Anda di halaman 1dari 63

MANAJEMEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PEMBIAYAAN

PENDIDIKAN DI SD ISLAM SABILAL MUHTADIN BANJARMASIN

OLEH:

GUNTUR FEBRIANTO

170102050294

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

BANJARMASIN

2020 M/ 1441 H
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Fokus Masalah ................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 8
D. Signifikasi Teoritis ............................................................ 8
E. Definisi Operasional .......................................................... 10
F. Penelitian Terdahulu .......................................................... 11

BAB II LANDASAN TEORI


A. Manajemen Pembiayaan Pendidikan ................................ 13
B. Peran Informasi Dalam Pengambilan Keputusan .............. 21
C. Penyusunan dan Pengembangan RAPBS .......................... 25
D. Komunikasi Dalam Pembiayaan Pendidikan .................... 33

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................ 40
B. Objek Penelitian ................................................................ 42
C. Lokasi Penelitian ............................................................... 43
D. Data dan Sumber Data....................................................... 44
E. Informan Penelitian ........................................................... 44
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 46
G. Pengecekan Keabsahan Data ............................................. 52
H. Analisis Data ..................................................................... 53
I. Langkah-Langkah Penelitian .............................................. 55
J. Sistematika Laporan Penelitian .......................................... 56

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem


pendidikan nasional BAB XIII pendanaan (pembiayaan) pendidikan
bagian kesatu tanggung jawab pembiayaan pasal 46 yaitu: (1) Pembiayaan
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah
bertanggung jawab menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur
dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. (3) Ketentuan mengenai tanggung jawab
pembiayaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Bagian Kedua Sumber Pembiayaan Pendidikan Pasal 47 yaitu: (1)
Sumber pembiayaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan keberlanjutan. (2) Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (3) Ketentuan mengenai sumber
pembiayaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Bagian Ketiga manajemen pembiayaan Pendidikan pasal 48 yaitu:
(1) Manajemen pembiayaan pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. (2) Ketentuan mengenai
manajemen pembiayaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Bagian keempat pengalokasian pembiayaan pendidikan pasal 49
yaitu: (1) pembiayaan pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) pada sektor pendidikan dan
minimal 20% dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). (2)
Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). (3) Pembiayaan
pendidikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan
pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (4) Pembiayaan pendidikan dari
Pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan dalam bentuk hibah
2

sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. (5) Ketentuan


mengenai pengalokasian pembiayaan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Berkaitan dengan pendidikan yang memerlukan pembiayaan dari berbagai

instansi dapat dilihat dari sasaran penyaluran zakat. Seperti firman Allah SWT...

Yang artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya,

untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan

orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang

diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. at-

Taubah (9]: 60)...

Ahmad Musthafa al-Maraghi menegaskan dalam kalimat berikutnya,

bahwa yang dimaksud jalan Allah ialah kemaslahatan umum kaum Muslim yang

karenanya haruslah urusan agama dan negara, bukan urusan individu...

Menyumbangkan materi untuk kepentingan umum sebagaimana

dikemukakan Michael Stanton adalah salah satu rukun Islam, yakni zakat, yang

diperuntukkan bagi orang-orang miskin dan pengembangan Islam. Pendidikan

jelas termasuk pada kategori kedua. Mereka yang membantu pendidikan secara

material sangat dihormati...

Para ulama fikih mengatakan, bahwa istilah sedekah searti dengan zakat.

Rahmat Taufiq Hidayat mengemukakan bahwa sedekah mengandung pengertian

yang sangat luas, mencakup sedekah wajib dan sedekah sunah. Sedekah wajib

adalah infak dan zakat." Ini berarti sedekah juga diberikan kepada ashnaf yang
3

berhak menerimanya. Dan lembaga pendidikan termasuk dalam kategori ini,

Dalam kaitan ini apabila dilihat dari kegunaan sedekah, maka sedekah dapat

dijadikan sebagai sumber pembiayaan dalam pendidikan lebih diarahkan pada

pembiayaan lembaga pendidikan baik sarana maupun prasarana serta

pemeliharaannya termasuk juga gaji guru...1

Pentingnya informasi dan komunikasi tentunya sudah sangat lumrah yaitu

sebagai media untuk orang lain mengetahui sesuatu yang baru tidak terkecuali di

dalam dunia pendidikan informasi dan komunikasi yang baik sangat di perlukan

salah satunya yaitu di dalam proses pembiayaan pendidikan dimana seluruh

elemen yang terlibat dalam dunia pendidikan tersebut harus mengetahui

pembiayaan pendidikan tersebut seperti di gunakan untuk apa atau di salurkan

kemana biaya pendidikan itu, yaitu melalui penyaluran informasi dan komunikasi

yang baik ke seluruh elemen yang terlibat dalam dunia pendidikan tersebut, maka

disini di perlukan pengelolaan informasi dan komunikasi dengan baik dan benar

yaitu dengan memanajemen informasi dan komunikasi pembiayaan pendidikan

dengan transparan dan tanpa ada yang di tutup-tutupi, dimana semuanya di

informasikan dan di komunikasikan ke seluruh elemen yang terlibat dalam dunia

pendidikan yang bersangkutan.

Masyarakat atau orang tua peserta didik dalam mengetahui pembiyaan

pendidikan di sekolah itu menjadi hal penting karena tidak dapat dupungkiri

masyrakat atau orang tua peserta didik adalah elemen atau bagian yang mendapat

1
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016) h. 284-286
4

dampak dalam pengambilan keputusan khususnya dalam pembiayaan pendidikan

apalagi dalam pembiayaan pendidikan masyarakat atau orang tua peserta didik

juga ikut andil atau ada pembiayaan pendidikan yang juga bersal dari masyarakat

atau orang tua peserta didik oleh karena itu sebaiknya segala sesuatu dan juga

pengambilan keputusan mengenai pembiayaan pendididikan diinformasikan dan

dikomunikasikan kepada masyarakat atau orang tua peserta didik.

Alangkah baiknya jika melakukan pungutan adanya kejelasan dana itu

digunakan untuk apa lalu diinformasikan dan dikomunikasikan kepada orang tua

pesrta didik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat menimbulkan

berbagai prasangka tidak baik ke pihak sekolah dan dapat menimbulkan protes

berlebihan dari masyarakat atau orang tua peseta didik. Karena jika semua dapat

diinformasikan dan dikomunikasikan kepada orang tua peserta didik dengan baik

dan mereka mengerti dan dapat memahaminya apa maksud dari sekolah

mengadakan pungutan tentu tidak akan tejadi kesalahpahaman antara orang tua

siswa dan pihak sekolah dalam garis besarnya pungutan tersebut memang

digunakan untuk hal yang positif dan tidak menyimpang.

Informasi adalah data yang sudah diolah ke dalam bentuk tertentu sesu"

dengan keperluan pemakaian informasi tersebut. Kalau data umumnya berada

pada tingkat transaksi, maka informasi umumnya berada pada tingkat

manajemen.2

2
Zulkifli Amsyah, Manajemen Sistem Informasi, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama 2005) h. 300
5

komunikasi adalah suatu proses sosial. Ketika menginterpretasikan

komunikasi secara sosial (social), maksud yang disampaikan adalah komunikasi

selalu melibatkan manusia serta interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan

dua orang, pengirim dan penerima. Keduanya memainkan peranan yang penting

dalam proses komunikasi. Ketika komunikasi dipandang secara sosial,

komunikasi selalu melibatkan dua orang yang berinteraksi dengan berbagai niat,

motivasi, dan kemampuan. Kemudian, ketika membicarakan komunikasi sebagai

proses (process), hal ini berarti komunikasi bersifat berkesinambungan dan tidak

memiliki akhir. Komunikasi juga dinamis, kompleks, dan senantiasa berubah.3

Pada PP No. 48 Tahun 2008 tentang pembiayaan penddidikan pasal 2 ayat

1 menyebutkan pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara

pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Sedangkan pasal 3 ayat 1

disebutkan bahwa biaya pendidikan meliputi 3 hal yakni biaya satuan pendidikan,

biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan serta biaya pribadi

peserta didik. Pasal-pasal selanjutnya juga menjelaskan beberapa komponen biaya

dari setiap turunan biaya pendidikan tersebut. Meski demikian, setiap turunan

biaya pendidikan yang dimaksud (bahkan termasuk biaya investasi) dapat

bersumber dari masyarakat. Hal ini memungkinkaan peluang adanya tarikan atau

pungutan dari penyelenggara pendidikan pada peserta didik.4

3
Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi,
Penerjamah: Maria Natalia Damayanti Maer, (Jakarta: Salemba Humanika 2008)
h. 6
4
M. Hasbullah, Kebijakan Pendidikan, (Depok: PT Rajagrafindo Persada
2014) h. 31
6

Pembiayaan pendidikan didapat dari Pemerintah baik pusat atau daerah,

serta masyarakat." Seperti anggaran Pemerintah, bantuan Pemnerintah Daerah,

pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya yang dilaksanakan sesuai

peraturan perundang- undangan, bantuan dari pemangku kepentingan satuan

pendidikan di luar peserta didik atau orang tua/walinya, bantuan dari pihak asing

yang tidak mengikat; dan sumber lain yang sah.5

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sumber

pembiayaan pendidikan dapat bersumber dari pemerintah dan juga dari orang tua

peserta didik atau masyarakat artinya sekolah berhak melakukan pungutan dari

masyarakat dan alangkah baiknya tindakan tersebut diinformasikan dan

dikomunikasikan kepada orang tua peserta didik atau masyarakat untuk apa

pungutan tersebut digunakan agar terjadi kejelasan dan tidak terjadi

kesalahpahaman, dalam hal ini perlu adanya manajemen informasi dan

komunikasi pembiayaan pendidikan yang baik dari pihak sekoalah.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas penulis ingin melakukan

penelitian dengan judul “Manajemen Informasi dan Komunikasi Pembiayaan

Pendidikan di SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin” dengan judul ini saya

ingin mengetahui bagaimana proses dan penerapan manajemen informasi dan

komunikasi pembiayaan pendidikan di SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin

sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan.

