Masalah Lingkungan
PKLH
Dosen Pembimbing
Disusun Oleh:
HASA RAH
0310192046
TADRIS BIOLOGI
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt yang telahmemberikan rahmat
serta karunia–Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Book Report ini dalam
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu dengan judul buku
“Biologi Sel”. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Disini saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berperan
dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada Ibu Enni Halimatussa’diyah, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah yang senantiasa memberikan bimbingan serta
pengajarannya pada saya dan teman-teman sekalian. Semoga Allah Swt meridhai segala
urusan kita semua. Aamiiin ya rabbal ‘alamin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2Manfaat..........................................................................................................................1
1.3Tujuan............................................................................................................................2
BAB IV PENUTUP............................................................................................................33
4.1. Simpulan......................................................................................................................36
4.2. Saran............................................................................................................................36
Daftar Pustaka...................................................................................................................37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Mengkritik buku salah satu cara yang dilakukan untuk menaikkan ketertarikan
minat baca seseorang terhadap suatu pokok bahasan. Mengkritik buku (critical book
report) ini adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai sebuah hasil karya atau buku, baik
berupa buku fiksi ataupun nonfiksi, juga dapat diartikan sebagai karya ilmiah yang
melukiskan pemahaman terhadap isi sebuah buku.
Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai suatu
buku melainkan untuk menjelaskan apa adanya suatu buku yaitu kelebihan atau
kekurangannya yang akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah
buku kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun
kekurangan buku tersebut.
Critical book report adalah salahsatu cara mengkritik suatu buku untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan suatu buku yang akan dikritik. Dalam kesempatan
ini saya mengkritik tiga buku, yaitu buku pertama yang akan dikritik adalah Atok
Miftachul Hudha, Husamah dan Abdulkadir Rahardjanto, buku kedua adalah buku
karya Dewi Liesnoor Setyowati, dkk, dan buku yang ketiga adalah Ramli Utina dan
Dewi Wahyuni K. Baderan.
1.2 Manfaat
Critical Book Report bermanfaat untuk menambah wawasan dan literatur penulis
mengenai Masalah Lingkungan , mengetahui kelebihan dan kekurangan buku yang
diresensi, mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan, menguji
kulaitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau
penulis lainnya.
1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan critical book report ini adalah melatih daya pikir mahasiswa dalam
menilai buku dengan cara memberikan kritikan yang membangun, dan untuk memenuhi
tugas perkuliahan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
2
BAB II
IDENTITAS BUKU
3
Nama penulis : Dewi Liesnoor Setyowati, Sunarko, Rudatin dan Sri Mantini Rahayu
Sedyawati
4
BAB III
PEMBAHASAN
Bab II
Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi paru-paru dunia. Bangsa ini
diberikan potensi lingkungan yang sangat luar biasa, berupa kondisi sumber daya alam
(keanekaragaman hayati dan non hayati), kondisi geografis, serta kondisi demografis
yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Menurut Suriyani & Kotijah (2013), anugerah yang diberikan oleh Allah SWT
kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya khususnyamanusia harus dimanfaatkan secara
baik atau bijak. Pemanfaatananugerah tersebut untuk pemenuhan kebutuhan makhluk
hidup haruslahdisertai tanggung jawab besar dalam perlindungan dan pengelolaan agar
tetap terjaga kelestariannya (keberlanjutan fungsi/sustainability).
Ironisnya bila kita melihat fakta saat ini, kondisi yang terjadi berlawanan.
Menurut Iskandar (2013) berbagai aktivitas keseharian kita, dari skala kecil hingga
besar, secara individu maupun kolektif (masyarakat), memberikan kontribusi dalam
pencemaran udara,pencemaran air, pencemaran tanah, degradasi lahan, hilangnya
keanekaragaman hayati dan plasma nutfah, krisis sumberdaya dan energi, dan
puncaknya adalah global warming. Tingkah laku membuang sampah dan limbah
sembarangan, boros energi, konsumsi berlebih, penggunaan kendaraan dengan emisi
tinggi, dan berbagai aktivitas buruk lainnya pada sebagian besar masyarakat Indonesia
nyatanya masih sangat memprihatinkan.
Hal ini jamak dilakukan orang berpendidikan tinggi atau tidak, kaya maupun
miskin, tua maupun muda, dan laki-laki maupun perempuan. Sementara itu di sisi lain,
pertumbuhan industri dan aktivitas ekonomi yang begitu pesat dan ekspansif juga
memperkuat malapetaka bagi lingkungan, meskipun atas nama atau dalih pemenuhan
5
pola konsumsi manusia itu sendiri. Potensi keanekaragaman hayati Indonesia dan
kekayaan plasma nutfah yang sangat besar berada pada posisi terancam bahkan mulai
mengarah ke kepunahan. Penyebab utama dari hal tersebut adalah adalah kehilangan,
kerusakan/kehancuran, serta terfragmentasinya habitat, pemanfaatan secara berlebihan,
perburuan/ perdagangan ilegal, illegal logging dan kebakaran hutan (Pires & Moreto,
2011).
Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta
makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya. Hal ini harus
dilakukan untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan
bagi makhluk hidup lainnya. Sugiarti (2009) menyatakan, bahwa udara merupakan
campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada
keadaan suhu, tekanan, dan lingkungan sekitarnya. Udara tersusun atas gas oksigen
(O2) untuk bernafas, gas karbondioksida (CO2 ) untuk proses fotosintesis tumbuhan,
dan ozon (O3 ) untuk menahan sinar ultra violet. Gas-gas lain dalam udara antara lain
gas-gas mulia, nitrogen oksida (NO2 ), metana (NH4 ), belerang dioksida (SO4 ),
ammonia (NH3 ), hidrokarbon (HC), dan gas rumah kaca yang sekarang ini menjadi
perhatian besar dunia. Masing-masing gas penyusun tersebut memiliki persentase atau
komposisi khusus di udara. Apabila susunan dan komposisi udara itu mengalami
perubahan dari keadaan normal dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan
dan binatang serta tumbuhan, maka berarti udara telah tercemar. Pandangan ini sejalan
dengan pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun
6
1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yang menyatakan pencemaran
yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik,
kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti
letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
7
dilakukan pada tahun 2010 mengestimasi sekitas 1,2 juta orang meninggal prematur
setiap tahun di Cina sebagai akibat dari pencemaran udara (Wardhana, 2010).
8
Menurut Djayanti (2012) kegiatan industri juga menghasilkan gas yang
berbahaya, yaitu SO2 , NO2 , HC, CO, dan partikel debu. Polusi ini tidak hanya
membahayakan lingkungan tetapi juga kesehatan manusia. Sehubungan itu,
menurut Atmaja (2015) industri semen menjadi penyumbang emisi CO2 sektor
industri di Indonesia. Gas CO2 diproduksi dari aktivitas penggunaan bahan
bakar dan reaksi kimia saat pembuatan klinker (proses kalsisnasi). Industri
semen secara rerata menghasilkan emisi gas rumah kaca sebesar 0,833 ton
CO2 /ton semen yang dihasilkan.
2) Sistem manajemen transportasi dan lalu lintas.
Sistem manajemen transportasi perlu mendapatkan prioritas sebagai
upaya menekan dampak negatif bagi lingkungan. Dampak negatif dari sistem
manajemen transportasi yang tidak baik ini adalah tingginya kadar polutan
akibat emisi asap kendaraan bermotor. Sistem manajemen transportasi yang
belum baik antara lain ditandai dengan kurang memadainya angkutan massal,
sehingga menyebabkan pemakaian kendaraan pribadi meningkat dan kemacetan
meningkat pula. Kondisi ini terjadi di berbagai kota besar di Indonesia, bahkan
di berbagai kota di dunia. Sistem manajemen transportasi secara sederhana
berhubungan dengan: (a) rekayasa lalu lintas, khususnya menentukan jalannya
sistem transportasi berupa perencanaan jalur, kecepatan rata-rata, jarak tempuh
per kendaraan per tujuan (vehicle mile trip dan passenger mile trip), dan
seterusnya.
Pertimbangan utama penerapan rekayasa lalu lintas adalah bahwa aliran
lalu lintas berjalan selancar mungkin dan dengan waktu tempuh sekecil
mungkin. Minimalisasi waktu tempuh dari setiap titik asal ke titik tujuannya
masing-masing akan mendorong efisiensi penggunaan bahan bakar dan reduksi
pencemar udara yang signifikan. (b) Pengendalian sumber (mesin kendaraan).
Jenis kendaraan yang digunakan sebagai alat transportasi merupakan bagian di
dalam sistem transportasi yang dapat memberikan dampak pencemaran bagi
lingkungan. Jenis dan besarnya pencemar sangat ditentukan oleh jenis dan
kinerja mesin penggerak yang digunakan. Oleh karena itu penetapan aturan
tentang penggunaan jenis mesin ataupun komponen mesin yang lebih ramah
lingkungan sangat penting dilakukan. Sebaliknya, ketidakpedulian atau
9
pengabaian terhadap aspek tersebut akan semakin mendorong tingginya emisi.
(c) Energi transportasi. Besarnya intensitas emisi kendaraan bermotor selain
ditentukan oleh jenis dan karakteristik mesin, juga ditentukan oleh jenis bahan
bakar yang digunakan. Sumber pencemaran lainnya Pencemaran udara lainnya
berasal dari aktivitas domestik dan penggunaan bahan bakar untuk keperluan
rumah tangga, pembuangan sampah secara sembarangan yang kemudian
mengalami dekomposisi. Pembakaran sampah secara terbuka, saluran air
buangan, dan penguapan bahan bakar saat pengisian di stasiun pengisian bahan
bakar juga penyumbang pencemaran udara. Menurut Ratnani (2008), proses
pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat berperan dalam menambah
jumlah zat pencemar di udara terutama debu dan hidrokarbon. Hal penting yang
perlu diperhitungkan dalam emisi pencemaran udara oleh sampah adalah emisi
partikulat akibat pembakaran, sedangkan emisi dari proses dekomposisi yang
perlu diperhatikan adalah emisi hidrokarbon dalam bentuk gas metana.
