Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN

”ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (IKM)”

“ Administrasi Kebijakan Kesehatan”

Triska Samangun 41191012

PROGRAM STUDI S1 GIZI


STIKes PERTAMEDIKA 2019

Jl. Bintaro Raya No.10, Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta,
12240. Telp: (021)7234122
Administrasi kebijakan kesehatan adalah : Secara terminologi, kata “administrasi” dalam
bahasa Belanda, “administratie”yang artinya segala kegiatan yang meliputi tulis-menulis, ketik-
mengetik, surat-menyurat atau korespondensi, kearsipan, agenda, dan pekerjaan tata usaha kantor
lainnya. Selain itu kata “administrasi” dalam bahasa Yunani, “Ad ministrare”yang artinya Ad=
pada, ministrare= melayani, berarti memberikan pelayanan. Dari akar kata “administrasi” ini
secara gamblang dapat dikatakan bahwa administrasi mempunyai pengertian“pelayanan kegiatan
tata usaha kantor” seperti pelayanan pengetikan, pelayanan surat-menyurat, dan lain sebagainya.

1. Upaya Kesehatan di Indonesia : Tantangan dan Harapan

Darmawansyah Darmawansyah
Journal article Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Indonesia • Mei 2013 Indonesia

Abstrak

Selama ini kesehatan masih diletakkan dalam ruang sempit, dimana kesehatan dan perilakusehat
masih hanya dimaknai sebagi upaya kuratif, bukan upaya pelayanan kesehatan
menyeluruh(promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif). Program kesehatan yang mengutamakan
upaya kuratifdalam jangka panjang tidak menguntungkan dan tidak akan membawa masyarakat
ke sehat produktifsecara lebih cost efektif. Dari sudut pandang ekonomi melakukan investasi
pada orang yang tidakatau belum sakit lebih €œcost effective€ daripada terhadap orang
sakit.Terjadinya pergeseran paradigma kesehatan dari paradigma sakit menuju ke paradigma
sehatsebagai akibat adanya transisi demografi yang dibarengi dengan transisi epidemiologi dan
transisiperilaku masyarakat, mengakibatkan konsumen sebagai pemakai atau pengguna jasa
layanankesehatan juga mengalami proses transisi perilaku dalam menggunakan jasa layanan
kesehatan danpada sisi yang lain institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan mengalami transisi
sosial-budaya.

2. Lemak dan Kolesterol Daging pada Ayam Broiler yang Diberi Pakan Step Down
Protein dengan Penambahan Air Perasan Jeruk Nipis sebagai Acidifier

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk menghasilkan daging ayam broiler yang rendah lemak dan kolesterol
dengan pemanfaatan air perasan jeruk nipis (APJN) maupun asam sitrat (AS) sebagai acidifier
dalam pakan step down protein tanpa mengganggu fungsi saluran pencernaan ayam broiler.
Materi yang digunakan adalah DOC (day old chick) strain Hubbard MB 202 “unsex” sebanyak
192 ekor. Pola penelitian menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 6 perlakuan
dan 4 ulangan, sehingga terdapat 24 unit percobaan yang. Masing-masing unit percobaan terdiri
dari 8 ekor ayam broiler. Perlakuan terdiri dari P0: Pakan Kontrol (tanpa step down), P1: Pakan
Step down, P2: Pakan Step down + AS 0,8 %, P3: Pakan Step down+ APJN 0.4% (6,9 ml/100g
pakan), P4:Pakan Step down+APJN 0.8% (13,8 ml/100g pakan) dan P5:Pakan Step down +
APJN 1,2% (20,7 ml/100g pakan). Parameter yang diamati adalah kadar kolesterol dan lemak
daging. Data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam, menggunakan bantuan software SPSS
versi 16. Apabila perlakuan berpengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pakan step down protein dengan penambahan air perasan jeruk
nipis sebagai acidifier berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap penurunan kolesterol daging (mg/g)
dengan rataan (0,99, 0,89, 1,11, 1,02, 1,03 dan 0,81), tetapi tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap
penurunan lemak daging (%) dengan rataan (5,53, 6,30, 6,13, 6,15, 7,38 dan 4,8) pada ayam
broiler.

