PERENCANAAN GURU
Dosen Pengampu:
Oleh Kelompok 5:
1. Febriani :18004103
2. Nurmalinda : 18004105
3. Siti Sopiah Yulianti :18004095
2021
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan atau rencana (planning) telah dikenal oleh hampir setiap orang dalam
berbagai bidang. Dalam pembangunan dikenal istilah perencanaan pembangunan, dalam suatu
pabrik dikenal perencanaan produksi, dalam keluarga dikenal dengan keluarga berencana
(family planning), sedangkan dalam dunia pendidikan juga dikenal istilah perencanaan
pengajaran.
Pengajaran sendiri berkaitan dengan kegiatan bagaimana guru mengajar serta bagaimana
siswa belajar. Kegiatan ini merupakan suatu kegiatan yang yang disadari dan direncanakan.
Kegiatan pengajaran menyangkut tiga hal, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Ibrahim dan Nana Syaodih. 2003:50). Dengan demikian, perencanaan merupakan bagian dari
kegiatan pengajaran.
Para ahli saling mencurahkan pikiran mereka dalam mengemukakan pengertian
‘perencanaan pengajaran’. Perencanaan pengajaran di Indonesia merupakan proses
penyusunan kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka
mencapai tujuan pengembangan pendidikan nasional. Definisi ini memperlihatkan suatu
tanggung jawab pendidikan yang besar sebagai bagian internal dari pembangunan bangsa.
Pendidikan yang merupakan bagian dari pembentukan karakter bangsa, perlu direncanakan
sedemikian rupa, sehingga dapat tercapai tujuan nasional pendidikan untuk membentuk
generasi bangsa kedepan. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan mengenai perencanaan
pengajaran dan tujuan perencanaan pengajaran dari beberapa ahli dari berbagai sumber.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Perencanaan ?
2. Apa Dukungan Teoritis ?
3. Apa Ranah - ranah perencanaan guru ?
4. Apa Pokok-pokok Perencanaan ?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian perencanaan.
2. Mengetahui dan memahami dukungan teritis
3. Mengetahui dan memahami ranah perencanaan guru
4. Mengetahui dan memahami pokok-pokok perencanaan
BAB II
PEMBAHASAN
Tindakan perencanaan harus mencegah agar tidak terjadi maslaah yang diantaranya
pemilihan strategi manajemen yang tepat dengan melihat:
a) Tingkat kematangan peserta didik dan hubungannya dengan orang lain,
b) Jumlah peserta didik, jumlah dan jenis alat, ruang, keterbatasan waktu dan tujuan
pembelajaran, dan
c) Kepribadian guru.
Tugas guru dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik adalah bagaimana
merancang dan mengimplementasikan teknik pembelajaran agar banyaknya waktu belajar
aktif peserta didik tinggi dan agar peluang belajjar mencukupi serta dan iklim kelas
kondusif. Seperti dipahami sebelumnya bahwa pengajaran pada umunya adalah kegiatan
kelompok, sedangkan pembelajaran lebih kepada kegiatan individu dan tidak semua
peserta didik belajar dengan kecepatan yang sama atau dengan cara yang sama.
Guru perlu mempertimbangkan berapa banyak kebijakan dan praktek yang mengarah
kepada pengelompokan peserta didik. Penelitian tentang interaksi guru dan peserta didik
menunjukkan bagaimana guru berperilaku berbeda kepada indivu peserta didik
berdasarkan pada persepsi mereka sendiri tentang kemampuan peserta didik (Nasution:
2005, hlm. 71) Peserta didik yang diberi label “ beprestasi rendah” atau “ peserta didik
kemampuan belajar rendah” sering menerima sedikit kesempatan apabila di bandingkan
dengan orang lain untuk berpartisipasi, dan mereka yang dipandang sebagai “ tidak
disiplin” diperlakukan sedemikian rupa, bahkan ketika mereka berperilaku baik. Guru
perlu mengarahkan pada asumsi dan ekspektasi mereka dengan meminta umpan balik dari
peserta didik tentang proses belajar mengajar dan tentang apa yang terjadi di kelas pada
umumnya (Slameto: 1991, hlm. 52). Semua guru harus melakukan yang terbaik bagi
peserta didik dengan cara mengenali peserta didik sebagai individu dengan cara positif,
memperlakukan mereka dengan dil dan dengan hormat, membuat pelajaran menarik dan
beragam, memberikan dorongan dan memberitahukan agar peserta didik meyaini diri
sendiri dengan kemampuannya.