2) Dampak Pencemaran Udara
1) Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan.
10
menganggu pertumbuhan karena gas tersebut menutupi permukaan daun khususnya
stomata sehingga menghalangi pertukaran gas sehingga akan mengganggu proses
fotosintesis. Selain itu, gas pencemar udara yang masuk dalam sistem sirkulasi
tumbuhan dapat terakumulasi atau menumpuk di akar. Penumpukan ini akan
menyebabkan terhalangnya proses alterasi nutrisi yang berada dalam dalam tanah.
Gejala yang dapat dilihat adalah berupa penampakan kurang sehat pada daun dan
munculnya bercak pada permukaan daun, matinya beberapa bagian karena terjadinya
nekrosis, dan hilangnya warna daun (klorosis).
Menurut Budiyono (2001) partikel debu yang ada di udara akan menyebabkan
gangguan estetik dan fisik bangunan, misalnya terganggunya pemandangan, warna
dinding bangunan menjadi luntur dan kotor, dan terkikisnya material bangunan.
Material bangunan yang tersusun atas batuan akan mengalami pembentukan noda atau
kotoran (soiling) dan terjadinya pelapukan atau deterioration (biasanya lebih banyak
terjadi pada batu kapur yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan dan pemahatan
marmer). Gedung-gedung yang terpapar SO2 , partikel debu, dan asap lama kelamaan
akan memiliki permukaan yang kotor dan dapat pula terjadi reaksi kimia oleh gas-gas
yang bersifat asam sehingga menyebabkan bangunan itu menjadi rapuh.
11
dan SO2 di Jakarta tahun 1998 masing-masing sebesar Rp 1,7 trilyun, Rp 41,7 milyar,
dan Rp 1,8 trilyun. Kerugian ekonomi di tahun 2004 sebagai akibat dari waktu tempuh
yang lebih lama untuk jarak tertentu dilaporkan SITRAMP mencapai Rp 2,5 trilyun per
tahun dan meningkat menjadi Rp 5,5 trilyun dengan memperhitungkan meningkatnya
biaya operasional kendaraan sebagai dampak dari kemacetan (Farisma, 2011; Shah &
Nagpal, 1997).
Pemanasan global merupakan peningkatan secara gradual dari suhu permukaan bumi
yang sebagian disebabkan oleh emisi zat-zat pencemar.
Suhu rata-rata udara di permukaan Bumi beberapa abad lalu hanya meningkat
0,750 C, namun dalam 50 tahun terakhir angka tersebut naik berlipat ganda.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), satu badan PBB yang terdiri dari
1.300 ilmuwan dari seluruh dunia, memproyeksikan bahwa pada tahun 2100 suhu rata-
rata dunia cenderung akan meningkat dari 1,80 C menjadi 40 C. Angka tersebut pada
kondisi terburuk bahkan dapat mencapai 6,40 C, kecuali negara-negara di dunia
mengambil tindakan kolektif untuk membatasi emisi gas rumah kaca. Laporan IPCC
berjudul Fourth Assessment Report menunjukkan bahwa 90% aktivitas manusia selama
250 tahun terakhir inilah yang membuat planet semakin panas.
“Iklim adalah rata-rata kondisi fisis udara (cuaca) pada kurun waktu tertentu
(harian, mingguan, bulanan, musiman, dan tahunan) yang diperlihatkan dari ukuran
catatan unsur-unsurnya (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin, dan sebagainya)”
(Winarso, 2007). Hidayati (2001) menjelaskan bahwa “kajian iklim berhubungan
dengan fenomena fisik atmosfer sebagai hasil interaksi proses-proses fisik dan
kimiafisik yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan bumi. Keduanya saling
mempengaruhi, aktivitas atmosfer dikendalikan oleh fisiografi bumi, dan fluktuasi iklim
berpengaruh terhadap aktivitas di muka bumi”. Iklim tidak pernah statis, melainkan
dinamis ruang maupun waktu. Skala waktu menyebabkan perubahan iklim membentuk
12
pola/siklus harian, musiman, dan tahunan. Perubahan iklim terjadi secara alamian
maupun akibat aktivitas manusia.
d. Gangguan Ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang paling menjadi korban
efek pemanasan global. Hewan dan tumbuhan sulit menghindar akibat sebagian besar
lahan telah dikuasai manusia. Hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke
atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, dengan mekanisme
dan pola pemencaran benih yang baru. Akan tetapi, pembangunan yang gencar
dilakukan manusia akan menghalangi perpindahan ini.
13
Banyak sumber yang dapat mengakibatkan pencemaran air antara lain limbah
industri, limbah domestik, sampah organik, bahan-bahan kimia seperti pupuk, pestisida,
perlakuan penjernihan air oleh perusahaan air minum, perlakuan pembuangan kotoran
(sewage) dari kandang/usaha peternakan, pembuangan kotoran Rumah Pemotongan
Hewan (RPH), serta eutrofikasi. Sumber air minum di Indonesia berasal dari
Perusahaan Air Minum (PAM) swasta, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), air
sumur dalam, dan air sumur dangkal.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia dan makhluk hidup lainnya ketika bersentuhan, dan dapat mencemari air
tanah dan udara di atasnya.
