Pemberian Vit C Pada Pakan Komersial Untuk KHV Ikan Koi
Pemberian Vit C Pada Pakan Komersial Untuk KHV Ikan Koi
Taukhid2, Angela Mariana Lusiastuti2^*, Kusumasari Suryadi3, Rosidah3 dan Gunawan Setiadharma3
2
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor
'Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
"e-mail: lusiastuti@yahoo.com
ABSTRACT
The research with objective to understand optimization frequency of supplemented ascorbic acid (microencapsulated vitamin C
CFC-90) feeding to control the Koi Herpes Virus (KHV) disease infecting common carp has been done in Fish Disease Laboratory.
Fishes were reared in plastic container (80 litres), with density of 20 fish sized 10 gram in average. The treatments were: (A) daily
application, (B) three daily application, (C) five daily application, and (D) without vitamin C as a control. Examined fishes were
challenged to KHV infection after the 21 days rearing period by cohabitation method for 2 weeks. Observations been done on
behaviour, clinical signs and mortality of fishes. The results showed that the highest survival rate was found on the application of
vitamin C given every 3 days (50.0%); followed by every day (12.5%), every 5 days (7.5%), and the lowest was found on control
group (1.3%). Control techniques in the case of KHV carp populations through the provision of vitamin C immunostimulatory
conducted regularly since well before the existence of KHV infection provides the best protective level.
Kata kunci/ key words: Koi herpes virus/KHV, vitamin C, tingkat kelangsungan hidup/survival rate, ikan mas/common carp
339
Taukhid et al. - Vitamin C untuk Pengendalian Penyakit Koi Herpes virus (KHV) pada Ikan Mas
kekurangan akan mengakibatkan penurunan pembudidaya ikan di sekitar Bogor dengan rataar
kemampuan sintesa kolagen, sehingga mempengaruhi bobot tubuh ± 10 gram/ekor. Kelompok ikan mai
proses penyembuhan luka (Ikeda, 1991). tersebut merupakan hasil pembenihan dari populas
Peningkatan sistem pertahanan tubuh, di mana induk ikan yang diketahui belum pemah terinfeksi KHV".
mekanismenya diduga adalah sebagai koenzim Konfirmasi bahwa populasi ikan uji bebas dari infeks:
modulator melalui aktivasi cell mediated immunity KHV.melalui deteksi gen KHV secara laboratory
(Navarre dan Halver, 1989; Ikeda, 1991 dan Robinson, dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR
1991). Vitamin C juga berperan penting dalam menurut metode yang dikembangkan oleh Gray et at
pemeliharaan sistem kekebalan yaitu membantu (2002). Selain pemeriksaan terhadap patogen target
memelihara fungsi sel fagosit melalui peningkatan ikan uji juga diperiksa secara mikroskopis dar
kegiatan kemotaktik netrofil dan makrofag serta mikrobiologis terhadap adanya infeksi jenis patogec
mobilitas fagosit. Kegiatan tersebut dapat berpengaruh lainnya seperti parasit (protozoa, trematoda.
langsung terhadap pembentukan sel-sel fagosit. Crustacea), cendawan dan bakteri.
