Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis
keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed), seperti angora
persia, siam, manx, sphinx. Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan
resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing dengan
keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing kampung.
Kucing merupakan salah satu binatang peliharaan yang telah sejak lama menjadi pilihan
untuk menjadi sahabat bermain sehari-hari. Begitu pula di Indonesia, jumlah pecinta kucingpun
kian hari kian bertambah, terutama kucing jenis Persia yang pada tahun 2016 mendapatkan jumlah
penyuka terbanyak kedua di Indonesia. Hal ini menyebabkan bertambah pula peternak yang
membiakkan kucing jenis Persia (Effendi, 2015).
Berkaitan dengan bertambahnya pecinta kucing jenis Persia, maka permintaan pasar
terhadap kucing Persia juga semakin meningkat. Hal ini memicu harga kucing Persia dipasaran
semakin meningkat pula, sehingga banyak peternak mengakalinya dengan mengawin silangkan
kucing Persia dengan kucing domestik Indonesia untuk menurunkan harga jualnya. Sayangnya
dengan perkawin silangan itu maka kualitas kucing Persia yang beredar di Indonesia juga menurun.
Kucing Persia merupakan kucing yang pada awalnya hidup didaerah Persia, atau lebih
dikenal dengan Iran pada saat ini. Kucing Persia ini memiliki karakteristik sifat yang cenderung
lebih tenang, dan bersahabat dibanding dengan jenis lainnya, itulah salah satu alasan mengapa
kucing Persia dipilih sebagai binatang peliharaan. Selain sifatnya yang banyak digemari juga
karena ciri fisiknya yang dianggap indah, yaitu kepala bulat, leher pendek, badan melebar, Kucing
Persia dianggap sebagai salah satu kucing yang bernilai tinggi, sehingga banyak yang tertarik untuk
membiakkannya. Namun dengan harganya yang tergolong tinggi, maka para pembiakpun
mengawin silangkan kucing ini dengan kucing domestik Indonesia. Karena hasil kawin silang
tersebut saat ini banyak beredar kucing Persia dengan ciri fisik yang tidak sama dengan ciri fisik
kucing Persia yang diakui oleh organisasi pecinta kucing semisal ICA(Indonesian Cat Association)
ataupun CFA(Cat Fancier Association).
Hasil persilangan kucing Persia dengan kucing domestik disebut dengan kucing mixdom.
Kucing mixdom adalah jenis kucing hasil campuran antara kucing domestik dan kucing ras dengan
jenis apa pun. Istilah 'mixdom' itu sendiri adalah singkatan dari mix domestic. Sama seperti jenis
kucing lainnya, kucing mixdom memiliki ciri-ciri yang mungkin berbeda dengan kebanyakan jenis
kucing. Campuran antara kucing domestik dan kucing ras ini bisa melahirkan kucing dengan rupa
yang unik dan memesona. Anak kucing hasil persilangan ini bisa memiliki bulu yang panjang, semi
panjang, atau memiliki ciri lain dari kucing ras dengan tubuh kucing domestik. Selain ciri-ciri dan
keunikan yang dimiliki, kelebihan lain dari kucing mixdom ada pada perawatannya. Ini karena
perawatan kucing mixdom dianggap lebih mudah dibanding kucing ras.
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana morfologi hasil persilangan
kucing persia dengan kucing domestik Indonesia dan peneliti juga mengkaji bagaimana ketahanan
tubuh kucing persia.
BAB II
KAJIAN TEORI
Kucing adalah hewan pendamping yang ada di mana-mana yang sangat terkait
dengan manusia ribuan tahun, dan baru-baru ini telah sengaja dikembangbiakkan untuk
penampilan bulu dan bentuk tubuh yang menarik secara estetika. Seleksi intens pada
fenotipe gen tunggal dan gen ganda, sehingga berbagai riwayat perkembangbiakan ras
kucing telah meninggalkan bekas yang berbeda pada genomnya (Alhaddad et al., 2021).
Kucing merupakan hewan karnivora yang banyak tersebar di berbagai belahan
dunia. Menurut (2000), Perkawinan antar kucing domestik Indonesia (Felis silvestriscatus)
pada umumnya memiliki postur tubuh sedang dan seimbang, ekor panjang, dan kaki
ramping. Namun hingga saat ini kucing garis keturunan tercatat sebagai galur murni (pure
breed) hanya 1% dan sisanya adalah kucing dari keturunan campuran seperti kucing
liar/kampung. Hasil ini diperkuat dari hasil penelitian Sari (2016) diketemukan adanya
keragaman morfologi kucing domestik di klinik hewan disebabkan oleh adanya perkawinan
silang antar ras kucing yang berbeda sehingga menghasilkan ras kucing baru.
Pada studi kasus di beberapa lokasi diketemukan terdapatnya tipikal morfologi
domestik Indonesia Barat yang berbeda dan diduga berasal dari galur murni beda.
Penarikan sementara diperoleh dari hasil wawancara beberapa pecinta kucing, petshop, dan
pengamatan morfologi kucing di pasar tradisional adalah hasil perkawinan silang dengan
kucing domestik yang diperoleh dari galur murni dengan sumber parental dan garis
keturunan berbeda menghasilkan beberapa karakter morfologi yang berbeda pula. Artinya,
diketemukan terdapatnya tipikal morfologi dari kucing domestik/kampung di yang beragam
dan diduga berasal dari galur murni beda.
Menurut Firdhausi (2015)1 disebutkan bahwa,terdapat sekitar 9 lokus gen yang
menyandikan berbagai pola warna pada tubuh kucing, dan 1 lokus gen penyandi bentuk

