Anda di halaman 1dari 12

CLINICAL ON EVIDANCE BASED NURSING

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang
Diampu oleh Ns. Nur Isnaini, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:

Nadia Azzah Aulia Salsabila 1811010061

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV atau ’Human Immunodeficiency Virus’. HIV adalah virus yang
menyerang dan merusak kekebalan tubuh pada manusia, sehingga tubuh tidak
bisa melawan infeksi-infeksi yang masuk ke tubuh. Acquired Immune Deficiency
Syndrome atau yang lebih dikenal dengan dengan AIDS adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus HIV yaitu: H = Human (manusia), I = Immuno
deficiency (berkurangnya kekebalan), V = Virus. Maka dapat dikatakan HIV
adalah virus yang menyerang dan merusak sel kekebalan tubuh manusia
sehingga tubuh kehilangan daya tahan dan mudah terserang berbagai penyakit
antara lain TBC, diare, sakit kulit, dll. Kumpulan gejala penyakit yang menyerang
tubuh kita itulah yang disebut AIDS, yaitu:
A = Acquired (didapat), I = Immune (kekebalan tubuh),D = Deficiency
(kekurangan), S = Syndrome (gejala). Maka, selama bertahun-tahun orang dapat
terinfeksi HIV sebelum akhirnya mengidap AIDS. Namun penyakit yang paling
sering ditemukan pada penderita AIDS adalah sejenis radang paru-paru yang
langka, yang dikenal dengan nama pneumocystis carinii pneumonia (PCP), dan
sejenis kanker kulit yang langka yaitu kaposi’s sarcoma (KS).
Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan
sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir dan disebabkan oleh
HIV atau Human Immunodeficiency Virus. AIDS bukan penyakit turunan, oleh
sebab itu dapat menulari siapa saja. Virusnya sendiri bernama Human
Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
Penyakit ini kadang disebut “infeksi oportunistik”, karena penyakit ini
menyerang dengan cara memanfaatkan kesempatan ketika kekebalan tubuh
menurun sehingga kanker dan infeksi oportunistik inilah yang dapat
menyebabkan kematian. Biasanya penyakit ini baru muncul dua sampai tiga
tahun setelah penderita didiagnosis mengidap AIDS.
Orang yang mengidap KS mempunyai kesempatan hidup lebih lama
dibandingkan orang yang terkena infeksi oportunistik. Akan tetapi belum ada
seorang pun yang diketahui benar-benar sembuh dari AIDS. Seseorang yang
telah terinfeksi HIV belum tentu terlihat sakit. Secara fisik dia akan sama dengan
orang yang tidak terinfeksi HIV. Apakah seseorang sudah tertular HIV atau tidak
hanya bisa diketahui melalui tes darah. Oleh karena itu 90% dari pengidap AIDS
tidak menyadari bahwa mereka telah tertular virus AIDS, yaitu HIV karena masa
inkubasi penyakit ini termasuk lama dan itulah sebabnya mengapa penyakit ini
sangat cepat tertular dari satu orang ke orang lain. Masa inkubasi adalah
periode atau masa dari saat penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh (saat
penularan) sampai timbulnya penyakit.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari Evidence Based Nursing ini adalah menganalisis intervensi
pada ibu hamil yang menderita HIV/AIDS untuk melakukan test atau
pemeriksaan tentang HIV/AIDS untuk mengurangi penularan HIV/AIDS pada
janin yang dapat membahayakan kandungannya.
C. Manfaat Penulisan
1. Keperawatan
Evidence Based Nursing ini dapat menjadi sumber informasi bagi
perawat, khususnya di ruang lingkup keperawatan maternitas dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien ibu hamil dengan HIV/AIDS.
2. Pendidikan
Evidence Based Nursing ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
institusi pendidikan sebagai masukan untuk mempersiapkan para calon
tenaga medis masa depan untuk mengenali pentingnyapemeriksaan
HIV/AIDS sebelum menikah guna mengurangi banyaknya kasus tentang
penularan HIV/AID pada masa kehamilan. Dengan adanya pengetahuan
lebih tentang stigma pentingnya pemeriksaan HIV/AIDS diharapkan dapat
mengurangi resiko penularannya pada masa yang akan datang.