Penambahan vitamin C jenis CFC-90 (micro- Populasi ikan mas positif KHV yang digunakar
encapsulated vitamin C) pada pakan komersial sebagai sumber infeksi diperoleh dari pembudida>i
sebanyak 750 mg/kg pakan yang diberikan selama 14 atau pedagang ikan di sekitar Bogor dengan gejali
hari berturut-turut pada populasi ikan mas diperoleh klinis sedang terinfeksi KHV. Kepastian bahwa populasi
rataan sintasan sebesar 82,22% setelah diuji tantang ikan sumber infeksi tersebut positif terinfeksi KHV
dengan KHV melalui teknik pemaparan (cohabitation), didasarkan pada batasan definisi kasus KHV yarii
sedangkan rataan sintasan pada kelompok kontrol dikembangkan oleh Taukhid et al. (2005a), sera
sebesar 27,78% (Taukhid dan Lusiastuti, 2006). dikonfirmasi secara laboratoris melalui deteksi gen KHV
Secara biologis tubuh ikan mas tidak mampu dengan teknik PCR. ,(
mensintesa vitamin C secara langsung sehingga
Wadah dan pemeliharaan ikan uji
dibutuhkan sumber vitamin C dari luar untuk
Seluruh wadah dan perlengkapan pemeliharasr
kelangsungan metabolismenya. Sedangkan apabila
ikan uji sebelum dan selama pelaksanaan rise:
berlebih vitamin C di dalam tubuh ikan akan dibuang
didesinfeksi dengan menggunakan larutan kaliur:
melalui sistem ekskresi. Pemberian vitamin C sebagai
permanganat (KMNO4) pada dosis 150 ppm selama 2-
imunostimulan dalam jumlah yang kurang atau berlebih
jam. Serok, selang air dan perlengkapan lain yaci
dapat memberikan efek yang kurang baik dan bahkan
digunakan secara bersamaan selalu didesinfeksi dalac
dapat bersifat imunosupresif, yang akan mengurangi
larutan kalium permanganat pada dosis 1000 ppci
atau bahkan menghilangkan efektivitasnya.
Jumlah wadah yang digunakan selama perioct
Berdasarkan kajian di atas, vitamin C sebagai unsur
perlakuan hingga sesaat sebelum proses uji tantari
imunostimulan harus diberikan tepat dosis dan tepat
(pra uji tantang) adalah lima buah bak fiber glass volume
waktu (frekuensi pemberian) agar benar-benar efektif
300 liter yang ditutup dengan lembaran fiber glass
dan mencapai level proteksi yang diharapkan.
Empat buah bak yang digunakan sebagai wadar
Riset ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi perlakuan ditempatkan dalam areal yang sama, masing-
pemberian vitamin C pada dosis 750 mg/kg pakan yang masing diisi ikan uji dengan kepadatan 100 ekor/bai.
memberikan level proteksi optimal bagi upaya Sedangkan satu buah bak lainnya yang digunaksr
pengendalian penyakit KHV pada ikan mas. untuk menampung ikan positif KHV ditempatkan paoa
areal yangterpisah (terisolasi), diisi ikan sebanyak 20!
BAHANDANMETODE ekor dan selalu dilakukan penggantian apabila terjac:
Ikanuji kematian.
Populasi ikan mas negatif KHV yang digunakan Air pemeliharaan dilengkapi dengan aeras
berasal dari satu batch yang diperoleh dari yang diatur secara manual, sehingga diasumsikii
340
Berita Biologi 10(3) - Desember 2010
masing-masing wadah memperoleh pasokan oksigen memotong salah satu sirip dada. Ikan sumber infeksi
yang relatif sama. Pada masing-masing wadah yang mati selama proses uji tantang diganti dengan
pemeliharaan selama periode pra uji tantang dilengkapi individu baru, sehingga proporsi ikan sumber infeksi
dengan water healer yang diatur pada kisaran suhu selama berlangsungnya proses uji tantang adalah 1
30-32°C serta sebuah termometer maksimum-minimum ekor/6 liter air.
yang di-re.se/ setiap 24 jam. Penyifonan air pemeliharaan Pemberian pakan bervitamin C dan prosedur
dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 10- penyifonan air pada masing-masing kelompok
25% dari total volume air. perlakuan tetap dilanjutkan selama berlangsungnya
Pakan yang diberikan selama kegiatan riset proses uji tantang. Selama pengujian suhu air
adalah pakan komersial (Taisho: FF-999) dengan kadar pemeliharaan dipertahankan pada kisaran 24-27°C.
protein kasar sebesar 38% tanpa indikasi vitamin C. Pengaturan suhu pada kisaran tersebut dilakukan
Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari pada pukul dengan cara memasukkan es (terbungkus plastik) pada
08.00,12.00 dan 16.00 sebanyak 3% dari total biomassa saat suhu air berada pada posisi 27°C, dan umumnya
ikan; sedangkan penyesuaian juinlah pakan dilakukan terjadi pada hari panasantara pukul 11.00- 15.00.
setiap lOhari.
