian ujung stetoskop/phonendoskop


pada bagian yang akan didengarkan , biasanya bagian dada untuk mendengarkan suara jantung
atau suara paru-paru dan bagian perut untuk mendengarkan suara gerakan peristaltik lambung
maupun peristaltik usus.
e. Mendengarkan suara-suara yang ada, misalnya suara jantung, suara alveole atau suara
peristaltik tergantung bagian yang diperiksa. Memang agak sulit untuk membedakan jenis suara
tersebut, perlu latihan dan pengalaman yang cukup.

f. Setelah selesai bersihkan, rapikan dan kembalikan peralatan pada tempatnya.

3. Spuit

Spuit merupakan alat yang digunakan untuk memasukkan obat, vitamin atau vaksin
kedalam tubuh ternak dengan cara injeksi atau suntikan. Ada berbagai macam bahan yang
digunakan untuk alat ini, yaitu plastik, mika , kaca atau logam. Untuk alatalat yang terbuat dari
plastik sebaiknya hanya digunakan sekali pemakaian saja. Sedangkan untuk alat yang berasal
dari bahan lain bisa digunakan berulang-ulang setelah dilakukan sterilisasi setiap selesai
pemakaian. Berdasarkan cara pemakaiannya ada dua jenis alat suntik yaitu alat suntik manual
dan alat suntik otomatis. Pada alat suntik otomatis, biasanya digunakan untuk melakukan
penyuntikan terhadap ternak yang jumlahnya banyak. Obat atau vaksin akan secara otomatis
mengisi kembali alat suntik setiap kali sehabis disuntikkan dengan dosis yang sama. Pada alat
suntik manual harus dilakukan pengisian kembali dengan obat atau vaksin setelah melakukan
penyuntikan. Ukuran alat suntik ini bervariasi tergantung keperluan, untuk ternak besar akan
menggunakan ukuran yang besar sedangkan untuk unggas dan hewan kesayangan akan
menggunakan ukuran yang lebih kecil.

Cara penggunaan spuit atau alat suntik adalah sebagai berikut :


a. Menyiapkan peralatan, sesuaikan ukuran tabung dan jarum dengan dosis dan jenis
larutan obat yang akan disuntikkan.
b. Membuat ternak tenang dengan cara menempatkan ternak ditempat yang sejuk, atau
menempatkan ternak pada kandang fiksasi
c. Mengambil larutan obat dengan alat suntik dari botol obat. Pada waktu pengisian ini
harus diperhatikan betul sehingga pada waktu akan disuntikkan tidak terdapat gelembung udara
pada tabung alat suntik tersebut. Untuk larutan obat yang berupa emulsi yang pekat, sebelum
ditusukkan kedalam tutup botol tabung alat suntik lebih baik diisi dulu dengan udara , kemudian
jarum ditusukkan kedalam tutup botol dan tekan piston sehingga udara dalam tabung tersebut
masuk kedalam botol obat. Dengan memasukkan udara kedalam botol obat maka obat akan
dengan mudah masuk kedalam tabung alat suntik. Volume yang diambil harus sesuai dengan
dosis yang akan disuntikkan, tidak boleh lebih ataupun kurang.

d. Bersihkan ujung jarum dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol.

e. Dengan alat suntik ditangan, pilih bagian tubuh ternak yang akan disuntik. Pemilihan
lokasi penyuntikan harus memperhatikan metode penyuntikan yang akan dilakukan yaitu
intramuskuler, subkutan atau intravena.
f. Setelah lokasi penyuntikan ditentukan, tancapkan jarum suntik , kemudian tekan piston
dengan cepat sehingga obat segera dapat masuk kedalam tubuh ternak dan segera cabut jarum
dari tubuh ternak.

g. Usap bagian yang disuntik dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol.

h. Alat suntik yang terbuat dari bahan plastik dikumpulkan untuk dimusnahkan,
sedangkan alat suntik yang terbuat dari kaca, mika atau logam dibersihkan dengan air panas dan
dikemudian dibilas dengan alkohol.

i. Kembalikan alat suntik pada tempatnya.