5
Sujari Rahmanto, Manajemen Pembiayaan Sekolah, (Lampung: Gree
Publishing 2019) h. 5
7

Sejarah singkat terbentuknya SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

Untuk merealisasikan rencana pengembangan pusat pendidikan Islam Sabilal

Muhtadin diareal Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin oleh Pemda Kalsel,

telah disediakan sebidang tanah yang terletak diareal Masjid Raya Sabilal

Muhtadin seperti terlihat jelas dalam maket Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Banjarmasin untuk mendirikan bangunan. Selanjutnya untuk mewujudkan itu

semua, didirikan pertama kali TK Islam tahun 1987 kemudian SD Islam tahun

1988 disusul SMP Islam tahun 1992 dan SMA Islam Sabilal Muhtadin tahun

1999.

Mengenai pembiayaan pendidikan di SD Islam Sabilal Muhtadin

Banjarmasin yang saya ketahui yaitu, biaya pendaftaran Rp 250 ribu, infak

gedung Rp 8 juta, biaya bulanan Rp 600 ribu dan pada waktu jam makan siang

peserta didik tidak pulang untuk makan dirumah, tetapi meraka memakan

makanan yang disediakan oleh kantin sekolah. Biaya sekolah yang dibayar tiap

bulannya sudah ditambah dengan biaya uang makan untuk satu bulan.

B. Fokus Masalah

Penelitian ini di fokuskan pada bagaimana penerapan dan proses

manajemen informasi dan komunikasi pembiayaan pendidikan di SD Islam

Sablila Muhtadin Banjarmasin. Dimana fokus penelitian tersebut dijabarkan

dalam pertanyaan dibawah ini.


8

1. Bagaimana manajemen pembiayaan pendidikan di SD Islam Sabilal

Muhtadin Banjarmasin?

2. Bagaimana manajemen informasi dalam pembiayaan pendidikan di SD

Islam Sabilal Muhtadin Banjarmsin?

3. Bagaimana SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin dalam memanajemen

komunikasi pembiayaan pendidikan ke orang tua peserta didik atau

masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk metngeahui proses pembiayaan pendidikan di SD Islam Sabilal

Muhtadin Banjarmasin.

2. Untuk mengetahui seperti apa pengelolaan informasi dalam pembiayaan

pendidikan di SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

3. Untuk mengetahui bagaimana SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin

dalam mengkomunikasikan pembiayaan pendidikan ke orang tua peserta didik

atau masyarakat.

D. Signifikansi Teoritis

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka manfaat yang diharapkan

didapat dari penelitian ini, manfaat teoritis yang diperoleh yaitu:


9

1. Bagi Penulis, dapat menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan

tentang manajemen informasi dan komunikasi pembiayaan pendidikan.

2. Bagi pembaca atau peneliti lain, sebegai penambah wawasan dan ilmu

pengetahuan bagaimana sistematika penulisan skripsi. Hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagaimana mestinya dan dapat dijadikan sebagai salah satu

referensi bagaimana proses dan penerapan manajemen informasi dan

komunikasi pembiayaan pendidikan di sekolah.

Manfaat praktis yang didapat dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat sebagai informasi ilmiah dalam

memanajemen informasi dan komunikasi pembiayaan pendidikan di sekolah.

2. Bagi kepala sekolah, penelitian ini bermanfaat sebagai acuan ilmu

pengetahuan bagaimana cara memanajemen dengan baik.

3. Bagi pegawai di administrasi hubungan sekolah dan masyarakat, penelitian

ini bermanfaat sebagai acuan ilmu pengetahuan bagaimana memanajemen atau

mengelola informasi dan komunikasi dari sekolah dalam menjalin hubungan

dengan orang tua peserta didik atau masyarakat.

4. Bagi pegawai di administrasi keuangan, penelitian ini bermanfaat sebagai

acuan ilmu pengetahuan bagaimana mengelola keuangan sekolah atau

pembiayaan pendidikan.
10

E. Definisi Operasional

1. Manajemen

Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta

penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Informasi

IRM atau manajemen sumber daya informasi adalah keseluruhan usaha

organisasi untuk menciptakan dan memelihara sumber daya informasi. Data

merupakan sumber daya sehingga perlu dikelola dan proses ini disebut

manajemen data. Manajemen data adalah bagian dari manajemen sumber daya

informasi yang mencakup semua kegiatan yang memastikan bahwa sumber daya

data organisasi akurat, mutakhir, aman dari gangguan dan tersedia bagi pemakai.

3. Komunikasi

Manajemen komunikasi adalah proses menggunakan sumber daya

manusia, keuangan dan teknis dalam memahami dan melakukan fungsi

komunikasi di dalam suatu lembaga atau instansi.

Manajemen komunikasi melibatkan pengelolaan dan pengelolaan sumber

daya komunikasi (pribadi, kelompok, organisasi dan teknis) dan proses

komunikasi untuk memfasilitasi komunikasi dalam konteks lembaga atau

instansi).
11

4. Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan didapat dari pemerintah baik pusat atau daerah,

serta masyarakat. Seperti anggaran pemerintah, bantuan pemerintah daerah,

pungutan dari peserta dididk atau orang tua/walinya yang dilaksanakan sesuia

peraturan perundang-undangan, bantuan dari pemangku kepentingan satuan

pendididkan di luar peserta didik atau orang tua/walinya, bantuan dari pihak

asing yang tidak mengikat, dan sumber lain yang sah.

Selanjutnya agar pembahsan dalam penelitian ini tidak meluas, maka

bahsan dalam penelitian ini dibatasi:

1. Yang diteliti dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pegawai di

adminstrasi hubungan sekolah dan masyarakat dan pegawai di administrasi

keuangan di SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

2. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana proses dan penerapan

manajemen informasi dan komunikasi pembiayaan pendidikan di SD Islam

Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

3. Penelitian dilaksanakan di SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

F. Penelitian Terdahulu

Dalam peninjauan penelitian yang akan dilakukan, ada beberapa penelitian

yang sudah dilakukan mengenai manajemen pembiayaan pendidikan, diantaranya:


12

1. Penelitian dari Ahmad Saifudin, dengan judul “Analisis Manajemen

Pembiayaan Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia

Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama

Global Madani Bandar Lampung)”.

2. Penelitian dari Nasta’in Ahmad, dengan judul “Manajemen Pembiayaan

Pendidikan Melalui Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dalam

Meningkatkan Mutu Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Tanjungsari Tersono

Batang”.

3. Penelitian dari Windi Apriliyanti, dengan judul “Pengaruh Manajemen

Pembiayaan Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Kelas IX Di

SMP Islam Raudatul Hikmah Pamulang”.

4. Penelitian dari Vita Andini Yulicha, dengan judul “Manajemen Pembiayaan

Pendidikan Di Yayasan Bakong Pittaya School Pattani Thailand Selatan”

Adapun dari beberapa penelitian yang relevan tersebut, penelitian yang

penulis buat memang sedikit berbeda tetapi masih mempunyai hubungan yang

bisa dijadikan bahan acuan untuk melakukan penelitian.


13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan secara umum adalah problem kompleks yang

terdiri dari komponen yang berkaitan. Dan mempunyai bidang bersifat Mikro

yaitu dalam Satuan pendidikan sampai pada bidang Makro yaitu Nasional, terdiri

dari berbagai sumber pendidikan, struktur alokasi dan prosedur alokasi. Selain itu

faktor keefisienan dan keefektifan pada pendayaguna serta akuntabilitasnya dan

perubahan-perubahan yang terjadi di sekolah merupakan permasalahan-

permasalahan yang masih menjadi perhatian dalam pembiayaan pendidikan.'

Berkenaan jenjangnya, pembiayaan pendidikan dilaksanakan pada beberapa

tempat, yaitu lembaga satuan pendidikan (sekolah), pengguna jasa pendidikan

(orang tua, siswa), dan administrator pendidikan mulai tingkat kecamatan,

kalupaten/kota, Provinsi hingga pusat.6

Berdasarkan pembiayaan pendidikan diperlukan manajemen pengelolaan

pembiayaan yang dikenal dengan manajemen pembiayaan pendidikan.

Manajemen merupakan ilmu yang berkaitan dengan upaya mengelola organisasi

agar dapat merealisasikan tujuan yang ditargetkan. Manajemen pendidikan pada

dasarnya merupakan sistem pengelolaan yang diterapkan dalam konteks

6
Sujari Rahmanto, Manajemen Pembiayaan Sekolah, (Yogyakarta: CV.
Gree Publishing 2019) h. 5
14

pendidikan. Hal ini dapat dipahami dari lingkup/pendekatan terhadap manajemen

pendidikan. Oleh karena itu, perspektif dalam ilmu manajemen juga berpengaruh

pada perspektif dalam melihat administrasi manajemen pendidikan.7

Fungsi pembiayaan merupakan bagian Standar Nasional Pendidikan

(SNP). Maka dari itu, pembiayaan adalah persoalan fundamental, dimana

mengharuskan untuk diperhatikan serta di selesaikan dengan berbai solusi dalam

tata kelola penyelenggaraan pendidikan. Akan menjadi hambatan bagi lembaga

penyelenggara pendidikan jika tidak mampu mengelola pendanaan pendidikan

dalam operasionalisasi penyelenggaraan pendidikannya. Akan tetapi bukanlah

suatu kepastian bahwa pendanaan pendidikan yang memadahi akan berhasil pula

penyelenggaraan pendidikan. Terdapat faktor lain yang juga harus diperhatikan.

Maka sangat perlu untuk mengerti berbagai permasalahan yang ada dan

solusinya.8

Selain memberikan dukungan sumber pembiayaan, masyarakat juga

memiliki peran dalam penyelenggaraan pendidikan sebagaimana diamanatkan

dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XV

Pasal 54 ayat 1 dan 2: Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran

serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan

organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu

pelayanan pendidikan. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber,

pelaksana dan pengguna hasil pendidikan.

7
Ibid, h. 6
8
Ibid, h. 4
15

Harsono, pembiayaan pendidikan dapat digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu

biaya pendidikan yang bersumber dari pemerintah, biaya pendidikan yang

bersumber dari masyarakat/orang tua siswa, biaya pendidikan yang bersumber

dari sponsor dan perusahaan serta biaya pendidikan yang bersumber dari lembaga

pendidikan itu sendiri.