14
c. Pencemaran Tanah Melalui Udara Udara yang tercemar akan
menurunkan hujan yang mengandung bahan pencemar (hujan asam)
yang mengakibatkan tanah tercemar juga.
2) Dampak Pencemaran Tanah
a. Dampak Pencemaran
15
a. Ekstraksi Kayu oleh Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
b. Ekstrasi Kayu oleh Pembalakan Ilegal (lllegal logging)
c. Konversi Hutan Menjadi Hutan Taman Industri (HTI)
d. Perkebunan Kelapa Sawit
e. . Pembukaan Hutan untuk Pertambangan
2. Eksploitasi Sumberdaya Laut Berlebihan
Meskipun alat tangkap skala besar hanya 10%, tetapi keberadaannya tidak
dapat dinafikan menyebabkan over fishing. Semakin besar alat tangkap, semakin besar
volume tangkapan. Konflik antara kapal ikan skala kecil dan skala besar menjadi
masalah umum di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Sebanyak 67% kapal pukat
beroperasi di Sumatera, sementara 55% pukat kantong di Jawa. Lebih dari setengah
kapal pukat kantong 52%-nya berada di Jawa. Jumlah alat tangkap merupakan indikasi
tingkat ekstraksi sumberdaya ikan. Indonesia menghadapi masalah IUU Fishing, yang
menimbulkan gejala over fishing.
16
Tidak jarang pula yang terjadi ialah justru disharmoni antara peraturan
perundang-undangan sektoral, yaitu terjadinya konflik, kontradiksi, tumpang tindih dan
inkonsistensi antara peraturan perundang-undangan yang satu dengan yang lain.
Memang disadari, sangat banyak masalah yang dihadapi dalam pengaturan kebijakan
hukum di bidang lingkungan hidup. Hal ini tidak saja menjadi tantangan bagi mereka
yang langsung berkecimpung di bidang hukum lingkungan, tetapi juga merupakan
panggilan tugas dan tanggung jawab bersama para ahli hukum untuk berperan serta
dalam upaya membangun hukum lingkungan nasional Indonesia (Bram, 2014).
3.2.Ringkasan Buku II
Bab IV
Masalah Lingkungan
Masalah Iingkungan sudah ada sejak dahulu kala, tetapi dampaknya yang lebih
luas mulai dirasakan pada dasawarsa 1950-an, akibat dari berkembangnya teknologi.
Menurut Soeriaatmadja (1990), suatu penemuan yang sangat besar dampaknya terhadap
alam pikiran manusia pada abad ke 20 ini ialah ketika manusia berhasil pertama kalinya
mengarungi angkasa kuar dengan pesawat luar angkasa. Dari jendela pesawat para
astronot dapat melihat planet bumi kita yang dihuni oleh bermacam-macam makhluk
hidup. Pandangan lama menganggap bahwa manusia hidup di tengah-tengah berbagai
benua yang terhampar luas tanpa batas dan dipisahkan oleh samudra yang batasnya tak
jelas. Sehingga dengan berhasilnya manusia mengarungi angkasa luar, manusia juga
dapat mengamati kerusakan planet bumi dari atas bumi.
17
Stockholm 5-11 Juni 1972. Sehingga tanggal 5 Juni selain dijadikan Hari Lingkungan
Hidup Sedunia (The Environment Day), didirikan pula badan PBB yang mengurus
masalah lingkungan yaltu United Nation Environmental Programme (UNEP). Perlu
diketahui bahwa pada konferensi tersebut ikut serta perwakilan Indonesia, yang
sebelumnya telah mengadakan seminar tentang lingkungan hidup untuk pertama kalinya
di Indonesia 15-18 Mei 1972 (Soemarwoto, 1997).
Masalah lingkungan saat ini menjadi salah satu isu yang paling sering dibahas
baik oleh pemerintah, peneliti maupun badan organisasi di level internasional maupun
lokal. Beberapa masalah lingkungan global antara lain:
18
Lapisan ozon adalah lapisan konsentrasi molekul ozon yang terdapat di
stratosfer. Ozon adalah senyawa kimia yang terdiri dan 3 atom oksigen (O3). Sekitar
90% dari ozon yang ada di bumi terdapat di lapisan ozon. Di lapisan atmosfer (dekat
permukaan bumi) ozon dapat mengganggu kesehatan, tetapi di lapisan stratosfer ozon
akan melindungi mahluk hidup dan sinar ultra violet yang dipancarkan oleh matahari.
Berlubangnya lapisan ozon mengakibatkan semakin banyak radiasi yang mencapai
permukaan bumi. Untuk manusia, paparan sinar UV yang berlebihan dapat
mengakibatkan kanker kulit, katarak, dan memperlemah sistem kekebalan tubuh.
Peningkatan radiasi UV juga mengakibatkan berkurangnya hasil panen dan gangguan
pada rantai makanan di laut.