3. Pengaruh Pupuk Organik Dan Umur Defoliasi Terhadap Beberapa Zat Gizi Silase
Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum)

Syamsuddin Nompo
Journal article Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Indonesia • 2013

Abstrak

Suatu penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik dan
umur defoliasi terhadap beberapa zat gizi silase rumput gajah (Pennisetum purpureum).
Penelitian ini menggunakan rumput gajah, pupuk kompos, dan pupuk organik cair. Penelitian
disusun berdasarkan rancangan acak lengkap pola factorial

3 x 3 dengan 3 kali ulangan, sebagai faktor pertama adalah pemupukan: A1 (tanpa pemupukan),
A2 (pemupukan dengan kompos) dan A3 (pemupukan dengan pupuk cair), sedangkan faktor
kedua adalah umur defoliasi: B1 (umur defoliasi 30 hari), B2 (umur defoliasi 45 hari) dan B3
(umur defoliasi 60 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan protein kasar silase
rumput gajah pada umur defoliasi 30 hari lebih tinggi daripada perlakuan umur defoliasi 45 hari
dan 60 hari. Sedangkan kandungan serat kasar teritnggi diperoleh pada umur defoliasi 60 hari.
Defoliasi rumput gajah pada umur 45 hari dan diberi pupuk kompos dapat meningkatkan
kandungan lemak kasar dan BETN silase rumput gajah.

4. Pengaruh Penambahan Tepung Daun Katuk (Saoropus Androgynus) Dalam Ransum


Berbasis Pakan Lokal Terrhadap Performans Broiler

Muhammad Zain Mide • Harfiah Harfiah


Journal article Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Indonesia • 2013

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penambahan fitokimia tepung daun katuk dalam
ransum berbasis pakan local terhadap performans broiler. Enam puluh empat ekor broiler (d.o.c)
secara acak ditempatkan dalam 16 petak kandang panggung percobaan berukuran 100 cm x 50
cm x 60 cm/petak (4 ekor/petak). Percobaan dilaksanakan menurut Rancangan Acak Lengkap,
terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan adalah: P0 = Ransum dasar (kontrol), P1 =
Ransum dasar + 1 % tepung daun katuk, P2 = Ransum dasar + 2 % tepung daun katuk dan P3 =
Ransum dasar + 3 % tepung daun katuk. Analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan
fitokimia tepung daun katuk dalam ransum berbasis pakan lokal tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap konsumsi ransum, konsumsi protein dan konversi ransum pada broiler. Dan
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertambahan berat badan dan rasio efisiensi protein pada
broiler. Uji Duncan menunjukkan bahwa pertambahan berat badan P1, P2, dan P3 nyata (P<0,05)
lebih tinggi daripada P0. Demikian juga P2 nyata lebih tinggi darpada P1 dan P, tapi P1 dan P3
tidak berbeda nyata (P>0,05). Kesimpulan. 1) Penambahan tepung daun katuk dalam ransum
sama pengaruhnya terhadap konsumsi ransum, konsumsi protein, dan konversi ransum pada
broiler. 2). Data secara biologis semua perlakuan tepung daun katuk meningkatkan pertambahan
berat badan dan ratio efisiensi protein lebih tinggi daripada control.

5. Kesiapan Badan Penyelenggara Kesehatan dalam Menghadapi Jaminan Kesehatan


Nasional

Balqis Balqis
Journal article Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Indonesia • September 2013
Indonesia

Abstrak

Kesiapan Badan Penyelenggara Kesehatan dalam Menghadapi Jaminan Kesehatan Nasional