Mengingat pentingnya peran pembiayaan dalam proses pembelajaran,

maka tidak dapat dihindari adanya tata kelola pembiayaan yang baik dalam

penganggaran pendidikan. Tata kelola keuangan ini selanjutnya disebut dengan

manajemen pembiayaan. Terkait dengan pembiayaan pendidikan, banyak masalah

yang muncul yaitu, minimnya anggaran pendidikan, penyimpangan dalam

penyaluran dana pendidikan, dan alokasi dana yang belum memadai.9

Pembiayaan pendidikan adalah faktor penting dalam menjamin mutu dan

kualitas proses pendidikan. Mulyono juga menjelaskan bahwa biaya secara

sederhana adalah sejumlah nilai uang yang dibelanjakan atau jasa pelayanan yang

diserahkan siswa.10

Pembiayaan pendidikan madrasah perlu memperhatikan sejumlah prinsip.

Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

9
Sonedi, Zulfa Jamalie dan Majeri, Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Bersumber dari Masyarakat, Vol. 9 No. 1 2017 h.26-27
10
Masditou, Manajemen Pembiayaan Pembiayaan Pendidikan Menuju
Pendidikan yang Bermutu, Jurnal ANSIRU PAI Vol. 1 No. 2. Juli-Des 2017 h.
124
16

pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada

prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.11

Manajemen pembiayaan pendidikan mengkaji bagaimana pendidikan

diperoleh dan dipergunakan. Manajemen pembiayaan pendidikan merupakan

rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan,

pembukuan, pembelanjaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban keuangan

sekolah.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Pasal 47 Tentang Sumber Pendanaan

Pendidikan yaitu: ayat (1) Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan

prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan. Ayat (2) Pemerintah, pemerintah

daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat (3) Ketentuan mengenai

sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2)

diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.12

Penerimaan biaya pendidikan bersumber dari: (a) penerimaan umum

pemerintah, (b) penerimaan pemerintah khusus pendidikan, (c) iuran sekolah, dan

(d) sumbangan dari masyarakat.

Alokasi biaya pendidikan seperti kebutuhan operasional pengajaran,

operasional administrasi dan perkantoran, operasional laboratorium, operasional

perpustakaan, perawatan dan pemeliharaan, penggantian barang-barang keperluan

11
Ibid, h. 127-128
12
Ibid, h. 130
17

mendesak, kebersihan dan kesehatan dapat diidentifikasi oleh kepala sekolah

bersama masyarakat dan pemerintah mencari solusi untuk memenuhi keperluan

tersebut.

Pengawasan biaya pendidikan adalah suatu pemeriksaan ditujukan pada

masalah biaya (transaksi, dokumen, buku, daftar serta laporan), antara lain untuk

memperoleh kepastian bahwa berbagai transaksi biaya dilakukan sesuai dengan

undang-undang, peraturan, keputusan, instruksi untuk menilai kewajaran yang

diberikan oleh laporan keuangan.13

Adanya peran serta masyarakat secara dalam hal pembiayaan, proses

pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan instruksional serta non-

instruksional. Sekolah harus lebih banyak mengajak lingkungan dalam mengelola

sekolah karena bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat secara luas.

Apalagi dengan makin terbatasnya sumber pembiayaan dari pemerintah, makin

mendorong keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan.14

Adanya pembiayaan yang mendukung keberlangsungan pendidikan.

Berikut terhimpun konsep manajemen pembiayaan pada pendidikan.

1. Manajemen pembiayaan pada pendidikan.

13
Nasir Usman dan Murniati, Pengantar Manajemen Pendidikan, (Banten,
An1mage, 2019) h. 58-61
14
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2002) h.
132
18

Berdasarkan Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 tentang

pengelolaan dana pendidikan menyatakan: bahwa pengelolaan dana pendidikan

berdasarkan pada prinsip keadilan, efisien, transparansi, dan akuntabilitas.

2. Manajemen pembiayaan

Pembiayaan pendidikan merupakan masalah penting yang dikaji dalam

ekonomi pendidikan. hal ini sejalan dengan pendapat Elchanan Cohn yang

menyatakan bahwa masalah pembiayaan/pendanaan pendidikan menupakan

salah satu isu utama yang dibahas dalam ekonomi pendidikan.

Manajemen pembiayaan pendidikan merupakan kegiatan yang

berkaitan dengan sumber penggunaan dan pertanggungjawaban dana di suatu

lembaga. Badruddin dkk. memberikan defenisi administrasi pembiayaan

merupakan pengelolaan biaya yang berhubungan dengan pendidikan mulai dari

tingkat perencanaan sampai pada pengukuran biaya yang efisien dalam proses

pendidikan. Dalam hal ini Masyhud mengemukakan bahwa administrasi

pembiayaan dalam arti luas yaitu suatu kebijakan dalam pengadaan keuangan

untuk mewujudkan kegiatan kerja yang berupa perencanaan, pengurusan dan

pertanggungjawaban lembaga terhadap penyandang dana, baik individual

maupun lembaga.
19

Dari segi kegiatan, manajemen keuangan pendidikan, penganggaran

dan pembiayaan pendidikan meliputi upaya memperoleh dan menetapkan

sumber-sumber pendanaan.15

Manajemen pembiayaan pendidikan sekolah merupakan bagian dari

kegiatan pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menuntut kemampuan

sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi, serta

mempertanggungjawabkan secara efektif dan transparan. Dalam penyelenggaraan

pendidikan di sekolah, manajemen pembiayaan rupakan potensi yang sangat

menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen

pendidikan.

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan,

manajemen pembiayaan pendidikan perlu dilakukan untuk menunjang penyediaan

sarana dan prasarana dalam rangka mengefektifkan kegiatan pembelajaran, dan

meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Untuk mengetahui apa saja yang

menjadi kegiatan manajemen pembiayaan pendidikan tersebut, dan mengapa

prosedur tersebut dilakukan, maka perlu adanya pengkajian khusus.

Pasal 47 tentang sumber pendanaan pendidikan. (1) Sumber pendanaan

pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan dan

berkelanjutan. (2) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat mengerahkan

sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

15
Eca Gesang Mentari, dkk, Manajemen Pengembangan Pendidkikan
Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hijaz Pustaka Mandiri, 2020) h. 148
20

(2) Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Pasal 48 tentang pengelolaan dana pendidikan. (1) Pengelolaan dana

pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transfaransi, dan

akuntabilitas public. (2) Ketentuan mengenai pengelolaan dana pendidikan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan

pemerintah.

Pasal 49 tentang pengalokasian dana pendidikan. (1) Dana pendidikan

selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20%

dari Anggaran Pendapatan Dan belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan

dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD). (2)

Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara ( (APBN). (3) Dana pendidikan dari pemerintah

dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah

sesuai dengan peraturan perundang undangan yang brlaku. (4) Dana pendidikan

dari pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan dalam bnetuk hibah sesuai

dengan perundang undangan yang berlaku. (5) Ketentuan mengenai

pengalokasian dana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),

dan ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. (UU

Sisdiknas : 2003 ).

Dari penjelasan di atas konstitusi dan perundang-undangan kita telah

mengamanatkan bahwa pendidikan menjadi prioritas dalam pembangunan bangsa


21

yang dibuktikan dengan jaminan pembiayaan penyelenggaran pendidikan secara

optimal. 16

B. Peran Informasi Dalam Pengambilan Keputusan

Mengambil atau membuat keputusan adalah suatu proses yang

dilaksanakan orang berdasarkan pengetahuan dan informasi yang ada padanya

pada saat tersebut dengan harapan bahwa sesuatu akan terjadi. Keputusan dapat

diambil dari alternatif-alternatif keputusan yang ada. Alternatif keputusan tersebut

dapat dilakukan dengan adanya informasi yang diolah dan disajikan dengan

dukungan sistem penunjang keputusan.

Keputusan yang dihasilkan dari tahap informasional dapat langsung

ditindaklanjuti berupa tindakan, atau dapat dikaji ulang dengan mengumpulkan

informasi tambahan dengan tujuan untuk mengurangi kadar ketidakpastian. Dan

jika hal ini terjadi, maka akan kembali mengikuti ketiga tahap tersebut, begitu

seterusnya.17

Dalam peran informasi (informational role), manajer (kepala sekolah)

bertindak sebagai pusat saraf dari organisasi (pendidikan/sekolah), menerima

informasi terkini yang paling konkret dan mendistribusikannya kembali kepada

16
Barna Subarna, Pendidikan Gratis Sekolah Menengah Pertama,
(Yogyakarta : Deepublish 2014) h. 149-153
17
Marimin, Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria
Majemuk, (Jakarta: Grasindo) h. 15
22

mereka yang memerlukannya. Manajer adalah penyebar informasi dan juru bicara

dalam organisasinya.

Manajer mengambil keputusan. Dalam peran pengambil keputusan

(decisional role), mereka bertindak sebagai wirausahawan dalam jenis-jenis

aktivitas baru, menangani gangguan-gangguan yang muncul dalam organisasi;

mengalokasikan sumber daya kepada para staf yang membutuhkan; dan

menegosiasikan kenflik dan menjadi penengah antara kelompok kelompok yang

bertikai.18

Semua masukan (informasi dan nilai) diolah pengambil keputusan dalam

konteks adanya masalah dan pengajuan alternatif-alternatif. Kemudian, informasi

atau data dianalisis dalam kaitannya dengan masalah dengan sistem analisis yang

digunakan pengambil keputusan sehingga ada penilaian terhadap berbagai

alternatif. Dinilai apa keuntungan dan kerugian setiap alternatif, melahirkan satu

keputusan.19

Berkenaan dengan peramalan untuk membantu sekaligus mempertinggi

kualitas pengambilan keputusan itulah, data atau informasi yang baik harus bisa

diperoleh. Data yang baik akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk

menghasilkan prediksi yang tepat. Tentu saja tanpa menge- sampingkan

18
Kenneth C. Laudon dan Jane P. Laudon, Sistem Informasi Manajemen,
Penerjamah: Chriswan Sungkono, Machmudin Eka P, Jakarta: Salemba Empat
2008) h. 153
19
Syafaruddin Anzizhan, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan,
(Jakarta: Grasindo) h. 70
23

keberadaan faktor yang lainnya seperti dinamika sosial politik, cara memprediksi,

atau iktikad baik untuk berusaha mengungkapkan apa yang senyatanya ada.20

Arsip dibutuhkan oleh setiap pegawai dan tidak terkecuali oleh pimpinan.