Gambar 4. Alat Suntik Manual

Gambar 5. Alat Suntik Otomatis

4. Drenching Gun

Drenching gun merupakan alat untuk melakukan pemberian obat atau vitamin melalui
cara pencekokkan. Bahan drenching gun ini bisa terbuat dari plastik atau kaca dengan tangkai
dari logam. Alat ini biasanya digunakan untuk melakukan pemberian obat cacing atau obat lain
yang diberikan secara oral dengan pencekokkan. atau dapat juga digunakan untuk aplikasi
vaksinasi atau pengobatan apabila melalui air minum tidak memungkinkan misalnya karena pH
terlalu asam, ketidaktersediaan air yang layak dan lain-lain.
Ada dua macam drenching gun yaitu drenching gun manual dan drenching gun otomatis,
yaitu drenching gun yang bisa mengisi sendiri setelah obat dalam tabung dicekokkan atau self
filling drenching gun.

Gambar 6. Drenching gun

Gambar 7. Drenching gun Otomatis

Cara penggunaan drenching gun adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan diberikan.

b. Kondisikan ternak tenang dengan cara menempatkan ternak ditempat yang sejuk, atau
menempatkan ternak pada kandang fiksasi.

c. Mengisi drenching gun dengan obat atau vitamin yang akan diberikan sesuai dengan
dosisnya.

d. Masukkan ujung drenching gun kedalam mulut ternak melalui bagian samping
(diastema) . Hati-hati jangan sampai tangan atau drenching gun tergigit oleh ternak.

e. Tekan piston sehingga obat atau vitamin tersemprotkan kedalam pangkal oesophagus.

f. Keluarkan drenching gun dari mulut ternak.


g. Untuk self filling drenching gun akan langsung terisi kembali sehingga bisa langsung
diteruskan untuk yang lain, sedangkan untuk manual drenching gun harus melakukan pengisian
terlebih dahulu sebelum dilanjutkan ke ternak yang lain.

h. Setelah selesai melakukan pemberian obat atau vitamin, bersihkan peralatan yang
dipakai dan kembalikan pada tempatnya.

5. Forceps

Forceps merupakan alat yang berfungsi untuk menjepit bagia tubuh agar tidak bergeser
dari tempatnya atau untuk menjepit pembuluh darah agar darah tidak keluar dari pembuluh darah
tersebut. Forceps ini terbuat dari bahan stainless steel sehingga tidak akan berkarat.

Alat ini merupakan alat bantu utama dalam melakukan pembedahan. Forceps ini
digunakan dengan cara menekan bagian organ tubuh atau pembuluh darah dan mengkaitkan
bagian forceps agar tidak bergeser.

Berdasarkan kegunaannya secara umum dibagi menjadi haemostatic forceps yang


digunakan untuk menjepit pembuluh darah yang terpotong dan tissue forceps yang digunakan
untuk menjepit jaringan yang mempunyai kekuatan penjepitan maksimal akan tetapi hanya
menimbulkan trauma jaringan yang minimal.

Gambar 8. Forceps

6. Jarum

Jarum adalah merupakan bagian dari alat suntik, biasanya terbuat dari bahan stainless
steel. Jarum ini mempunyai ukuran bervariasi sesuai dengan ukuran lubang jarum. Jarum yang
baik mempunyai syarat cukup kuat, kaku, meskipun tidak mudah bengkok tetapi harus fleksibel
(jarum mampu membengkok atau akan bengkok dahulu sebelum patah), tajam untuk menembus
jaringan, bersih, steril, terbuat dari bahan stailess stell yang tahan terhadap korosif dan
permukaannya halus. Jarum harus selalu dibersihkan dengan alkohol setelah digunakan. Jarum
yang berasal dari alat suntik plastik hanya digunakan sekali pemakaian saja.
Gambar 9. Berbagai Ukuran Jarum

7. Canul

Canul merupakan alat yang menyerupai jarum dengan ukuran lebih panjang dan berujung
tumpul. Alat ini biasanya digunakan untuk melakukan perlakuak secara oral atau perawatan pada
ambing ternak sapi perah. Canul digunakan untuk menggantikan jarum alat suntik dalam
memasukkan antibiotik atau bahan lain dalam rangka perawatan kesehatan ambing. Jadi dalam
pemakainnya canul merupakan pengganti jarum dalam alat suntik.