BalqisDosen FKM Unhas Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) saat ini merupakan trending topic
masalah kebijakan kesehatan di tanah air. Issue ini mengemuka di masyarakat dikarenakan
jaminan kesehatan yang akan melebur dalam satu badan yang dinamakan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial. Tidak hanya itu, dengan sistem ini

masyarakat yang tadinya belum tercover dalam sistem asuransi, semuanya akan tercover dalam
sistem asuransi.Untuk saat ini, masih banyak penduduk di Indonesia yang belum tercover oleh
Asuransi. Sebanyak 118 juta penduduk Indonesia belum memiliki jaminan kesehatan. Jumlah itu
setara dengan setengah penduduk dari 237 juta penduduk Indonesia saat ini. Dengan adanya
SJSN seluruh penduduk Indonesia nanti akan tercover dalam suatu system kesehatan
nasional.Munculnya kebijakan ini menjawab amanat UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) €œSetiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan€ dan Pasal 34 ayat
(3) €œNegara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak€.Permasalahan yang muncul kemudian adalah bagaimana
kesiapan implementasi kebijakan JKN, terutama kesiapan badan penyelenggara kesehatan dalam
menghadapi Sistem Jaminan Kesehatan NasionalKesiapan tersebut dapat dilihat dari segi
fasilitas kesehatan, regulasi, sosialisasi, advocacy, pembiayaan dan transformasi program,
sumber daya manusia, kefarmasian dan alat kesehatan. Bila dilihat dari segi sumber daya
manusia rasio tenaga dokter terhadap penduduk 13,7 per 100.000 penduduk, sedangkan
berdasarkan target nasional indikator Indonesia sehat yaitu rasio dokter 40 per 100.000
penduduk, maka rasio ini masih sangat jauh. Wamenkes sendiri mengatakan bahwa Indonesia
masih kekurangan sebanyak 12.371 dokter umum dimana idealnya 1: 2.500. Bahkan menurut
WHO, jumlah dokter dengan penduduk di Indonesia paling buruk se-ASEAN. Apabila dilihat
dari fasilitas kesehatan primer, masih kurang sekitar 25.900 fasilitas kesehatan. Sedangkan dalam
ketersediaan Puskesmas, menurut data BPS 1 Januari 2013, terdapat 364 kecamatan di Indonesia
yang belum memiliki Puskesmas. Dalam hal sosialisasi juga masih belum efektif terutama
kepada masyarakat.Berdasarkan Kenyataan di atas, masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi
dalam menghadapi Jaminan kesehatan Nasional. Disamping itu juga, ada hal yang perlu
mendapat perhatian khusus dalam menghadapi JKN. Dengan diberlakukannya JKN akan
berdampak pada melonjaknya jumlah pasien dilayanan primer maupun Rumah Sakit. Oleh
karena itu pemerintah harus lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif kesehatan
masyarakat. Revitalisasi Puskesmas mutlak dilakukan untuk menyongsong Sistem Jaminan
Kesehatan Nasional. Hal ini disebabkan karena Puskesmas merupakan gate keeper pelayanan
primer sebelum masuk kepada rujukan selanjutnya.Kendati demikian usaha pemerintah untuk
mensejahterakan masyarakat melalui Sistem Jaminan Kesehtatan Nasional perlu didukung.
Hambatan tersebut dapat diatasi dengan adanya kerjasama dari berbagai pihak baik masyarakat,
LSM, penyelenggara kesehatan maupun pemerintah, semua pihak harus mengerti hak dan
kewajibannya. Untuk itu sebagai langkah awal, sosialisasi terhadap Jaminan Kesehatan Nasional
perlu terus digalakkan karena masih banyak masyarakat, LSM maupun penyelenggara kesehatan
sendiri belum mengerti akan hak dan kewajiban mereka. Menyongsong kepersertaan 2014
marilah semua bertekad dan berkomitmen untuk mengawal keberhasilan Sistem Jaminan
Kesehatan Nasional, sehingga universal coverage kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonesia
dapat terwujud

6. BISRULA (Biskuit Rumput Laut): Inovasi Terbaru Pemasaran Rumput Laut Dalam
Upaya Pencegahan Hipertensi pada Ibu Hamil di Kota Makassar