Pimpinan sangat membutuhkan arsip untuk kepentingan manajemen organisasi,

termasuk di dalamnya untuk bahan pertimbangan dalam proses pengambilan

keputusan. Sebagai contoh dalam bidang perencanaan, pimpinan memerlukan

beberapa informasi kegiatan dan hasil kerja pada masa lampau. Hal ini untuk

menentukan perencanaan kegiatan yang akan datang, baik untuk penentuan

sasaran, target ataupun wilayah sasaran tertentu yang lebih tepat dan optimal.

Sedang dalam bidang pengawasan, arsip digunakan untuk mengadakan evaluasi

terhadap pelaksanaan manajemen beserta hasilnya. Dengan demikian, arsip akan

memberikan kontribusi yang besar bagi efektivitas dan efisiensi kerja pimpinan

dan efektivitas dan efisiensi organisasi secara keseluruhan.21

Pengelolaan arsip memegang peranan penting bagi jalannya suatu

organisasi, yaitu sebagai sumber informasi dan sebagai pusat ingatan organisasi,

yang dapat bermanfaat untuk bahan penilaian, pengambilan keputusan, atau

penyusunan program pengembangan dari organisasi yang bersangkutan.22

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa betapa

pentingnya peran informasi dalam pengambilan keputusan disuatu organisasi atau

20
Purbayu Budi Santosa, Muliawan Hamdani, Statistika Deskriptif dalam
Bidang Ekonomi dan Niaga, (Semarang: Erlangga 2007) h. 192
21
Rumsari Hadi Sumarto, Lukas Dwiantara, Sekretaris Profesional,
(Yogyakarta: Kanisius 2000) h. 68
22
Suparjati, dkk, Tata Usaha dan Kearsipan, (Yogyakarta: Kanisius 2000)
h. 10
24

lembaga jadi informasi menjadi alternatif yang sangat memegang peranan penting

bagi pemimpin lembaga atau organisasi untuk mengambil keputusan ataupun

menyebarluaskan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan informasi

tersebut.

Kegiatan Analisa Laporan Keuangan tidak terlepas dari permasalahan

manajemen bisnis. Dalam kegiatan bisnis kita selalu dihadapkan pada berbagai

persoalan yang memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Dalam setiap bisnis,

setiap permasalahan akan berdampak ekonomis: kerugian atau keuntungan, begitu

pula dalam dunia pendidikan. Agar seorang manajer atau kepala sekolah mampu

mengambil keputusan yang tepat, maka ia perlu mencari dan mengumpulkan

berbagai bahan informasi agar dalam proses pengambilan keputusan dapat

menghasilkan yang terbaik. Kegiatan analisa laporan keuangan merupakan salah

satu media untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, lebih baik, akurat

dan dapat dipakai sebagai bahan pengambilan keputusan.

Setiap tindakan yang dilakukan orang sebenarnya sudah melalui proses

pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini didasarkan pada

informasi. Dalam proses pengambilan keputusan yang baik peranan model dan

informasi sangat penting. Bahkan dalam perkembangan teknologi akhir-akhir ini

proses pengambilan keputusan sudah menggunakan teknologi seperti yang dibuat

AI (Artificial Inteligence) dan IT (Information Technology. Dalam proses

pengambilan keputusan peran informasi penting. Semakin banyak dan semakin

akurat informasinya mestinya semakin baik keputusan yang diambil. Dalam dunia

bisnis, keputusan yang salah akan menghasilkan kerugian bagi perusahaan dan
25

keputusan yang benar akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, begitu

pula dalam dunia pendidikan.23

Informasi merupakan input penting dalam pengambilan keputusan.

Dengan demikian, konsekuensi logis dari peranan informasi adalah peranan

pengambilan keputusan. Peranan pengambilan keputusan terdiri atas tiga macam:

(a) kewirausahawan (entrepreunership), (b) penyelesai gangguan (disturbance

handler), (c) pembagi sumber daya (resource allocator), dan (d) perunding

(negotiator).24

C. Penyusunan dan Pengembangan RAPBS

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) harus

berdasarkan pada rencana pengembangan sekolah dan merupakan bagian dari

rencana operasional tahunan. RAPBS meliputi penganggaran untuk kegiatan

pengajaran, materi kelas, pengembangan profesi guru, renovasi bangunan sekolah,

pemeliharaan, buku, meja dan kursi.

Penyusunan RAPBS tersebut harus melibatkan kepala sekolah, guru,

komite sekolah, staf TU dan komunitas sekolah. RAPBS perlu disusun pada setiap

tahun ajaran sekolah dengan memastikan bahwa alokasi anggaran bisa memenuhi

kebutuhan sekolah secara optimal.

23
Maria Widyatuti, Analisa Kritis Laporan Keuangan, (Surabaya: CV.
Jakad Media Nusantara Surabaya 2017) h. 13
24
Muliana dkk, Pengantar Manajemen, (Medan: Yayasan Kita Menulis
2020) h. 11
26

a. Prinsip Penyusunan RAPBS, antara lain:

1) RAPBS harus benar-benar difokuskan pada peningkatan pembelajaran

murid secara jujur, bertanggung jawab, dan transparan.

2) RAPBS harus ditulis dalam bahasa yang sederhana dan jelas, dan

dipajang di tempat terbuka di sekolah.

3) Dalam menyusun RAPBS, sekolah sebaiknya secara saksama

memprioritaskan pembelanjaan dana sejalan dengan rencana pengembangan

sekolah.

b. Proses Penyusunan RAPBS meliputi:

1) Menggunakan tujuan jangka menengah dan tujuan jangka pendek yang

ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.

2) Menghimpun, merangkum, dan mengelompokkan isu-isu dan masalah

utama ke dalam berbagai bidang yang luas cakupannya.

3) Menyelesaikan analisis kebutuhan.

4) Memprioritaskan kebutuhan.

5) Mengonsultasikan rencana aksi yang ditunjukkan/dipaparkan dalam

rencana pengembangan sekolah.

6) Mengidentifikasi dan memperhitungkan seluruh sumber pemasukan.


27

7) Menggambarkan rincian (waktu, biaya, orang yang bertanggung jawab,

pelaporan, dsb.), dan mengawasi serta memantau kegiatan dari tahap

perencanaan menuju tahap penerapan hingga evaluasi.25

Muchdarsyah Sinungan menekankan pada penyusunan rencana (planning)

di dalam setiap penggunaan anggaran. Langkah pertama dalam penentuan rencana

pengeluaran keuangan adalah menganalisis berbagai aspek yang berhubungan erat

dengan pola perencanaan anggaran, yang didasarkan pertimbangan kondisi

keuangan, line of business, keadaan para nasabah/konsumen, organisasi

pengelola, dan skill para pejabat pengelola. Proses pengelola keuangan di sekolah

meliputi:

a. Perencanaan Anggaran.

b. Strategi mencari sumber dana sekolah.

c. Penggunaan keuangan sekolah.

d. Pengawasan dan evaluasi anggaran.

e. Pertanggungjawaban.

Menurut Lipham (1985), ada empat fase penyusunan anggaran antara lain:

a. Merencanakan anggaran.

b. Mempersiapkan anggaran.

25
Saihudin, Manajemen Institusi Pendidikan, (Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia 2018) h. 7-8
28

c. Mengelola pelaksanaan anggaran.

d. Menilai pelaksanaan anggaran.

Rancangan Pendapatan dan Balanja Sekolah (RAPBS) harus berdasarkan

pada rencana pengembangan sekolah dan merupakan bagian dari rencana

operasional tahunan. RAPBS meliputi penganggaran untuk kegiatan pengajaran,

materi kelas, pengembangan profesi guru, renovasibangunan sekolah,

pemeliharaan buku, meja dan kursi penyusunan RAPBS tersebut harus melibatkan

guru, komite sekolah, staf TU dan komunitas sekolah. RAPBS perlu disusun pada

setiap tahun ajaran sekolah dengan memastikan bahwa alokasi anggaran bisa

memenuhi kebutuhan sekolah secara optimal. Prinsip penyusunan RAPBS antara

lain:

a. RAPBS harus benar-benar difokuskan pada peningkatan pembelajaran murid

secara jujur, bertanggung jawab dan transparan.

b. RAPBS harus ditulis dalam bahasa yang sederhana dan jelas, dan dipajang

ditempat terbuka di sekolah.

c. Dalam menyusun RAPBS, sekolah sebaiknya secara seksama

memprioritaskan pembelajaran dena sejalan dengan rencana pengembangan

sekolah.

d. Proses penysunan RAPBS meliputi:

1) Menggunakan tujuan jangka menengah dan tujuan jangka pendek yang

ditetapkan dalam langkah pembangunan sekolah.


29

2) Menghinpun, merangkumn, dan mengelompokan isu-isu dan masalah

utama kedalam berbagai bidang yang luas cakupannya.

3) Menyelesaikan analisis kebutuhan.

4) Memprioritaskan kebutuhan.

5) Mengonsultasikan pengembangan sekolah.

6) Mengidentifikasi dan memperhitungkan seluruh sumber pemasukan.

7) Menggambarkan rincian (waktu.biaya, orang yang bertangggung jawab,

dsb).

8) Mengawasi serta memantau kegiatan dari tahap perencanaan menuju

tahap penerapan hingga evaluasi.26

Pemasukan dan pengeluaran keuangan sekolah diatur dalam Rancangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Ada beberapa hal yang

berhubungan dengan penyusunan RAPBS, antara lain:

1) penerimaan;

2) penggunaan; dan

3) pertanggungjawaban.

Pengelolaan akan dianggap efektif apabila merujuk pada Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) untuk satu tahun pelajaran,

26
Cucun Sunaengsih, Buku Ajar Pengelola Pendidikan, (Sumedang: UPI
Sumedang Press 2017) h. 152-153
30

para kepala sekolah bersama semua pemegang peran di sekolah pada umumnya

menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Merancang suatu program sekolah yang ideal untuk mencapai tujuan yang

diinginkan pada tahun pelajaran yang bersangkutan.