Pengamatan
Perlakuan Pengamatan dilakukan terhadap tingkah laku,
Perlakuan yang diterapkan adalah frekuensi gejala klinis dan mortalitas ikan uji dilakukan setiap
pemberian vitamin C jenis CFC-90 (rnicroencapsulated hari hingga akhir percobaan. Penghitungan differential
vitamin Q yang ditambahkan ke dalam pakan komersial leucocyte dan aktivitas fagositik dilakukan pada pra
pada dosis 750 mg/kg pakan dengan frekuensi dan pasca uji tantang menurut metoda yang
pemberian: dikembangkan oleh Anderson dan Siwicki (1995).
A. Setiap had Analisa beberapa parameter kualitas air yang meliputi
B. Setiap 3 hari pH, oksigen terlarut, ammonia, nitrit, dan bahan organik
C. Setiap 5 hari total dilakukan secara berkala setiap minggu sedangkan
D. Tanpa penambahan vitamin C (sebagai kontrol). suhu air (termometer maksimum-minimum) dilakukan
Masing-masing perlakuan diulang 4 kali. setiap hari.
Analisis terhadap sintasan ikan uji dilakukan dengan Deteksi gen KHV dengan teknik PCR dilakukan
uji F yang akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda menurut metoda yang dikembangkan oleh Gray et al.
Duncan. (2002) terhadap populasi ikan uji pada (1) sebelum
Penambahan vitamin C ke dalam pakan proses aklimatisasi, (2) sesaat sebelum proses uji
dilakukan secara konvensional dengan cara tantang, (3) serta pada hari ke-7 dan 14 saat uji tantang.
melekatkan vitamin C secara langsung beberapa saat Sedangkan pada populasi ikan sumber infeksi, deteksi
sebelum diberikan kepada ikan uji. Pemberian vitamin gen KHV dilakukan (1) sebelum didatangkan ke lokasi
C pada masing-masing kelompok dilakukan selama 14 riset, dan (2) sesaat sebelum proses uji tantang.
hari. Pengambilan sampel untuk masing-masing kelompok
dilakukan dengan teknik sampling selektif {non-
Uji tantang
probability sampling) yang didasarkan pada tingkah
Pada minggu ke-IV, seluruh kelompok perlakuan
laku dan gejala klinis, dengan ukuran sampel 4-10 ekor.
diinfeksi KHV secara buatan dengan teknik kohabitasi,
Analisis sampel dengan teknik PCR dilakukan secara
dan berlangsung selama 14 hari. Uji tantang dilakukan
pooling terhadap sampel yang berasal dari kelompok
dalam wadah pemeliharaan berupa bak plastik volume
perlakuan atau batch yang sama.
80 liter yang diisi air sebanyak 60 liter, dengan ikan uji
sebanyak 20 ekor (3 liter/ekor) bersama ikan positif KH V
HASIL
sebagai sumber infeksi sebanyak 10 ekor/wadah. Ikan
uji dibedakan dengan ikan sumber infeksi dengan cara Hasil pengamatan secara klinis serta deteksi gen
341
Taukhid et al. - Vitamin C untuk Pengendalian Penyakit Koi Herpes virus (KHV) pada Ikan Mas
Gambar 1. Profil produk polymerase chain reaction Gambar 2. Profil produk polymerase chain reaction
(PCR) dari sampel ikanuji negatif koi herpesvirus (KHV) (PCR) dari sampel ikanuji positif koi herpesvirus (KHV)
pada gel agarose (Keterangan: lane 1 marker 100 bp pada gel agarose (Keterangan: lane 1 marker 100 bp
DNA ladder; lane 2-6, KHV negatif; lane 7 kontrol DNA ladder; lane 6, lane 9-11 KHV positif; lane 12
positif) kontrol negatif; lane 13 kontrol positif)
H -<' L.
[
" • - • • - .
K • m1 •-
- P e r t tie n^
PerthisnC
— P4rfc Kta n D
\ i
" " - • - .