3. Penulis
Evidence Based Nursing ini dapat menambah wawasan dan
pengalaman belajar bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan maternitas pada ibu hamil dengan HIV/AIDS di periode
prenatal dan postnatal secara holistic dan professional.
BAB II

LITERATURE REVIEW

1. Nama Peneliti : Janet M. Turan, Elizabeth A. Bukusi, Maricianah


Onono, William L. Holzemmer, Suellen Miller &
Craig R. Cohen.
2. Judul Jurnal : HIV/AID Stigma and Refusal of HIV Testing
Among Pregnant Women In Rural Kenya : Result from the
MAMAS Study.
3. Metode Penelitian : Sifat psikometrik dari tindakan stigma HIV/AIDS
dinilai dengan menghitung reliabilitas
(Cronchbach’sα) untuk total dan sub-skala, dan
melakukan analisis faktor. Selanjutnya, asosiasi
langkah-langkah stigma dan variabel prediktor
lainnya dengan penolakan tes HIV diperiksa dengan
menghitung OR yang tidak disesuaikan dan 95% CI,
sementara menghitung pengelompokan berdasarkan
lokasi (fasilitas kesehatan). Untuk dapat
mengendalikan faktor pembaur yang potensial,
sementara memperhitungkan pengelompokan
berdasarkan situs, kami kemudian menjalankan efek
acak model regresi logistik multivariat [25] dengan
situs dimodelkan sebagai efek kaca, termasuk
langkah-langkah stigma HIV/AIDS yang berbeda,
juga sebagai prediktor tingkat individu lainnya yang
memilikitingkat signifikankansi ,0,05 dalam analisis
univariat. Analisis dilakukan dengan SPSS Statistics
17.0 dan Intercooled Stata 9.0.
4. Hasil Penelitian : Tingkat penolakan diantara wanita yang didekati
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 3,3%
(67 wanita) dan dari mereka yang mendaftarkan
dalam penelitian ini hanya sembilan wanita yang
kemudian menarik diri. Ssample untuk analisa
stigma HIV/AIDS dan penolakan tes HIV kami meliputi
1525 wanita (86% dari semua wanita yang
diwawancarai). Para wanita dalam kelompok ini
termasuk (252) dalam hal usia, pendidikan, agama,
status perkawinan, etnis, bulan kehamilan, atau
paritas (data yang tidak ditampilkan).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Resume Kasus
15 Mei 2015 Ny a yang sedang mengandung dengan usia kandungan 3
bulan mendatangi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk menanyakan
lebih lanjut tentang gejala yang akhir-akhir ini sering dialami olehnya. Ny. A
mengeluh tentang sakit kepala, demam yang cukuplama, terdapat
pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak dan leher, sera bintik-bintik
putih pada lidah didalam mulutnya. Dokter sudah sedikit mencurigai apakah
positif/negatif terkena HIV/AIDS, dokter meminta untuk melakukan test
untuk memastikannya. Pada pemeriksaan pertama dilakukan tanggal 15 Mei
2015. Ny. A mengatakan ketakutan saat akan dilakukan test pemeriksaan hal
ini terungkap dari raut muka pasien yang sangat tegang dan seperti ada
penolakan, tidak lama kemudian Ny. A menceritakan kisah hidupnya yang
dulu bekerja di club malam sebagai seorang PSK. Hal ini menjadikannya takut
untuk memeriksakan keadaannya apakah positif atau negatif terkena
HIV/AIDS. Mengerti akan hal itu suami Ny. A meminta kepada perawat
untuk tetap melakukan pemeriksaan lebih lanjut demi mengetahui keadaan
istrinya yang sebenarnya.
Intervensi keperawatan yang dilakukan perawat kepada ibu hamil
adalah mengedukasi tentang pentingnya pemeriksaan HIV/AIDS ini, hal ini
dilakukan karena untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Dengan
dilakukannya test ini, diharapkan hasilnya baik namun jika tidak maka akan
dilakukan penanganan segera kepada ibu dan bayinya. Terlebih dalam
tindakan persalinannya. Mendengar penjelasan dan edukasi yang diberikan
oleh perawat akhirnya sang ibu menyetujui untuk dilakukan tindakan
pemeriksaan laboratorium berupa pengembilan sample darah.
Pada tanggal 16 Mei 2015 dilakukan pengkajian berupa pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang lain dan didapatkan: Tanda-tanda vital: a.
Tekanan darah 90/70 mmHg, b.Nadi 105x/menit, c.Respirasi 28x/menit,
d.Suhu 38,5ᵒC. Dengan pemeriksaan fisik yang janggal yaitu pada sistem
pernafasan dengan hasil auskultasi dada terdapat ronchi (+)(+) dengan
respirasi 28x/menit, sistem kardiovaskuler : wajah pucat, tampak mata cekung,
konjungtiva anemis, JVP tak meningkat, CRT>3 detik. Sedangkan
pemeriksaan penunjang didapatkan: Hemoglobin 7gr/dl, leukosit 5000mmᵌ,
PCV 40%, Trombosit 250.000mmᵌ, GDS 90gr/dl, pemeriksaan feses
sitomegalovirus, status imunosupresi sel T rendah, Limfopenia, Hasil rotgen
Pneunomia Pneumocystis carinii.
Setelah diketahui hasil pemeriksaan maka Ny.a mendapat diagnosa
medis HIV/AIDS dan diagnosa keperawatan salah satunya kecemasan.
Intervensi yang kedua meminimalkan paparan janin atau bayi terhadap
cairan tubuh ibu melalui persalinan dengan section caesaria (SC). Persalinan
dengan Sectio Caesaria (SC) berencana sebelum saat persalinan tiba
merupakan pilihan utama ibu HIV positif. Pada saat persalinan pervaginam,
bayi akan terpapar darah dan lendir ibu dijalan lahir. Bayi juga mungkin
terinfeksi karena menelan darah atau lendir di jalan lahir tersebut.
B. Korelasi Artikel Terhadap Kasus Kelolaan