2. Melakukan inventarisasi semua kegiatan dan menghitung perkiraan

kebutuhan dana penunjang.

3. Melakukan peninjauan ulang atas program awal berdasarkan kemungkinan

tersedianya dana pendukung yang dapat dihimpun.

4. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun pelajaran

yang bersangkutan.

5. Melakukan perhitungan perinci pemanfaatan dana yang tersedia untuk

masing-masing kegiatan (Depdiknas, 2000: 178-179).

6. Menuangkan perhitungan-perhitungan perinci tersebut ke dalam suatu

format yang telah disepakati untuk digunakan oleh setiap sekolah.

7. Pengesahan dokumen RAPBS oleh instansi yang berwenang.

Dengan tersedianya dokumen tertulis mengenai RAPBS tersebut kepala

sekolah dapat mengkomunikasikannya secara terbuka kepada semua pihak yang

memerlukan. Sumber dana tersedia di dalam RAPBS dimanfaatkan untuk

membiayai berbagai kegiatan manajemen operasional sekolah pada tahun


31

pelajaran yang bersangkutan. Pada umumnya pengeluaran dana yang dihimpun

oleh sekolah mencakup lima kategori pembiayaan sebagai berikut:

1. Pemeliharaan, rehabilitasi, dan pengadaan sarana/prasarana pendidikan.

2. Peningkatan kegiatan dan proses pembelajaran.

3. Peningkatan kegiatan pembinaan kesehatan.

4. Dukungan biaya kegiatan sekolah dan peningkatan personel.

5. Kegiatan rumah tangga sekolah dan komite sekolah.

Dana yang tersedia di dalam RAPBS dapat sekaligus mencakup kegiatan

untuk pengembangan sekolah. Namun demikian, dana untuk keperluan

pengembangan sekolah dapat disediakan secara khusus, sebagai tambahan dari

RAPBS yang telah disusun. Untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah

diprogramkan sekolah dalam satu tahun pelajaran, diperlukan tersedianya

sejumlah dana tertentu pula. Berapa besarnya dana yang diperlukan oleh sekolah

agar tujuan itu dapat dicapai telah dihitung secara cermat oleh setiap sekolah

melalui penyusunan RAPBS. Apabila jumlah dana yang diperlukan pada satu

tahun pelajaran dibagi dengan jumlah semua siswa kelas I, II, dan III di sekolah

itu, maka akan ditemukan Satuan Harga Per Siswa (SHPS). Jumlah dana yang

diperlukan oleh setiap sekolah sangat beragam. Jumlah siswa pada setiap sekolah

pun berbeda-beda. Oleh karena itu, SHPS pada masing-masing sekolah dengan

sendirinya akan berbeda pula. Meskipun demikian, sebenarnya harus ada suatu
32

patokan SHPS minimal agar suatu mutu pendidikan tertentu dapat dicapai secara

nasional.

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) harus

berdasarkan pada rencana pengembangan sekolah dan merupakan bagian dari

rencana operasional tahunan. RAPBS meliputi penganggaran untuk kegiatan

pembelajaran, materi kelas, pengembangan profesi guru, renovasi bangunan

sekolah, pemeliharaan, buku, meja dan kursi. Penyu- sunan RAPBS tersebut harus

melibatkan kepala sekolah, guru, komite se- kolah, staf TU dan komunitas

sekolah. RAPBS perlu disusun pada setiap tahun ajaran sekolah dengan

memastikan bahwa alokasi anggaran bisa memenuhi kebutuhan sekolah secara

optimal. Prinsip Penyusunan RAPBS, antara lain:

1. RAPBS harus benar-benar difokuskan pada peningkatan pembelajaran murid

secara jujur, bertanggung jawab, dan transparan.

2. RAPBS harus ditulis dalam bahasa yang sederhana dan jelas, dan dipajang di

tempat terbuka di sekolah.

3. Dalam menyusun RAPBS, sekolah sebaiknya secara saksama mem-

prioritaskan pembelanjaan dana sejalan dengan rencana pengembangan

sekolah.

Menurut Djoened Rastavara (2013), proses penyusunan RAPBS meliputi:

1. Menggunakan tujuan jangka menengah dan tujuan jangka pendek yang

ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.


33

2. Menghimpun, merangkum, dan mengelompokkan isu-isu dan masalah utama

ke dalam berbagai bidang yang luas cakupannya.

3. Menyelesaikan analisis kebutuhan.

4. Memprioritaskan kebutuhan.

5. Mengonsultasikan rencana aksi yang ditunjukkan/dipaparkan dalam rencana

pengembangan sekolah.

6. Mengidentifikasi dan memperhitungkan seluruh sumber pemasukan.

7. Menggambarkan perincian (waktu, biaya, orang yang bertanggung jawab,

pelaporan, dan sebagainya), dan mengawasi serta memantau kegiatan dari

tahap perencanaan menuju tahap penerapan hingga evaluasi.

Kepala sekolah wajib menyampaikan laporan di bidang keuangan terutama

mengenai penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah. Pengevaluasian

dilakukan setiap triwulan atau per semester. Dana yang digunakan akan

dipertanggungjawabkan kepada sumber dana. Jika dana tersebut diperoleh dari

orang tua siswa, maka dana tersebut akan diper- tanggungjawabkan oleh kepala

sekolah kepada orang tua siswa. Begitu pula jika dana tersebut bersumber dari

pemerintah maka akan dipertanggungjawabkan kepada pemerintah.27

D. Komunikasi Dalam Pembiayaan Pendidikan

27
Kompri, Standardisasi Kompetensi Kepala Sekolah: Pendekatan Teori
untuk Praktik Profesional, (Jakarta: Kencana 2017) h. 160-162
34

Pengelolaan pendidikan komunikasi yang baik sudah tentu akan

menentukan arah akan kemana ilmu komunikasi di Indonesia yang tengah subur

perkembangannya. Jika lembaga pendidikannya tidak punya arah dan

pengelolaannya tidak dijalankan secara profesional, maka ilmu komunikasi yang

dibinanya akan kehilangan arah, baik dari segi konteks, subtansi, maupun filosofi

ilmu itu sendiri dalam pengamalannya di tengah masyarakat. Semoga menjadi

bahan renungan untuk kita semua yang bekerja di bidang pendidikan dalam

memajukan ilmu komunikasi ke depan, baik dalam teori maupun praktik.28

Maka oleh sebab itu berdasarkan pengertian diatas yaitu, perlunya

pengelolaan komunikasi yang baik dan benar dengan dijalankan secara

profesional maka komunikasi mengenai pembiayaan pendidikan akan

tersampaikan secara transparan tanpa ada yang ditutup-tutupi dengan begitu

semua orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut mengetahui untuk apa saja

pembiayaan pendidikan tersebut di gunakan karena komunikasinya terjalankan

dengan baik dan benar.

Tugas utama komite sekolah ialah membantu penyelanggaraan pendidikan

di sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemberi pertimbangan, pendukung

program, pengontrol, dan bahkan mediator. Untuk memajukan pendidikan di

sekolah, komite sekolah membantu sekolah dalam penyelenggaraan proses belajar

mengajar, manajemen sekolah, kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana

28
Farid Hamid dan Heri Budianto, Ilmu Komunikasi: Sekarang dan
Tantangan Masa Depan, (Jakarta: Kencana 2011) h. 38
35

sekolah, pembiayaan pendidikan, dan mengkoordinasikan peran serta seluruh

lapisan masyarakat. Kedudukannya sebagai mitra sekolah.

Pada dasarnya pemberdayaan komite sekolah dalam konteks MBS adalah

melalui koordinasi dan komunikasi. Koordinasi yang dilakukan kepala sekolah

dengan para guru dan masyarakat dapat dilakukan secara vertikal, horisontal,

fungsional, dan diagonal. Koordinasi dapat juga dilakukan secara internal dan

eksternal. Koordinasi dilakukan secara terus menerus sebagai untuk memperkuat

kelembagaan dalam upaya konsolidasi mencapai tujuan.29

Di samping itu, laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran paling

tidak memenuhi aspek transparansi, akuntabilitas dan responsibilitas. Transparan

berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen berarti adanya

keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang

manajemen pembiayaan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam

manajemen pembiayaan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber

pembiayaan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya

harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk

mengetahuinya. Transparansi pembiayaan sangat diperlukan dalam rangka

meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan pemerintah dalam

penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah. Disamping itu

transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah,

29
Sri Marmoah, Administrasi dan Supervisi Pendidikan Teori dan
Praktek, (Yogyakarta: CV Budi Utama 2018) h. 82-83
36

masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan

menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

Beberapa informasi pembiayaan yang bebas diketahui oleh semua warga

sekolah dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja

sekolah (RAPBS) bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di

depan ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu

dapat dengan mudah mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa

jumlah uang yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan digunakan untuk apa

saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa

terhadap sekolah.

Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan sekolah harus dilaporkan dan

dipertanggungjawabkan secara rutin sesuai peraturan yang berlaku. Pelaporan dan

pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari orang tua siswa dan masyarakat

dilakukan secara rinci dan transparan sesuai dengan sumber dananya. Pelaporan

dan pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari usaha mandiri sekolah

dilakukan secara rinci dan transparan kepada dewan guru dan staf sekolah.

