Anda di halaman 1dari 21

Makalah Keperawatan Gerontik

KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK


&
TEORI – TEORI PENUAAN
OLEH
KELOMPOK 1 (KELAS A)

Ramdan Hunowu (841418015)


Fatia Ali (841418018)
Delfianti Hasan (841418012)
Widya Puspa Molou (841418027)
Ririn Hasan (841418003)
Nurlin Arsyad (841418031)
Ilman Asman (841418035)
Rayhan Binti Hasan (841418025)
Rahmatia Kadir (841418036)

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA KESEHATAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala taufik, hidayah
serta inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK & TEORI-TEORI
PENUAAN” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam tidak
lupa juga kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Kami berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahwa referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan Keperawatan Gerontik. Dalam
penyusunan makalah ini, banyak kami temui hambatan dan juga kesulitan. Namun,
berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan lancar.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi lebih sempurnanya makalah ini diwaktu mendatang.
Akhir kata, kami hanya dapat berharap agar makalah ini dapat berguna bagi
semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha kami selama ini, Aamiin.

Gorontalo, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengatar............................................................................................................. i
Daftar.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1 Konsep Keperawatan Gerontik............................................................................ 3
2.2 Teori Penuaan ...................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 16
3.2 Saran..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang terkadang
menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses
natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid (DNA),
ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari
lansia yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang
mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh
proses menua dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah secara fisik,
biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, populasi penduduk
dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa. Dewasa ini, terdapat 125
juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun 2050, diperkirakan mencapai 2
milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri
di Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia ini di seluruh dunia. Di kawasan Asia
Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah
Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah
Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia
mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi (Departemen Kesehatan RI, 2013;
WHO, 2015).
Dari sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia (60
tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun 2011. Diperkirakan akan
meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25% pada tahun 2050. Jumlah orang tua
di Indonesia berada di peringkat keempat terbesar di dunia setelah China, India, dan
Amerika. Propinsi Jawa tengah adalah salah satu propinsi yang mempunyai penduduk usia
lanjut diatas jumlah lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia
harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut lebih
tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick, 2012; Departemen Kesehatan,
2013)
Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan semakin
menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran
sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan

1
hidupnya. Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain dengan kata
lain akan menurunkan tingkat kemandirian lansia tersebut. Maslow (1962, dikutip oleh
Ambarwati 2014) menyebutkan teori tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang tertinggi
(ke-5) adalah kebutuhan aktualisasi diri (need for self Actualization) yang terkait dengan
tingkat kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal serta memahami potensi
diri sendiri.
Kemandirian sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Dengan
pemikiran para lansia, diakui sebagai individu yang mempunyai karakteristik yang unik.
Kemandirian pada lanjut usia dapat dinilai dari kemampuannya dalam melakukan aktivitas
kesehariannya atau yang sering disebut dengan Activity of daily living (ADL), sehingga
meminimalkan morbiditas para lanjut usia. Salah satu ukuran penting pada morbiditas
adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas seharihari, seperti mandi,
berpakaian, toileting, dan makan. Ketika tidak dapat melakukan self-care, maka akan
menjadi tergantung dengan bantuan (Dunlop, Hughes, dan Manheim, 1997; Sari, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Yang Dimaksud Dengan Keperawatan Gerontik?
1.2.2 Apa Yang Dimaksud Dengan Teori Menua?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui maksud dari Keperawatan Gerontik
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui maksud dari Teori Menua

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keperawatan Gerontik


Menua atau menjadi tua (aging) merupakan suatu proses menghilangnya secara
perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahasa atau menangani proses penuaan
dan masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut, sedangkan geriatric
berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia
lanjut. Geriatrik nursing merupakanpraktek keperawatan yang berkaitan dengan
penyakit pada proses menua (Al Husna, 2018)
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkanpada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri
dari bio-psikososiospritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut
usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014).Pengertian lain dari keperawatan gerontik
adalah praktek keperawatan yang berkaitandengan penyakit pada proses menua
(Kozier1987 dalam Kholifah 2016). Sedangkan menurut Lueckerotte (2000 dalam
Kholifah 2016)keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang
perawatan pada lansia yangberfokus pada pengkajian kesehatan dan status
fungsional, perencanaan, implementasiserta evaluasi.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keperawatan gerontic
adalah suatu bentuk praktek keperawatan profesional yang ditujukan pada lansia
baik sehatmaupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri dari bio-psiko-sosial dan
spiritual denganpendekatan proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosis
keperawatan,perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Kholifah, 2016)