Selain penipisan ozon, masih banyak lagi ancaman Iingkungan yang dapat
mempengaruhi kehidupan kita, yaitu adanya gas pencemar (polutan) yang menyebabkan
efek rumah kaca (ERK). Gas-gas pencemar akan melapisi bumi sehingga sinar matahari
yang berhasil menerobos, panasnya akan tertahan tidak dapat lepas kembali ke atmosfer
bebas. Fenomena ini menyerupai efek rumah kaca (green house effect), suhu dalam
rumah kaca lebih tinggi karena panasnya tidak dapat menembus kaca. Sebenarnya bila
bumi ini tidak ada gas polutan yang membentuk gas rumah kaca (GRK) seperti CO,
Ca2, metana, maka suhu rata-rata permukaan bumi hanya -18°C suhu yang dingin bagi
kehidupan mahluk hidup. Tetapi dengan meningkatnya kadar GRK akan meningkat
pula ERK (efek rumah kaca) sehingga suhu permukaan bumi akan naik pula, sehingga
menyebabkan pemanasan global.
d. Hujan Asam
19
Hujan asam adalah istilah yang secara luas digunakan untuk campuran materi
asam nitrit dan asam sulfit baik secara basah dan kering dari atmosfer melebihi jumlah
normal. Penyebab atau unsur kimia pembentuk dari hujan asam berasal dari sumber-
sumber alami seperti kegiatan vulkanik dan vegetasi yang terurai, maupun yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia, yang terutama berasal dari sulfur dioksida (SO2)
dan nitrogen oksida (NOx) berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
Pada area dengan cuaca kering, unsur kimia asam dapat berupa debu atau asap
dan jatuh ke tanah dalam bentuk deposisi kering, menempel ke tanah, gedung, rumah,
mobil dan pepohonan. Partikel gas dan padat bersifat asam ini dapat terbilas air hujan
dan jatuh sebagai air limpasan yang mengandung asam. Sekitar separuh dari keasaman
di atmosfer turun ke tanah dalam bentuk deposisi kering.
Hal demikian dibarengi oleh berbagai pola dan langkah pembangunan yang cenderung:
20
Terumbu karang adalah suatu tumbuhan dan hewan yang berada di daerah
perairan laut dangkal. Fungsi terumbu karang sebagai :
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, memiliki
hutan mangrove yang sangat luas. Menurut data hutan mangrove Indonesia dipekirakan
3,6 milyar hektar khususnya di sepanjang pantai timur Sumatra, pantai Kalimantan dan
Irian Jaya. Fungsi hutan bakau (Reksodihardjo dan Lilley, 1996) adalah sebagai berikut:
a. Hutan bakau merupakan sumber daya yang kaya baik dalam hal penyedia
tempat tinggal bagi binatang air seperti ikan, udang dan penyedia kayu atau
pemanfaatan daun bakau bagi binatang ternak.
b. Selama proses pembusukan, hutan bakau menjadi sumber makanan utama untuk
moluska, kepiting, cacing dan binatang-binatang kecil lainnya.
c. Sebagai pelindung dan stabilisator garis pantai dan bahaya abrasi.
21
d. Sebagai pengikat lumpur dalam pembentukan lahan.
e. Sebagai lahan yang digunakan untk berbagai kegiatan manusia, seperti tempat
pemancingan atau tempat wisata.
f. Buah dan daun beberapa tumbuhan bakau dapat dimanfaat nelayan sebagai
makanan dan obat, seperti di Asia Tenggara, abu rebung, dan daun nipah sudah
lama digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan herpes, sakit gigi dan sakit
kepala.
g. Tanaman mangrove juga merupakan penghasil madu meskipun hal ini belum
tersebut dimanfaatkan secara sempurna
BAB III
A. Masalah Lingkungan
22
lain dari manusia ini ditandai dengan revolusi cybernetic, di mana dalam berbagai
tindakan lebih diutamakan penggunaan mesin. Proses ini dilanjutkan dengan
penggunaan berbagai bahan kimia, tenaga radioaktif, mesin tulis, mesin hitung,
komputer dan sebagainya. Pada tahun 1950 timbul penyakit itai-itai ( aduh-aduh) di
Teluk Minamata, Jepang karena keracunan limbah Cd dan Hg. Tahun 1962 terbit buku
The Silent Spring dari Rachel Carson yang mengeluhkan sepinya musim semi dari
kicauan burung-burung, karena penggunaan pestisida yang berlebihantelah
menyebabkan pecahnya kulit telur yang mengancam kelangsungan hidup burung.