B.Dukungan teoritis
Teori adalah suatu susunan pernyataan yang mengizinkan kita untuk menjelaskan,
memprediksi, atau sebagai alat kontrol kejadian-kejadian. Ada dua macam jenis teori
yang menggambarkan perencanaan pembelajaran, yaitu:
a. Teori Deskriptif, yaitu menjelaskan fenomena-fenomena sebagai hipotesa mereka
yang ada, seperti teori-teori belajar. Teori atau prinsip pembelajaran deskriptif
menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens dan
mendeskripsikan hasil sebagai variabel yang di amati. Degeng (1989) mengartikan
teori deskriptif adalah kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan
parameter kedua variabel ini berinteraksi untuk menghasilkan efek pada variabel hasil
pembelajaran, sebagai variabel terikat. Hasil pembelajaran yang dideskripsikan pada
teori deskriptif adalah hasil nyata (actual outcomes) sebagai akibat dari digunakannya
metode tertentu dibawah kondisi tertentu.
b. Teori Preskriptif, yaitu menentukan tindakan yang menunjukkan hasil yang pasti,
seperti teori sistem, teori komunikasi dan teori instruksional. Teori preskriptif adalah
teori yang berorientasi pada tujuan, yaitu mempreskripsikan metode pembelajaran
yang optimal untuk kondisi yang ditetapkan dan hasil yang dikehendaki. Teori ini
menempatkan kondisi dan hasil pada posisi givens serta metode pembelajaran yang
optimal ditetapkan sebagai variabel yang di amati. Menurut Degeng (1989) untuk
teori preskriptif, variabel kondisi dan hasil yang diinginkan, yang mungkin juga
berinteraksi, dan parameter kedua variabel ini digunakan untuk menetapkan metode
pembelajaran yang optimal, yang menjadi variabel tergantung. Hasil pembelajaran
yang diamati dalam teori preskriptif adalah hasil pembelajaran yang diinginkan
(desired outcomes) yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Berdasarkan kedua teori
tersebut, maka dapat dijelaskan beberapa teori yang mendasari perencanaan
pembelajaran sebagai berikut:
1) Teori-teori Belajar
Teori belajar adalah merupakan teori deskriptif, yaitu menjelaskan bagaimana
belajar itu ditempatkan. Ada dua kategori utama dari teori belajar yang
mempengaruhi susunan dan keputusan-keputusan desain pembelajaran, yaitu teori
Behavior dan teori Kognitif.
a. Teori Belajar Behavior Menurut pandangan behavioristik (seperti Ivan Pavlov,
E.L. Torndike, J.B.Watson dan B. F. Skinner), belajar adalah perubahan
tingkah laku, dalam cara seseorang berbuat pada situasi tertentu. Teori ini
menekankan pada apa yang dapat dilihat yaitu tingkah laku, dan tidak
memperhatikan apa yang terjadi didalam fikiran karena tidak dapat di amati.
Teori ini berpendapat bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh
kejadiankejadian didalam lingkungannya, yang akan memberikan
pengalamanpengalaman tertentu kepadanya. Oleh sebab itu, belajar disini
merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R
(Stimulus-Respon), yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu
terhadap yang datang dari luar. Penerapan prinsip behaviorisme didalam
pendidikan adalah pengajaran terprogram dari Skinner, yang mana materi
disajikan dalam unit-unit kecil yang mudah dipelajari siswa. Setiap kali unit
tersebut selesai dipelajari maka segera memperoleh umpan balik. Respons
yang benar diberi penguatan yang positif.
b. Teori Belajar Kognitiff
Pada saat ini teori belajar kognitif merupakan teori belajar yang paling
berpengaruh dalam praktek mendesain pembelajaran. Teori ini lebih banyak
menekankan pada faktor-faktor yang ada pada siswa dan kurang menekankan
faktor-faktor yang ada pada lingkungan, seperti pada teori behavior. Salah satu
kontribusi yang paling berpengaruh dari teori belajar kognitif pada praktek
desain pembelajaran adalah teori proses informasi. Yang pertama sekali
membuat model teori ini adalah Arkitson dan Shifrin (1968). Kemudian
R.Gagne (1988) mengembangkannya dengan memberikan ilustrasi pada
susunan dan prosesnya. Menurut teori ini, alat indra mengirimkan informasi ke
register indrawi untuk disimpan sebentar (satu sampai dua detik), informasi
tersebut diberi arti melalui perhatian dan persepsi. Setelah diubah menjadi
kodekode, informasi tersebut kemudian masuk kedalam Ingatan Jangka
Pendek.
