1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-
Nya sehingga berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaplikasian Multiplexing
Analog FDM, Digital PCM dan Teknik Akses pada Sistem Telekomunikasi”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kerja sama rekan kelompok 1 yang
telah mengerjakan makalah. Kami pun meminta maaf sebagai penulis juga kami tidak luput dari
kesalahan kata.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi
semua para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
Pengertian Multiplexing............................................................................................................................4
Klasifikasi Multiplexing............................................................................................................................5
FDM............................................................................................................................................................8
KAPASITAS BANDWIDTH PADA PENGAPLIKASIAN MULTIPLEXING.................................11
Multiplexing Digital.................................................................................................................................14
Sampling (pencuplikan), kuantisasi, dan penkodean............................................................................25
PCM 30 DAN PCM 24............................................................................................................................35
Teknik akses FDD. TDD, FDMA, TDMA, DAN CDMA......................................................................39
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................47
3
Pengertian Multiplexing
Dan untuk di sisi penerima, gabungan sinyal – sinyal itu akan kembali di pisahkan sesuai dengan
tujuan masing – masing. Proses ini disebut dengan Demultiplexing. Receiver atau perangkat
yang melakukan Demultiplexing disebut dengan Demultiplexer atau disebut juga dengan
istilah Demux.
4
Sedangkan keuntungannya ;
• Komputer host hanya butuh satu port I/O untuk banyak terminal
• Hanya satu line transmisi yang dibutuhkan
Klasifikasi Multiplexing
5
Time Division Multiplexing diterapkan terutama pada sinyal digital namun bisa juga
diaplikasikan pada sinyal analog. Dalam Time Division Multiplexing saluran erbagi di antara
penggunanya melalui slot waktu. Setiap pengguna dapat mengirimkan data dalam slot waktu
yang disediakan. Sinyal digital dibagi dalam frames, setara dengan slot waktu yaitu frames
dengan ukuran optimal yang dapat ditransmisikan dalam slot waktu yang diberikan.
Time Division Multiplexing dalam mode sinkron. Kedua ujungnya, yaitu Multiplexer dan De-
multiplexer disinkronisasi tepat waktu dan keduanya beralih ke saluran berikutnya secara
bersamaan.
6
Secara umum TDM menerapkan Metodenya melewatkan banyak data pada sebuah satu sinyal
dengan dibagi dalam beberapa segment / frame.
Untuk mengoptimalkan penggunaan saluran dengan cara menghindari adanya slot waktu yang
kosong akibat tidak adanya data ( atau tidak aktif-nya pengguna) pada saat sampling setiap input
line, maka pada Asynchronous TDM proses sampling hanya dilakukan untuk input line yang
aktif saja. Konsekuensi dari hal tersebut adalah perlunya menambahkan informasi kepemilikan
data pada setiap slot waktu berupa identitas pengguna atau identitas input line yang
bersangkutan.
7
Penambahan informasi pada setiap slot waktu yang dikirim merupakan overhead pada
Asynchronous TDM.
Selanjutnya, pada setiap multiplexing pembagian waktu gelombang dapat digabungkan untuk
mengakomodasi lebih banyak sinyal data.
8
Code Division Multiplexing (CDM)
Beberapa sinyal data dapat ditransmisikan melalui satu frekuensi dengan menggunakan Code
Division Multiplexing. FDM membagi frekuensi di saluran yang lebih kecil namun CDM
memungkinkan penggunanya untuk memberi bandwidth penuh dan mengirimkan sinyal setiap
saat menggunakan kode unik. CDM menggunakan kode ortogonal untuk menyebarkan sinyal.
Setiap stasiun diberi kode unik, disebut chip. Sinyal berjalan dengan kode ini secara independen,
di dalam keseluruhan bandwidth. Penerima tahu sebelumnya sinyal kode chip yang harus
diterimanya.
FDM
sistem FDM, umumnya terdiri dari 2 peralatan terminal dan penguat ulang saluran transmisi
(repeater transmission line):
1. Peralatan Terminal (Terminal Equipment) Peralatan terminal terdiri dari bagian yang
mengirimkan sinyal frekuensi ke repeater dan bagian penerima yang menerima sinyal
tersebut dan mengubahnya kembali menjadi frekuensi semula.
2. Peralatan Penguat Ulang (Repeater Equipment) Repeater equipment terdiri dari
penguat (amplifier) dan equalizer yang fungsinya masing-masing untuk
mengkompensir redaman dan kecacatan redaman (attenuation distortion), sewaktu
transmisi melewati saluran melewati saluran antara kedua repeater masing-masing.
Frequency Division Multiplexing (FDM) adalah teknik menggabungkan banyak saluran input
menjadi sebuah saluran output berdasarkan frekuensi. Jadi total bandwith dari keseluruhan
saluran dibagi menjadi sub-sub saluran oleh frekuensi.
Pada penyiaran radio yang menggunakan gelombang FM, frekuensi mulai dari 88 MHz s/d 108
MHz digunakan untuk penyiaran radio FM komersil. Frekuensi 88-108 MHz dibagi ke sub-band
200 KHz. Bandwidth dengan frekuensi 200 KHz sudah mencukupi untuk penyiaran radio FM
9
dengan kualitas yang tinggi. Stasiun radio dapat dikenali dengan frekuensi pusat dari saluran
masing-masing (ex: 91.5 MHz, 103.7 MHz). Sistem ini dapat memungkinkan pendengar radio
mendengar sekitar 100 stasiun radio yang berlainan. Contoh lain dari penggunaan FDM: pada
jaringan telepon analog dan jaringan satelit analog. Selain itu ide dasar FDM digunakan dalam
teknologi saluran pelanggan digital yang dikenal dengan modem ADSL (Asymetric Digital
Subcriber Loop ).
Kelebihan:
Kekurangan:
Adanya kebutuhan untuk memfilter bandpass, yang harganya relatif mahal dan rumit untuk
dibangun (penggunaan filter tersebut biasanya digunakan dalam transmitter dan receiver)
Penguat tenaga (power amplifier) di transmitter yang digunakan memiliki karakteristik nonlinear
(penguat linear lebih komplek untuk dibuat), dan amplifikasi nonlinear mengarah kepada
pembuatan komponen spektral out-of-band yang dapat mengganggu saluran FDM yang lain.
Ilustrasi FDM
10
11
KAPASITAS BANDWIDTH PADA PENGAPLIKASIAN
MULTIPLEXING
Gambar diatas menunjukkan kasus umum dari FDM. Enam sumber sinyal dimasukkan ke
dalam suatu multiplexer, yang memodulasi tiap sinyal ke dalam frekuensi yang berbeda (f
1,...,f6). Tiap sinyal modulasi memerlukan bandwidth center tertentu disekitar frekuensi
carriernya, dinyatakan sebagai suatu channel. Sinyal input baik analog maupun digital akan
ditransmisikan melalui medium dengan sinyal analog. Contoh sederhana dari FDM yaitu
transmisi full-duplex FSK (Frequency Shift Keying). Contoh lainnya yaitu broadcast dan TV
kabel. Sinyal video hitam putih adalah modulasi AM pada sinyal carrier fcv . Karena baseband
dari sinyal video = 4 MHz maka sinyalnya sekarang menjadi fcv - 0,75 MHz sampai dengan fcv-
4,2 MHz. fcc sebagai color subcarrier mentransmisi informasi warna. Sedangkan sinyal audio
dimodulasi pada fca, diluar bandwidth efektif dari 2 sinyal lainnya. Bandwidth audio = 50 KHz.
Dengan demikian sinyal TV dapat di-multiplex dengan FDM pada kabel CATV dengan
bandwidth = 6 MHz.
12
Gambar 6.4 memperlihatkan sistem FDM secara umum. Sejumlah sinyal digital atau
analog [mi(t), i = 1 , N ] di-multiplex ke dalam medium transmisi yang sama. Tiap sinyal mi(t)
dimodulasi dalam carrier fsci ; karena digunakan multiple carrier maka masing-masing
dinyatakan sebagai sub carrier. Modulasi apapun dapat dipakai. Kemudian sinyal termodulasi
dijumlah untuk menghasilkan sinyal gabungan mc(t). Gambar 6.4b menunjukkan hasilnya.
Sinyal gabungan tersebut mempunyai total bandwidth B, dimana N B > S Bsi i = 1 Sinyal analog
ini ditransmisikan melalui medium yang sesuai. Pada akhir penerimaan, sinyal gabungan tersebut
lewat melalui N bandpass filter, dimana tiap filter berpusat pada fsci dan mempunyai bandwidth
Bsci , untuk 1 < i < N. Dari sini , sinyal diuraikan menjadi bagian-bagian komponennya. Tiap
komponen kemudian dimodulasi untuk membentuk sinyal asalnya. Contoh sederhananya :
transmisi tiga sinyal voice (suara) secara simultan melalui suatu medium.
13
Gambar 6.5a menggambarkan spektrum sinyal suara (voice) dari 300 sampai 3400 Hz.
Bila suatu sinyal diamplitudo modulasi pada carrier 64 KHz maka gambar spektrumnya seperti
gambar 6.5b. Sinyal termodulasi mempunyai bandwidth 8 KHz dari 60 sampai 68 KHz. Tetapi
yang digunakan hanya lower sideband-nya sehingga didapat gambar 6.5c, dimana ketiga sinyal
voice tersebut dipakai untuk memodulasi carrier pada 64,68 dan 72 KHz. Sinyal suara ini
ditransmisi melalui modem dan sudah cukup memakai bandwidth 4 KHz. Tetapi problemnya
jika melalui jarak yang jauh maka akan timbul intermodulasi noise dan efek nonlinear dari
amplifier pada salah satu channel yang akan menghasilkan komponen-komponen frekuensi pada
channel-channel yang lain. Carrier system Tiga level pertama dari definisi hierarki AT&T,
dimana 12 channel voice dikombinasikan untuk menghasilkan suatu group sinyal dengan
bandwidth 12 x 4 KHZ = 48 KHz dalam range 60 – 108 KHz. Kemudian dibentuk blok dasar
berikutnya 60 channel supergroup, yang dibentuk oleh FDM lima group sinyal. Sinyal yang
dihasilkan antara 312 sampai 552 KHz. Variasi lainnya, yaitu dengan kombinasi 60 channel
voice band langsung dalam suatu supergroup, dimana akan mengurangi biaya karena interface
dengan group multiplex tidak diperlukan. Hierarki dari level berikutnya adalah master group
14
dengan 10 supergroup input.
Catatan : suara asal atau sinyal data mungkin dimodulasi berulangkali. Tiap tingkatan dapat
mengubah data asal; hal ini misalnya jika modulator/multiplexer mengandung non linearitas atau
menghasilkan noise.
Multiplexing Digital
Informasi digital tidak dapat dikirim langsung dalam angka "0" dan "1",
namun harus dikodekan dalam bentuk sinyal sesuai dengan beberapa keadaan,
misalnya: tingkat tegangan voltage terhadap bumi, perbedaan tegangan antara dua
kabel, ada/tidaknya arus di kawat, dan ada/tidak adanya cahaya.
Transformasi informasi biner ini menjadi sinyal dalam dua keadaan berkat
DCE, atau yang juga dikenal sebagai pita dasar dekoder atau base band decoder,
yang merupakan asal nama dari transmisi pita dasar atau base band transmission
untuk merujuk pada aktivitas transmisi digital.
15
Encoding Signal
Untuk mengoptimalkan transmisi, sinyal harus dikodekan untuk
memfasilitasi transmisi pada medium fisik. Ada berbagai sistem pengkodean
untuk mencapai tujuan ini, dibagi menjadi dua kategori:
Enkoding dua-tingkat: sinyal hanya dapat mengambil nilai negatif atau nilai
positif (-X atau +X, dimana X merupakan nilai kuantitas fisik yang digunakan
untuk mengangkut sinyal).
Enkoding tiga-tingkat: sinyal dapat mengambil nilai negatif, nol, atau nilai
positif (-X, 0, atau +X).
NRZ Encoding
NRZ encoding (yang berarti No Return to Zero) adalah sistem pengkodean
pertama dan yang paling mudah. Sistem ini dapat mengubah 0s ke -X dan 1s ke
+X, yang menghasilkan pengkodean bipolar di mana sinyal tidak pernah nol.
Akibatnya, penerima dapat menentukan apakah sinyal hadir atau tidak.
16
NRZI Encoding
NRZI encoding berbeda dari pengkodean NRZ. Dengan pengkodean ini,
ketika nilai bit adalah 1, sinyal akan berubah. Ketika nilai bit adalah 0, sinyal
tidak akan berubah keadaan.
Manchester Encoding
Manchester encoding, disebut juga biphase encoding atau PE (Phase
Encode), memperkenalkan transisi di tengah-tengah setiap interval. Hal tersebut
menyebabkan performan eksklusif OR (XOR) dari sinyal dengan sinyal clock, dan
menyebabkan kenaikan sinyal edge ketika nilai bit adalah nol dan penurunan
17
sinyal edge dalam kasus sebaliknya.
18
Bipolar Encoding
Bipolar encoding adalah encoding tiga tingkat, karena menggunakan tiga
keadaan dari kuantitas yang diangkut pada media fisik. Nilai 0 ketika nilai bit
adalah 0, atau X dan -X ketika nilai bit adalah 1.
19
pulsa.Pembawa yang berupa pulsa-pulsa ini kemudian dimodulasi oleh sinyal
informasi, sehingga parameternya berubah sesuai dengan besarnya amplitude
sinyal pemodulasi (sinyal informasi). Jenis-jenis modulasi pulsa antara lain:
1. PAM (Pulse Amplitude Modulation)
2. PCM (Pulse Code Modulation)
3. PWM (Pulse Width Modulation)
4. PPM (Pulse Position Modulation)
PCM (Pulse Code Modulation)
Pada modulasi PCM, sinyal informasi dicuplik dan juga dikuantisasi.
Proses ini akan membuat sinyal menjadi lebih kebal terhadap derau. Setelah
proses ini maka dilakukan proses penyandian (coding) menggunakan kode biner,
sehingga terbentuk sinyal PCM. Sinyal ini dapat direpresentasikan dengan pulsa-
pulsa yang menyatakan kode-kode biner untuk setiap hasil cuplikan.
Kuantisasi Sinyal
Kuantisasi merupakan proses pengelompokan pada selang-selang
(interval) tertentu. Besarnya selang kuantisasi ini disebut juga dengan istilah step
size. Berdasarkankan besarnya step size dapat dibedakan dua jenis kuantisasi,
yaitu:
1. Kuantisasi seragam
2. Kuantisasi tak seragam
20
Gambar 5.2 Sinyal yang dicuplik dengan beberapa macam frekuensi
pencuplik
Banyaknya selang (interval) bergantung pada banyaknya bit yang akan
digunakan untuk proses penyandian. Jika konverter A/D n bit maka jangkauan
sinyal analog akan dikuantisasikan (dikelompokkan) menjadi sejumlah 2n selang
(interval). Pada gambar 5.3 diperlihatkan ilustrasi kuantisasi sinyal analog
menjadi 16 selang (n = 4).
Banyaknya jumlah bit yang akan digunakan untuk proses penyandian akan
menentukan banyaknya jumlah selang (interval) kuantisasi. Semakin besar n maka
semakin besar pula jumlah selang (interval) yang digunakan. Hal ini juga berarti
besar selang (interval) semakin kecil. Semakin kecil selang interval, maka proses
pemodulasian akan semakin teliti, sehingga sinyal yang diperoleh semakin
mendekati sinyal aslinya. Pada gambar 5.4 memperlihatkan proses pembentukan
sinyal PCM dengan penyandian 4 bit.
21
Gambar 5.3 Kuantisasi sinyal analog menjadi 16 selang (interval)
Distorsi Kuantisasi
Derau kuantisasi didefinisikan sebagai selisih antara hasil kuantisasi sinyal
dengan sinyal aslinya. Dilihat dari proses kuantisasi itu sendiri, maka dapat
dipastikan bahwa derau kuantisasi maksimum adalah sebesar S/2, dengan S adalah
besarnya selang (interval) kuantisasi, atau dinyatakan sebagai:
Derau kuantisasi S/2
22
Pengembangan PCM
23
Gambar 5.4 Proses pembentukan sinyal PCM dengan penyandian 4 bit
24
Multiple access
Multiple Access dapat didefinisikan sebagai suatu metode untuk menggunakan
kanal secara bersamaan.
Sistem duplexing
Sistem komunikasi duplex merupakan sistem komunikasi dua arah yang
memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan menerima informasi secara
bersamaan
Jenis :
1. Half Duplex
2. Full Duplex
25
Sampling (pencuplikan), kuantisasi, dan penkodean
Pada dasarnya semua suara audio, baik vokal maupun bunyi tertentu merupakan suatu
bentukan dari getaran. Ini menandakan semua audio memiliki bentuk gelombangnya masing-
masing. Umumnya bentukan gelombangnya disebut dengan sinyal analog. Sinyal analog adalah
sinyal data dalam bentuk gelombang yang kontinyu, yang membawa informasi dengan
mengubah karakteristik gelombang . Namun sebuah teknik memungkinkan sinyal ini diubah dan
diproses sehingga menjadi lebih baik. Teknik ini memungkinkan perubahan sinyal analog
menjadi bit-bit digital. Teknik itu disebut teknik sampling. Jika telah menjadi sinyal digital maka
sinyal ini jauh lebih baik, sedikit noisenya dan juga dapat diproses / ditransmisikan dengan
mudah.
Sampling
Pada proses ini terjadi suatu pencuplikan dari bentukan sinyal analog. Pencuplikan
dilakukan pada bagian-bagian sinyal analog. Ini dilakukan dengan sinyal-sinyal sample.
Bentukan sinyal sample dapat dilihat pada Gambar berikut:
26
Ada suatu aturan tertentu dari sinyal ini. Teori Shannon menyatakan frekuensi sinyal ini
paling sedikit adalah 2 kali frekuensi sinyal yang akan disampling(sinyal analog).
dimana frekuensi sampling (Fs) minimum adalah 2 kali frekuensi sinyal analog yang akan
dikonversi (Finmax). Misalnya bila sinyal analog yang akan dikonversi mempunyai frekuensi
sebesar 100Hz maka frekuensi sampling minimum dari ADC adalah 200Hz.
Gambar diatas adalah bentukan proses pencuplikan. Setelah dilakukan proses ini maka
27
terbentuklah suatu sinyal analog-diskrit yang bentuknya menyerupai aslinya namun hanya
diambil diskrit-diskrit saja.
Sampling atau pencuplikan berfungsi untuk mengkonversi suatu sinyal continue menjadi
sinyal waktu diskrit, diperoleh dengan mengambil “cuplikan” sinyal waktu comtinue pada saat
waktu n diskrit. Jadi sinyal masukan atau sinyal continue tadi berupa sinyal analog X a(t) yang
dikonversikan menjadi sinyal waktu diskrit X(n) dengan adanya selang pencuplikan T.
Quantisasi
kuantisasi adalah proses untuk mengelompokan elemen-elemen yang nilainya kontinyu.
Level-level tiap diskrit sinyal hasil sampling dengan tetapan level tertentu. Level-level ini adalah
tetapan angka-angka yang dijadikan menjadi bilangan biner. Sinyal-sinyal diskrit yang ada akan
disesuaikan levelnya dengan tetapan yang ada. Jika lebih kecil akan dinaikkan dan jika lebih
besar akan diturunkan. Prosesnya hampir sama dengan pembulatan angka. Tetapan level yang
ada tergantung pada resolusi dari alat, karena tetapan level merupakan kombinasi angka biner,
maka jika bitnya lebih besar kombinasinya akan lebih banyak dan tetapan akan lebih banyak. Ini
membuat pembulatan level sinyal diskrit menjadi tidak jauh dengan level aslinya. Dan bentukan
sinyal akan lebih bervariasi sehingga akan terbentuk seperti aslinya. Proses ini membuat sinyal
lebih baik karena bentukkannya lebih tetap. Proses ini juga mengecilkan error dari suatu sinyal.
Sinyal juga akan dikecilkan atau dibesarkan mengikuti besar Quantisasinya.
Kualitas hasil kuantisasi diukur dengan SQNR (Signal to Quantization Noise Ratio), yang
menyatakan perbandingan antara daya signal dengan daya derau (noise).
28
Kuantisasi yaitu tahap dimana sinyal waktu diskrit menjadi sinyal bernilai diskrit (sinyal
digital). Nilai setiap cuplikan sinyal digambarkan dengan suatu nilai terpilih dari himpunan
berhingga nilai-nilai mungkin. Selisih antara cuplikan X(n) yang tidak terkuantisasi dan keluaran
Xq(n) yang terkuantisasi dinamakan (Quantization Error). Dalam artian tahap kuantisasi adalah
tahap pembulatan.
29
modulasi yang merubah sinyal analog menjadi format sinyal digital yang ekivalen dengan sinyal
aslinya. Proses-proses utama yang dilakukan pada sistem PCM, diantaranya adalah proses
Filterisasi, Sampling (Pencuplikan), Quantizing (Kuantisasi), dan coding (proses pengkodean)
sehingga membentuk suatu sistem PCM.
1. Filterisasi Filter
adalah suatu rangkaian yang dirancang agar dapat meloloskan suatu sinyal input pada rentang
frekuensi tertentu, dan meredam sinyal input yang mempunyai frekuensi diluar rentang frekuensi
yang telah ditentukan, proses meloloskan sinyal oleh filter disebut filterisasi. [1] Filter digital
adalah filter dengan sinyal masukan berupa sinyal diskrit, yang dikelompokan menjadi FIR
(Finite Impulse Response) yang sering disebut filter nonrekursif dan IIR ( Infinite Impulse
Response ) atau yang sering disebut filter rekursif.
2. Penyamplingan
Penyamplingan adalah suatu proses mengubah sinyal analog menjadi sinyal diskrit agar sesuai
dengan format digital. Untuk mendapatkan informasi yang menyerupai informasi asli,
penyamplingan dilakukan sesuai dengan teorema nyquist yang ditunjukan dalam Persamaan
𝐹𝑆 ≥ 2𝐹𝑚𝑎𝑥
𝐹𝑆 = frekuensi sinyal penyampling (Hz) dan 𝐹𝑚𝑎𝑥 = frekuensi sinyal informasi (Hz)
3. Kuantisasi
Kuantisasi adalah suatu tahap pemetaan dari sinyal yang telah disampling menjadi sinyal dengan
level tertentu berdasarkan bit ADC yang digunakan.
4. Pengkodean Pengkodean merupakan proses mengubah suatu besaran tertentu kedalam bentuk
lain yang dikenali berdasarkan ketentuan yang teratur. Pengkodean NRZ adalah suatu
pengkodean dimana sinyal tidak kembali ke 0 volt di tengah-tengah bit. Dalam pengkodean
NRZ, bit 0 direpresentasikan oleh sinyal dengan tegangan 0 volt, sedangkan bit 1
direpresentasikan oleh sinyal dengan tegangan +V volt.
Modulasi Amplitudo Pulsa
Modulasi amplitudo pulsa adalah teknik di mana amplitudo setiap pulsa dikendalikan oleh
amplitudo sesaat dari sinyal modulasi. Ini adalah sistem modulasi di mana sinyal diambil sampel
secara berkala dan setiap sampel dibuat proporsional dengan amplitudo sinyal pada saat
pengambilan sampel. Teknik ini mentransmisikan data dengan mengkodekan amplitudo
rangkaian pulsa sinyal.
30
Sinyal Modulasi Amplitudo Pulsa
Ada dua jenis teknik pengambilan sampel untuk mengirimkan sinyal menggunakan
PAM. Mereka:
1. PAM Datar Atas
2. PAM alami
Flat Top PAM: Amplitudo setiap pulsa berbanding lurus dengan amplitudo sinyal modulasi
pada saat pulsa terjadi. Amplitudo sinyal tidak dapat diubah sehubungan dengan sinyal analog
yang akan diambil sampelnya. Bagian atas amplitudo tetap datar.
31
PA
M Datar Atas
PAM Alami: Amplitudo setiap pulsa berbanding lurus dengan amplitudo sinyal modulasi pada
saat terjadinya pulsa. Kemudian mengikuti amplitudo pulsa selama sisa setengah siklus.
PA
M alami
32
yang menghasilkan pulsa pembawa dan rangkaian modulator PAM.
Sebuah generator gelombang sinus digunakan yang didasarkan pada rangkaian Osilator Jembatan
Wien . Hal ini dapat menghasilkan gelombang sinus yang lebih sedikit distorsi pada
output. Rangkaian dirancang sedemikian rupa sehingga amplitudo dan frekuensi osilator dapat
diatur menggunakan potensiometer.
Ge
nerator Gelombang Sinus
33
Generator Gelombang Persegi
Jangka waktu pulsa yang dihasilkan tergantung pada nilai resistansi R dan kapasitansi C.Periode
rangkaian astabil op-amp diberikan oleh T = 2.2RC
Jenis PAM
Modulasi amplitudo pulsa dikategorikan menjadi dua jenis
1. PAM Polaritas Tunggal
2. PAM Polaritas Ganda
PAM polaritas tunggal adalah situasi di mana bias DC tetap yang sesuai ditambahkan ke sinyal
untuk memastikan bahwa semua pulsa positif.
PAM polaritas ganda adalah situasi di mana pulsa positif dan negatif.
Demodulasi PAM
Untuk demodulasi sinyal PAM, sinyal PAM diumpankan ke filter low pass . Filter akses rendah
34
menghilangkan riak frekuensi tinggi dan menghasilkan sinyal yang didemodulasi. Sinyal ini
kemudian diterapkan ke penguat pembalik untuk memperkuat level sinyalnya agar memiliki
keluaran yang didemodulasi dengan amplitudo yang hampir sama dengan sinyal modulasi.
Penerapan PAM
Ini digunakan dalam komunikasi Ethernet .
Ini digunakan di banyak mikrokontroler untuk menghasilkan sinyal kontrol.
Ini digunakan dalam Foto-biologi.
Ini digunakan sebagai driver elektronik untuk pencahayaan LED.
Keuntungan
Ini adalah proses sederhana untuk modulasi dan demodulasi.
Sirkuit pemancar dan penerima sederhana dan mudah dibuat.
PAM dapat menghasilkan sinyal modulasi pulsa lain dan dapat membawa pesan pada saat
yang bersamaan.
Kekurangan
Bandwidth harus besar untuk modulasi PAM transmisi.
Kebisingan akan sangat bagus.
35
Sinyal amplitudo pulsa bervariasi sehingga daya yang dibutuhkan untuk transmisi akan
lebih banyak.
A. PCM- 30 kanal
PCM30 merupakan aplikasi dari Pulse Code Modulation (PCM). PCM adalah representasi
digital dari sinyal analog dimana besar gelombang diambil sampelnya secara teratur dengan
rentan waktu yang sama. Sistem PCM30 mengacu pada teknologi switching di eropa, untuk
melayani arus digital pada jalur telepon. PCM 30 memiliki 30 code, setiap channel memuat 8 bit
digital word. 30 code bit ini disatukan dalam suatu frame ID word dan channel identifier.
PCM 30 memiliki 32 timeslot, dengan kecepatan tiap timeslot nya adalah 64 kbps, jadi PCM 30
memiliki kecepatan maksimal mencapai 2 Mbps
PCM 30 dapat diartikan sebagai sejenis teknologi digital yang dapat menggandakan dari satu
jalur fisik dapat disalurkan 30 percakapan sekaligus tanpa mengganggu satu sama lain
(interferensi).
Secara garis besar PCM 30 terdiri dari: Sampling dan Holding, Kuantisasi,Encoding,
dan Multiplexing.
Tujuan dari Sampling and Hold adalah mencuplik secara berkala sinyal informasi yang berupa
gelombang analog. Kemudian dikonversikan menjadi sinyal dengan amplitudo yang rata agar
bisa diubah menjadi kode-kode digital oleh rangkaian ADC (Analog to Digital Converter).
Kuantisasi adalah suatu konversi dari harga analog ke level-level tertentu yang mendekati.
Metode kuantisasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Contoh ini menggunakan 3 bit yang
berarti ada 2^3 = 8 level. Sedangkan pada PCM 30 sebenarnya menggunakan teknologi 8 bit.
B. PCM 24 Kanal
PCM 24 mempunyai primary rate sebesar 1.544 kbps yang terdiri dari 8000 frame tiap detik.
Tiap framemengandung 24 time slot. Dalam setiap frame ditambahkan satu bit frame,
satu frame alignment atau sinkronisasi bit (S-bit). Kanal yang digunakan disebut T1. Pada T1
36
tidak ada time slot yang berfungsi sebagai signaling. Satu bit pada tiap time slot setiap frame ke-
6 diganti menjadi signaling information. Sebagai konsekuensi, hanya 7 dari 8 bit yang
digunakan, sehingga besar data ratenya menjadi 56 kbps.
37
•Kecepatannya 2,048 Mbps, merupakan kecepatan primer (primary rate) pada jaringan
telekomunikasi standar Eropa, yg kemudian mjd standar ITU-T.
• Dipakai utk menstransmisikan kanal-kanal suara (speech channels) dan kanal-kanal
BroadbandISDN (B-ISDN).
• Dikenal dgn nama E1 atau PCM 30.
• Ukuran frame adlh 256 bit yg terdiri dari 32 time slot (30 TS utk 30 kanal suara + 2 TS utk
sinkronisasi & signaling), dimana tiap TS berisi 8 bit.
• Laju frame adlh 8.000 frame/sekon, sehingga data rate menjadi 8.000 256 = 2.048.000 bps.
38
• Kecepatannya 1,544 Mbps, merupakan kecepatan primer (primary rate) pada jaringan
telekomunikasi standar Amerika dan Jepang.
• Dipakai utk menstransmisikan kanal-kanal suara (speech channels) dan kanal-kanal
BroadbandISDN (B-ISDN).
• Dikenal dgn nama T1 atau DS1 atau PCM 24.
• Ukuran frame adlh 193 bit yg terdiri dari 24 time slot (utk 24 kanal suara) + 1 bit utk framing.
Dimana tiap TS berisi 8 bit.
• Laju frame adlh 8.000 frame/sekon, shg data rate menjadi 8.000 (248 bit + 1 bit) =
1.544.000 bps.
39
Teknik akses FDD. TDD, FDMA, TDMA, DAN CDMA
40
Karakteristik FDMA
1. Pembagian kanal berdasarkan pembagian frekuensi.
2. Pengiriman dan penerimaan informasi berlangsung dalam waktu yang
bersamaan.
3. FDMA mempunyai bandwidth yang lebih sempit (+/- 30 kHz).
4. Lower transmission overhead.
5. Proses handoff cukup kompleks.
6. Tidak flexible terhadap layanan-layanan baru.
7. Control channel terletak di Frequency 1 untuk menghandle pemutusan
hubungan.
8. Bersifat continous transmission
41
Kapasitas FDMA
Kapasitas kanal pada FDMA:
Keterangan:
42
TDMA
Sistem TDMA membagi kanalnya menjadi beberapa time slot. Satu time
slot digunakan oleh satu user untuk mengirimkan informasi maupun untuk
43
menerima. Sistem TDMA mengirimkan data dengan metode buffer and burst,
sehingga proses transmisi dari tiap user tidak berlangsung secara kontinyu.
Karakteristik TDMA
1. TDMA menggunakan satu frekuensi carrier yang sama pada banyak user, tiap
user dibedakan dari time slot.
2. Jumlah time slot per frame tergantung banyak hal diantaranya teknik modulasi,
available bandwidth, dll
3. Data transmission bersifat burst transmission.
4. Proses handoff menjadi lebih sederhana dibandingkan FDMA.
5. Memerlukan bit –bit sinkronisasi
6. Alokasi slot bagi user bisa beragam tergantung pada kebutuhan traffic dari user
Jumlah kanal:
44
CDMA
Semua user pada sistem CDMA menggunakan frekuensi carrier yang sama dan
waktu pengiriman yang serempak. Setiap user memiliki code pseudorandom
yang berbeda dan saling orthogonal satu sama lain.
45
didapat dari perkalian sinyal message dengan bandwidth yang sempit dengan
kode penebar yang memiliki bandwidth yang sangat lebar.
Karakteristik CDMA
1. User pada sistem CDMA menggunakan frekuensi yang sama, sistem duplexing
dapat menggunakan TDD maupun FDD
2. Meningkatnya jumlah user pada CDMA akan menaikkan tingat noise secara
linier.
3. Performansi system akan berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya
jumlah user, dan akan naik bila jumlah user dikurangi.
4. Multipath fading akan terkurangi banyak, karena sinyal disebar pada spectrum
yang lebih lebar. Jika bandwidth dari spread spectrum lebih besar dari
bandwidth koheren kanal, maka perbedaaan frekuensi akan mengurangi efek
small scale fading.
5. Channel data rate yang besar. Konsekuensinya durasi symbol akan sangat
pendek dan biasanya akan lebih kecil dari waktu delay spread kanal.
6. Self jamming merupakan masalah pada CDMA. Self jamming meningkat jika
spreading sequence dari user yang berbeda tidak benar-benar orthogonal.
Kapasitas CDMA
Kapasitas Kanal pada CDMA:
46
di mana:
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www.sistem-informasi.xyz/2017/11/pengertian-multiplexing-
jaringan.html#:~:text=Multiplexing%20adalah%20teknik%20menggabungkan
%20transmisi,transceiver)%2C%20atau%20kabel%20optik.
[2] https://didinstone.wordpress.com/2013/01/23/multiplexing-fdm-tdm-dan-cdm/
[3] jbptunikompp-gdl-juniantosi-22899-2-babiij-g.pdf
[4] TKE 2102 (wordpress.com)
[5] TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access - PDF Free Download (adoc.pub)
[6] http://dasteldiyah.blogspot.com/2014/12/pcm-24-dan-30.html
47
[7] https://media.neliti.com/media/publications/115710-ID-implementasi-pcm-pulse-code-
modulation-s.pdf
[8] https://www.elprocus.com/pulse-amplitude-modulation/
48