1
Firdhausi, N.F. (2015). Keanekaragaman Morfogenetik Kucing Domestik (Felis
domesticus) di Wilayah Lingkup Kampus IAIN Ambon. Jurnal
BiologyScienceandEducation, 4(2), 58-68.
ekor kucing. Lebih lanjut ditemukan bahwa, pola kehadiran setiap lokus pada perkawinan
tidak terkontrol menunjukkan variasi yang luas, beberapa mengikuti hukum Mendel dan
sebagian kecil mengalami penyimpangan tidak penuh. Hal inilah yang menyebabkan
ditemukan adanya kecenderungan kucing domestik memiliki karakter morfologi
menyerupai ras Anggora.
Mengingat pola ekspresi dan varian frekuensi alel terjadi secara acak, maka sangat
besar kemungkinan di setiap daerah di Indonesia akan muncul berbagai kombinasi dan
variasi warna rambut pada kucing Anggora peranakan secara khusus, ataupun kucing
domestik pada umumnya. Penelitian mengenai pola ekspresi dan kehadiran setiap lokus alel
di Indonesia masih sangat jarang, padahal data dan informasi yang akurat mengenai
ekspresi gen pada setiap lokus yang menandai pola warna pada tubuh kucing ini dapat
membantu para breeder kucing membentuk pola warna yang relatif seragam dalam periode
persilangan tertentu.
Kucing rumah (Felis domesticus) adalah karnivora predator yang berukuran kecil,
termasuk mamalia crepuscular yang telah berasosiasi dengan manusia lebih dari 9.500
tahun. Seperti halnya binatang domestikasi lain, kucing hidup dalam simbiosis mutualisme
dengan manusia. Kucing bermanfaat karena kemampuannya menyingkirkan tikus dan
hamster dari tempat penyimpanan makan manusia dan melindungi manusia dari binatang
liar. Sebagian besar kucing peliharaan mampu berburu dan membunuh kelinci, rodentia,
burung, kadal, katak, ikan dan insekta besar dengan instingnya. Sebagai seekor predator
yang berketerampilan, kucing diketahui mampu memburu lebih dari 1.000 spesies untuk
makanan.
Dia juga bisa dilatih untuk perintah-perintah sederhana. Kucing menggunakan
variasi vokalisasi dan tipe bahasa tubuh untuk komunikasi, meliputi:
 Meowing,
 Purring,
 Hissing,
 growling,
 Squeaking,
 Cliking, dan
 Grunting
Kucing mungkin hewan peliharaan paling popular dengan terdapat di lebih dari 600
juta rumah di seluruh dunia. Kucing rumah biasanya memiliki berat antara 2.5 hingga 7 kg,
namun beberapa kucing persilangan seperti MaineCoon dapat mencapai 11.3 kilogram.
Bahkan beberapa diketahui bisa mencapai 23 kilogram akibat overfeeding. Sebaliknya,
kucing yang sangat kecil, kurang dari 1.8 kilogram juga ada dilaporkan. Kucing rumah
biasanya hidup 14 hingga 20 tahun, kucing tertua diaporkan berumur hingga 36 tahun.
Kucing rumah bisa hidup lebih lama jika mereka tidak diizinkan pergi keluar rumah untuk
mengurangi resiko luka akibat perkelahian, kecelakaan atau penyakit.
Kucing rumah memiliki rambut yang bervariasi. Variasi warna rambut ini
dikendalikan oleh pigmen melanin yang memproduksi warna hitam pada rambut
(Wright&Walters 1980, cit., Noor 2007). Ada dua warna dasar yang disebut warna
dominan pada kucing yaitu hitam dan merah. Warna pada semua kucing berhubungan
dengan ke-dua warna ini. Akan tetapi, kadang warna kucing rumah berubah karena dua
warna ini tertutupi atau ekspresike-dua warna ini yang tidak sempurna. Warna hitam yang
tidak terekspresi sempurna akan menjadi abu-abu. Warna merah yang tidak terekspresi
sempurna akan menjadi kekuningan. Warna dominan hitam dan merah yang berkombinasi