3
1. Fokus Keperawatan Gerontik
a. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Upaya yang dilakukan adalah memelihara kesehatan dan mengoptimalkan
kondisilansia dengan menjaga perilaku yang sehat. Contohnya adalah
memberikan pendidikankesehatan tentang gizi seimbang pada lansia,
perilaku hidup bersih dan sehat sertamanfaat olah raga.
b. Pencegahan penyakit (preventif)
Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit karena proses penuaan dengan
melakukanpemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi sedini mungkin
terjadinya penyakit,contohnya adalah pemeriksaan tekanan darah, gula
darah, kolesterol secara berkala,menjaga pola makan, contohnya makan 3
kali sehari dengan jarak 6 jam, jumlah porsimakanan tidak terlalu banyak
mengandung karbohidrat (nasi, jagung, ubi) danmengatur aktifitas dan
istirahat, misalnya tidur selama 6-8 jam/24 jam.
c. Mengoptimalkan fungsi mental.
Upaya yang dilakukan dengan bimbingan rohani, diberikan ceramah agama,
sholatberjamaah, senam GLO (Gerak Latih Otak) (GLO) dan melakukan
terapi aktivitaskelompok, misalnya mendengarkan musik bersama lansia lain
dan menebak judullagunya.
d. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Melakukan upaya kerjasama dengan tim medis untuk pengobatan pada
penyakit yangdiderita lansia, terutama lansia yang memiliki resiko tinggi
terhadap penyakit, misalnyapada saat kegiatan Posyandu Lansia.
2. Tujuan Keperawatan Gerontik
a. Lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dan
produktif.
b. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal mungkin.
c. Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansia (Life
Support).
d. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit (kronis
atau akut).

4
e. Memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal mungkin.

3. Trend Issue Keperawatan Gerontik


Trend issue pelayanan keperawatan pada lansia :
a. Pengontrolan biaya dalam pelayanan kesehatan
1) Diupayakan sesingkat mungkin di pelayanan kesehatan karena
pergeseranpelayanan dari RS ke rumah (home care).
2) Diperlukan perawat yang kompeten secara teknologi &transcultural
3) Pemanfaatan caregiver atau pemberdayaan klien untuk bertanggung
jawabterhadap perawatan dirinya
b. Perkembangan teknologi & informasi
1) Data based pelayanan kesehatan komprehensif,
2) Penggunaan computer-based untuk pencatatan klien,
3) Pemberi pelayanan dapat mengakses informasi selama 24 jam,
4) Melalui internet dapat dilakukan pendidikan kesehatan pada klien atau
membuatperjanjian.
c. Peningkatan penggunaan terapi alternatif (terapi modalitas & terapi
komplementer)
1) Banyak masyarakat yang memanfaatkan terapi alternatif tetapi tidak
mampumengakses pelayanan kesehatan.
2) Dalam melaksanakan pendidikan kesehatan, perawat
sebaiknyamengintegrasikan terapi alternatif kedalam metode praktik
pendidikankesehatan tersebut.
3) Perawat harus memahami terapi alternatif sehingga mampu
memberikanpelayanan atau informasi yang bermanfaat agar pelayanan
menjadi lebih baik.
d. Perubahan demografi
1) Pengembangan model pelayanan keperawatan menjadi holistic model,
yangmemandang manusia secara menyeluruh
2) Perawat mempertimbangkan untuk melakukan praktik mandiri,
3) Perawat harus kompeten dalam praktik “home care”,