Anis Ammar Mihdar1,*, Andi Moh. Roem Askari1, Muh. Haedar1, Yasmin
Syauki21Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin2Dokter Spesialis Gizi Klinik –
Departemen Gizi,Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin*Alamat kontak
korespondensi: anismmr@gmail.com

Abstract: Preeklamsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
di seluruh dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.Wanita hamil dengan
yodiom yang tidak mencukupi dapat memicu hipotiroidisme dan preeklamsia lebih lanjut.
Rumput laut mengandung yodium esensial untuk ibu hamil dan dapat menjadi alternative
pencegahan preeklamsia pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektifitas pengelolahan dan pengembangan biscuit rumput laut sebagai bahan pangan
potensial pencegahan hipertensi pada ibu hamil. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental dengan rancangan control group pretest-posttest. Sebanyak 14 sampel dipilih
dengan metode purposive sampling dari seluruh ibu hamil (p> 0,05). Hal ini disebabkan
hanya sedikit jumlah sampel yang didapat dalam penelitian ini. Sulitnya mencari sampel
yang sesuai berdasarkan kriteria dan juga karena durasi penelitian yang singkat sehingga sulit
untuk membuktikan keefektifan BISRULA. Selanjutnya alat ukur yang digunakan belum
detail untuk memeriksa perubahan yang terjadi pada sampel. Oleh karena itu, temuan
tersebut dapat menjadi saran untuk melakukan lebih lanjut di masa mendatang.

7. Check Up Diabetic Foot, Deteksi Dini Risiko Luka Kaki Diabetes Pada Pasien Diabetes
Mellitus di Makassar:

Uji Sensitifitas dan Spesifisitas Kasma Yuliani1 , Sulaeha1 , Sarina Sukri1 , Saldy Yusuf2 1
Mahasiswa, Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Hasanuddin 2 Staf Pengajar
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Hasanuddin * Alamat kontak korespondensi:
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Tamalanrea Indah, Makassar, Kota Makassar, Sulawesi
Selatan 90245, Email saldy_yusuf@yahoo.com , Telephone: +6281241841800
Abstract: Langkah awal untuk mendeteksi risiko ulkus kaki lebih lanjut pada pasien diabetes
adalah pemeriksaan makanan diabetes dengan menggunakan Doppler Ankle Brachial Index
(ABI) dan tes monofilamen.  Namun alat tersebut belum tersedia di Indonesia.  Oleh karena itu,
diperlukan alternatif Doppler ABI dan uji monofilamen.  Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi sensitivitas dan spesifisitas tes Ipswich dan palpasi denyut Dorsal Pedal dan
Posterior Tibial.  Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross
sectional dan pendekatan kuantitatif.  Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung
dan angket.  Selain itu, analisis data yang dilakukan berupa deskripsi data sedangkan interpretasi
data berdasarkan hasil uji sensitivitas dan spesifisitas.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
empat Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yaitu Puskesmas Mangasa, Puskesmas Antang,
Puskesmas Sudiang, dan Puskesmas Jumpandang Baru, sensitivitas Ipswich Touch Test (IpTT)
terhadap Monofilament Test berkisar antara 72,7% hingga 100%.  Selain itu, uji spesifitas IpTT
terhadap Monofilament Test adalah 33,3% hingga 100%.  Sedangkan hasil palpasi denyut Dorsal
Pedal dan Posterior Tibial dibandingkan dengan Doppler ABI menghasilkan sensitivitas 100%
tetapi spesifisitasnya tidak tersedia.  Penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan kaki
diabetik secara alternatif dapat digunakan untuk mendeteksi risiko ulkus kaki yang sederhana,
praktis, dan tanpa kompetensi khusus di USAge. 

8. Pengaruh Pemberian Nutrisi Kerang Darah Anadara Granosa L. terhadap Tingkat


Kepadatan Spermatozoa Mencit Mus Musculus L.