Pemanasan global dapat terjadi akibat meningkatnya lapisan gas terutama CO2
yang menyelubungi Bumi dan berfungsi sebagai lapisan seperti rumah kaca. Gas ini
berasal dari berbagai kegiatan manusia seperti dalam penggunaan sumberdaya alam
berupa energi fosil (minyak bumi, batu bara dan gas). Dalam keadaan normal, lapisan
gas rumah kaca (GRK) terdiri dari 55% CO2, sisanya adalah hidrokarbon, NOx , SO2,
O3, CH4 dan uap air. Lapisan ini menyebabkan terpantulnya kembali sinar panas
inframerah A yang datang bersama sinar matahari, sehingga suhu di permukaan Bumi
dapat mencapai 13o C. Jika GRK ini meningkat maka lapisan gas makin tebal sehingga
mengakibatkan refleksi balik sinar (panas) Matahari makin banyak yang memantul
kembali ke Bumi, dan suhu permukaan Bumi makin meningkat. Gas rumah kaca dapat
juga meningkat karena adanya pembalakan hutan
Lapisan tipis ozon yang menyelimuti Bumi pada ketinggian antara 20 hingga 50
km di atas permukaan Bumi berfungsi menahan 99% dari radiasi sinar ultraviolet (UV)
yang berbahaya bagi kehidupan. Sinar ultraviolet dalam intensitas yang rendah dapat
merangsang kulit membentuk vitamin D, atau mematikan bakteri di udara, air atau
makanan. Penyerapan sinar ultraviolet yang berlebihan, akan menyebabkan kanker kulit
(terutama untuk mereka yang bekulit putih), kerusakan mata (cataract), gangguan rantai
makanan di ekosistem laut, serta kemungkinan kerusakan pada tanaman budidaya.
23
Kondisi lapisan ozon makin tipis dan di beberapa tempat telah terjadi lubang.
Kerusakan lapisan ini disebabkan bahan kimia, seperti CFC (chlorofluorocarbon) yang
dihasilkan oleh aerosol (gas penyemprot minyak wangi, insektisida), mesin pendingin,
dan proses pembuatan plastik atau karet busa (foam) untuk berbagai keperluan. Oleh
sinar matahari yang kuat, maka berbagai gas ini diuraikan menjadi chlorine yang
mengalami reaksi dengan O3 menjadi ClO (chloromonoxide) dan O2.. Jadi chlorine
tersebut mengakibatkan terurainya molekul ozon menjadi O2 (oksigen)
3. Hujan asam
Pelepasan gas-gas SO2, NO2 dan CO2 yang berlebihan ke atmosfir akan
menghasilkan air hujan yang bersifat asam. Ini terjadi apabila air hujan bereaksi dengan
berbagai gas tersebut, sehingga air hujan akan mengandung berbagai asam seperti asam
sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3). Air hujan dengan keasaman (pH di bawah 5,6)
seperti itu menyebabkan kerusakan hutan, korosi (perkaratan logam), merusak dan
bangunan marmer. Air danau dan sungai dengan pH seperti ini dapat mempengaruhi
kehidupan biota serta kesehatan manusia pada umumnya (Chadwick, 1983:80-82).
Sebagian dari gas-gas di atas dapat berasal dari asap buangan kendaraan
bermotor (44,1%), rumah tangga (33%), dan industri khususnya pengecoran logam dan
pembangkit listrik dengan batu bara (14,6%). Sebagaimana diketahui kenderaan
bermotor menghasilkan zat beracun seperti CO2, CO, HC, NOX, kabut dan debu. Di
Kota Jakarta diperkirakan terjadi emisi sebanyak 153 ton dalam satu tahun. CO2
memicu pemanasan global, CO menyebabkan keracunan dalam pernapasan, SOX
menyebabkan pneumonia, disamping itu bersama NOx mengakibatkan hujan asam dan
banjir (Sinar Harapan, 14 Juni 2003).
24
seperti yang terjadi di Teluk Buyat Ratatotok yang menyebabkan gangguan kesehatan
masyarakat sekitar.
Penggunaan borax dan formalin sebagai pengawet bahan makanan (ikan asin,
tahu, bakso), pemutih beras dengan formalin, serta pewarna tekstil yang digunakan
untuk kerang, telah menjadi masalah di Indonesia dan tetap diwaspadai. Hal ini
menunjukkan bahwa perlu pengawasan terhadap penggunaan bahan-bahan kimia agar
sesuai dengan fungsinya. Demikian pula dengan penggunaan pestisida, bila tidak sesuai
dengan dosis yang dianjurkan maka tidak saja membasmi hama tanaman tetapi juga
dapat mengancam kehidupan biota lainnya.
Letusan gunung Merapi dan gempa bumi yang terjadi pada tahun 2006 di
Yogyakarta mengakibatkan korban jiwa yang cukup besar. Demikian pula dengan
masalah banjir dan tanah longsor seperti yang terjadi di beberapa provinsi termasuk
Gorontalo, serta gempa bumi di Gorontalo akhir tahun 2008 dengan lebih 7 skala
Richter. Tanah longsor dan banjir merupakan bencana alam, yang juga terjadi akibat
perilaku manusia. Longsor terbesar menimpa Sulawesi (65,3%), Maluku dan Nusa
Tenggara (66,8%).
Banjir di Indonesia mencapai 214.527 km² atau 11,2 % dari seluruh wilayah.
Pulau Jawa dan Bali adalah yang paling beresiko banjir, rata-rata dalam satu tahun
terjadi banjir seluas 32.080 km² (23,5%), sedang pulau yang paling sering mengalami
banjir adalah Pulau Kalimantan. Peristiwa alam yang juga sering terjadi adalah badai.