Gambar 10 Canul

8. Pinset

Pinset merupakan alat yang terbuat dari bahan stainless steel. Alat ini mempunyai fungsi
untuk memegang benda-benda yang perlu diperlakukan secara aseptis. Biasanya pinset ini
digunakan selama melakukan pembedahan untuk memegang jaringan dan waktu menjahit tepi
luka dan juga untuk memegang jarum jahit saat penjahitan tepi luka. Cara penggunaan pinset ini
adalah dengan memegang bagian ujung dan menekan sehingga benda akan terjepit di ujung yang
lain. Berdasarkan bentuk ujungnya pinset dibagi menjadi pinset bergigi (pinset chirurgis/bedah)
dan pinset tidak bergigi (pinset anatomis). Pada pinset bergigi, di bagian ujung salah satu sisinya
mempunyai 3-4 gigi dan pada ujung yang lain mempunyai 4-5 gigi. Pinset bergigi hanya boleh
digunakan untuk memegang jaringan padat dan kulit, sedangkan yang tidak bergigi biasanya
digunakan untuk memegang jaringan berlumen, organ visceral (organ dalam) dan pembuluh
darah.
Gambar 11 . Pinset

9. Skalpel

Skalpel merupakan pisau berbahan stainless steel yang digunakan untuk memotong
benda-benda dalam perawatan kesehatan hewan. Scalpel terdiri dari batang scalpel dan blade
(pisau). Ada dua macam skalpel, yaitu skalpel yang bagian tajamnya tidak bisa diganti dan
skalpel yang bagian tajamnya bisa diganti-ganti (disposible blade).

Untuk dapat menghasilkan irisan yang baik, scalpel harus dipegang erat-erat, batang
scalpel harus membentuk sudut 3040° dari garis irisan yang akan dibuat. Ibu jari tengah dan jari
manis digunakan untuk memegang batang scalpel, sedangkan jari telunjuk ditempatkan di
punggung pisau scalpel. Hal ini dimaksudkan untuk mengendalikan arah irisan dan
memperkirakan dalamnya irisan.

Gambar 12 Skalpel

10. Gunting

Gunting untuk keperluan perawatan kesehatan hewan terbuat dari bahan stainless steel.
Fungsi gunting ini seprti gunting pada umumnya yaitu untuk memotong benda atau bahan dalam
perawatan kesehatan hewan. Berdasarkan bentuk ujungnya ada 3 jenis, yaitu gunting berujung
tumpul-tumpul, berujung tajam-tajam ataupun tajamtumpul. Berdasarkan bentuk batangnya
dibagi menjadi gunting lurus dan gunting bengkok. Dan berdasarkan tepi ketajamannya dibagi
menjadi gunting tepi rata dan gunting tepi bergerigi.
Cara menggunakannya adalah dengan cara jari manis dan ibu jari dimasukkan ke dalam
ring gunting sedangkan jari telunjuk sebagai penunjuk arah ditempatkan di sisi luar (di bawah)
batang atau bladenya. Selanjutnya satu sisi blade yang berujung tumpul disisipkan di bawah
jaringan yang akan digunting. Gunting digerakkan ke arah depan dan ujung gunting tidak boleh
dikatupkan sempurna jika irisan masih perlu diteruskan. Hindari guntingan-guntingan pendek
yang diulang-ulang karena akan menghasilkan irisan yang tidak rata dan bergerigi.

Ada bermacam-macam bentuk gunting yaitu gunting lurus dengan ujung runcing, gunting
lurus dengan ujung tumpul dan gunting bengkok. Ukurannyapun ada yang besar dan ada yang
kecil tergantung keperluannya.