Tempat penyimpanan disini terbatas, informasi hanya tinggal sebentar,
informasi itu digunakan dan hilang kecuali di ulang-ulang. Informasi yang
disimpan untuk diingat kembali dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah
ada dan karenanya disimpan didalam Ingatan Jangka Panjang, suatu tempat
penyimpanan ingatan yang tetap. Bentuk, susunan dan urutan dari respon
dibentuk oleh generator respon, lalu informasi tersebut dikirim kembali ketika
diperlukan.
2) Teori Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “ systema “ yang berarti sehimpunan
bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan
satu keseluruhan (a whole), (Tatang, 1996:1). Kita bisa melihat pengaruh teori
sistem dalam kebanyakan model-model perencanaan pembelajaran yang terdapat
didalam beberapa teori dan model dari belajar individu. Artikel Andrew dan
Goodson (1980) yang mengkaji ulang model-model desain instruksional
mengatakan bahwa 70% modelmodel itu menggunakan teori sistem sebagai
dasarnya. Briggs (1977) mendefinisikan pendekatan sistem dalam pendidikan
adalah sebagai suatu gabungan perencanaan untuk melaksanakan semua
komponen-komponen (sub-sistem) dari sebuah sistem desain untuk memecahkan
suatu persoalan, atau menemukan sesuatu yang dibutuhkan. Dengan demikian
proses desain pembelajaran sebagai suatu sistem adalah sekumpulan komponen-
komponen (langkah-langkah) yang direncanakan mereka untuk mengatasi masalah
atau kebutuhan pembelajaran yang paling utama.
3) Teori Komunikasi
Teori komunikasi memiliki pengaruh yang kuat dalam lapangan perencanaan
pembelajaran. Pengaruh ini terutama terlihat dalam membuat keputusan ketika
memilih media dan menulis tujuan pembelajaran. Salah satu konstribusi teori
komunikasi adalah model bagaimana informasi dikomunikasikan dari seseorang
kepada yang lainnya. Dalam pengajaran, pesan pembelajaran mungkin akan
dirubah oleh persaingan stimuli atau lemahnya kualitas penyampaian pesan.
4) Teori Instruksional/Pembelajaran
Teori instruksional merupakan suatu kumpulan prinsip-prinsip yang erintegrasi
dan yang memberikan preskripsi untuk mengatur situasi atau lingkungan belajar
sedemikian rupa, sehingga dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar dengan
mudah. Prinsip-prinsip ini dapat diterapkan didalam situasi dimana terdapat guru
maupun tidak, seperti halnya pengajaran dengan komputer, pengajaran jarak jauh,
pengajaran terprogram, metode belajar secara inkuiri atau bentuk belajar
menemukan (discovery). Teori ini juga memberikan arahan dalam pemilihan
metode mana yang dapat berhasil dan mengapa metode lain tidak akan
memberikan
hasil yang memadai apabila diterapkan. Teori-teori instruksional bukan hanya
memberikan deskripsi mengenai proses belajar, tetapi juga memberikan preskripsi
tentang apa yang harus dilakukan guru untuk memperlancar proses belajar siswa.
Pada dasarnya tugas guru sangat identik denggan target kurikulum, yaitu banyaknya
isi pelajaran yang relevan yang diselesaikan oleh guru selama pembelajaran berlangsung.
Untuk menyelesaikan tugas tersebut, alah satunya adalah perlunya guru mempunyai
kemampuan perencanaan pembelajaran. Dengan kemampuan itu guru diharapkan dapat
mengelola dan mengatur proses pembelajaran dengan baik (Hamalik: 2006, hlm. 9).
C. Ranah-ranah Perencanaan
Guru profesional dalam melaksanakan aktifitas pembelajaran selalu membuat
perencaan dalam pembelajaran. Kegagalan dalam merencanakan sama artinya
merencanakan kegagalan. Guru yang profesional Dalam perencanaan pembelajaran dapat
di bagi kepada kepada dua bentuk perencanaan berupa perencanaan jangka pendek dan
perencanaan jangka panjang. Yang mencakup rancangan jangka pendek yang disebut
dengan satuan acara pelajaran dan rancangan jangka panjang yang disebut dengan rencana
unit pengajaran dikembangkan. Kegiatan dalam menyusun rancangan-rancangan ini akan
mencakup:
a. Analisis kurikulum.
Secara fisik, kurikulum dituangkan dalam suatu dokumen yang pada intinya
menggambarkan cakupan bahan ajar yang harus diajarkan dalam tingkatan kelas dan
kurun waktu tertentu. Kurikulum dalam bentuk dokumen semacam ini merupakan
kurikulum ideal atau kurikulum yang diaharapkan (Ideal Or Expected Curriculum).