Sekolah sebagai penerima uang yang lengkap mencatat berbagai sumber dana

beserta jumlahnya, dan distribusi penggunaannya secara rinci. Kalau ada beban

pajak yang harus dikeluarkan juga harus disetor sesuai aturan yang berlaku.30

30
Budi Budaya, Manajemen Pembiayaan Pendididkan Pada Sekolah
Dasar yang Efektif, Jurnal Ilmiah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Vol.
18, No. 1, h. 55-56
37

Pelaksanaan anggaran sekolah sekolah/madrasah harus dikontrol oleh

kepala sekolah/madrasah sebagai manajer sekolah. Hal ini dilaksanakan agar

supaya tidak ada penyelewengan atau penyimpangan dalam penggunaan anggaran

sekolah, sehingga bisa mencapai tujuan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pengawasan harus dapat menjadi motifasi yang nerangsang untuk mencapai

prestasi yang lebih baik, sehingga pengawasan tersebut mampu menjelaskan

sampai sejauh mana orang-orang akan diukur dan diberi suatu kesempatan untuk

mengukur efektifitas yang mereka miliki. Pengawasan mampu sebagai media

komunikasi yang mencakup konsep-konsep umum untuk membicarakan

kemajuan organisasi.31

Sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif

yang disusun oleh Department for International Development (DFID) (dalam

Monique Sumampouw, 2004; 106-107) adalah:

1. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena

dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.

2. Kesetaraan kemitraan dan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang

mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak

menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun

dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.

31
Inten Nurmalasari, Zamzam Lukmanul Jamil dan Ara Hidayat,
Pengelolaan Pembiayaan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Swasta di Bandung,
Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Juni 2019, h. 9
38

3. Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi

dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

4. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/ Equal Power Ship) Berbagai pihak

yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan

kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

5. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak

mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya

kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses

pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

6. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari

segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui

keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling

belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.

7. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk

saling berbagi berbagai kelebihan guna mengurangi berbsgai kelemahan yang

ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.

Partisipasi masyarakat dalam pendidikan dapat diwujudkan dalam

berbagai bentuk:

1. Partisipasi finansial

Berupa dukungan dana sesuai dengan kekuatan dan kemampuan

masyarakat. Termasuk juga orangtua secara kolektif dapat mendukung dana


39

yang diperlukan sekolah, yang benar-benar dapat dipertanggungjawaban untuk

keberhasilan pendidikan. Selain itu, lembaga bisnis dan industri diharapkan

dapat menyisihkan anggaran untuk pemberian beasiswa pendidikan.

2. Partisipasi material

Diwujudkan dengan sumbangan bahan-bahan yang berkenaan dengan

material bangunan, untuk penyempurnaan bangunan ruang dan tempat untuk

kegiatan belajar agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

Demikian juga masyarakat mendukung terciptanya lingkungan fisik yang

kondusif untuk kegiatan belajar mengajar.

3. Partisipasi evaluatif

Keterlibatan masyarakat dalam melakukan pengendalian dan kontrol

terhadap penyelenggaraan pendidikan, sehingga masyarakat dapat memberikan

umpan balik dan penilaian terhadap kinerja lembaga pendidikan. Selain itu,

masyarakat juga dapat berperan dalam penyusunan atau pemberi masukan

dalam penyusunan kurikulum bagi sekolah. Agar kurikulum itu sesuai dengan

kebutuhan siswa.32

32
Normina, Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan, Jurnal Kopertais
Wilayah XI Kalimantan, Vol. 14, No. 26, Oktober 2016, h. 73-74
40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang berhubungan dengan upaya

menjawab masalah-masalah yang ada sekarang dan memaparkannya berdasarkan

data yang ditemukan. Oleh karena berkaitan dengan masalah yang sedang

berlangsung, maka semua jenis penelitian itu pada dasarnya bersifat deskriptif,

kecuali penelitian eksperimen (experiment research) dan penelitian sejarah

(historical research). Kedua jenis penelitian ini memiliki kekhasan tersendiri baik

dalam menentukan rumusan masalah yang diselidiki, maupun dalam menentukan

desain penelitiannya serta menentukan instrument dan menganalisis data.33

Penelitian kualitatif ini adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah

dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah

sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara

purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan),

33
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur,
(Jakarta: Kencana 2013) h. 66
41

analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.34

Dalam penelitian kualitatif sejak awal ingin mengungkapkan data secara

kualitatif dan disajikan secara naratif. Data kualitatif ini mencakup antara lain:

1. Deskripsi yang mendetail tentang situasi, kegiatan, atau peristiwa maupun

fenomena tertentu, baik menyangkut manusianya maupun hubungannya

dengan manusia lainnya.

2. Pendapat langsung dari orang-orang yang telah berpengalaman,

pandangannya, sikapnya, kepercayaan serta jalan pikirannya.

3. Cuplikan dari dokumen, dokumen laporan, arsip dan sejarahnya.

4. Deskripsi yang mendetail tentang sikap dan tingkah laku seseorang.

Oleh karena itu, untuk dapat mengumpulkan data kualitatif dengan baik,

peneliti harus tahu apa yang dicari, asal mulanya, dan hubungannya dengan

yang lain, yang tidak terlepas dari konteksnya. Justru karena itu, peneliti

kualitatif hendaklah:

1. Upayakan mempelajari fenomena yang belum dipelajari sebelumnya.

2. Dapat menambah dan memperkaya ilustrasi dengan dokumen lain, antara

lain dokumen tertulis.

34
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Jawa Barat: CV Jejak 2018) h. 8
42

3. Memahami dengan baik topik yang diteliti dengan mempelajari secara

simultan.

4. Mencoba memahami fenomena sosial dari perspektif keterlibatan aktor

daripada menerangkan dari luar.

Semua itu harus dijangkau secara tuntas dan tepat, walaupun akan

menggunakan waktu yang relatif lebih lama.35

Yaitu mengetahui persepsi dari berbagai elemen sekolah yang terlibat

dalam proses pembiayaan pendidikan.

B. Objek Penelitian

Objek adalah apa yang akan diselidiki selama kegiatan penelitian.

Beberapa persoalan sekiranya perlu kita pahami agar bisa menentukan dan

menyusun objek penelitian dalam metode penelitian kita ini dengan baik, yaitu

berkaitan dengan apa itu objek penelitian dalam penelitian kualitatif, apa saja

objek penelitian dalam penelitian kualitatif, dan kriteria apa saja yang layak

dijadikan objek penelitian kita.36 Adapun objek penelitian dalam penelitian ini

adalah: proses menginformasikan dan mengkomunikasikan pembiayaan

pendidikan kepada masyarakat atau orang tua peserta didik di SD Islam Sabilal

Muhtadin Banjarmasin.

35
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan (Jakarta: Kencana 2014) h. 331
36
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif,
Tindakan Kelas dan Studi Kasus, (Jawa Barat: CV Jejak 2017) h. 156
43

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan untuk melakukan

penelitian dan untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian mengenai

proses menginformasikan dan mengkomunikasikan pembiayaan pendidikan

kepada masyarakat atau orang tua peserta didik di SD Islam Sabilal Muhtadin

Banjarmasin yang beralamat di Komplek Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Jl. Jend.

Sudirman No. 1, Antasari Besar, Kec. Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin,

Kalimantan Selatan 70114.

Sejarah singkat terbentuknya SD Islam Sabilal Muhtadin. Setelah cita-cita

masyarakat Kalimantan Selatan memiliki Masjid terbesar di Kalimantan terwujud

yaitu dengan diresmikannya Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin tanggal 9

Februari 1981 oleh Bapak Presiden Soeharto, tercetus keinginan atau gagasan

yang disampaikan Bapak Gubernur Kalimantan Selatan, waktu itu almarhum H.

Mistar Tjokrokoesomo untuk mendirikan pusat pendidikan yang bernuansa Islami

di areal Masjid Raya Sabilal Muhtadin, keinginan ini disampaikan dalam seminar

Pusat Pengembangan Pendidikan Islam yang diketuai oleh Prof. Dr. H.M. Bajuri

Ali, MA. Keinginan tersebut, kemudian ditindak lanjuti oleh Ketua Badan

Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, ketika itu dijabat oleh Ir.

H.M. Said yang kemudian kita ketahui beliau menjabat Gubernur Kalsel selama 2

periode dengan membuat Rencana Pembangunan Pendidikan Pusat Kegiatan

Islam Banjarmasin Kalimantan Selatan.


44

Ditegaskan bahwa dalam buku? Rencana Pembangunan Pendidikan Pusat

Kegiatan Islam yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Pusat Kegiatan

Islam Sabilal Muhtadin dibangun atas prakarsa para ulama, umara dan zuama

Kalimantan Selatan dan oleh karena itu sumber dana pembangunan berasal dari

APBD Provinsi Kalimantan Selatan dan sumber masyarakat.

Untuk merealisasikan rencana pengembangan pusat pendidikan Islam

Sabilal Muhtadin diareal Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin oleh Pemda

Kalsel, telah disediakan sebidang tanah yang terletak diareal Masjid Raya Sabilal

Muhtadin seperti terlihat jelas dalam maket Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Banjarmasin untuk mendirikan bangunan. Selanjutnya untuk mewujudkan itu

semua, didirikan pertama kali TK Islam tahun 1987 kemudian SD Islam tahun

1988 disusul SMP Islam tahun 1992 dan SMA Islam Sabilal Muhtadin tahun

1999.

D. Data dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tuturan dari kepala

sekolah, pegawai di bagian administrasi hubungan sekolah dan masyarakat dan

pegawai di bagian administrasi keuangan yang kemudian direkam dan dicatat dari

hasil observasi dan juga data tertulis berupa dokumen atau arsip yang berada di

bagian administrasi sekolah yang kemudian di dokumentasikan.

E. Informan Penelitian
45

Informan adalah orang yang menjadi sumber data dalam penelitian

kualitatif untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian.37

Informan ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut (Sugiyono,

2013:57).

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi

sehingga sesuatu itu bukan sekadar diketahui tetapi juga dihayatinya.

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada

kegiatan yang tengah diteliti.

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil "kemasannya"

sendiri.

5. Mereka yang pada mulanya tergolong "cukup asing” dengan peneliti

sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau

narasumber.38

Penulis menentukan informan penelitian dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Kepala Sekolah

Dalam penelitian ini peneliti memilih kepala sekolah sebagai informan

karena kepala sekolah adalah pemimpin tentunya peneliti ingin tahu bagaimana

37
Nur Sayidah, Metodologi Penelitian Disertai Dengan Contoh
Penerapannya Dalam Penelitian, (Sidoarjo: Zifatama Jawara 2018) h.143
38
Eko Sugiarto, Menyususn Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan
Tesis, (Yogyayakarta: Suaka Media 2015) h. 88-89
46

peran kepala sekolah dalam memanajemen informasi dan komunikasi

pembiayaan pendidikan di SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

2. Pegawai di Administrasi Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Dalam penelitian ini peneliti memilih pegawai di administrasi hubungan

sekolah dan masyarakat sebagai informan karena pegawai di administrasi

hubungan sekolah dan masyarakat adalah yang sering berhubungan dengan

masyarakat atau orang tua peserta didik dan peneliti ingin mengetahui

bagaimana pegawai di administrasi hubungan sekolah dan masyarakat

memanajemen informasi dan komunikasi pembiayaan pendidikan dalam

menjalin hubungan dengan masyarakat atau orang tua peserta didik.

3. Pegawai di Administrasi Keuangan

Dalam penelitian ini peneliti memilih pegawai di admnistrasi keuangan

sebagai informan karena pegawai di administrasi keuangan adalah yang lebih

sering terlibat dalam mengelola keuangan atau pembiayaan pendidikan di SD

Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara
47

dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan

wawancara.39

Panduan wawancara diantaranya yaitu: (1) Tentukan topik wawancara. (2)

Pilih beberapa narasumber yang sesuai dengan topik yang kamu tentukan. Pilih

narasumber dari kalangan yang berbeda untuk mendapatkan intormasi yang

bervariasi dan seimbang. (3) Hubungi orang atau tokoh tersebut sebelum

melakukan wawancara untuk meminta kesediaannya. Sampaikan alasanmu

melakukan wawancara serta gunakan bahasa yang santun. (4) Siapkan alat

bantu wawancara, seperti tape dan kaset untuk merekam. Siapkan pula buku

catatan dan pena meski kamu menggunakan alat perekam. (5) Susun daftar

pertanyaan yang akan diajukan sebagai panduan wawancara. Daftar pertanyaan

yang kamu susun terkait dengan topik yang akan ditanyakan. Gunakan

pedoman pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana. (6)

Berpakaianlah yang rapi dan sopan. (7) Bersikaplah sopan dan gunakan bahasa

yang santun. (8) Jangan menyela pembicaraan. Jika ingin meminta tambahan

penjelasan, tunggu hingga narasumber selesai berbicara. (9) Ucapkan terima

kasih saat kamu mengakhiri wawancara. Sebagai contoh, Terima kasih banyak

atas informasi dan waktu yang Bapak/Ibu sediakan. Saya mohon pamit,

Pak/Bu. Selamat siang.40

39
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS, (Jakarta: Kencana 2013) h. 18
40
Agus Trianto, Pasti Bisa Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Esis, 2007) h. 21-22
48

Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan alat

bantu perekam sambil dengan mencatat point-point penting dari informan

sebagai penunjang agar informasi lebih akurat serta tidak kehilangan informasi

dan sebelum melakukan wawancara peneliti memberikan pedoman wawancara

serta menjelaskan megenai permasalahan penelitian agar nantinya didapatkan

jawaban atau informasi yang sesuai dari pertanyaan mengenai manajemen

informasi dan komunikasi pembiayaan pendidikan di SD Islam Sabilal

Muhtadin Banjamasin.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung yang dilakukan seorang pengamat

untuk mendapatkan data yang akurat. Observasi adalah suatu cara untuk

mengadakan evaluasi dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis, logis dan rasional mengenai kegiatan yang diselidiki. Observasi

adalah kegiatan memusatkan perhatian terhadap subyek dengan menggunakan

seluruh alat indera (Arikunto, 2010).41

Menyusun panduan observasi agar observasi bisa dilakukan dengan baik,

maka perlu dilakukan perencanaan secara cermat dalam bentuk panduan

observasi. Langkah- langkah yang perlu diperhatikan dalam menyusun

panduan observasi bisa ditempuh langkah-langkah berikut:

a. Tetapkan tujuan observasi dengan selalu memerhatikan tujuan observasi

diharapkan observer akan lebih terfokus pada tujuan observasi dan

41
Fahmi Gunawan, dkk, Senarai Penelitian Pendidikan, Hukum dan
Ekonomi di Sulawesi Tenggara, (Yogyakarta: CV Budi Utama 2018) h. 89-90
49

sekaligus tidak mudah tertarik kepada gejala-gejala yang sebenarnya tidak

ada kaitannya dengan tujuan observasi.

b. Pastikan dan pahami materi observasi; apa sebenarnya yang hendak

diobservasi seyogianya sudah dikuasai dengan baik oleh observer. Ibarat

seorang yang hendak membeli seekor kambing seyogianya ia sudah tahu

persis gambaran kambing yang hendak dibeli, jangan sampai terjadi ingin

membeli "kambing" ternyata yang dibeli adalah "anjing" meskipun sama-

sama berbulu dan berkaki empat.

c. Gali variabel-variabel observasi; jika objek atau materi observasi itu C.

adalah "kambing", variabel-variabel itu adalah bagian-bagian pen- ting

yang pasti ada atau menjadi bagian penting dari binatang yang namanya

"kambing"; (misalnya kepala, badan, kaki, ekor, dan lain sebagainya). Jika

benda yang hendak diobservasi itu adalah "baju", maka variabel yang perlu

diperhatikan dalam observasi adalah po- tongan badan, lengan, kerah,

saku, model pakaian, dan corak pakaian.

d. Gali pula subvariabel; terkadang suatu objek bukan hanya terdiri dari

satu variabel saja, tetapi ia terdiri dari sub-subvariabel; ibarat salah satu

variabel dalam objek observasi adalah "kepala kambing", maka pada

kepala kambing itu pun ada mata, telinga, hidung, tanduk, dan bulu. Oleh

sebab itu, seorang observer yang baik tentu tidak cukup bila hanya

mengobservasi salah satu subvarabel kemudian hasilnya disimpulkan

seolah-olah sudah seluruh variabel. Untuk menetapkan variabel dan


50

subvariabel observasi bisa ditempuh melalui dua cara, yaitu: (1)

melakukan observasi penjajakan (finding observation) kemudian ia

mengamati berbagai variabel yang mungkin dapat dijadikan bahan untuk

menyusun panduan observasi yang lebih terarah; (2) penjabaran dari

konsep dalam teori yang dipandang sudah mapan.

e. Tetapkan indikator; indikator dimaknai sebagai ciri-ciri atau karak-

teristik yang ada pada variabel atau subvariabel. Dengan indikator yang

jelas memungkinkan seorang pengamat mampu menjabarkan variabel

dan/atau subvariabel itu ke dalam panduan observasi, pan- duan

wawancara, atau kuesioner dengan baik. Untuk itu seorang pengamat

seharusnya menguasai konsep tentang variabel yang diamati itu secara

baik.42

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif

dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek

sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Menurut Bugin (2008: 122) bahan

dokumen itu berbeda secara gradual dengan literatur, dimana literatur

diterbitkan sedangkan dokumen merupakan bahan-bahan yang yang disimpan

didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Mengenal bahan-bahan

dokumen tersebut, Sartono Kartodirdjo (dikutip oleh Bungin, 2008: 122)

menyebutkan berbagai bahan seperti: otobiografi, surat pribadi, catatan harian,

42
Susilo Rahardjo dan Gudnanto, Pemahaman Individu Teknik Nontes,
(Jakarta: Kencana 2013) h. 50-51
51

momorial, kliping, dokumen pemerintah dan swasta cerita roman/rakyat, foto,

tape, mikrofilm, disc, compact disk, data di serverl flashdisk, data, yang

tersimpan di web site, dan lainnya.43

Sistem dokumentasi yang biasa dilaksanakan dengan menggunakan alat

bantu adalah sebagai berikut. Sistem dokumentasi dalam bentuk observasi.

Untuk memperlancar proses dokumentasi observasi, maka yang harus

dipersiapkan yaitu: (a) Alat rekam pelaksanaan magang misalnya tape record,

handpone, handycame dan camera (b) Media cetak misalnya worksheet

magang, daftar riwayat kelakuan, catatan berkala, checklist dan catatan-catatan

lainnya.

Sistem dokumentasi dalam bentuk wawancara. Untuk memperlancar

proses dokumentasi maka yang harus dipersiapkan diantaranya alat tulis, buku

catatan, dan camera.

Sistem dokumentasi dalam bentuk studi dokumen. Untuk memperlancar

proses dokumentasi dalam bentuk studi dokumen. Maka yang harus

dipersiapkan yaitu: (a) Dokumen harian berisi aktivitas sehari hari terstruktur

dengan mengikuti aturan berupa data-data pendukung akuntansi dan catatan

akuntansi. (b) Surat pribadi berisi materi atau pernyataan analisis dengan syarat

mendapatkan ijin dari orang atau organisasi yang bersangkutan berupa surat

perikatan dengan klien (misalnya surat izin dari kampus untuk melakukan

penelitian)... (c) Dokumen resmi berisi gambaran aktivitas, kegiatan dan

43
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Jawa Barat: CV Jejak 2018) h. 153
52

keterlibatan resmi, yang biasanya berupa peraturan atau sistem akuntansi yang

digunakan, surat pernyataan manajemen, catatan stock opname/cash opname,

surat konfirmasi dan jawaban atas konfirmasi yang dilakukan.44

Aadapun yang ingin digali dalam penelitian ini adalah dokuemen-

dokumen seperti arsip dan laporan keuangan (pembiayaan) sekolah

(pendidikan) yang nantinya peneliti akan meminta izin untuk difotokopi atau

didokumentasikan melalui kamera dalam bentuk foto untuk mendapatkan data.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan

data triangulasi. Triangulasi data adalah pengecekan data dengan cara pengecekan

atau pemeriksaan ulang. Dalam istilah sehari-hari, triangulasi ini sama dengan cek

dan ricek. Teknik triangulasinya adalah pemeriksaan kembali data dengan dua

cara sesuai dengan yang akan dilakukan peneliti, yaitu triangulasi sumber dan

triangulasi metode.

1. Triangulasi sumber, merupakan traingulasi yang mengharuskan peneliti

mencari lebih dari satu sumber untuk memahami data atau informasi.