"---
""SI
Gambar 3. Grafik rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan mas yang diuji tantang dengan KHV
selama 14 hari setelah 21 hari masa pemberian vitamin C
KHV dengan teknik PCR terhadap populasi ikan uji Ikan uji yang telah diberi perlakuan pemberian
negatif KHV diperoleh hasil negatif seperti yang vitamin C selama 21 hari kemudian diuji tantang dengan
ditunjukkan pada Gambar 1; sedangkan populasi ikan KHV. Perlakuan uji tantang dilakukan selama 14 hari,
positif KHV sebagai sumber infeksi diperoleh hasil hal ini dikarenakan KHV memiliki masa inkubasi
positif seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. berkisar antara 1-14 hari. Hasil pengamatan terhadap
Pengamatan secara mikroskopis dan mikrobiologis tingkat kelangsungan hidup memperlihatkan adanya
terhadap populasi ikan uji negatif KHV diketahui bahwa tingkat perbedaan pada setiap perlakuan.
populasi ikan tersebut dalam status sehat dan bebas Tingkat kelangsungan hidup terendah
dari infeksi kelompok patogen parasitik (eksternal ditunjukkan oleh ikan kelompok perlakuan D yairu
protozoa, monogenetik trematoda dan Crustacea), perlakuan yang tidak diberi vitamin C. Tingkat
mikotik (Saprolegniacea) dan bakterial (Aeromonas kelangsungan hidup ikan perlakuan D yaitu sebesar
hydrophila dan Flexibacter columnaris). 1,268%. Sedangkan tingkat kelangsungan hidup
342
Berita Biologi 10(3) - Desember 2010
a
Ket :
M : marker
a, b, c, d : sampel negatif KHV
u
IS
14
il-
ia
A-
•tin it i
IiifitI
&•
4-
1- e i i i i is
a
1 1 1 1 i 1 I
Gambar 5. Grafik tingkat mortalitas ikan mas yang diuji tantang dengan KHV selama 21 hari setelah 14 hari masa
pemberian vitamin C.
tertinggi ditunjukkan pada ikan kelompok perlakuan B menurun, yang dapat diakibatkan oleh tingkat virulensi
(dosis vit C yang diberikan setiap 3 hari) yaitu sebesar KHV telah berada pada titik optimum; data'dukung
50%. Rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan mas alasan tersebut ini ditunjukkan oleh hasil pengamatan
dari masing-masing perlakuan dan kontrol ditunjukkan PCR yang menunjukkan hasil positif pada semua
pada Gambar 3. perlakuan (Gambar 4). Tingkat virulensi yang tinggi ini
Pengamatan memperlihatkan bahwa terjadi diakibatkan oleh penurunan suhu lingkungan hingga
angka kematian cukup tinggi pada hari ke-7 yaitu 9 mencapai angka 24°C.
ekor pada perlakuan A, 5 ekor pada perlakuan B, 7 ekor Pengujian statistik menggunakan analisis sidik
pada perlakuan C dan 13 ekor pada perlakuan D. Pada ragam memperlihatkan perbedaan frekuensi pemberian
hari tersebut diperkirakan tingkat virulensi KHV telah vitamin C memberikan pengaruh yang sangat nyata
meningkat. Pengamatan selanjutnya pada hari ke 8-12 terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan mas yang
tingkat kelangsungan hidup pada semua perlakuan diinfeksi KHV Hasil uji Duncan memperlihatkan bahwa
343
Taukhid et al. - Vitamin C untuk Pengendalian Penyakit Koi Herpes virus (KHV) pada Ikan Mas
Tabel 2. Rata-rata persentase nilai diferensial leukosit (limfosit, monosit, dan netrofil)
darah ikan uji dan kontrol.