Seorang guru dalam pembelajaran dituntut untuk mengartikulasikan kurikulum
kedalam ragam dan tentang pengalaman belajar peserta didik. Artikulasi dan
implementasi kurikulum yang ideal tadi akan sangat bersifat kontekstual dan
bergantung kepada kondisi objektif guru maupun peserta didik. Oleh akrena itu sangat
mungkin apa yang dilaksanakan dalam praktek tidak sepenuhnya mewujudkan hal-hal
ideal yang terkandung dalam kurikulum tersebut. Dengan kata lain kurikulum yang
terlaksana (Implemented Curriculum) tidak selalu identik dengan kurikulum ideal.
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan analisi kurikulum, yaitu
sebagai berikut:
a) Total waktu yang anda miliki untuk menangani topik-topik utama yang harus
diajarkan.
b) Asumsi-asumsi yang anda gunakan tentang pengetahuan dan keterampilan awal
peserta didik untuk memulai mempelajari topik-topik baru.
c) Tujuan umum belajar yang dirumuskan siswa.
b. Penyiapan tujuan instruksional
Ada empat tipe tujuan pembelajaran. Pertama, tujuan keperilakuan, rumusan
tujuan yang ada dalam bentuk perilaku siswa yang dapat ter observasi, diukur, dan
diuji bahwa siswa sudah menguasai dengan baik perilaku yang harus dicapai secara
khusus. Kedua, tujuan pemecahan masalah, merumuskan pembelajaran siswa dalam
proses untuk menggunakan pikiran melalui pengkajian isu yang tak memiliki
pemecahan spesifik.
Ketiga, tujuan ekspresif, merumuskan pembelajaran siswa ke dalam tingkat
pengalaman tinggi yang bermakna secara individual apakah sebelumnya sudah
diantisipasi atau belum.
Keempat, tujuan afektif, ada kesamaan dengan tujuan ekspresif, hanya tujuan
afektif lebih terfokus kepada respons-respons emosional terhadap kurikulum dan
pengajaran. Dalam tatanan paling rendah perilaku afektif direplikasikan dalam bentuk
memperhatikan dan merespon.
c. Penyiapan Rencana Kegiatan
Secara operasional kegiatan pembelajaran yang tertuang di dalam satuan pelajaran
diartikan sebagai sejumlah waktu yang dirancang untuk mengajari siswa suatu topik
sederhana, bisa berupa konsep, keterampilan, proses, diskusi singkat tentang cerita
pendek atau suatu bagian dari novel. Kata sederhana mengandung arti bahwa setiap
satuan pelajaran adalah hanya satu dari rangkaian satuan-satuanpelajaran yang saling
terkait dan bekerja sama membantu siswa memahami hal-hal yang lebih kompleks.
Setiap kegiatan pembelajaran dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: kegiatan
awal, kegiatan inti, dan penutup.
a) Kegiatan awal
Bagian pengantar dari satuan pelajaran dapat membantu siswa dalam hal-
hal berikut.
1) Mengaitkan hal-hal yang sudah dipelajari dengan hal-hal baru. Pengantar
satuan pengajaran dapat diisi dengan mengingatkan kembali pengetahuan awal
dan mengaitkannya dengan informasi baru sehingga pengetahuan awal itu dapat
menjadi alat yang bermakna bagi proses belajar baru.
2) Memberi kesempatan pada siswa untuk memahami topik secara keseluruhan
sebelum mempelajari hal-hal yang terkandung dalam topik secara detail.
Pemahaman ini dikembangkan melalui penyiapan penata awal, yaitu suatu
cakupan rumusan yang memungkinkan siswa mengetahui informasi apa yang
penting sebelum pembelajaran dimulai.
3) Menumbuhkan hasrat ingin tahu siswa dan merangsang perhatian dan hasrat
belajar siswa secara berkelanjutan.
4) Menyadarkan siswa akan apa yang diharapkan guru dari siswa dalam atau
selama pembahasan topik tersebut, disamping menyampaikan tujuan
pembelajaran.
b) Rancangan untuk kegiatan inti pembelajaran
Walaupun dengan demikian kegiatan pembelajaran dikehendaki mampu
menumbuhkan dan mengembangkan hal-hal berikut ini.
1) Mengantarkan siswa kepada informasi atau keterampilan baru.
2) Mendorong siswa untuk mengkaji ulang atau menafsirkan ulang informasi atau
keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya.
3) Memungkinkan siswa mampu melihat kekurangan pada proses mengisi
kekurangan itu.
4) Mendorong siswa untuk mengembangkan atau memperkuat proses-proses fisik,
kognitif, sosial, maupun afektif.
5) Mendorong siswa untuk menghasilkan, mengorganisasikan dan menyatakan
informasi baru itu dalam cara-cara yang kreatif.