Gambar 11. Gunting

11. Spekulum

Spekulum merupakan alat terbuat dari bahan stainless steel yang berfungsi untuk
membuka vagina. Alat ini mempunyai pegangan yang dapat ditekan sehingga membuka bagian
mulut dari spekulum yang menyerupai paruh angsa. Spekulum ini biasanya digunakan pada
ruminansia kecil baik domba ataupun kambing. Penggunaan spekulum ini adalah dengan cara
memasukkan bagian spekulum yang menyerupai mulut angsa kedalam vulva ternak dan
menekan bagian pengungkitnya sehingga vulva akan terbukadan dengan mudah melakukan
kegiatan perawatan kesehatan atau melakukan inseminasi buatan.

Gambar 12. Spekulum


B. Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, langkah-langkah pemeriksaan yang dapat


disimpulkan adalah :
1. Penulis mempersiapkan peralatan pemeriksaan kesehatan hewan yang akan
digunakan adalah Thermomoter
2. Penulis mempersiapkan hewan yang akan digunakan untuk pemeriksaan adalah
ternak sapi
3. Penulis mulai menentukan berbagai organ yang akan di lakukan pemeriksaan untuk
mendengarkan suaranya antara lain : jantung dan paru-paru
4. Selanjutnya penulis melakukan pengamatan pemeriksaan

 Pemeriksaan Jantung

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis dapatkan adalah :

 Mendengarkan Suara Jantung


Anatomi Jantung terdiri dari empat ruangan, yaitu atrium (serambi) kanan dan kiri di
bagian atas, serta ventrikel (bilik) kanan dan kiri di bagian bawah. Di antara setiap atrium
dan ventrikel terdapat katup kecil yang berfungsi untuk menjaga agar darah tetap
mengalir ke arah yang benar. Secara umum, bunyi detak jantung berasal dari:
 Kekuatan jaringan yang menghubungkan katup dan otot jantung.
 Getaran yang terjadi ketika katup jantung membuka dan menutup.
 Darah yang mengalir tidak normal atau terlalu cepat di dalam jantung
 Cara Kerja
1. Ditempelkan bel stetoskop pada dada subyek, pada ruang sela iga 5 di sebelah kiri
sternum dekat puting susu kiri. Daerah ini merupakan daerah untuk mendengarkan katup
mitral dengan baik. Didengarkan baik-baik suara jantung, dimana suara pertama lebih
panjang, lebih keras daripada suara kedua yang lebih pendek namun lebih nyaring.

2. Setelah mendengarkan beberapa menit, coba dihitung waktu istirahat antara suara kedua
dari satu denyut jantung dan suara pertama dari denyut jantung berikutnya. Dicatat
hasilnya dalam detik. Bagaimana interval waktu ini bila dibandingkan dengan interval
waktu antara suara pertama dan kedua dari suatu denyut jantung tunggal.
3. Sekarang dilakukan pengamatan pada katup semilunar. Untuk mendengarkan katup
semilunar aortik lebih jelas, ditempelkan bel stetoskop pada ruang sela iga ke 2, tepat di
kanan sternum. Bila sudah didengarkan oleh Anda, subyek diminta menarik nafas dalam-
dalam dengan pelan. Kemudian dipindahkan stetoskop secara horizontal ke kiri sternum
untuk mendengarkan katup pulmonari.

 Pemeriksaan Paru-Paru

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis dapatkan adalah :

 Mendengarkan Suara Paru-Paru


Paru-paru merupakan organ vital manusia yang berperan dalam proses pernapasan. Jika
paru-paru mengalami gangguan maka sistem pernapasan manusia juga akan mengalami
gangguan yang bisa menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Untuk mengevaluasi keadaan
paru-paru dapat dilakukan dengan mendengarkan suara pernapasan dengan menggunakan
stateskop.
 Cara Kerja
1. Ditempelkan bel stetoskop pada dada subjek, Gunakan diafragma
stetoskop untuk mendengarkan paru-paru subjek, dengarkan bunyi
paru-paru pasien di lobus atas dan bawah, serta di bagian depan
dan belakan tubuh pasien.
2. Saat Anda mendengarkan bunyi paru-paru, letakkan stetoskop di
bagian atas dada, lalu di garis “mid-klavikula” (pertengahan tulang
selangka), dan kemudian di bagian bawah dada. Pastikan Anda
mendengarkan bagian depan dan belakang semua area ini.
3. Pastikan untuk membandingkan kedua sisi paru-paru subjek dan
perhatikan jika ada yang tidak normal. Dengan memeriksa semua
area ini, Anda akan dapat mendengarkan semua lobus paru-paru
pasien.