pada satu anakan, akan menjadi tortoiseshell. Warna-warna diatas (hitam, abu-abu, merah,
kekuningan) dapat berkombinasi pada satu individu membentuk pola tabby. Pola tabby
dapat berasosiasi dengan warna putih atau tidak.
Kucing sebagai hewan peliharaan memiliki bentuk tubuh, mata dan kombinasi
warna rambut yang beranekaragam. Saat ini, di Indonesia terdapat berbagai jenis kucing
yang dipelihara, baik ras murni maupun campuran. Kucing ras murni biasanya memiliki
sertifikat silsilah yang berisi identitas kucing. Oleh karena itu tujuan pengamatan ini adalah
untuk mengidentifikasi keragaman morfologi kucing domestik (Felis domesticus),
mengenali karakter dan ciri khas setiap ras kucing, serta untuk mengetahui cara
membedakan kucing pedigree dan non-pedigree. Ras kucing dapat dibedakan dari melihat
karakter dan ciri fisik kucing secara keseluruhan serta dengan mengukur bagian tubuh
kucing, hal ini juga dapat digunakan untuk menentukan kucing tersbut masih pedigree atau
sudah non-pedigree. (Purwanto Setiadi dkk,2006)
Keragaman morfologi kucing domestik disebabkan oleh adanya perkawinan silang
antar ras kucing yang berbeda sehingga menghasilkan ras kucing baru. Kucing merupakan
hewan peliharaan yang telah didomestikasi sejak 3000-4000 tahun lalu pada zaman mesir
kuno, kucing domestikasi (Felis domesticus) adalah hewan domestikasi yang merupakan
keturunan dari kucing eropa (Felis sylvestris) dengan kucing hutan afrika (Felis lybica),
Felis domesticus termasuk dalam kelas mamalia, ordo karnivora, sub ordo feliformia, famili
felidae (Lesmana, 2008:1).
Kucing Persia merupakan salah satu kucing peliharaan yang banyak dipelihara dan
sangat digemari pecinta kucing. Jenis kucing ini juga sangat popular di Indonesia. Kucing
Persia memiliki rambut yang lebih panjang dan lebih tebal bila dibandingkan dengan
kucing lokal. Rambut lebat dan panjang ini dapat menjadi sangat merugikan karena dapat
menjadi tempat yang nyaman bagi berbagai macam ektoparasit seperti kutu, caplak, dan
tungau (Putriningsih, 2016).
Klasifikasi Kucing Persia
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Karnivora
Famili : Felidae
Genus : Felis
Spesies : F.Silvestris
Upaspesies : Catus (kucing)
Ciri Ciri Kucing Persia
Kepala persia besar dan bulat, hidung pesek dan lebar dengan celah pembatas yang
jelas dengan mata. Rahang kuat dan lebar, pipi penuh ditopang tulang pipi yang menonjol.
Bila dilihat dari samping, bagian dahi hidung dan dagu berbentuk garis tegak lurus.
Telinganya berujung bulat, bagian dasar melebar, tidak terlalu tinggi dan miring ke depan.
Mata yang membuka berbentuk bulat dan lebar, warna mata berhubungan dengan warna
bulu. Badannya dada lebar dan membulat dengan bagian punggung sedikit membulat,
ukuran dan posisi perut bagian belakang membulat dan lebih rendah (cobby) Kaki : pendek,
tebal, kuat ditopang tulang yang berukuran besar. Kaki depan lurus dan kaki belakang juga
lurus bila dilihat dari belakang. Cakar : besar, bulat dan kokoh, lima jari di kaki depan dan
empat jari di kaki belakang Bulu : panjang dan tebal mengkilap, menutupi seluruh badan
Ekor : berbulu tebal,lurus, panjang sesuai proporsi badan Sifat : mudah beradaptasi dengan
berbagai macam tempat, suka bermain dan mudah untuk disayangi. Ekspresi wajah yang
manis dengan sifat tenang bisa duduk dan tidur disatu tempat selama berjam-jam, tidak
berisik serta bersuara lembut.