Badai sebagai gabungan hujan deras disertai petir dan halilintar juga merupakan
tantangan bagi kelangsungan kehidupan dan keselamatan manusia. Dari perkiraan
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di Indonesia tercatat beberapa wilayah yang
beresiko tinggi.
2. Masalah Deforestrasi
Hutan Indonesia menduduki tempat kedua dalam luas setelah Brazil, dan
mewakili 10 per sen dari hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hampir 75 per sen dari
25
luas lahan Indonesia digolongkan sebagai areal hutan (sekitar 144 juta hektar, dan 100-
110 juta hektar diperkirakan sebagai hutan lindung (closed canopy) yang lebih kurang
60 juta diperuntukkan bagi hutan produksi. Pada deforestrasi yang berlansung dengan
tingkat tinggi, akan mengancam penyediaan bahan kayu dasar dan produk hutan
sekunder dan mengurangi pelayanan lingkungan seperti proteksi sumber mata air dan
preservasi habitat alam yang penting.
3. Masalah kesehatan
Demam berdarah, flu burung, polio dan kasus busung lapar adalah sebagian
masalah kesehatan yang kita alami akhir-akhir ini. Masalah ini tidak dapat dipisahkan
dengan faktor kemiskinan yang menyebabkan keterbatasan penduduk terhadap akses
bahan pangan dan layanan kesehatan dasar. Dampak dari masalah kesehatan ini antara
lain tidak diizinkannya eksport bahan pangan dari Indonesia karena negara tujuan
khawatir dengan infeksi virus flu burung (Avian flu).
26
D. Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan
Beberapa konsep
27
konsumsinya. Kita ketahui bahwa untuk memulihkan kembali kemampuan
sumber daya setelah dikonsumsi diperlukan waktu.
b) Subtitution; mencari alternatif pengganti sumber daya terutama pada sumber
daya yang tidak terbaharui (nonrenewable resources).
c) Interdependence; ada ketergantungan antara satu bagian dengan suatu sistem
yang besar, bahwa apa yang dilakukan oleh suatu masyarakat (dalam
pemanfaatan sumber daya) akan memberi dampak (misalnya buangan limbah)
pada masyarakat lainnya.
d) Adaptability: masyarakat dapat menyerap dan melakukan penyesuaian untuk
memperoleh keuntungan dalam penggunaan sumber daya. Untuk itu diperlukan
adanya diversifikasi sumber-sumber ekonomi untuk mendapatkan sumber daya
bagi masyarakat. Termasuk disini adalah pendidikan bagi warga negara agar
memiliki kemampuan untuk itu.
e) Institution commitment; komitmen dari semua unsur, masyarakat dan lembaga
pemerintah untuk bersama-sama mampu menilai dan melakukan secara nyata
perilaku berkelanjutan.
Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
28
Wood (1993) menyatakan kritikan maupun dukungan. Pembangunan
berkelanjutan mendapat kritikan karena beberapa defenisi dan pengertiannya dianggap
tidak jelas atau mengambang, sehingga mungkin dapat berarti sesuatu bagi setiap orang,
atau mungkin bagi seseorang untuk membenarkan tindakannya, baik yang diarahkan
untuk pertumbuhan ekonomi maupun perlindungan lingkungan. Sebagian orang lainnya
melihat pembangunan berkelanjutan sebagai cara untuk memacu model kapitalis Barat,
sehingga mereka menolaknya karena alasan ideologi. Dalam banyak hal, tanggapan
positif tentang konsep pembangunan berkelanjutan mencerminkan banyaknya kritikan.
a) Teknologi
b) Penafsiran yang salah
29
hati cenderung muncul hanya dalam situasi status quo, sementar kesombongan atau
keyakinan yang terlalu besar sering muncul jika kita mempunyai kemauan untuk
merubah status quo.
30
kenderaan umum, pergeseran nilai-nilai kepemilikan tanah secara individu kepada
pemeliharaan lahan tanah, serta penerimaan berbagai jenis dan tipe rumah. Banyak
persoalan lingkungan merupakan refleksi dari kumpulan persoalan yang muncul akibat
banyaknya keputusan individu yang menyebabkan konsekuensi ganda yang negatif
terhadap lingkungan.
31
melihat bahwa mahluk hidup lain juga tergantung pada lingkungan, dan intervensi
manusia seringkali memberikan konsekuensi buruk pada makhluk hidup lain tersebut.
Disisi lain, dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat clan kebutuhan dasar
manusia yang perlu terus dicukupi, gagasan tentang optimasi sangat menarik untuk
kebutuhan banyak orang.
32
Memanfaatkan sumberdaya sesedikit mungkin, serta lebih efektif dan efisien.
Mengurangi, memakai kembali, dan mendaur ulang produk-produk dari
produksi dan konsumsi.
Memasukkan nilai lingkungan pada pengolahan produk dalam sektor sekunder
dan tersier.
Memperbaiki produktifitas melalui inovas; politik, teknologi, ilmu, institusi dan
sosial
Merehabilitasi kerusakan lingkungan.
Meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas sumberdaya alam.