 Analisis Data
 Suara jantung
Mengamati suara jantung dengan cara mendengarkan suara detak yang berbunyi lup dan
dup, serta mengukur waktu antara lup ke dup, dup ke lup, lup ke lup, dan dup ke dup. Subjek
yang diamati berjenis kelamin jantan. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh waktu lup ke dup
adalah 0,41 detik. Waktu dup ke lup adalah 0,63 detik. Waktu lup ke lup adalah 0,98 detik.
Sedangkan waktu untuk jarak dup ke dup adalah 1,17. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
waktu lup ke dup, dup ke lup, lup ke lup, dan dup ke dup berbeda pada waktu.

 Suara Paru-Paru
Mengamati suara paru-paru dengan cara mendengarkan suara pernapasan yang terdengar pada
bagian laring dan pangkal leher, sehingga suara ini lebih jelas terdengar dibandingkan suara
paru-paru normal lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan adalah terdapat
perbedaan suara paru-paru yaitu perkusi /ketukan 1 terdengar sangat jelas dan keras, ketukan 2
telah mengalami perubahan tulang rusuk ke-6, dan pada ketukan 3 telah mengalami perubahan
tulang rusuk ke-8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis maka penulis menyimpulkan
bahwa dikatakan bahwa ;
 Suara Jantung
Waktu lup ke dup, dup ke lup, lup ke lup, dan dup ke dup berbeda pada waktu.
 Suara Paru-paru
Terdapat perbedaan suara paru-paru yaitu perkusi /ketukan 1 terdengar sangat
jelas dan keras, ketukan 2 telah mengalami perubahan tulang rusuk ke-6, dan pada
ketukan 3 telah mengalami perubahan tulang rusuk ke-8

B. Saran
Pada saat penulis melakukan pengamatan, adanya kendala penggunaan stetoskop yang
kurang jelas suaranya karena mengalami kebisingan udara, karena dilakukan pada waktu
sore hari yang menyebabkan suara angin yang lebih kencang daripada suara jantung dan
paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA

Audrey Berman, Shirlee J, Barbara K., et al. 2009. Pengkajian Kesehatan Pada Orang
Dewasa. Available from:

http//books.google.co.id/books?
id=9tLaDcEaV7wC&pg=PA133&lpg=PA133&dq=pembagian+4+kuadran+bagi+p
ayudara&source (Accessed: 29 March 2010) Crawford, Michael. 1978. Inspection
and Palpation of Venous and Arterial Pulses. USA: American Heart Association

F. ganong, William. 2001. Review of Medical Pghysiology. New York: Lange Medical
Books

Guyton, Arthur C. 2006. Textbook of medical physiology / Arthur C. Guyton, John E.


Hall.—11th ed.

Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.


Kumboyono. 2012. Tekanan Darah Arteri. Available from:
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human Physiology;
From cells to systems) Edisi II. Jakarta: EGC

Michael, dkk. 2006. KecepatanDenyutNadiSiswa SMA Kelas X. Jakarta: Mahatma


Gading School
Murtiati, Tri. 2005. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: UNJ. Pocock, Gillian;
Richards, Christopher D. 2006.Human Physiology: The basis of Medicine 3rd Edition.
Oxford University Press

Pritchard, A.P., Mallett, J. 2001. The Royal Marsden Hospital Manual of Clinical
Nursing Procedures. Oxford: Blackwell Science
Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Third
Edition. New-York: McGraw-Hill

Soewolo, dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia. Malang: JICA


Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UMPress press

Anda mungkin juga menyukai