Rhida Nirmalasari
Journal article Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Indonesia • Juni 2017 DOI
10.20956/bioma.v2i1.1351

Abstrak : Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian nutrisi kerang darah
Anadara granosa L. terhadap tingkat kepadatan spermatozoa mencit Mus musculus L. Tujuan
penelitian adalah untuk melihat pengaruh pemberian nutrisi kerang darah A. granosa terhadap
tingkat kepadatan spermatozoa mencit M. musculus. Penelitian ini menggunakan hewan uji
mencit M. musculus jantan dewasa dengan umur 8-10 minggu yang diberi pakan kerang darah A.
granosa berupa pelet selama 21 hari. Spermatozoa diambil dari cauda epididimis dan selanjutnya
diencerkan dengan NaCl fisiologis, kemudian diamati dan dihitung dengan menggunakan
haemocytometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian nutrisi kerang darah A.
granosa, L. sebagai pakan mencit M. musculus, L. dapat meningkatkan kepadatan spermatozoa,
terlihat dari adanya peningkatan tingkat kepadatan rerata spermatozoa pada mencit kontrol
105,25 x 104 sel/ml, sedangkan tingkat kepadatan rerata spermatozoa pada mencit yang diberi
kerang 115,3 x 104 sel/ml. Ini berdasarkan hasil analisis data dengan Uji F pada tingkat
kepercayaan 95 % menyatakan terdapat korelasi yang bersifat positif dan significant.

9. Penyuluhan Pencegahan dan Penularan Hiv-Aids pada Remaja di Kabupaten Sidrap

Darmawansyah Darmawansyah
Journal article Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Indonesia • April 2017
Abstrak : Kabupaten Sidrap menembus angka 94 kasus HIV-AIDS. Masalah HIV/AIDS di
Kabupaten Sidrap diyakini bagaikan fenomena gunung es karena laporan resmi jumlah kasus
tidak mencerminkan masalah yang sebenarnya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan pengetahun remaja tentang peegahan dan penularan HIV/AIDS. Metode yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah memberikan informasi kepada remaja melalui penyuluhan
dan memberikan kesempatan kepada remaja untuk memberikan umpan Balik.Kegiatan
Pengabdian P

ada Masyarakat (PPM) berupa Penyuluhan HIV-AIDS Pada Kelompok Remaja di Kabupaten
Sidrap berlangsung pada tanggal 30 Agustus 2016 selama 4 jam di Aula Kantor Dinas
Pendidikan di Kabupaten Sidrap. Jumlah peserta pelatihan sebanyak 57 orang pelajar SMU se
kota Sidrap dari 50 orang yg direncanakan. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Ibu Rektor
Universitas Hasanuddin, ketua dan sekretaris LPPM Unhas, Ketua Senat Akademik Unhas serta
Bupati Kabupaten Sidrap dan nyonya serta Kepala SKPD se Kabupaten Sidrap

10. Penerapan Teknologi Tepat Guna pada Pengolahan Buah dan Sayur di Desa Pasui
Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan

Jumriah Langkong
Journal article Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Indonesia • April 2017 Indonesia

Abstrak :

Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten Enrekang merupakan daerah yang potensial dengan
berbagai hasil pertaniannya. Hasil pertanian terutama buah dan sayur merupakan sumber
provitamin A, vitamin C dan mineral serta dari kalsium dan besi. Selain hal tersebut buah dan
sayur merupakan sumber serat yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Tujuan IbW
ini adalah untuk melakukan penerapan teknologi pengolahan buah dan sayur khususnya produk
selai, dodol dan keripik) di desa Pasui Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Target
khususnya adalah terciptanya para anggota IKM Mitra untuk mengembangkan USAhanya
dibidang pengolahan buah dan sayur. Metode pelaksanaan yang dilakukan di IKM Mitra desa
Pasui Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang dengan melakukan penyuluhan dan pelatihan
tentang penanganan pascapanen, pengolahan dan pengemasan, serta sanitasi kebersihan bahan
baku. Hasil yang diharapkan dalam IbW ini dapat meningkatkan perbaikan teknologi pengolahan
dan pengemasan produk buah dan sayur yang berkualitas dan memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI).

Anda mungkin juga menyukai