Gambar Kucing Persia


Klasifikasi Kucing Kampung/Rumah
Kingdom : Animalia
Kelas : Mamalia
Ordo : Carnivora
Genus : Felis
Famili : Felidae
Spesies : F.Catus
Sub famili : Felinae
Filum : Chordata
Ciri-ciri kucing kampung umumnya terlihat lebih ramping dibanding beberapa jenis
kucing. Tubuhnya yang ramping ini membuat kucing kampung menjadi salah satu jenis
kucing yang lebih lincah dibanding beberapa ras kucing lain. Bentuk tubuh kucing ini
umumnya juga pendek dengan leher yang kecil

Gambar Kucing Kampung


Persilangan
Persilangan adalah proses menggabungkan dua sifat yang berbeda dan diharapkan
mendapatkan sifat yang baik bagi keturunannya (Tugino, 2013). Teori dasar pewarisan sifat
ini pertama kali dikemukakan oleh Gregor Johann Mendel pada tahun 1865. Mendel
melakukan eksperimen dengan cara mengawin silangkan tanaman kacang ercis (Pisum
sativum) yang berbeda sifatnya. Mendel memilih tanaman ini karena tanaman ini mudah
untuk didapat, mudah melakukan persilangan, dapat melakukan penyerbukan sendiri, cepat
berbuah atau berumur pendek, serta perbedaan sifatnya dapat terlihat dengan jelas. Dari
hasil eksperimen tersbut Mendel mengemukakan dua teori dasar pewarisan yang hingga
kini dikenal dengan hukum Mendel pertama (hukum pemisahan atau segregasi) dan juga
hukum
Mendel kedua (hukum penglompokan secara bebas).Persilangan sangat berkaitan
dengan genetika, yang mana arti dari genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat
keturunan. Keturunan merupakan hasil dari proses biologis dimana induk mewarisi sifat
atau gennya. Menurut Chamalia Reswari, Genetika mengenal beberapa istilah seperti gen
dominan, gen resesif, fenotipe dan genotipe(Reswari, 2015). Berikut ini adalah penjelasan
dari masing-masing idtilah tersebut:
1. Gen Dominan: Gen yang lebih kuat sehingga dapat menutupi ekspresi gen lain,
biasanya disimbolkan dengan huruf kapital, misalnya A.
2. Gen Resesif: Gen yang lebih lemah(tertutupi) sehingga jarang terlihat pada
turunannya, biasanya disimbolkan dengan huruf kecil, misalnya a.
3. Fenotipe: Sifat-sifat yang dapat dilihat langsung, seperti warna, tinggi, dan bentuk.
4. Genotipe: Sifat-sifat yang tidak dapat dilihat langsung, namun berupa simbolisasi
sepasang gen atau gamet, seperti AA, Aa, dan aa,
Dalam persilangan ini dikenal beberapa istilah seperti monohibrid, dihibrid,
trihibrid, dan polyhibrid. Keempat istilah tersebut tak lepas dari kata hibrida, yang memiliki
arti hasil persilangan. Berikut ini adalah arti dari tiap istilah diatas:
 Monohibrid: Persilangan dengan memperhatikan satu sifat berbeda.
 Dihibrid: Persilangan dengan memperhatikan dua sifat berbeda.