Sampling/Perlakuan Limfosit (%) Monosit (%) Netrofil (%)
Pertama (Aklimatisasi)
Perlakuan A 53 5 32
Perlakuan B 83 1 16
Perlakuan C 67 2 31
Perlakuan D (Kontrol) 69 1 30
Kedua (Pemberian vitamin C)
Perlakuan A 80 5 15
Perlakuan B 88 2 10
Perlakuan C 83 0 17
Perlakuan D (Kontrol) 71 1 28
Tabel 3. Rata-ratanilai indeks fagositik (%) sel fagosit fungsional darah ikan uji yang diberi vitamin C dan kontrol
dari 100% sel darah putih. (A = setiap hari, B = setiap 3 hari, C = setiap 5 hari, dan D = kontrol).
Ferlakuan
Sampling
A B C D
Pertama (Sebelum Perlakuan) 17 19 15 18
Kedua (Setelah Perlakuan) 81 78 50 20
Ketiga (Pada Uji Tantang) 50 63 29 16
rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan mas yang sel fagosit terhadap adanya antigen seperti bakteri
diberi perlakuan pemberian vitamin C dengan frekuensi Staphylococcus aureus. Sampling dilakukan duakali,
lima hari sekali (perlakuan C) tidak berbeda dengan pertama pada saat aklimatisasi, kedua pada akhir masa
perlakuan tanpa pemberian vitamin C (perlakuan D). pemberian perlakuan vitamin C.
Sedangkan rata-rata kelangsungan hidup ikan mas Dari hasil pengamatan indeks fagositosis dalam
yang diberi perlakuan pemberian vitamin C dengan darah ikan uji, terlihat bahwa sel fagosit fungsional
frekuensi setiap h'aA dan perlakuan pemberian vitamin pada kelompok yang diberi perlakuan vitamin C rata-
C (Perlakuan A) dengan frekuensi tiga hari sekali rata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
(Perlakuan B) berbeda dengan perlakuan tanpa Adanya perbedaan tersebut merupakan indikator
pemberian vitamin C (Perlakuan D) (Tabel 1). bahwa ikan uji kelompok perlakuan memiliki kemampuan
Indeks fagositik untuk mengetahui respon sel- pertahanan non-spesifik yang lebih baik dibandingkan
344
Berita Biologi 10(3) - Desember 2010
dengan kelompok kontrol. Rata-rata nilai indeks parasit, jamur maupun bakteri.
fagositosis dari masing-masing perlakuan disajikan Berkaitan dengan hasil riset yang diperoleh,
padaTabel3. menurut Irianto (2005) pemberian imunostimulan yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi akan memberikan
PEMBAHASAN pengaruh yang kurang baik terhadap pembentukan
Secara umum, penurunan tingkat kelangsungan kekebalan tubuh. Pemberian vitamin C yang terlalu
hidup pada ikan uji disebabkan oleh adanya penurunan sering atau melebihi kadar rangsang ginjal akan dapat
tingkat kekebalan tubuh ikan yang dipicu oleh adanya memacu ginjal untuk melakukan ekskresi secara terus
infeksi KHV dan penurunan suhu lingkungan. Di daerah menerus. Adanya peningkatan aktivitas ekskresi dapat
beriklim sedang, infeksi patogen pada saat musim menyebabkan lemahnya kondisi kesehatan ikan,
dingin menyebabkan infeksi kronik karena respon sehingga pada akhirnya kondisi pertahanan tubuh ikan
kekebalan tubuh lumpuh sehingga tubuh tidak mampu terhadap patogen menjadi lemah.
melawan infeksi. Verlhac dan Gabaudan (1997) mengemukakan
Tingkat virulensi tertinggi terjadi pada hari ke bahwa pemberian vitamin C harus dilakukan secara
sebelas, dengan indikasi tingkat mortalitas yang tinggi terus menerus (kontinu) dalam rentang waktu yang
dengan rata-rata sebesar 50% dan dapat menyebabkan tidak terlalu jauh, sehingga mampu memicu kekebalan
tingkat kelangsungan hidup menurun hingga 20%. non spesifik.