5
4) Perawat memiliki pemahaman keperawatan transkultural (berbasis
budaya)sehingga efektif dalam memberikan pelayanan type self care,
5) Perawat melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
&ketidakmampuan pada penduduk yang sudah lansia,
6) Perawat mampu menangani kasus kronis dan ketidakmampuan pada
lansia,
7) Perawat melakukan proteksi kesehatan dengan deteksi dini &
manajemenkesehatan secara tepat,
8) Mampu berkolaborasi dengan klien, anggota tim interdisipliner
dalammemberikan pelayanan,
9) Mampu mengembangkan peran advokasi .
e. Community-based nursing care
1) Mampu berkolaborasi dalam tim untuk melakukan pelayanan kesehatan
padalansia,
2) Mampu menggunakan ilmu & teknologi untuk meningkatkan
komunikasiinterdisiplin dengan tim dan klien,
3) Mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan sesuai dengan
kode etikkeperawatan.
4. Peran dan Fungsi Perawat Gerontik
Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah area praktek gerontik yang
difokuskan pada tidak terpenuhnya kebutuhan dasar manusia pada lanjut usia
sebagai proses penuaan, pencegahan ketidakmampuan akibat proses penuaan,
perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan, serta
pemulihan yang ditujukan untuk mengatasi keterbatasan akibat proses penuaan (Al
Husna, 2018
Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua
macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada
berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan
menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett,
2005 dalam Akademi Keperawatan Helvetia 2016).

6
Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja sama dengan
para ahli dalam perawatan klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Peran
secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik spesialis
klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik
pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara
langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam
perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan
keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach
programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi
kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi
kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien;
manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka
panjang, dan independent practice (Akademi Keperawatan Helvetia, 2016).
Peran dan fungsi lain dari keperawatan gerontik (Al Husna 2018) adalah:
a. Sebagai care giver atau pemberi asuhan keperawatan secara langsung
b. Sebagai pendidik klien lansia
c. Sebagai motivator klien lansia
d. Sebagai advokasi klien lansia
e. Sebagai konselor atau memberi konseling pada klien lansia
Sedangkan tanggung jawab seorang perawat gerontik adalah sebagai berikut.
a. Tanggungjawab perawat gerontik
b. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
c. Membantu klien lansia memelihara kesehatannya
d. Membantu klien lansia menerima kondisinya
e. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukannya secara
manusiawi sampai meninggal

7
2.2 Teori Penuaan
A. Teori Penuaan
1. Teori Wear-and-Tear
Teori wear-and-tear berkembang sekitar abad ke-19, diusulkan oleh August
Weismann (Miller, 2012). Beliau menjelaskan bahwa sel tubuh manusia dapat
melakukan perbaikan setiap waktu, hingga pada saat tertentu sel-sel ini menjadi tua
dan kemampuan reparasinya menghilang. Tubuh dianalogikan seperti mesin yang
lama-kelamaan lapuk dan tidak bisa lagi diperbaiki, misalnya langkah kaki yang
kian hari kian melambat. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan penuaan
seperti sakit punggung, rabun mata tua, dan kesulitan berkemih. Penuaan dapat
menjadi lebih parah jika banyak stressor yang mempengaruhi tubuh seperti
merokok, minum alkohol, dan diet yang buruk. Penelitian dari Solis, Fantin, Irving
dan Delpierre (2016) menunjukkan adanya hubungan stressor dengan kesehatan
tubuh. Semakin banyak stressor tubuh seperti alkohol dan merokok, maka
kemampuan adaptasi tubuh akan memburuk.
2. Teori Cross-Linkage
Teori cross-linkage menjelaskan bahwa manusia memiliki struktur DNA
normal yang kemudian rantainya dapat terpisah dan tergabung dengan molekul
lain. Ikatan ini dapat kembali normal dengan ketahanan tubuh mencegah
pemutusan rantai, namun kemampuan ini melemah seiring pertambahan usia. Saat
tua, perbaikan tidak dapat dilakukan hingga sel mengalami kerusakan (Miller,
2012). Salah satu contohnya yaitu kerutan dan penuaan kulit yang disebabkan oleh
ikatan glukosa dan DNA (Tabloski, 2014). Kerusakan yang terjadi pada sel
pembentuk kolagen lama kelamaan menyebabkan kegagalan jaringan dan organ.
Jumlah sel dengan molekul yang menjadi cross-link bertambah banyak sehingga
sel tidak dapat berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, sebagian ahli gizi percaya
diet rendah gula dapat memperlambat proses cross-linkage (Tabloski, 2014).
3. Teori Radikal Bebas
Teori radikal bebas ada pada tahun 1956, dengan Harman sebagai
pencetusnya. Teori ini menjelaskan bahwa sel tubuh dapat mengalami kerusakan
akibat adanya radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul yang memiliki eletron

8
berlebih sehingga dengan mudah bereaksi dengan molekul lain seperti komponen
sel. Radikal bebas bisa muncul dari reaksi tubuh seperti metabolisme maupun dari
lingkungan. Contoh radikal bebasdari lingkungan adalah ozon, pestisida, dan
polutan udara (Miller, 2012). Radikal bebas yang bereaksi dengan sel
menimbulkan kerusakan pada komponen sel seperti protein, lipid, dan asam
nukleat. Tubuh mempunyai mekanisme untuk memerangi radikal bebas yaitu
dengan beta-karoten, vitamin C dan vitamin E. Namun mekanisme ini akan
melemah seiring penuaan akibat radikal bebas yang makin bertambah. Contoh
penyakit yang timbul akibat radikal bebas adalah Age-related Macular
Degeneration (AMD). AMD terbukti dapat melambat prosesnya dengan pemberian
antioksidan. Namun penelitian juga menyatakan radikal bebas berperan dalam
terjadinya proses tubuh seperti metabolisme (Liochev, 2013, p.4). Untuk itu,
penelitian dikembangkan agar tidak terjadi penumpukan radikal bebas atau
pembentukan radikal bebas berkurang. Saat ini, ahli menyarankan penggunaan
antioksidan dan minum vitamin untuk memerangi radikal bebas (Tabloski, 2014).
4. Teori Neuroendokrin
Teori neuroendokrin didasarkan pada pemahaman bahwa sistem
neuroendokrin mengintegrasikan berbagai fungsi tubuh dan memfasilitasi adaptasi
terhadap perubahan baik dalam lingkungan internal dan eksternal (Miller, 2012).
Teori ini mendalilkan bahwa perubahan padasistem endokrin adalah penyebab
terjadinya penurunan fungsi organ. Salah satu contohnya adalah
ketidakseimbangan saraf impuls-transmisi zat kimia dalam otak mengganggu
pembelahan sel di seluruh tubuh.
5. Teori Imunitas
Teori imunitas memiliki hubungan erat dengan teori radikal bebas. Hal ini
didasarkan pada perubahan sistem kekebalan tubuh seiring dengan pertambahan
usia. Dalam hal ini yang ditekankan adalah kematian sel-sel kekebalan tubuh yang
diprogramkan mengalami kerusakan oleh karena peningkatan radikal bebas (Effros
et al, 2005 dalam Touhy dan Jett, 2014).
Menurut Touhy dan Jett (2014), sistem kekebalan dalam tubuh manusia
merupakan jaringan yang kompleks yang terdiri dari sel, jaringan, dan organ yang

9
berfungsi secara terpisah dan bersama-sama melindungi tubuh dari zat-zat dari luar
seperti bakteri. Hal ini sangat tergantung pada pelepasan hormon. Limfosit B
(humoral) dan limfosit T (selular) melindungi tubuh terhadap invasi oleh infeksi
atau hal lain yang dianggap asing, seperti jaringan atau organ transplantasi.
6. Teori Genetik
Teori genetik menekankan peran gen dalam pengembangan perubahan yang
berkaitan dengan usiayang merupakan salah satu jenis yang paling kompleks dari
teori biologis. Salah satu yang paling awal dari teori genetik adalah teori program
penuaan, diusulkan oleh Hayflick pada tahun 1960. Teori ini menyatakan bahwa
masa hidup hewan yang telah ditentukan oleh program genetik, disebut jam
biologis, memungkinkan sekitar 110 tahun maksimal pada manusia (Hayflick,
1965 dalam Miller, 2012). Hayflick (1974) dalam Miller (2012) memperkirakan
bahwa sel-sel manusia normal membelah sebanyak 50 kali selama bertahun-tahun
dan berpendapat bahwa sel-sel secara genetik diprogramkan untuk berhenti
membelah setelah mencapai 50 kali pembelahan sel. Pada saat itulah sel-sel mulai
memburuk.
7. Teori Pembatasan Kalori
Teori pembatasan kalori didasarkan pada berbagai penelitian yang telah
ditemukan bahwa mengurangi asupan kalori antara 30% dan 40% adalah salah satu
intervensi yang secara dramatis dapat meningkatkan rentang hidup. Ada banyak
bukti ilmiah bahwa pembatasan kalori tanpa kekurangan gizi memiliki banyak efek
menguntungkan pada hewan, termasuk peningkatan kemampuan dalam melindungi
sel-sel, meningkatkan ketahanan terhadap stres, dan secara keseluruhan memiliki
harapan hidup sehat yang lebih lama (Barzilai & Bartke, 2009 dalam Miller, 2012).
Namun sampai saat ini, penelitian ini belum diterapkan pada manusia.
B. Teori Psikologis Menua
1. Teori Kebutuhan Manusia
Kebutuhan manusia menurut hierarki Maslow terbagi kedalam lima
kategoriyaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, cinta
dan harta benda, harga diri, dan aktualisasi diri. Maslow mendeskripsikan
aktualisasi diri seseorang sebagai manusia dewasa yang utuh yang memiliki

10
beberapa keinginan sebagai autonomi (Miller, 2012). Kebutuhan dasar pada
diri manusia merupakan alami dari dalam diri manusia. Lansia seperti halnya
dengan kelompok umur lain juga membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar
untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Lansia membutuhkan makan dan
minum, keamanan dan keselamatan, dan kasih sayang. Aktualisasi diri akan
secara penuh aktif jika kebutuhan dasar lainnya sudah terpenuhi. Aktualisasi
diri dapat menjadi pemahaman dan pengembangan diri pada lansia.
2. Teori Rangkaian Kehidupan dan Perkembangan Personalitas
Terdapat beberapa ahli yang menjabarkan teori rangkaian kehidupan
dan perkembangan personalitas. Carl Jung pada tahun 1960 mengkategorikan
personalitas menjadi ekstrovertyaitu orang-orang yang berorientasi pada dunia
luar danintrovertyaitu orang-orang yang lebih suka mementingkan dirinya dari
pengalaman subjektifnya (Miller, 2012). Jung mendeskripsikan bahwa menjadi
dewasa merupakan periode dimana seseorang tampak mundur daripada maju
dan bertanggung jawab untuk mencurahkan perhatian serius untuk diri (Miller,
2012). Lansia pada umumnya akan cenderung menjadi introvert dan fokus
terhadap dirinya. Teori Erikson tahun 1963 merupakan teori dasar tentang
delapan tahap dari kehidupan yang telah diakui dalam hubungan menuju
kedewasaan (Miller, 2012).
Manusia dapat berkembang dan belajar sebagai bagian dari proses yang
tidak terbatas sejak anak-anak hingga remaja. Erikson menggambarkan bahwa
usia tua merupakan penyeimbang integritas antara pencarian keutuhan dan rasa
putus asa. Pada fase ini lansia cenderung melakukan cerminan diri terhadap
masa lalu. Ketika lansia tidak dapat mencapai integritas dalam kehidupannya
maka akan menyebabkan kondisi keputusasaan. Robert Peck tahun 1968
mengembangkan teori dari Erikson dengan mengidentifikasi tugas-tugas
tertentu dari lansia untuk membangun integritas ego (Touhy dan Jett, 2014).
Tugas lansia menurut Peck adalah sebagai berikut (Touhy dan Jett, 2014):
1) Ego differentiation vs.work role preoccupation
Individu tidak ditentukan lagi oleh karyanya.
2) Body transcendence vs.body preoccupation

11
Merawat diri tetapi tidak tertarik dan memperhatikan individu.
3) Ego transcendence vs. ego preoccupation
Diri sendiri menjadi kurang sentraldan salah satu merasa
bagian dari massa kemanusiaan untuk berbagi perjuangan mereka dan
nasib mereka.
3. Teori Gerotransenden
Gerotranscendence theory merupakan teori yang diusulkan oleh seorang
sosiolog dari Swedia bernama Lars Tornstam. Tornstam mengemukakan bahwa
menua merupakan proses pergantian atau perpindahan dari perspektif
materialistik menjadi perspektif kosmik dan secara bersamaan terjadi
peningkatan kepuasan hidup atau transenden (Miller, 2012 dan Touhy & Jett,
2014). Perspektif kosmik yang merupakan bagian dari teori ini mengarah
kepada pandangan lansia yang tidak lagi bersifat materi melainkan
mengutamakan pendekatan terhadap spiritual ketuhanan dan aspek naturalistik.
Teori ini juga menyebutkan bahwa gerotransenden memiliki karakteristik
seperti tingkat kepuasan hidup yang tinggi, pola koping yang semakin kompleks
dan aktif, peningkatan spiritualitas, kepuasan terhadap aktivitas sosial atas
keinginan sendiri, penurunan perhatian terhadap citra tubuh dan keinginan
memiliki sesuatu yang bersifat materi, penurunan rasa takut terhadap kematian,
ketertarikan terhadap generasi masa lalu dan masa depan, penurunan pemusatan
pada diri sendiri dan peningkatan altruisme (Touhy & Jett, 2014). Karakteristik
tersebut mendukung bahwa teori gerotransenden melihat perubahan lansia dari
beberapa aspek, mulai dari diri sendiri dan kehidupan sosialnya.

12
4. Teori Gender and Aging
Berbeda dengan gerotranscendence theory, teorigender and aging berfokus pada
hubungan antara jenis kelamin dan proses menua. Jenis kelamin (gender) dapat
dipahami sebagai pola yang kompleks dan berbeda dari peran, tanggung jawab, norma,
nilai-nilai, kebebasan, dan keterbatasan yang mendefinisikan "maskulin" dan "feminin"
sepanjang perjalanan hidup (WHO, n.d). Beberapa aspek psikologis terkait jenis
kelamin yang dipelajari dalam teori ini meliputi inteligensi, kepribadian, perawatan,
kemampuan diri, sikap tubuh, kemampuan verbal, ikatan sosial, kontrol perasaan, dan
pembuatan keputusan medis (Sinnott & Shifren, 2001 dalam Miller, 2012).
Faktor sosial dan kesehatan seperti pendidikan dan kemiskinan, kurangnya akses
terhadap nutrisi yang baik, pelayanan kesehatan dan sosial, serta pekerjaan umumnya
menjadi kelemahan wanita dibandingkan dengan pria selama hidup mereka. Selain itu,
teori ini juga memiliki keterkaitan dengan teori yang dibahas sebelumnya yakni
gerotransenden.
C. Teori Sosiologis Menua
1. Teori Pemutusan Hubungan (Disengagement)
Cumming & Henry pada tahun 1961 mengembangkan teori disengagement
yang menjelaskan proses menua dengan upaya penarikan diri lansia terhadap
lingkungannya. Hal yang melatarbelakangi lansia memutuskan hubungan dengan
lingkungan sekitar antara lain kondisi disabilitas, pensiun, dan kurang
keterlibatannya dalam kegiatan sosial. Teori ini kontroversial mengingat bahwa
penarikan diri lansia terhadap lingkungannya dipertimbangkan sebagai suatu
pilihan dan bukan kenyataan mutlak.
2. Teori Aktivitas
Gerontologis sosial mengembangkan teori aktivitas menua sekitar tahun
1970. Teori ini menjelaskan bahwa kesuksesan lansia pada aspek sosial dan
psikologis akan tetap ada jika lansia terlibat dalam aktivitas sehari-hari. Fokus teori
ini hubungan antara adalah aktivitas dan konsep diri, khususnya terkait komponen
peran sosial. Lansia dapat mempertahankan berbagai peran dengan kegiatan yang
produktif seperti pekerjaan paruh waktu atau kegiatan kerelawanan. Namun teori
aktivitas tidak mengakomodasi faktor kesehatan dan kondisi ekonomi yang dapat

13
menghambat keterlibatan lansia dalam aktivitas sehari- hari (Achenbaum, 2009;
Miller, 2012).
3. Teori Subkultural
Teori subkultural menjelaskan bahwa lansia merupakansuatu kelompok
yang memiliki norma, harapan, keyakinan, dan kebiasaan tersendiri. Lansia kurang
dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar secara luas dan cenderung merasa
nyaman dengan interaksi sebaya. Teori yang dikembangkan oleh Rose pada 1960
ini melihat bahwa aspek kesehatan dan mobilitas saat ini lebih dipertimbangkan
untuk menjadi dasar interaksi dibandingkan tingkat pendidikan, ekonomi, dan
prestasi masa lalu (Miller, 2012).
4. Teori Stratifikasi Umur
Riley, Johnson, dan Foner pada 1972 mengembangkan teori stratifikasi
umur (Miller, 2012). Teori stratifikasi umur menjelaskan keterkaitan antara umur
sebagai komponen struktur sosial, proses menua, dan kelompok individu pada
proses sosial. Masyarakat dapat digolongkan menjadi beberapa strata sesuai umur
dan perannya. Seiring dengan pertambahan umur lansia, muncul kelompok baru
dalam proses sosial sehingga dihasilkan sejarah baru yang unik. Lansia dan
masyarakat memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi.
5. Teori Person-Environment Fit
Teori person-environment fit berfokus pada hubungan kompetensi lansia
dan lingkungan (Lawton, 1982; Miller, 2012). Lingkungan mempengaruhi respon
perilaku lansia. Lansia memiliki kompetensi dalam keahlian motorik, pengetahuan,
dan kesehatan yang dapat menerima tekanan atau tuntutan dari lingkungan.
Semakin tinggi kompetensi lansia maka lansia akan semakin mampu bertahan
dalam kondisi lingkungan dengan banyak tekanan, begitu pula sebaliknya. Teori
ini sering digunakan dalam perencanaan lingkungan bagi lansia.
6. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas menjelaskan bahwa lansia akan mempertahankan
kepribadian dan strategi koping untuk menjaga stabilitas (Wallace, 2008 dan
Potter&Perry, 2013). Kepribadian dan koping diperoleh dari tahap tumbuh
kembang sebelum lansia. Kehidupan lansia saat ini ditentukan oleh kesuksesan

14
perkembangan lansia pada tahap usia sebelumnya. Teori ini bertentangan dengan
teori disengagement yang menjelaskan penarikan diri lansia terhadap kondisi
sekitar.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang
terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu
proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid (DNA),
ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh.
Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan semakin
menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran
sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya.
Salah satu ukuran penting pada morbiditas adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas seharihari, seperti mandi, berpakaian, toileting, dan makan. Ketika
tidak dapat melakukan self-care, maka akan menjadi tergantung dengan bantuan
3.2 Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Akademi Keperawatan Helvetia (2016). Keperawatan Gerontik.
http://d3keperawatan.helvetia.ac.id/2016/11/16/keperawatan-gerontik/ (diakses
pada tanggal 09 September 2021 21:05 WITA) Undang-Undang Nomor 38
Tahun 2014 Tentang Keperawatan. Jakarta: Republik Indonesia
Al Husna, Chairul Huda (2018). Konsep Keperawatan Dasar Gerontik. Malang:
Fakultas Ilmu Kesehatan Malang
Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Dua
Satria Offset.
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Kholifah, Siti Nur (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Kozier. (2012). Fundamental of nursing: concepts, process, and practice 9th ed. New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Liochev, S.I (2013). Reactive oxygen species and the free radical theory of aging.
Free and Radical Biology and Medicine, 60, 1-4.
Melin-johansson, C. (2014). Reflections of older people living in nursing homes,
26(1), 33–40. Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory
and practice 6thed.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2013). Fundamental nursing: concepts, process, and
practice 8th ed..St. Louis: Mosby Year Book
Solis, C. B., Fantin, R., Irving, M. K dan Delpierre, C. (2016). Physiological wear-
and-tear and later subjective health in mid-life:Findings from the 1958 British
birth cohort. Psychoneuroendocrinology, 74, 24-33.Wallace, M. (2008).
Essentials of gerontological nursing. New York: Springer Publishing
Company
Tabloski, P. A. (2014). Gerontological nursing 3rd ed. USA : Pearson.
Touhy, T.A. dan Jett, K.F. (2014). Ebersole and Hess: gerontological nursing &
healthy aging, 4th edition. Chapter 5: Theories of Aging and Physical Changes,
p. 57-59. USA: Mosby.

17
Wang, J. (2011). A structural model of the bio-psycho-socio-spiritual factors
influencing the development towards gerotranscendence in a sample of
institutionalized elders. http://doi.org/10.1111/j.1365-2648.2011.05705.x
WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015.
Woodhead, A.D. (2014). Perspectives on aging--human aging: biological
perspectives. Bioscience, 44(9), 639.p. 639. Diunduh dari: http://remote-
lib.ui.ac.id:2073/docview/230527831/fulltextPDF/EF29CB2F68B143B9PQ/8
?accountid=17242 pada Selasa, 14 Februari 2017 pukul 20.09 WIB.

18

Anda mungkin juga menyukai