 Trihibrid: Persilangan dengan memperhatikan tiga sifat berbeda.
 Polihibrid: Prsilangan dengan memperhatikan banyak sifat berbeda.
Persilangan dapat dilakukan pada seluruh mahluk hidup terutama pada mahluk
hidup yang sama spesies atau jenisnya. Namun, mahluk hidup yang tidak berada dalam satu
spesiespun dapat dilakukan persilangan asalkan masih dalam satu genus atau marga.
Persilangan Pada Kucing
Kucing Persia yang saat ini beredar di Indonesia pada umumnya terbagi kedalam tiga kelas
kualitas, yaitu show quality(kualitas untuk perlombaan yang memenuhi semua syarat ciri
fisik dalam organisasi pecinta kucing), breed quality(kualitas yang layak untuk menjadi
stok), dan pet quality(kualitas yang layak untuk dipelihara, namun tidak dapat mengikuti
kontes). Untuk perbandingan masing-masing kualitas pada hidung, bulu dan ekor adalah
sebagai berikut:
 Show Quality: hidung pesek letaknya segaris dengan garis bawah klopak mata, bulu
tergolong panjang, dan ekor panjang lurus.
 Breed Quality: hidung pesek letaknya sedikit dibawah garis bawah kelopak mata
bawah, bulu tergolong semi panjang, dan ekor panjang bengok.
 Pet Quality: Hidung mancung, bulu pendek, dan ekor pendek.
Persilangan pada kucing ini konsepnya sama dengan persilangan tanaman, namun
persilangan sesama keturunan pertama(f1) dari induk yang sama sebaiknya tidak dilakukan
karena hal ini termasuk kedalam kategori inbreeding(perkawinan sedarah) yang akan
memunculkan sifat resesif yang jelek, ataupun kecacatan fisik (Effendi, 2011).

Gambar diatas menunjukkan apabila kucing berhidung Show qualityberekor


panjang(hhee) dikawin silangkan dengan kucing berhidung breed qualityberekor
pendek(HhEE) akan menghasilkan keturunan 50% berhidung breed quality-berekor
bengkok(HhEE), dan 50% berhidung show quality-berekor bengkok.

Mengenal Kucing Mixdom


Kucing mixdom adalah jenis kucing hasil campuran antara kucing domestik dan
kucing ras dengan jenis apa pun. Istilah 'mixdom' sendiri adalah singkatan dari mix
domestik. Kucing mixdom adalah salah satu jenis kucing yang paling mudah kita jumpai.
Meski merupakan hasil perkawinan dengan kucing ras, kucing mixdom juga sering terlihat
berkeliaran tanpa majikan; meski banyak juga yang memeliharanya.
Sama seperti jenis kucing lainnya, kucing mixdom memiliki ciri-ciri yang mungkin
berbeda dengan kebanyakan jenis kucing. Campuran antara kucing domestik dan kucing ras
ini bisa melahirkan kucing dengan rupa yang unik dan memesona. Anak kucing hasil
persilangan ini bisa memiliki bulu yang panjang, semi panjang, atau memiliki ciri lain dari
kucing ras dengan tubuh kucing domestik.