Pada periode 11-14 hari, nampak penurunan rata-rata Penurunan tingkat kelangsungan hidup pada
tingkat kelangsungan hidup ikan mas yang diberi perlakuan B yang tidak terlalu tajam, diduga karena zat
vitamin C relatif rendah ditandai dengan penurunan aktif pada vitamin C mampu diserap secara optimal oleh
tingkat kematian dan kondisi ikan yang mulai terlihat ikan uji. Penyerapan vitamin C secara optimal tersebut
stabil. diduga mampu meningkatkan kekebalan tubuh ikan uji
Tingkat kelangsungan hidup perlakuan B dalam melawan infeksi KHV. Pemberian vitamin C tidak
termasuk tinggi, menurut Perelberg dkk. dalam Suharni bersifat semakin sering semakin baik tetapi lebih
(2006) yang mengemukakan serangan penyakit KHV bersifat frekuensi dan dosis yang tepat dan cukup akan
dapat menyebabkan kematian 80-100%. Tingginya semakin baik dalam pembentukan kekebalan non
tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan B diduga spesifik.
akibat pemberian vitamin C dengan frekuensi tiga hari Pada akhir penelitian, kondisi ikan yang
sekali sudah mampu merangsang kekebalan tubuh mendapat perlakuan vitamin C mulai terlihat lebih stabil.
ikan. Irianto (2005) menyatakan bahwa pemberian Fenomena ini diduga karena tubuh ikan uji yang diberi
imunostimulan harus dilakukan secara tepat baik dosis perlakuan vitamin C mulai meningkatkan respon
maupun frekuensinya agar dapat memberikan pengaruh kekebalan tubuh sehingga mampu melawan infeksi
positif terhadap pembentukan kekebalan tubuh. KHV. Pengamatan terhadap rata-rata proporsi tiga jenis
Berdasarkan pengamatan, pada insang ikan sel leukosit (limfosit, monosit dan netrofil, mendukung
yang terinfeksi KHV ditemukan berbagai parasit antara fenomena di atas dengan adanya sel limfosit yang lebih
lain, Argulus sp., Dactylogyrus sp., serta tinggi.
Ichthyopthyrius multifllis., kemudian terdapat pula Diferensial leukosit merupakan salah satu
infeksi bakteri Aeromonas hydrophila dan Flexibacter parameter untuk mengetahui status kesehatan dan
columnaris. Infeksi kedua bakteri tersebut terlihat dari kemampuan pertahananan tubuh terhadap adanya
adanya perubahan fisik ikan uji, antara lain bercak putih infeksi jasad patogen. Nilai rata-rata proporsi tiga jenis
agak kekuningan pada insang, pendarahan pada bagian sel leukosit (limfosit, monosit dan netrofil) yang diamati
ship serta lepasnya sisik dari tubuh ikan. Adanya infeksi dari ikan uji selama empat kali sampling disajikan pada
sekunder pada ikan uji telah dikemukakan oleh Taukhid Tabel 2. Sampling pertama dilakukan sebelum perlakuan
dkk. (2006) bahwa pada ikan yang terserang KHV akan pemberian vitamin C, sampling kedua dilakukan setelah
ditemukan infeksi sekunder yang disebabkan oleh perlakuan pemberian vitamin C, sampling ketiga
345
Taukhid et al. - Vitamin C untuk Pengendalian Penyakit Koi Herpes virus (KHV) pada Ikan Mas
dilakukan pada minggu pertama uji tantang, sampling organ pembentuk sel tersebut kian meningkat.
keempat dilakukan pada saat minggu kedua uji tantang Pada keseluruhan sampling persentase monosr
dan sampling kelima dilakukan pada saat minggu ketiga didapatkan relatif rendah, hal ini dimungkinkan karer^
uji tantang. adanya respon keseimbangan hematologi terhada:
Pada sampling pertama terlihat bahwa peningkatan proporsi sel leukosit jenis lainnya, yak.
persentase jumlah sel limfosit, monosit dan netrofil limfosit dan netrofil. Sel monosit diduga berperar
untuk semua kelompok perlakuan menunjukkan nilai sebagai sistem pertahanan kedua dimana sistem in
yang bervariasi. Pada sampling pertama, kondisi sel berlangsung lambat dan lama tetapi mampu melakukaz
darah ikan belum dipengaruhi oleh apapun dan fagositosis berulang-ulang (Tizard, 1988).