Pada jurnal yang berjudul “HIV/AID Stigma and Refusal of HIV


Testing Among Pregnant Women In Rural Kenya : Result from the MAMAS
Study.” yaitu pada penelitian tentang stigma terhadap tes HIV/AIDS dengan
diagnosa keperawatan dari kasus tersebut tentang kecemasan untuk
melakukan tes HIV/AIDS dan didapatkan intervensi edukasi terhadap pasien
untuk mau melakukan tes HIV/AIDS demi kabaikan ibu dan bayi yang
sedang dikandungnya.
Focus utama perawatan pada kasus ini ialah pentingnya melakukan tes untuk
menegtahui keadaan bayi dan ibu sehingga mendapatkan perawatan dan
tindakan yang tepat dalam menangani keluhan yang dirasakan klien. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi resiko penularan HIV/AIDS melalui cairan pada
saat bayi akan dilahirkan.

Dari penelitian tersebut didapatkan “Dalam naskah kami ini kami


bertujuan untuk menejlaskan sejauh mana wanita hamilyang belum
mengetahui status HIV mereka saat ini dan merasakan takut terhadapt
stigma HIV/AIDS, memeriksa hubungan ukuran kuantitatif stigma
HIV/AIDS dengan penolakan ibu hamil. Tes HIV secara khusus kami
merasa rasa penting baik secara teoritis dan praktis untuk memahami
kepentingan relatif dari berbagai dimensi dan sumber stigma HIV/AIDS –
terutama ketakutan akan stigma dan konsekuensi negatif bagi diri sendiri
(stigma yang diantisipasi) versus presepsi umum tentang stigma
dimasyarakat. (presepsi stigma komunitas0- untuk wanita hamil yang
mengambil layanan HIV. Tingkat stigma yang diantisipasi terkait dengan
pengungkapan status HIV-positif sangat tinggi — misalnya, 28% wanita
takut ditolak oleh keluarga mereka, 32% mengantisipasi putusnya hubungan
mereka dengan pasangan pria mereka, dan 45% mengantisipasi bahwa
mereka akan kehilangan teman-teman mereka.

Implikasi Keperawatan

Implikasi atau keterlibatan jurnal dengan kasus tersebut, direkrut untuk


Studi MAMAS, diambil melalui proses informed consent yang
ditandatangani, dan diwawancarai sebelum kunjungan ANC oleh
pewawancara terlatih menggunakan pewawancara. kuesioner diprogram pada
komputer genggam kecil (PDA). Kriteria inklusi tambahan termasuk
kunjungan menjadi kehadiran ANC pertamanya untuk kehamilan ini, berusia
18 tahun atau lebih, dan berada pada usia kehamilan 28 minggu atau kurang.
Selanjutnya, semua wanita hamil secara rutin ditawari konseling dan
tes HIV sukarela sebagai bagian dari kunjungan ANC (tes cepat) dan, jika
mereka setuju, informasi tentang penerimaan mereka terhadap tes HIV dan
serostatus HIV mereka diperoleh dari catatan medis mereka setelah
kunjungan ANC mereka. . Rekrutmen dan wawancara awal untuk Studi
MAMAS berlangsung antara November 2007 dan April 2009, meskipun
kegiatan studi dihentikan sementara selama periode pasca pemilihan (Januari-
Maret 2008). Analisis saat ini menggunakan data dari wawancara awal studi
longitudinal ini.

Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa ketakutan


spesifik seorang perempuan terhadap stigma dan peristiwa negatif untuk
dirinya sendiri setelah hasil tes HIV-positif adalah prediktor penting
penolakan tes HIV — lebih penting daripada persepsi umum tentang stigma
HIV / AIDS yang dialami oleh ODHA di masyarakat. Ini sesuai dengan
literatur psikologis tentang stigma yang menunjukkan bahwa antisipasi
terhadap pengalaman pribadi stigma dan diskriminasi adalah motivator
perilaku yang lebih kuat daripada persepsi umum tentang apa yang terjadi
pada "orang lain" [27]. Selain itu, di antara item stigma yang diantisipasi,
kami menemukan bahwa ketakutan stigma dan diskriminasi dari pasangan
laki-laki adalah pengaruh negatif yang lebih penting pada penerimaan tes HIV
daripada kekhawatiran stigma dan diskriminasi dari orang lain (teman,
keluarga, rekan kerja, petugas kesehatan, orang lain di komunitas, dll.).
Pasangan pria seringkali dapat memiliki dampak langsung terbesar pada
kehidupan wanita dan oleh karena itu tidak mengherankan bahwa ketakutan
tentang reaksi negatif dari orang-orang dekat yang berpengaruh ini akan
menjadi yang paling prediktif. Studi di pengaturan lain juga menemukan
stigma dari pasangan dan keluarga menjadi berpengaruh [28]. Poin penting
lainnya adalah bahwa wanita hamil yang HIV-positif sering tampak sehat dan
tidak mengungkapkan status HIV mereka [29]. Dengan demikian, status HIV
mereka tidak jelas bagi orang lain dan kekhawatiran stigma dan diskriminasi
dari orang-orang di komunitas yang lebih luas mungkin kurang menonjol.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Infeksi HIV penyebab AIDS pada ibu hamil bisa menular ke janin selama
kehamilan, saat melahirkan, atau selama menyusui. Di Indonesia, semua ibu
hamil di wilayah dengan angka kasus HIV yang tinggi, atau ibu hamil dengan
perilaku berisiko dianjurkan untuk menjalani tes HIV.
Tidak perlu merasa khawatir atau sungkan melakukan tes ini. Fasilitas
kesehatan tempat tes HIV dilakukan akan memberikan pelayanan VCT dan
menjamin kerahasiaan status pasien saat menjalani pemeriksaan HIV. Bila
ternyata ibu hamil positif HIV, penanganan medis akan dilakukan untuk
mengurangi risiko penularan HIV kepada bayi dan mencegah
berkembangnya infeksi HIV menjadi lebih berat.
Tidak ada salahnya untuk mencegah daripada mengobati
B. Saran
Menjaga kesehatan ibu hamil dan bayi adalah sesuatu hal yang
penting, tidak perlu merasa khawatir, justru dengan adanya
pemeriksaan HIV dapat dengan jelas menunjukan hasil apakah positif
atau negatif, adapun jika positif maka akan diberikan penanganan dan
solusi yang tepat. Dengan adanya penanganan yang tepat maka akan
mengurangi penularan pada bayi yang sedang dikandung.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan Tri Yudi, Irna Prasetyowat, Mury Ririanty.(2016). Hubungan Karakteristik


ODHA Denengan Kejadian Loss To Follow Up Terapi ARV Di Kabupaten Jember.
IKESMA.Vol 12, hal : 54. file:///C:/Users/user/Downloads/4822-265-9308-1-10-
20170619.pdf. Diakses pada 20 Maret 2020

Prilopandi Feri.Makalah HIV AIDS. Makalah.


https://www.academia.edu/5693823/Makalah_HIV_AIDS. Diakses pada 20 Maret
2020.

Qeyshianii.qwanzaa.2011.Makalah HIV AIDS.Makalah.


https://www.scribd.com/doc/51505153/makalah-HIV-aids. Diakses pada 20 Maret
2020.

Turan M. Janet, Elizabeth A. Bukusi, Maricianah Onono, William L.


Holzemmer, Suellen Miller & Craig R. Cohen. (2010). HIV/AID Stigma and
Refusal of HIV Testing Among Pregnant Women In Rural Kenya : Result from
the MAMAS Study. AIDS and BehavioR 15,1111-1120(2011).
https://link.springer.com/article/10.1007/s10461-010-9798-5. Acces on 20 March
2020.

Anda mungkin juga menyukai