Gambar Kucing Mixdom


BAB 3
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Metode Penelitian
Metode penilitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu: Cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian
itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti
kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh
penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya
proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat
logis.2
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian laporan miniriset ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan
metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan
(mendeskripsikan) mengenai suatu masalah. Metode penelitian yang digunakan studi kasus yaitu
untuk memahami apa dan bagaimana karakteristik dari tiga jenis kucing (kucing ras, Kucing Persia,
kucing Mixdom), baik secara eksternal maupun secara internal serta membahas ketahanan tubuh
kucing.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksankan di beberapa Petshopyang terdapat 4 titik daerah Rimo,
kecamatan Gunung Kabupaten Aceh Singkil.
 Petshop Café Raffi di Desa Tunas Harapan, Blok VI
Pada tanggal 11-13 Oktober 2021
 Petshop Lisa : 11 Oktober 2021, Desa Rimo, Aceh Singkil
 Peliharaan Individu : 11 -27 Oktober 2021
1. Erza Dwi Ilham : Lipat kajang Atas, Aceh Singkil
2. Fitriani Syahluci : Sakub, Perumahan Rima Melati
3. Alya Haura Bonita : jl.tr Angkasah, Aceh Singkil

4. Sumber Data

2
Sugiyono, Metode Peelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta,2012), hlm.2
Data merupakan hal yang sangat esensial untuk menguak suatu permasalahan, dan data
juga diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau mengisi hipotesis yang sudah
dirumuskan. Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh. Adapun jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama
kalinya. Kata-kata atau tindakan yang diwawancarai merupakan sumber data primer.3 Data primer
untuk penelitian ini adalah berupa data dari hasil wawancara dengan pemilik Petshop yaitu .....
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai pelengkap dari pendukung data primer.
Data sekunder berasal dari dokumen-dokumen berupa catatan-catatan, catatan tertulis seperti
dokumen-dokumen, publikasi-publikasi, surat menyurat, daftar harga, arsip, rekaman, evaluasi
atau buku harian”.4 Data ini diambil dari data kepustakaan yang berkaitan dengan tentang hewan
kucing dan buku-buku pendukung dalam penelitian ini. Kemudian juga bersumber dari internet,
seperti jurnal, web, atau ebook yang berkaitan dengan judul penelitian ini.
5. Metode Pengumpulan Data
Berkaitan dengan analisis dan fokus fenomena lapangan yang diteliti, teknik pengumpulan
data yang utama menyandarkan pada wawancara dan pengamatan. Penggunaan kedua teknik
pengumpulan data tersebut mempertimbangkan bahwa fenomena yang konkrit berbeda dengan
fenomena yang abstrak. Fenomena yang konkrit hanya dapat dipahami sebagaimana adanya, suatu
ciptaan yang dihasilkan dalam kondisi-kondisi tertentu. Dengan menggunakan kedua teknik
pengumpulan data tersebut, peneliti dapat mengeksplorasi interpretasi-interpretasi yang berbeda
maupun berinteraksi, serta pandangan-pandangan yang beragam dan berlawanan atas suatu fakta
tertentu.5 Selain menggunakan kedua metode tersebut, dalam penelitian ini juga menggunakan
dokumentasi yang berbentuk surat-surat, gambar, catatan-catatan lain yang berhubungan dengan
fokus penelitian ini.
a. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan yang dilakukan dua pihak,
yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas

3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rossdakarya, 2011),
hal. 57
Ibidh, hal.144.
4

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologi Ke Arah Ragam Varian
5

Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2003), hal. 90


pertanyaan tersebut.6 Wawancara mendalam yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan dengan mengajukan pertanyaan antara
pewawancara dengan yang diwawancarai.7
b. Pengamatan (Observasi)
Pengumpulan data dengan observasi adalah pengamatan secara langsung kepada suatu obyek
yang akan diteliti. Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang digunakan melalui
pengamatan dan pencatatan secara sistematis. 8

c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah “teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mencari data yang
digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan lain sebagainya”. Teknik
dokumentasi untuk melengkapi data dari hasil wawancara. Teknik dokumentasi didapatkan dari
non-manusia, artinya sumber ini terdiri dari dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini. 9

BAB IV
6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi, …, hal.186
7
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologi Ke Arah Ragam Varian
Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2003), hal. 90
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998),
hal. 136.
9
Ibid, hal. 206
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. . Gambaran Umum Objek dan Subjek Penelitian


1. Sejarah Masuknya Kucing Persia Ke Indonesia
Kucing persia adalah ras kucing domestik berbulu panjang dengan karakter wajah bulat dan
moncong pendek. Namanya mengacu pada Persia, nama lama Iran, di mana kucing serupa
ditemukan. Sejak akhir abad 19, kucing jenis ini dikembangkan di Britania Raya dan Amerika
Serikat usai Perang Dunia II.10 Di Britania Raya, ras ini disebut kucing bulu panjang Persia, dibagi
dalam dua jenis, yaitu Chinchilla dengan warna perak cerah dan yang agak gelap.
Pembiakan selektif yang dilakukan oleh peternak telah memungkinkan pengembangan
berbagai warna bulu, tetapi juga menyebabkan makin datarnya wajah, yang mungkin membawakan
sejumlah masalah kesehatan.
Kucing Persia termasuk ke dalam kucing ras tua. Kucing ini berasal dari Mesopotamia,
yang kemudian dikenal sebagai Persia dan saat ini berada di negara Iran. Bulu panjangnya adalah
hasil mutasi alamiah, dan hal ini pula membuat seorang bangsawan Italia pada abad ke-17, Pietro
Della Valle, membawa kucing ini ke Eropa sekitar tahun 1620-an dan menjadikannya sebagai
kucing berbulu panjang pertama di Eropa. 11 Dulu kucing ini mempunyai bulu abu-abu yang
mengkilat, namun berkat pembiakan selektif, Kucing Persia sekarang dapat ditemukan dalam
berbagai warna.
Hingga akhir abad ke-19, pembiakan dan kontes kucing menjadi semakin populer. Kucing
berbulu panjang dari Persia, Turki, Afghanistan, dan kucing exotic lokal lainnya dianggap sebagai
kucing “Asiatic" dan seringkali dikembangbiakkan bersama. 12
Melalui pembiakan selektif, pecinta kucing mulai membentuk kucing ini hingga memiliki
penampilan seperti saat ini. Kepalanya bundar, wajahnya pesek, pipinya chubby, telinga yang
cenderung kecil, mata besar, dan badan yang kokoh. Dengan bulu yang lebih panjang dibandingkan
kucing Anggora, dan kaki yang lebih pendek. Akhirnya popularitas Kucing Persia pun mengalahkan
Kucing Anggora.
Di Amerika Serikat, kucing ini diimpor pertama kali pada akhir abad ke-19. 3 Kucing Persia
menjadi kucing terfavorit, mengalahkan popularitas Kucing Maine Coon, yang sempat menjadi

