ABSTRAK
Nanas (Ananas Comosus L. Merr) merupakan salah satu buah di Indonesia yang sangat disukai
oleh masyarakat dan memiliki nilai gizi yang cukup lengkap dibandingkan dengan jenis buah
lainnya. Nanas memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh karena mengandung enzim
bromelin yang dapat menghidrolisis protein sehingga dapat melunakkan daging, memiliki
khasiat untuk penyembuhan. Kandungan air yang cukup tinggi pada buah nanas perlu
dimanfaatkan karena dalam keadaan segar dapat menyebabkan mikroorganisme dapat tumbuh
cepat dan dapat menyebabkan pembusukan. Pengolahan produk dari buah nanas untuk
keanekaragaman pangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan sari nanas sebagai bahan baku
pembuatan nata de pina (nata dari sari buah nanas). Nata merupakan makanan berkalori rendah
karena mengandung serat tinggi hasil sintesis gula oleh bakteri Acetobacter xylinum berbentuk
agar, berwarna putih dan mengandung air. Penelitian yang telah dilakukan dapat mengetahui
pengaruh penambahan sukrosa dan lama fermentasi terhadap kadar serat nata de pina. Variasi
penambahan konsentrasi sukrosa adalah 40 g, 45 g dan 50 g dengan lama fermentasi selama 11
hari, 13 hari dan 15 hari. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan ulangan sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 27 perlakuan. Hasil penelitian diperoleh
bahwa buah nanas dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan nata yaitu nata de pina.
Konsentrasi penambahan sukrosa terbaik dari hasil penelitian yaitu pada konsentrasi 50 gram
dan lama fermentasi terbaik selama 15 hari dengan menghasilkan kadar serat optimum sebesar
1,776%.
Key words: Acetobacter xylinum, Fiber levels, Fermentation, Nata de Pina, Sucrose
Pengaruh Sukrosa dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Serat Nata –Majesty dkk 80
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 1, Februari 2015, 80-85
PENDAHULUAN
Teknologi pengolahan pangan merupakan suatu cara untuk meningkatkan mutu dari suatu
bahan pangan dengan cara penganekaragaman produk pangan. Keanekaan ragam produk pangan
dapat meningkatkan nilai tambah produk agar dapat memenuhi nilai gizi pangan yang
dibutuhkan masyarakat. Buah nanas merupakan salah satu buah di Indonesia yang sangat
disukai oleh masyarakat dan memiliki nilai gizi yang cukup lengkap dibandingkan dengan jenis
buah lainnya. Nanas memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh karena mengandung
enzim bromelin 0,080-0,125% pada daging buah nanas yang dapat meghidrolisa protein
sehingga dapat melunakkan daging,memiliki khasiat untuk mengimbangi kadar keasaman dalam
darah, menaikan kadarbasa darah dan membantu meringankan penyakit edema dengan cara
mengurangi air berlebih di dalam tubuh. Buah nanas merupakan salah satu buah yang cocok
untuk dimanfaatkan sebagai produk pengolahan pangan.
Pengolahan nanas menjadi berbagai produk olahan memiliki tujuan yaitu: a)
menyelamatkan hasil panen yang melimpah saat panen raya sehingga terhindar dari buah nanas
busuk dan harga rendah b) meningkatkan nilai tambah dan tampilan serta keanekargaman
produk c) menunjang agroindustri agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan
tersedianya lapangan pekerjaan.Salah satu contoh produk olahan nanas yakni nata. Nata
merupakan salah satu produk makanan yang mengandung serat, merupakan hasil fermentasi
oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata adalah produk pangan yang ringan, menarik, dan
memiliki rasa yang enak sehingga mudah dikonsumsi. Pada umumnya nata digunakan sebagai
makanan penyegar atau pencuci mulut maupun digunakan sebagai makanan kaleng yang
dicampur dengan buah-buahan segar lainnya. Pemberian nama pada nata tergantung pada jenis
substrat pertumbuhan Acetobacter xylinum, sehingga nama dari nata yang berbahan baku dari
nanas adalah nata de pina.
Nata adalah bahan menyerupai gel (agar-agar) yang terapung pada medium yang
mengandung gula dan asam hasil bentukan mikroorganisme Acetobacter xylinum.Nata adalah
substansi yang terbentuk di permukaan cairan nutrien, yang sebenarnya merupakan polikel atau
polisakarida ekstraseluler yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum yang terakumulasi
yang terapung-apung di permukaan cairan nutrien.Adanya gas-gas CO2 yang dikeluarkan oleh
bakteri Acetobacter xylinum saat-saat metabolisme yang menempel pada fibril-fibril
polisakarida ekstraseluler yang menyebabkan terapung.Nata akan tampak sebagai suatu massa
fibril tidak beraturan yang menyerupai benang atau kapas apabila dilihat di bawah mikroskop.
Nata adalah salah satu jenis makanan berbentuk gel (agar-agar) dengan tekstur agak kenyal,
padat, putih, dan sedikit transparan (Sutarminingsih, 2004). Nata dihasilkan dari proses
fermentasi pada substrat yang mengandung gula dan nitrogen pada pH yang sesuai dengan
perkembangan Acetobacter xylinum yaitu berkisar antara 4 - 4,5. Secara teknis nata dapat dibuat
dari campuran berbagai media, karena untuk pertumbuhan dari bakteri Acetobacterxylinum
dalam pembuatan massa nata diperlukan gula, asam organik dan mineral. Mineral dan asam
organik ini dibutuhkan sebagai komponen metabolisme dalam pembentukan kofaktor enzim
ekstraseluler yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Pambayun, 2002).
Bakteri pembentuk nata yaitu Acetobacter xylinum dapat tumbuh dan berkembang
membentuk nata karena adanya kandungan air, protein, lemak, karbohidrat, dan beberapa
mineral pada substrat sebagai nutrisinya. Tidak semua nutrisi yang ada pada substrat dapat
terpenuhi maka perlu adanya tambahan nutrisi yang diberikan berupa sukrosa (karbon) dan urea
(nitrogen). Penambahan sumber nitrogen anorganik atau organik akan meningkatkan aktivitas
Acetobacterxylinum dalam memproduksi nata. Hasil nata yang terbaik merupakan nata yang
memiliki kadar serat sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) maksimal dengan kadar serat
4,5%. Pembentukan nata dapat dipengaruhi oleh lama fermentasi, dimana lama fermentasi yang
optimum akan menghasilkan kualitas nata terbaik. Kualitas nata yang paling baik dapat
diketahui dengan penelitian yaitu pengaruh penambahan konsentrasi sukrosa dan lama
fermentasi terhadap kualitas nata de pina berdasarkan pengamatan kadar serat dari nata de pina
Pengaruh Sukrosa dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Serat Nata –Majesty dkk 81
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 1, Februari 2015, 80-85
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
yang disusun secara faktorial (RAL-Faktorial) dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama
yaitu penambahan sukrosa (S) yang terdiri dari tiga level (40 gr, 45 gr, 50 gr) dan faktor kedua
yaitu lama fermentasi (L) yang terdiri dari tiga level (11 hari, 13 hari, 15 hari). Pelaksanaan
penelitian dimulai persiapan bahan yaitu buah nanas matang dikupas dengan menggunakan
pisau, setelah bersih dari kulitnya kemudian nanas dipotong kecil dengan menggunakan
telenan.Nanas yang telah dipotong kecil, dimasukkan ke dalam blender dan diblender sampai
halus. Selanjutnya perlakuan pada media sari nanas yaitu media sari nanas yang telah diblender,
ditambahkan dengan akuades dengan perbandingan sari nanas : aquades yaitu (1:2) = 500 ml
:1000. Setelah itu disaring dengan kain saring agar diperoleh sari nanas yang terpisah dari
ampas nanas. Media sari nanas sebanyak 500 ml dipanaskan dan ditambahkan sukrosa, dengan
variasi penambahan sukrosa sebanyak 40 gram, 45 gram dan 50 gram. Kemudian dilakukan
penambahan asam cuka 1% dan urea 0,5% pada tiap larutan yang memiliki kandungan sukrosa
berbeda dan dilakukan pengadukan dengan tujuan untuk mempercepat proses pencampuran
bahan tambahan pada media sari nanas. Larutan sari nanas yang telah dipanaskan, kemudian
didiamkan hingga mencapai suhu 27oC, lalu dituangkan pada wadah yang telah steril sebanyak
165 ml dan dilakukan penambahan starter nata yakni dari bakteri Acetobakter xylinum sebanyak
10% . Wadah ditutup dengan koran agar tidak terkontaminasi oleh bakteri lain. Fermentasi
dilakukan selama 11 hari, 13 hari dan 15 hari hingga terbentuk lapisan nata.
Pada penelitian ini dilakukan analisis kadar serat yang paling optimal pada nata
de pina dengan perlakuan yang berbeda sebagai analisis data. Analisis serat kasar (
Sudarmadji, 1997) dilakukan dengan cara sampel ditimbang sebanyak 2 gram, lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 200 ml H2SO4 (0,255 N) mendidih
dan ditutup dengan pendingin. Suspensi disaring dengan kertas saring, residu yang
tertinggal dalam erlenmeyer dicuci dengan akuades mendidih, residu pada kertas saring
dicuci sampai tidak bersifat asam lagi. Residu dalam kertas saring dimasukkan lagi ke
dalam erlenmeyer dengan bantuan spatula dan dicuci dengan NaOH mendidih. Residu
disaring dengan kertas saring yang telah diketahui berat konstannya sambil dicuci
dengan KsO4 10%, residu dicuci dengan akuades mendidih dan 15 ml alkohol 95%.
Keringkan kertas saring di oven. Kemudian timbang residu, berat residu sama dengan
berat serat kasar.
Pengaruh Sukrosa dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Serat Nata –Majesty dkk 82
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 1, Februari 2015, 80-85
2 0,11
1,8 0,20 0,13 0,17
0,14
1,6 0,15
0,10
Kadar Serat (%)
Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa dengan adanya perbedaan perlakuan lama
fermentasi, maka dapat menghasilkan rata-rata kadar serat yang berbeda. Semakin lama
fermentasi maka semakin meningkat rata-rata kadar serat yang dihasilkan. Hal ini diduga karena
Pengaruh Sukrosa dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Serat Nata –Majesty dkk 83
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 1, Februari 2015, 80-85
aktivitas bakteri Acetobacter xylinum yang semakin meningkat menyebabkan selulosa yang
dihasilkan semakin meningkat. Lama fermentasi dapat menyebabkan selulosa hasil sekresi
Acetobacter xylinum akan berikatan kuat satu dengan yang lainnya membentuk lapisan-lapisan
yangterus menebal. Semakin banyak hasil eksresi Acetobacter xylinum, maka semakin tinggi
serat kasar yang dihasilkan dari proses fermentasi.
Persentase serat kasar yang tinggi dipengaruhi oleh aktivitas dari Acetobacter xylinum
pada proses metabolisme glukosa menjadi selulosa. Hal ini dapat dilakukan apabila nutrien yang
tersedia pada medium cukup. Alaban (1962) berpendapat bahwa faktor utama yang berpengaruh
pada pembentukan nata adalah sumber gula, suhu inkubasi, tingkat keasaman medium, lama
fermentasi dan aktifitas bakteri. Lama fermentasi akan berpengaruh pada kadar asam yang
dihasilkan dan berpengaruh terhadap kadar serat nata. Menurut Awang (1991) lama fermentasi
pada umumnya 2-4 minggu berpengaruh terhadap pembentukan selulosa nata yang dicerminkan
dengan ketebalan produk. Penggunaan lama fermentasi yang kurang tepat akan menyebabkan
produk yang dihasilkan tidak optimal dalam menghasilkan selulosa.
2 0,11
1,8 0,17 0,20 0,13
0,14
1,6 0,10 0,15
Kadar Serat (%)
0,06
1,4 0,06
1,2 Lama Fermentasi 11
hari
1
0,8 Lama Fermentasi 13
hari
0,6
0,4 Lama Fermentasi 15
hari
0,2
0
40 45 50
Sukrosa (gr)
Pengaruh Sukrosa dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Serat Nata –Majesty dkk 84
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 1, Februari 2015, 80-85
pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas yang digunakan. Apabila
rasio antara karbon dan nitrogen diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol dengan baik,
maka nata akan terbentuk dengan baik. Nutrisi media fermentasi akan menentukan Acetobacter
xylinum dan kemampuannya mengubah komponen dalam media menjadi nata, sehingga
komposisi nutrisi dalam media fermentasi juga akan berpengaruh terhadap karakteristik nata
yang dihasilkan. Pemilihan sumber nitrogen yang tepat merupakan faktor penting untuk
pertumbuhan Acetobacter xylinum agar mendapatkan karakteristik nata yang maksimal sehingga
dapat menjadi pertimbangan dalam pembuatan nata (Sulandra et al, 2000).
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa pembuatan nata
dapat dilakukan dengan menggunakan bahan baku sari nanas yaitu dengan cara penambahan
Acetobacter xylinum, asam asetat, urea, sukrosa pada media sari buah nanas melalui proses
fermentasi. Penambahan sukrosa yang paling optimal dalam penelitian ini yaitu pada
penambahan sukrosa sebesar 50 gram yang menghasilkan kadar serat tertinggi sebesar 1,776%.
Lama fermentasi yang paling optimal dalam penelitian ini yaitu pada lama fermentasi 15 hari
dengan hasil kadar serat tertinggi sebesar 1,776%.
DAFTAR PUSTAKA
Alaban, C. 1962. The Studies of The Optimum Conditions for Nata. The Philipine
Agricultural.Vol 45.Manila University.Philipine.
Awang, N. 1991. Kelapa : Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media. Jakarta
Bondie. 2010. Nata decoco.http://bondiebluesy.wordpress.com/?s=acetobacter Diakses pada 18
Mei 2014
Kornmann, H., P. Duboc, I. Marison, and U.V. Stockar. 2003. Influence of Nutritional Factors
on the Nature, Yield and Composition of Exopolysaccharides.Produced by
Gluconacetobacter xylinus I-228. Appl Environ Microbiol. 69: 6091-6098.
Prasetyana, F.2002. Pembuatan Nata de Aqua Tinjauan dari Jenis dan Sumber Nitrogen (Urea,
NPK dan ZA). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
Sutarminingsih, C.H. 2004. Peluang Usaha Nata de Coco. Kanisius.Yogyakarta.
Sulandra, K., M. Nada., P. Sarjana dan Ekawati. 2000. Pengaruh Berbagai Kosentrasi Pupuk
ZA dan NPK Terhadap Produksi Serta Karakteristik Nata De Coco. Laporan
Penelitian Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran . Denpasar
Pengaruh Sukrosa dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Serat Nata –Majesty dkk 85