Kel. 1 Manajemen Airway
Kel. 1 Manajemen Airway
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat II yang diampuh
Ns.Ibrahim Suleman, M.Kep
Oleh:
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, t
aufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. makalah ini terwujud
berkat partisispasi berbagai pihak. Oleh Karena itu, kami menyampaikan terima kasih yang se
besar-besarnya.
Kami menyadari laporan ini masih jauh dari harapan, yang mana di dalamnya masih
terdapat berbagai kesalahan baik dari segi penyusunan bahasanya, sistem penulisan maupun
isinya. Oleh karena itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga dalam Askep berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya. Adapun ha
rapan kami semoga askep ini dapat diterima dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita sem
ua dan semoga Allah SWT meridhai kami. Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGATAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengalami mati jantung (cardiacarrest). Salah satu penyebab utama dari hasil akhir
tatalaksana pasien yang buruk yang didata oleh American Society of
Anesthesiologist(ASA) berdasarkan studi tertutup terhadap episode pernapasan
yang buruk, terhitung sebanyak 34% dari 1541 pasien dalam studi tersebut. Tiga
kesalahan mekanis, yang terhitung terjadi sebanyak 75% pada saat tatalaksanan jalan
napas yaitu : ventilasi yang tidak adekuat (38%), intubasi esofagus (18%), dan
kesulitan intubasi trakhea (17%). Sebanyak 85% pasien yang didapatkan dari studi
kasus, mengalami kematian dan kerusakan otak. Sebanyak 300 pasien (dari 15411
pasien di atas), mengalami masalah sehubungan dengan tatalaksana jalan napas yang
minimal. Menurut Cheney et al menyatakan beberapa hal yang menjadi komplikasi
dari tatalaksana jalan napas yang salah yaitu : trauma jalan napas, pneumothoraks,
obstruksi jalan napas, aspirasi dan spasme bronkus. Berdasarkan data-data tersebut,
telah jelas bahwa tatalaksana jalan napas yang baik sangat penting bagi keberhasilan
proses operasi dan beberapa langkah berikut adalah penting agar hasil akhir menjadi
baik, yaitu : (1) anamnesa dan pemeriksaan fisik, terutama yang berhubungan dengan
penyulit dalam sistem pernapasan, (2) penggunaan ventilasi supraglotik ( seperti face
mask, Laryngeal Mask Airway/LMA), (3) tehnik intubasi dan ekstubasi yang benar,
(4) rencana alternatif bila keadaan gawat darurat terjadi. (Brimacombe, 2015)
Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat
penting dilakukan secara efektif dan efisien dan penatalaksanaan jalan nafas (airway
management) perlu dilakukan. (Brimacombe, 2015)
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut
dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Saluran pernapasan terbagi atas beberapa bagian
yaitu:
3
1. Mendengarkan apakah ada suara nafas tambahan?
2. Apakah jalan nafas terbuka
Tanda-tanda sumbatan pada jalan nafas yaitu :
1. Bagian atas
a. Snoring: suara seperti orang ngorok dimana pangkal lidah yang jatuh ke
belakang.
b. Gurgling: seperti orang berkumur dimana dikarenakan adanya cairan
atau darah.
c. Stridor: terjadi karena uap panas atau gas yang mengakibatkan mukosa
bengkak ataupun jalan nafanya menjadi kasar.
2. Bagian bawah
a. Rales
b. Wheezing: seperti suara biola dimana mengalami penyempitan di
bronkusnya.
c. Stridor
Airway management adalah prosedur medis yang dilakukan untuk mencegah
obstruksi jalan napas untuk memastikan jalur nafas terbuka antara paru-paru pasien
dan udara luar. Hal ini dilakukan dengan membuka jalan nafas atau mencegah
obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh lidah, saluran udara itusendiri, benda
asing, atau bahan dari tubuh sendiri, seperti darah dan cairan lambung yang teraspirasi
(Rifai A & Sugiyarto. 2019).
(airway management) Menejemen jalan napas ialah memastikan jalan napas
tetap terbuka. untuk pasien sadar airway management dapat dilakukan dengan perasat
kepala tengadah dan dagu diangkat (head tilt-chin lift manuver) untuk korban tanpa
curiga cidera tulang leher dan perasat dorong rahang bawah (jaw thrust manuver)
untuk korban cidera leher, dan setelah itu dapat dilakukan teknik pelepasan jalan
napas dari sumbatan yaitu Heimlich atau abdominal thrust dan juga chest thrust, dan
apabila pasien tidak sadar dapat menggunakan teknik cross finger dan finger swab
(Romadhoni L. 2021)
Manajemen jalan napas merupakan salah satu keterampilan yang harus
dimiliki oleh seorang ahli anestesiologi. Sebelum tahun 90an, sungkup muka dan
endotracheal tube (ETT) adalah alat bantu jalan nafas yang tersedia. Sejak saat itu
berkembang beberapa alat bantu jalan napas supraglotis dan laryngeal mask airway.
Laryngeal Mask Airway (LMA) didesain oleh Archibald I.J. Brain, MA, LMSSA,
4
FFARCSI pada tahun 1981. LMA pertama kali digunakan pada pasien tahun 1981.
Pada tahun 1988, LMA diproduksi di United Kingdom dan dilakukan uji klinis secara
mendalam. Tahun 1990, LMA digunakan secara luas pada pembiusan di United
Kingdom. LMA diijinkan penggunaannya di United States tahun 1991 dan menjadi
semakin popular.
Sejak adanya penemuan dan pengembangan “laryngeal mask airway” (LMA)
telah memberikan dampak yang luas dan bermakna dalam praktek anestesi,
Penanganan airway yang sulit, dan resusitasi kardiopulmonar. LMA telah mengisi
kekosongan antara penggunaan face mask dengan intubasi endotracheal. Walaupun
diciptakan bukan untuk mengatasi jalan nafas yang sulit, tetapi LMA telah
membuktikan bahwa dapat digunakan untuk menangani jalan nafas yang sulit dalam
tiga puluh tahun terakhir ini. Literatur-literatur kedokteran telah memuat banyak
laporan kasus tentang penggunaan LMA untuk penanganan jalan nafas yang sulitpada
kondisi elektif ataupun emergenci. LMA terus berkembang sejak tahun 1988. Hasil
survei Badan Kesehatan International, di berbagai negara di belahan dunia
menunjukkan prevalensi pemakaian LMA 52% di Kanada, Amerika sebanyak 70%, di
berbagai Negara di Eropa sebesar 73% . Di Indonesia, data dari penelitian yang
dilakukan Division of Nephrology & Hypertension, FK UGM melaporkan bahwa
pravelensi pemakaian LMA mencapai 57%.
Keberhasilan pemasangan LMA sangat tergantung pada keterampilan pelaku
dan kedalaman anestesi yang dapat dinilai dari efek atau komplikasi yang terjadi pada
saat pemasangan. Pemasangan LMA dilakukan dengan menempatkan sungkup LMA
di area hipofaring menutupi pintu masuk laring. Pemasangan LMA tidak selalu sukses
pada upaya pemasangan pertama. Masalah yang sering kali terjadi pada saat
pemasangan LMA pada pasien tanpa kelainan anatomi jalan napas adalah kegagalan
untuk mencapai posisi LMA yang benar di hipofaring. Posisi yang ideal dari LMA
adalah bila epiglotis dan esofagus berada di luar LMA dan pintu laring berada
seluruhnya di dalam LMA. Namun, pada kenyataannya posisi ideal ini hanya terjadi
50–60% pemasangan LMA (Hernandez dalam Yustisa, dkk, 2016). Oleh karena itu,
sebagai perawat anestesi harus mengetahui pemasangan LMA termasuk teknik-teknik
yang digunakan dalam pemasangan LMA tersebut.
Menurut ATLS (Advance Trauma Life Support) Airway manajemen
merupakan hal yang terpenting dalam resusitasi dan membutuhkan keterampilan yang
khusus dalam penatalaksanaan keadaan gawat darurat, oleh karena itu hal pertama
5
yang harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas, yang meliputi pemeriksaan jalan
nafas yang dapat disebabkan oleh benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur manibula
atau maksila, fraktur laring atau trakea. Gangguan airway dapat timbul secara
mendadak dan total, perlahan-lahan dan sebagian, dan progresif dan/atau berulang
(Rifai A & Sugiyarto. 2019) .
6
− Posisi trakea terutama pada pasien trauma. Palpasi trakea untuk menentukan
apakah terjadi deviasi dari midline.
− Palpasi apakah ada krepitasi.
2. Teknik Pengelolaan Jalan Nafas/ Airway management
a) Pengelolaan Jalan Nafas dengan Mengeluarkan benda asing dari jalan nafas
Teknik Mengeluarkan Benda Asing Pada Pasien Dewasa Sadar
− Manuver heimlich/abdominal thrust (hentakan pada perut).
− Perasat kepala tengadah-dagu diangkat (head tilt-chin lift manuver) Perasat ini
dilakukan jika tidak ada trauma pada leher.
7
Gambar Manuver Head Tilt-Chin Lift
− Perasat dorong rahang bawah (jaw thrust manuver)
Pada pasien dengan trauma leher, rahang bawah diangakat didorong kedepan
pada sendinya tanpa menggerakkan kepala leher. Karena lidah melekat pada
rahang bawah, maka lidah ikut tertarik dan jalan nafas terbuka.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca memahami isi makalah yang
telah disusun meskipun sayamenyadari makalah ini kurang dari sempurna. Oleh
karena itu saya berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat
membantu menyempurnakan makalah yang selanjutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Brimacombe, JR. 2015. Difficult Airway Management with Intubating Laringeal Mask.
Anesth Analg 85, 1173-1175.
10