10
Persian Cat Resource (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 24 September 2020.
11
About the Persian". www.cfa.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 24 September 2020.
12
Nurdian, Graha (12 April 2020). "Kucing Persia Harga, Jenis, dan Perawatan". iKucing.
Diakses tanggal 24 September 2020
kebanggaan orang Amerika. Sejak saat itu hingga sekarang, Persia sekarang menjadi kucing favorit
di seluruh dunia.5
c. Data Karakteristik Penelitian
No Jenis Kucing Karakteristik
1 Persia Betina  Warna kucing cerah dominan
 Bobot 5 Kg
 Gemuk, Besar dan Tambun
 Hidung pesek,
 Wajahnya terlihat bulat, dan
memiliki bulu yang panjang.
 Jika diamati dari samping, dahi,
hidung, dan dagu terlihat sangat
datar.
 Kepala berukuran besar
 Kaki pendek
 Ekor panjang dan berbulu tebal
 Mata bulat dan berwarna cerah
 Kucing persia juga memiliki
sifat yang manja.
 24 bulan
2 Kucing kampung jantan  Bentuk tubuh ramping
 Bentuk wajah lonjong dan keci
 Pendek dan leher kecil`
 Bulu pendek, tipis dan tidak
lebat
 Suara lebih keras saat
mengeong, pertanda sedang
birahi
 Spraying
 Bobotnya 4 kg
 Warnanya kucing gelap dominan
 9 bulan
3 Peranakan ( Mixdom)  Ada yang mempunyai warna
Kucing persia hasil persilangan dengan kuning cerah dominan,
Kucing Domestik  Hidung yang sedikit mancung,
 Bentuk tubuh yang lebih
ramping dari kucing Persia pada
umumnya tetapi tidak juga
seramping kucing ras,
 Mempunyai bulu pendek.
 Memilki sifat agresif dan aktif
 5 Bulan
 3,5 kg ditimbang saat hamil
1. Kucing Kampung :

Kucing kampung yang diamati memiliki bentuk kepala yang cenderung kecil dan sedikit
lebih lonjong dibanding jenis kucing lainnya. Kepala kucing yang kecil ini memungkinkan mereka
untuk masuk ke lubang-lubang kecil yang tampak sulit dilalui. Kepala kecil kucing kampung ini
juga dihiasi dengan telinga yang berukuran sedang. Karena mereka terbiasa hidup di alam tanpa
dikurung, daya tahan kucing kampung cenderung kuat, masa hidupnya sampai 15 tahun.. Bahkan
jika dibandingkan dengan jenis kucing lain. Mereka juga dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi
medan dan cuaca. Selain itu, kucing kampung juga tipe kucing yang aktif dan tidak pemalas seperti
beberapa jenis kucing lainnya.

2. Kucing Persia
Kuciing persia yang diamati memliki karakterisitk warna kucing cerah dominan, bobot 5
Kg. gemuk, besar dan tambun, Hidung pesek, wajahnya terlihat bulat, dan memiliki bulu yang
panjang., jika diamati dari samping, dahi, hidung, dan dagu terlihat sangat datar. kepala berukuran
besar, aki pendek, ekor panjang dan berbulu tebal, atau bulat dan berwarna cerah, kucing persia
juga memiliki sifat yang manja. Berumur 24 bulan
Kucing Persia lebih rentan, daya tahan tubuh tidak stabil, mengapa demikian ?
Pembiakan selektif yang dilakukan oleh peternak telah memungkinkan pengembangan berbagai
warna bulu, tetapi juga menyebabkan makin datarnya wajah, yang mungkin membawakan sejumlah
masalah kesehatan. Penyakit ginjal polikistik turunan lazim dialami oleh ras ini, yang
mempengaruhi hampir separuh populasinya di beberapa negara.

3. Kucing Mixdom
Selanjutnya adalah karteristik dari data analisis, yakni mixdom ( persia dan domestik) dengan
jumlah kelahiran yang bnyak tetapi tidak dapat bertahan lama. Karakteristik kucing mixdom ada
yang mempunyai warna kuning cerah dominan, hidung yang sedikit mancung, bentuk tubuh yang
lebih ramping dari kucing Persia pada umumnya tetapi tidak juga seramping kucing ras, mempunyai
bulu yang lebih pendek berusia 5 bulan dengan bobot 3,5 kg ditimbang saat hamil. Rata-rata
memiliki sifat yang agresif dan aktif, meski tidak semuanya. Memiliki ukuran tubuh yang lebih
kecil dibandingkan ras kucing asli, namun sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan kucing
domestik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai