Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

KETERLIBATAN MAHASISWA DAN PERGURUAN TINGGI

DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI

NAMA: ELPENI DWI AZAHARA

NIM: 2019-143-012

KELAS: 4A PGSD

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PGSD

2020/2021
ABSTRAK

Selama ini korupsi lebih banyak dimaklumi oleh berbagai pihak daripada memberantasnya,
padahal tindak pidana korupsi adalah salah satu jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai
kepentingan yang menyangkut hak asasi, ideologi negara, perekonomian, keuangan negara, moral
bangsa dan sebagainya, yang merupakan perilaku jahat yang cenderung sulit untuk ditanggulangi.
Sulitnya penanggulangan tindak pidana korupsi terlihat dari banyak diputusbebaskannya terdakwa
kasus tindak pidana korupsi atau minimnya pidana yang ditanggung oleh terdakwa yang tidak
sebanding dengan apa yang dilakukannya. Hal ini sangat merugikan negara dan menghambat
pembangunan bangsa. Jika ini terjadi terus menerus dalam jangka waktu yang lama, dapat
meniadakan rasa keadilan dan rasa kepercayaan atas hukum dan peraturan perundang-undangan
oleh warga negara. Tujuan penelitian adalah menumbuhkan sikap anti korupsi kepada mahasiswa,
metode penelitian yang dipergunakan adalah penelitian normatif yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang mencakup bahan hukum primer dan bahan hokum
sekunder. Peranan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi adalah mampu menjadi agen perubahan,
mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif
mampu menjadi watch dog (anjing penjaga) lembaga-lembaga negara dan penegak hukum dan
keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi adalah di lingkungan keluarga, di lingkungan
kampus, di masyarakat sekitar, di tingkat lokal/nasional.

Pendahuluan

Mahasiswa merupakan suatu elemen masyarakat yang unik. Jumlahnya tidak banyak, namun
sejarah menunjukkan bahwa dinamika bangsa ini tidak lepas dari peran mahasiswa. Walaupun
jaman terus bergerak dan berubah, namun tetap ada yang tidak berubah dari mahasiswa, yaitu
semangat dan idealisme. Semangat-semangat yang berkobar terpatri dalam diri mahasiswa,
semangat yang mendasari perbuatan untuk melakukan perubahan-perubahan atas keadaan yang
dianggapnya tidak adil. Mimpi-mimpi besar akan bangsanya. Intuisi dan hati kecilnya akan selalu
menyerukan idealisme. Mahasiswa tahu, ia harus berbuat sesuatu untuk masyarakat, bangsa dan
negaranya. Sejarah mencatat dengan tinta emas, perjuangan mahasiswa dalam memerangi ketidak
adilan. Sejarah juga mencatat bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari mahasiswa
dan dari pergerakan mahasiswa akan muncul tokoh dan pemimpin bangsa.

Apabila kita menengok ke belakang, ke sejarah perjuangan bangsa, kebangkitan bangsa


Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda dimotori oleh para mahasiswa kedokteran STOVIA.
Demikian juga dengan Soekarno, sang Proklamator Kemerdekaan RI merupakan tokoh pergerakan
mahasiswa. Ketika pemerintahan bung Karno labil, karena situasi politik yang memanas pada tahun
1966, mahasiswa tampil ke depan memberikan semangat bagi pelaksanaan tritura yang akhirnya
melahirkan orde baru. Demikian pula, seiring dengan merebaknya penyimpangan-penyimpangan
yang dilakukan oleh orde baru, mahasiswa memelopori perubahan yang kemudian melahirkan
jaman reformasi. Demikianlah perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya, untuk
memerangi ketidakadilan. Namun demikian, perjuangan mahasiswa belumlah berakhir. Di masa
sekarang ini, mahasiswa dihadapkan pada tantangan yang tidak kalah besar dibandingkan dengan
kondisi masa lampau. Kondisi yang membuat Bangsa Indonesia terpuruk, yaitu masalah korupsi yang
merebak di seluruh bangsa ini. Mahasiswa harus berpandangan bahwa korupsi adalah musuh utama
bangsa Indonesia dan harus diperangi.

Apa itu Korupsi?

Dalam seni perang, terdapat ungkapan “untuk memenangi peperangan harus mengenal
lawan dan mengenali diri sendiri”. Untuk itu, mahasiswa harus mengetahui apa itu korupsi. Banyak
sekali definisi mengenai korupsi, namun demikian pengertian korupsi menurut hukum positif (UU No
31 Tahun 1999 jo UU No.20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) adalah
perbuatan setiap orang baik pemerintahan maupun swasta yang melanggar hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara.

Penyebab terjadinya korupsi bermacam-macam dan banyak ahli mengklasifiksikan penyebab


terjadinya korupsi. Salah satunya Boni Hargen, yang membagi penyebab terjadinya korupsi menjadi
3 wilayah (media online 2003), yaitu:
• Wilayah Individu, dikenal sebagai aspek manusia yang menyangkut moralitas personal serta
kondisi situasional seperti peluang terjadinya korupsi termasuk di dalamnya adalah faktor
kemiskinan.

• Wilayah Sistem, dikenal sebagai aspek institusi/administrasi. Korupsi dianggap sebagai konsekuensi
dari kerja sistem yang tidak efektif. Mekanisme kontrol yang lemah dan kerapuhan sebuah sistem
memberi peluang terjadinya korupsi.

• Wilayah Irisan antara Individu dan Sistem, dikenal dengan aspek sosial budaya, yang meliputi
hubungan antara politisi, unsur pemerintah dan organisasi non pemerintah. Selain itu meliputi juga
kultur masyarakat yang cenderung permisif dan kurang perduli dengan hal-hal yang tidak terpuji. Di
samping itu terjadinya pergeseran nilai, logika, sosial, dan ekonomi yang ada dalam masyarakat.

Adapun dampak dari korupsi bagi bangsa Indonesia sangat besar dan komplek. Menurut
Soejono Karni, beberapa dampak korupsi adalah

a. rusaknya sistem tatanan masyarakat,

b. ekonomi biaya tinggi dan sulit melakukan efisiensi,

c. munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat,

d. penderitaan sebagian besar masyarakat di sektor ekonomi, administrasi,

politik, maupun hukum,

e. yang pada akhirnya menimbulkan sikap frustasi, ketidakpercayaan, apatis terhadap pemerintah
yang berdampak kontraproduktif terhadap pembangunan

Pembahasan:

A. Keterlibatan Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi

Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan


masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur, sejahtera dan tertib berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur dan sejahtera tersebut, perlu secara terus menerus ditingkatkan
usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pada umumnya serta tindak pidana
korupsi pada khususnya.Di tengah upaya pembangunan nasional di berbagai bidang, aspirasi
masyarakat untuk memberantas korupsi dan bentuk penyimpangan lainnya semakin meningkat,
karena dalam kenyataannya perbuatan korupsi telah menimbulkan kerugian negara yang sangat
besar yang pada gilirannya dapat berdampak pada timbulnya krisis di berbagai bidang. Untuk itu
upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi perlu semakin ditingkatkan dan diintensifkan dengan
tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan masyarakat (Djaja, 2008) Berdasarkan
Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dirumuskan
sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui
upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di
sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Rumusan undang-undang tersebut menyiratkan bahwa upaya pemberantasan korupsi
tidak akan pernah berhasil tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Dengan demikian dalam
strategi pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga) unsur utama, yaitu pencegahan, penindakan dan
peran serta masyarakat.