merupakan jumlah awal presentase sel darah putih ikan Menurut Verlhac dan Gabaudan (199"
uji. Pada sampling kedua terlihat presentase jumlah sel adanya peningkatan intensitas infeksi oleh patoget
limfosit pada perlakuan A, B dan C yang meningkat tertentu akan memicu peningkatan kebutuhan akan sel-
sedangkan persentase jumlah sel monosit dan netrofil sel darah putih terutama sel-sel fagosit. Peningkatar
menunjukkan hal yang sebaliknya, yaitu relatif tinggi kebutuhan tersebut mengakibatkan adanya
pada sampling pertama. Adanya peningkatan jumlah pengurangan jumlah sel agen penyedia zat kebal tubuh
limfosit di dalam sel darah putih diperkirakan karena yaitu limfosit. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan
adanya masukan vitamin C yang merangsang persentase diferensial leukosit di mana pada saat uji
pembentukan kekebalan non spesifik ikan uji. tantang minggu pertama nilai limfosit menurun
Peningkatan jumlah limfosit pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan masa yang lain.
diduga sebagai akibat dari pemberian vitamin C, hal ini Fagositosis merupakan salah satu respon
sesuai dengan hipotesis Raa et al. (1992). seluler organisme terhadap kehadiran partikel asing
Pada sampling ketiga jumlah limfosit menurun atau antigen. Persentase sel darah putih yang
sedangkan monosit dan netrofil meningkat. Hasil memfagosit pada saat sampling pertama tidak sebanyak
sampling ketiga ini menunjukkan aktivitas perlawanan pada sampling kedua. Peningkatan aktivitas fagositosis
dari sel-sel darah putih terhadap adanya infeksi KHV. yang cukup signifikan pada sampling kedua diduga
Aktivitas perlawanan dari sel-sel darah putih sebagai akibat dari pemberian vitamin C karena
menyebabkan turunnya jumlah sel limfosit karena imunostimulan dapat memacu proses opsonin sel
komponen ini berfungsi menyediakan zat kebal untuk makrofag dan leukosit terhadap partikel asing
pertahanan tubuh (Dellman dan Brown, 1989). sebagaimana disampaikan oleh Raa et al. (1992).
Peningkatan persentase jumlah netrofil pada kelompok Pada sampling ketiga aktivitas fagositosis telah
perlakuan menunjukkan aktivitas netrofil dalam mengalami penurunan, yang diduga karena sel-sel
mencapai dan menyerang antigen yang masuk ke dalam fagosit belum terdiferensiasi sempurna pada saat
tubuh. Selain itu peningkatan jumlah netrofil sampling. Alasan belum terdiferensiasinya sel-sel
mengindikasikan adanya peningkatan kegiatan fagosit tersebut diindikasikan karena sel tersebut telah
pengumpulan makrofag di tempat terjadinya infeksi, digunakan dalam pertahanan tubuh pada saat ikan di
sehingga makrofag akan lebih mudah untuk tantang KHV.
menghancurkan partikel asing. Makrofag mampu
memiliki aktivitas fagositosis yang tahan lama, KESIMPULANDANSARAN
mengolah antigen dalam persiapan untuk tanggap Teknik pengendalian kasus KHV pada populasi
kebal dan memberi kontribusi langsung pada perbaikan ikan mas melalui pemberian imunostimulan vitamin C
jaringan yang rusak dengan membuang jaringan yang secara berkala yang dilakukan sejak dini sebelum
sudah mati, ataupun yang sedang mengalami proses adanya infeksi KHV memberikan level protektif yang
kematian dan yang telah rusak. Adanya peningkatan cukup baik.
presentase jumlah netrofil diduga akibat distimulasi oleh Pemberian vitamin C melalui pakan sebesar 750
mated imunostimulan, sehingga aktivitas produksi oleh mg/kg pakan setiap 3 hari sekali memberikan level
346
Berita Biologi 10(3) - Desember 2010
347