2. Triangulasi metode, yaitu menggunakan lebih dari satu metode untuk

melakukan cek dan ricek. Jika pada awalnya peneliti menggunakan metode

wawancara selanjutnya melakukan pengamatan atau observasi.45

44
Rosa Nikmatul Fajri, Perencanan, Pelaksanaan, Penulisan Laporan
Pemagangan, (Yogyakarta: Deepublish 2018) h. 6
53

Selanjutnya mengadakan membercheck. Member check adalah proses

pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member

check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan

apa yang diberikan oleh pemberi data. Sejalan dengan apa yang dikatakan

Sugiyono (2007: 276) tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.46

H. Analisis Data

Analisis Data Kualitatif. Data kualitatif adalah data lunak yang diperoleh

melalui penelitian kualitatif. Keberadaannya dapat berupa catatan lapangan,

catatan rekaman, kata-kata, kalimat, faragraf, yang diperoleh melalui wawancara

yang menggunakan pertanyaan terbuka, observasi partisipatoris, atau pemaknaan

peneliti terhadap dokumen atau peninggalan. Data-data tersebut kemudian

diinterpretasi supaya menjadi pernyataan bermakna.

Pada proses analisis data ini, peneliti hendaknya memperhatikan

keberadaan data mentah yang dihasilkan pada waktu mengumpulkan data. Data

mentah yang dimaksud adalah transkrip wawancara, transkrip diskusi kelompok

terfokus, catatan lapangan dari pengamatan, catatan harian peneliti, catatan

kejadian penting dari lapangan, anotasi atau catatan yang berisikan istilah-istilah

45
Helaluddin dan Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah
Tinjauan Teori dan Praktek, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffray 2019) h. 22
46
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Jawa Barat: CV Jejak 2018) h.228
54

di lapangan yang tidak dikenal oleh pembaca, memo dan refleksi penelitian, serta

rekaman video dan kamera.

Dalam proses pengumpulan data, ada kemungkinan data yang

dikumpulkan tidak sesuai dengan kerangka kerja. Karena itu, data dianalisis

dengan menempuh tiga langkah:

1. Reduksi data, yaitu proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan,

mengabstraksi, dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan. Menurut

Wardi Bachtiar, langkah- langkah reduksi data adalah inventarisasi data yang

relevan dan yang sederhana, mengabstraksikan data yang telah terhimpun

dalam bentuk tulisan hasil catatan di lapangan. Selama penelitian, tahap

reduksi ini terus dilakukan terhadap data berikutnya yang telah dihimpun

seperti tadi, dengan membuat ringkasan, mengkode, membuat tema-tema,

menggolong-golongkan sesuai gugusan data, dan membuat catatan-catatan.

Tahap ini terus dilakukan mulai selesai penelitian lapangan sampai laporan

berakhir.

2. Display atau sajian data, yaitu cara merangkai data ke dalam suatu organisasi

untuk memudahkan dalam penarikan kesimpulan dan atau tindakan yang

diusulkan.

3. Verifikasi data dan atau penyimpulan data, yaitu penjelasan mengenai

makna data. Masih menurut Wardi Bachtiar, langkah menarik kesimpulan dan
55

verifikasi dalam praktiknya menyatu dalam kegiatan yang merupakan siklus

reduksi, penyajian data, penarikan kesimpulan.47

I. Langkah-langkah Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini ada beberapa tahapan yang

dilaksanakan, yakni:

1. Tahap Perencanaan

a. Menentukan masalah yang akan diteliti.

b. Berkonsultasi ke dosen pembimbing akademik untuk membuat proposal

skripsi.

c. Menyerahkan proposal skripsi ke jurusan MPI untuk disetujui.

2. Tahap Persiapan

a. Melakukan seminar proposal skripsi.

b. Meminta suraat untuk riset ke Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Antasari Banjarmasin.

c. Menyusun dan mempersiapkan apa saja yang akan digunakan untuk

penelitian.

3. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan penelitian di SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

47
Nani Widiawati, Metodologi Penelitian Komunikasi dan Penyiaran
Islam, (Jawa Barat: Edu Publisher 2020) h. 219-224
56

b. Melakukan wawancara kepada kepala sekolah, pegawai administrasi

hubungan sekolah dan masyarakat dan pegawai administrasi keuangan.

c. Mengolah data.

d. Menganalisis data.

e. Mengambil kesimpulan dari hasil penelitian.

4. Tahap Penyusunan Laporan

a. Penyusunan hasil penelitian yang nantinya akan menjadi skripsi.

b. Berkonsultasi ke dosen pembimbing skripsi dalam proses

penyususnannya hingga selesei dan disetujui.

c. Melaksanakan sidang munaqasyah skripsi.

J. Sistematika Laporan Penelitian

BAB I: PENDAHULUAN

Latar Belekang

Fokus Masalah

Sub Fokus Masalah

Tujuan Penelitian

Signifikasi Teoritis

Definisi Operasional
57

Penelitian Terdahulu

BAB II: LANDASAN TEORI

Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Peran Informasi daam Pengambilan Keputusan

Penyusunan dan Pengembangan RAPBS

Komunikasi Dalam Pembiayaan Pendidikan

BAB III: METODE PENELITIAN

Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode (desain) Penelitian

Objek Penelitian

Lokasi Penelitian

Data dan Sumber Data

Informan Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Pengecekan Keabsahan Data

Aanalisis Data

Langkah-langkah Penelitian
58

Sistematika Laporan Penelitian


59

DAFTAR PUSTAKA

Amsyah, Zulkifli Manajemen Sistem Informasi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama 2005
Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Penerjamah:
Maria Natalia Damayanti Maer, Jakarta: Salemba Humanika 2008
Hasbullah M, Kebijakan Pendidikan, (Depok: PT Rajagrafindo Persada 2014)
Rahmanto, Sujari Rahmanto, Manajemen Pembiayaan Sekolah, (Lampung: Gree
Publishing 2019)
Sonedi, Zulfa Jamalie dan Majeri, Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Bersumber dari Masyarakat, Vol. 9 No. 1 2017

Masditou, Manajemen Pembiayaan Pembiayaan Pendidikan Menuju Pendidikan


yang Bermutu, Jurnal ANSIRU PAI Vol. 1 No. 2. Juli-Des 2017

Nasir Usman dan Murniati, Pengantar Manajemen Pendidikan, (Banten,


An1mage, 2019)

Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2002)

Marimin, Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk,


(Jakarta: Grasindo)

Kenneth C. Laudon dan Jane P. Laudon, Sistem Informasi Manajemen,


Penerjamah: Chriswan Sungkono, Machmudin Eka P, Jakarta: Salemba
Empat 2008)

Anzizhan, Syafaruddin, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, (Jakarta:


Grasindo)

Purbayu Budi Santosa, Muliawan Hamdani, Statistika Deskriptif dalam Bidang


Ekonomi dan Niaga, (Semarang: Erlangga 2007)

Rumsari Hadi Sumarto, Lukas Dwiantara, Sekretaris Profesional, (Yogyakarta:


Kanisius 2000)

Suparjati, dkk, Tata Usaha dan Kearsipan, (Yogyakarta: Kanisius 2000)

Saihudin, Manajemen Institusi Pendidikan, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia


2018)

Sunaengsih, Cucun, Buku Ajar Pengelola Pendidikan, (Sumedang: UPI


Sumedang Press 2017)
60

Kompri, Standardisasi Kompetensi Kepala Sekolah: Pendekatan Teori untuk


Praktik Profesional, (Jakarta: Kencana 2017)

Marmoah, Sri, Administrasi dan Supervisi Pendidikan Teori dan Praktek,


(Yogyakarta: CV Budi Utama 2018)

Budaya, Budi, Manajemen Pembiayaan Pendididkan Pada Sekolah Dasar yang


Efektif, Jurnal Ilmiah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Vol. 18, No.
1

Inten Nurmalasari, Zamzam Lukmanul Jamil dan Ara Hidayat, Pengelolaan


Pembiayaan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Swasta di Bandung, Jurnal
Manajemen dan Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Juni 2019

Normina, Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan, Jurnal Kopertais Wilayah


XI Kalimantan, Vol. 14, No. 26, Oktober 2016

Sanjaya, Wina, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta:


Kencana 2013)

Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jawa Barat:
CV Jejak 2018)

A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian


Gabungan (Jakarta: Kencana 2014)

Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif,


Tindakan Kelas dan Studi Kasus, (Jawa Barat: CV Jejak 2017)

Sayidah, Nur Metodologi Penelitian Disertai Dengan Contoh Penerapannya


Dalam Penelitian, (Sidoarjo: Zifatama Jawara 2018)

Sugiarto, Eko Menyususn Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis,


(Yogyayakarta: Suaka Media 2015)

Siregar, Syofian, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan


Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS, (Jakarta: Kencana 2013)

Fahmi Gunawan, dkk, Senarai Penelitian Pendidikan, Hukum dan Ekonomi di


Sulawesi Tenggara, (Yogyakarta: CV Budi Utama 2018)

Helaluddin dan Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori
dan Praktek, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffray 2019)
61

Widiawati, Nani, Metodologi Penelitian Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Jawa


Barat: Edu Publisher 2020)

Eca Gesang Mentari, dkk, Manajemen Pengembangan Pendidkikan Anak Usia


Dini, (Yogyakarta: Hijaz Pustaka Mandiri 2020)

Subarna, Barna, Pendidikan Gratis Sekolah Menengah Pertama, (Yogyakarta :


Deepublish 2014)

Widyatuti, Maria, Analisa Kritis Laporan Keuangan, (Surabaya: CV. Jakad


Media Nusantara Surabaya 2017)

Farid Hamid dan Heri Budianto, Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan
Masa Depan, (Jakarta: Kencana 2011)

Muliana, dkk, Pengantar Manajemen, (Medan: Yayasan Kita Menulis 2020)

Nata Abuddin, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:


Prenadamedia Group, 2016)

Trianto Agus, Pasti Bisa Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia,


(Jakarta: Esis, 2007)

Susilo Rahardjo dan Gudnanto, Pemahaman Individu Teknik Nontes, (Jakarta:


Kencana 2013)

Rosa Nikmatul Fajri, Perencanan, Pelaksanaan, Penulisan Laporan


Pemagangan, (Yogyakarta: Deepublish 2018)

Anda mungkin juga menyukai