Pencegahan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya perilaku
koruptif. Pencegahan juga sering disebut sebagai kegiatan anti korupsi yang sifatnya preventif.
Penindakan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk menanggulangi atau memberantas
terjadinya tindak pidana korupsi. Penindakan sering juga disebut sebagai kegiatan kontra korupsi
yang sifatnya represif. Peran serta masyarakat adalah peran aktif perorangan, organisasi
kemasyarakatan atau lembaga swadaya masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi.Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan suatu
gerakan anti korupsi di masyarakat. Gerakan ini adalah upaya bersama yang bertujuan untuk
menumbuhkan Budaya Anti Korupsi di masyarakat. Dengan tumbuhnya budaya anti korupsi di
masyarakat diharapkan dapat mencegah munculnya perilaku koruptif. Gerakan anti korupsi adalah
suatu gerakan jangka panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentinganyang terkait,
yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks ini peranan mahasiswa sebagai salah satu
bagian penting dari masyarkat sangat diharapkan.

B. Strategi Pemberantasan Korupsi

Upaya memerangi korupsi bukanlah hal yang mudah. Dari pengalaman Negara-negara lain
yang dinilai sukses memerangi korupsi, segenap elemen bangsa dan masyarakat harus dilibatkan
dalam upaya memerangi korupsi melalui cara-cara yang simultan.

Upaya pemberantasan korupsi meliputi beberapa prinsip, antara lain:

a. memahami hal-hal yang menjadi penyebab korupsi,


b. upaya pencegahan, investigasi, serta edukasi dilakukan secara bersamaan,

c. tindakan diarahkan terhadap suatu kegiatan dari hulu sampai hilir (mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan aspek kuratifnya) dan meliputi berbagaui elemen.

Sebagaimana Hong Kong dengan ICAC-nya, maka strategi yang perlu dikembangkan adalah
strategi memerangi korupsi dengan pendekatan tiga pilar yaitu preventif, investigative dan edukatif.
Strategi preventif adalah strategi upaya pencegahan korupsi melalui perbaikan system dan prosedur
dengan membangun budaya organisasi yang mengedepankan prinsip-prinsip fairness, transparency,
accountability & responsibility yang mampu mendorong setiap individu untuk melaporkan segala
bentuk korupsi yang terjadi. Strategi investigatif adalah upaya memerangi korupsi melalui deteksi,
investigasi dan penegakan hukum terhadap para pelaku korupsi. Sedangkan strategi edukatif adalah
upaya pemberantasan korupsi dengan mendorong masyarakat untuk berperan serta memerangi
korupsi dengan sesuai dengan kapasitas dan kewenangan masing-masing. Kepada masyarakat perlu
ditanamkan nilai-nilai kejujuran (integrity) serta kebencian terhadap korupsi melalui pesan-pesan
moral.

Kesimpulan

Upaya memberantas korupsi yang paling murah adalah dengan upaya pencegahan.
Perguruan Tinggi disini memiliki peran yang sentral dalam hal pencegahan tindak pidana korupsi,
terutama dalam menumbuhkan budaya anti korupsi, peningkatan kesadaran hukum, dan
penanaman nilai-nilai integritas kepada Mahasiswa. Mahasiswa yang merupakan calon pemimpin
bangsa di masa depan perlu dibentengi agar terhindar dari perilaku koruptif maupun tindak tindak
korupsi. Dengan berlandaskan Tri Dharma Perguruan Tinggi ada tiga hal yang bisa dilakukan, dan
dioptimalisasi Perguruan Tinggi.

Penutup

Dengan kekuatan yang dimilikinya berupa semangat dalam menyuarakan dan


memperjuangkan nilai-nilai kebenaran serta keberanian dalam menentang segala bentuk ketidak
adilan, mahasiswa menempati posisi yang penting dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia. Kekuatan tersebut bagaikan pisau yang bermata dua, di satu sisi, mahasiswa mampu
mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk bertindak atas ketidakadilan sistem termasuk
didalamnya tindakan penyelewengan jabatan dan korupsi. Sedangkan di sisi yang lain, mahasiswa
merupakan faktor penekan bagi penegakan hukum bagi pelaku korupsi serta pengawal bagi
terciptanya kebijakan publik yang berpihak kepada kepentingan masyarakat banyak.

Anda mungkin juga menyukai