Melestarikan dan mengembangkan substitusi sumberdaya langka.
BAB IV
Pada Buku utama yakni sebagai buku satu karangan dari Atok Miftachul Hudha,
Husamah dan Abdulkadir Rahardjanto yang berjudul Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup yang pemaparan setiap sub judul materi jelas dan sangat mendetail
mulai dari sub bab Manusia Sebagai Pembuat Masalah, dilanjutkan lagi dengan sub
judul Pencemaran Udara dan Problem Pemanasan Global, Pencemaran air dan Problem
Penggunaan Air, Penggunaan Tanah dan Penggunaan Lahan, Deforestasi dan
Eksploitasi Sumber daya berlebihan dan yang terakhir membahas tentang Dilema
Penegakan Hukum. Pemaparan semua materi selalu disertai sumber yang jelas dan
disertai bodynote sehingga membuat kita mudah mengetahui dan menelaah sumber
yang tertera. Namun, menurut saya pemaparan kurang menarik dan luarbiasa jika tidak
dibarengi dengan ayat, contoh pada penjelasan sub judul manusia sebagai pembuat
masalah sudah ada menyinggung tentang Islam yang sumbernya dari Abdillah (2014)
namun tidak dimasukkan ayat .
Pada buku kedua karya dari Dewi Liesnoor Setyowati, Sunarko, Rudatin dan Sri
Mantini Rahayu Sedyawati yang berjudul Pendidikan Lingkungan Hidup penjelasan
mengenai setiap sub bab nya sangat tepat sasaran atau to the point. Pembhasan sub
babnya adalah tentang Lingkungan dan Permasalahannya, Masalah Lingkungan Secara
33
Global dan Masalah Lingkungan Secara Nasional. Yang sangat menarik dan membuat
saya paham adalah pada pembahasan Masalah Lingkungan Secara Global yang
membahas tentang Perubahan Iklim (pemanasan global), Penipisan Lapisan Ozon, Efek
Rumah Kaca dan Siklus Asam sangat padat dan tidak berbelit-belit disertai jugak
dengan gamabr, misal gambar pada siklus efek rumah kaca. Namun kekurangan yang
saya lihat adalah sumber kurang jelas dan gambar yang disajikan dalam bahasa asing.
Pada buku ketiga Ramli Utina dan Dewi Wahyuni K. Baderan yang berjudul
Ekologi dan Lingkungan Hidup yang setiap sub membahas Masalah Lingkungan,
Masalah Lingkungan Hidup Global, Masalah Likungan Hidup di Indonesia, , dan
Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan yang pemaran rapi dan
runtut, para pengarang memaparkan setiap untaian masalah lingkungan secara
terperinci, misal masalah lingkungan hidup di Indonesia yang membahas mulai dari
masalah lingkungan alami dan memasukkan bencana bencana alami yang ada dengan
waktu terjadi bencana tersebut. Namun kekurangannya bahasan tidak seperti buku
kedua tidak to the point dan tidak lengkap dengan bodynote.
34
BAB V
PENUTUP
1.1 Simpulan
Jadi dari ketiga buku tersebut para pengarang hanya ingin menyampaikan bahwa
Beragam aktivitas keseharian manusia, dari skala kecil hingga besar, secara individu
maupun kolektif (masyarakat), telah memberi kontribusi dalam pencemaran udara,
pencemaran air, pencemaran tanah, degradasi lahan, hilangnya keanekaragaman hayati
dan plasma nutfah, krisis sumberdaya dan energi, dan puncaknya adalah pemanasan
global (global warming).
Lalu pencemaran udara adalah masuknya zat pencemar ke udara secara alamiah
dan aktivitas manusia. Pencemaran udara berdampak pada kesehatan manusia,
tumbuhan, hewan, material, dan ekonomi. Dampak terbesarnya adalah terjadinya global
warming. Pencemaran air adalah suatu perubahan penampungan air seperti danau,
sungai, lautan, dan air tanah akibat berbagai aktivitas komponen lingkungan terutama
manusia. Pencemaran air terjadi karena masuknya mahluk hidup, zat, energi atau
komponen lain ke dalam badan air, menyebabkan kondisi (kualitas) air turun sampai ke
tingkat atau ukuran tertentu dan sifat-sifat air menyimpang dari keadaan normal
sehingga air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
35
menjadi Hutan Taman Industri (HTI), perkebunan kelapa sawit, dan pembukaan hutan
untuk pertambangan.
1.2 Saran
Ketiga buku ini bagus untuk kita miliki sebagai referensi dalam pembelajaran
karena materi tentang Masalah Lingkungan yang dijelaskan sangat luas dan
mendalam.Berdasarkan kelebihan dan kekurangan yang telah ditelaah akan lebih baik
jika penulis tetap mempertahankan kelebihan dari masing-masing buku tersebut dan
memperbaiki segala kekurangan, agar para pembaca lebih memahami setiap materi
yang dipaparkan pada masing-masing buku terebut.
36
DAFTAR PUSTAKA
Utina, Ramli, dkk. 2009. Ekologi dan Lingkungan Hidup Gorontalo: UNG press
37