6) Mendorong siswa untuk memperkirakan dan memikirkan gagasan yang belum
di kembangkan serta masalah yang belum terpecahkan
c.Perencanaan evalusi
Mengacu pada konsep manajemen, proses evaluasi pendidikan dapat dibagi
menjadi tiga bagian utama: Perencanaan (Planning), Implementasi (Implementing),
dan Evaluasi (Evaluating). Jadi dalam proses ini kita mulai dengan merencanakan
evaluasi, mengimplementasikan evaluasi, dan mengevaluasi evaluasi. Kita perlu
merencanakan dan melaksanakan evaluasi secara sistematis dengan cara
a) mengidentifikasi kebutuhan,
b) memilih strategi yang tepat dari berbagai alternatif,
c) memonitor perubahan yang muncul, dan
d) mengukur dampak dari perubahan tersebut.
Ibrahim dan Nana Syaodih (2003:63) menjelaskan bahwa hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam merencanakan progam pengajaran, agar pelaksanaan berjalan lebih
lancar dan hasilnya lebih baik.kurikulum khususnya Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) menjadi acuan utama di dalam penyusunan atau perencanaan suatu program
pengajaran, namun kondisi sekolah dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru
merupakan hal-hal yang penting yaang perlu diperhatikan juga.
1. Kurikulum
Dalam perencanaan atau penyusunan suatu pengajaran hal pertama yang perlu
mendapat perhatian adalah kurikulum. Dalam GBPP tercantum tujuan kurikuler,
tujuan instruktusional, pokok bahasan serta jam pelajaran untuk mengajarkan pokok
bahasan tersebut. Kalu waktu yang tersedia cukup banyak maka sub-pokok bahasan
yang akan disampaikan dapat lebih banyak, tetapi apabila waktu sedikit maka sub-
pokok bahasan dibatasi. Karena waktu pelajaran setiap minggu sama dan jumlah
pertemuan dalam caturwulan dapat diketahui atau dihitung , maka dalam merinci
pokok bahasan yang memiliki sub-pokok bahasan yang banyak perlu dikelompokan
sehingga akhirnya dapat dihasilkan satuan bahasan dalam caturwulan yang
bersangkutan , yang masing-masing akan dikembangkan dalam bentuk satuan
pelajaran.
2. Kondisi Sekolah
Perencanaan pengajaran juga perlu memperhatikan keadaan sekolah, terutama
tersedianya sarana prasarana dan alat bantu pelajaran. Sarana-saarana dan alat bantu
sekolah ini menjadi pendukung terlaksananya berbagai aktivitas belajar siswa. Guru
tidak mungkin melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan bak
pasir apabila disekolah tidak tersedia bak pasir.
3. Kemampuan dan Perkembangan Siswa
Dalam penyusunan atau meerancanakan program pengajaran komponen siswa juga
perlu mendapat perhatian. Program pengajaran , apakah program caturwulan atau
program mingguan atau harian, dapat dipandang sebagai suatu skenario tentang apa
yang harus dipelajari siswa dan bagaimana mempelajarinya. Agar bahan dan cara
belajar ini sesuaai dengan kondisi siswa, maka penyusnan skenario/program
pengajaran perlu disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan siswa. Aktivitas
belajar yang direncanakan guru juga perlu memperhatikan hal itu. Secara umum
siswa dalam kelas terbagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok pandai, sedang dan
kelompok kurang. Bagian yang terbanyak adalah sedang. Untuk mengatasi variasi
kemampuan siswa, maka guru perlu menggunakan metode atau bentuk kegiatan
mengajar yang bervariasi juga.
4. Keadaan Guru
Keadaan dan kemampuan guru sesungguhnya tidak perlu menjadi hal yang harus
diperhatikan, sebab guru dituntut memiliki kemampuan dalam segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan pengajaran. Kalau pada suatu saat guru
memiliki kekurangan, ia dituntut untuk segera belajar/meningkatkan dirinya. Bagi
guru-guru yang pengalamannya masih sangat sedikit, kekurangan kemampuan pada
guru juga perlu diperhatikan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perencanaa adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan pengajaran adalah suatu cara bagaimana
mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik melalui bimbingan, membantu dan
mengarahkan peserta didik. Tujuan yang paling mendasar dari sebuah perencanaan
pembejaran adalah sebagai pedoman atau petunjuk guru serta mengarahkan dan
membimbing kegitan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
B. SARAN
Suatu proses pengajaran atau pembelajaran harus memiliki perencanaan terlebih dahulu
sebelum diimplikasikan dan dilaksanakan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan
kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan.
Perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.
DAFTAR PUSAKA