Anda di halaman 1dari 9

LEMBARAN

UNIT
INFORMASI
KOMPETENSI :
TEACHING FACTORY
TEKNIK MAPEL : PRE
ELEKTRONIKA KELAS : XI
INDUSTRI
SMK NEGERI 1
MAJALAYA C.282900.009.01

A. Tujuan Pembelajaran :
Melalui pengamatan, diskusi, peserta didik diharapkan dapat:
1. Memahami susunan fisis, simbol dan karakteristik macam - macam komponen sensor
pada rangkaian elektronika analog dan digital.
2. Menerapkan macam - macam komponen sensor pada rangkaian elektronika analog dan
digital.
3. Menginterprestasikan datasheet macam - macam komponen sensor untuk keperluan
perencanaan pada rangkaian elektronika analog dan digital.
4. Memahami metode pencarian kesalahan macam -macam komponen sensor pada
rangkaian elektronika analog dan digital. Menggambarkan susunan fisis, simbol untuk
menjelaskan prinsip kerja, karakteristik macam - macam komponen sensor pada
rangkaian elektronika analog dan digital.
5. Melakukan eksperimen macam -macam komponen sensor pada rangkaian elektronika
analog dan digital menggunakan perangkat lunak dan pengujian perangkat keras serta
interprestasi data hasil pengukuran.
6. Menggunakan datasheet macam - macam komponen sensor untuk keperluan pengujian
perangkat keras rangkaian elektronika analog dan digital.
7. Mencoba dan menerapkan metode pencarian kesalahan macam -macam komponen
sensor pada rangkaian elektronika analog dan digital
B. Uraian Materi

KOMPONEN TRANSDUSER PADA RANGKAIAN ELEKTRONIKA

1. Pengertian Transducer (Transduser)

Transduser berasal dari kata Latin ‘traducere’ yang berarti mengubah. Transduser
adalah seperangkat alat yang dapat mengubah bentuk energi ke bentuk lainnya
sesuai dengan kemampuan transdusernya masing-masing. Bentuk-bentuk energi
seperti energi mekanik, listrik, elektromagnetik, cahaya, kimia, bunyi, panas, uap
atau lainnya dapat diubah ke bentuk energi lain dengan menggunakan transduser.
Bagian masukan dari transduser disebut sensor, karena bagian ini dapat
mengindra suatu kuantitas fisik tertentudan mengubahnya menjadi bentuk energi
yang lain. Pada umumnya, semua alat yang dapat mengubah atau mengkonversi
suatu energi ke energi lainnya dapat disebut sebagai transduser (transducer).

Gambar 3.1 Ilustrasi fungsi dari transduser

2. Jenis-jenis Transduser
Berdasarkan pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu
transduser pasif dan transduser aktif.
a. Transduser Pasif
Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi
tambahan dari luar. Transduser pasif bekerja berdasarkan prinsip pengontrolan
energi, transduser pasif bekerja atas dasar perubahan parameter listrik
(resistansi, induktansi atau kapasitansi), oleh karena itu, supaya dapat bekerja
diperlukan penggerak atau sumber dari luar berbentuk energi listrik sekunder.
Contoh: pemakaian strain gauge digerakkan sumber listrik arus searah, LVDT
(transformator diferensial) digerakkan oleh sinyal gelombang pembawa.
Contoh lain: RTD (resistance thermal detector), Potensiometer dan NTC.
b. Transduser Aktif
Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari
luar, tetapi menggunakan energi yang diubah itu sendiri. Tranduser aktif
bekerja berdasarkan hukum kekekalan energi. Transduser aktif dapat
membangkitkan sinyal output listrik yang ekuivalen tanpa adanya sumber
energi dari luar. Contoh: piezoelectric, thermocouple, photovoltaic dan
termistor.

Berdasarkan fungsinya, transduser terbagi menjadi dua jenis yaitu transduser


input dan transduser output. Hampir semua perangkat elektronika terdapat
kedua jenis transduser tersebut. Berikut ini adalah blok diagram sederhana dari
transduser input ke transduser output.

Gambar 3.2 Blok diagram sederhana dari transduser input ke transduser output

a. Transduser Input
 Transduser input merupakan transduser yang dapat mengubah energi fisik (physical
energy) menjadi sinyal listrik ataupun resistansi (yang kemudian juga dikonversikan ke
tegangan atau sinyal listrik). Energi fisik tersebut dapat berbentuk cahaya, tekanan, suhu
maupun gelombang suara. Seperti contohnya mikrofon (microphone), mikrofon dapat
mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik yang dapat dihantarkan melalui kabel
listrik. Transduser input sering disebut juga dengan sensor.

Berikut ini beberapa komponen elektronika ataupun perangkat elektronika yang


digolongkan sebagai transduser input.

1. LDR (Light Dependent Resitor)


LDR (Light Dependent Resistor) mengubah cahaya menjadi resistansi (hambatan).
LDR adalah jenis resistor yang nilai hambatan atau nilai resistansinya tergantung pada
intensitas cahaya yang diterimanya. Nilai hambatan LDR menurun pada saat cahaya
terang dan nilai hambatannya menjadi tinggi jika dalam kondisi gelap. Dengan kata
lain, fungsi LDR adalah untuk menghantarkan listrik jika menerima sejumlah intensitas
cahaya (kondisi terang) dan menghambat arus listrik dalam kondisi gelap.
Gambar 3.2 LDR (Light Dependent Transistor)
2. Termistor (NTC/PTC)
Termistor (NTC/PTC) mengubah suhu menjadi resistansi (hambatan). Termistor
(NTC/PTC) merupakan jenis resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi oleh
suhu disekitarnya. Jenis termistor yaitu PTC (Positive Temperature Coefficient) dan
NTC (Negative Temperature Coefficient).

Gambar 3.3 Termistor (NTC/PTC)


3. Variable Resitor (Potensiometer)
Variable Resitor  (Potensiometer) mengubah posisi menjadi resistansi (hambatan).
Dalam perangkat elektronik, sering ditemukan potensiometer yang berfungsi sebagai
pengatur volume di peralatan audio/video seperti radio, walkie talkie, tape mobil, DVD
player dan amplifier.

Potensiometer adalah suatu jenis resistor yang nilai resistansinya dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan rangkaian elektronika ataupun kebutuhan pemakainya. Secara
struktur, potensiometer terdiri dari 3 kaki terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang
berfungsi sebagai pengaturannya.
Gambar 3.4 Variable Resitor (Potensiometer)
4. Mikrofon (Microphone)
Mikrofon (Microphone) mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik. Setiap jenis
mikrofon memiliki cara yang berbeda dalam mengubah (konversi) bentuk energinya,
tetapi semuanya memiliki persamaan yaitu semua jenis mikrofon memiliki suatu
bagian yang disebut diafragma.

Gambar 3.5 Mikrofon
b. Transduser Output
Transduser output merupakan transduser yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi
bentuk energi fisik (physical energy). Seperti contohnya loudspeaker, loudspeaker
mengubah sinyal listrik menjadi suara yang dapat didengar oleh manusia. Transduser
output sering disebut juga dengan istilah actuator.

Beberapa komponen elektronika atau perangkat elektronika yang digolongkan sebagai


transduser output diantaranya adalah sebagai berikut.
1) LED (Light Emitting Diode) mengubah listrik menjadi energi cahaya
2) Lampu mengubah listrik menjadi energi cahaya.
3) Motor mengubah listrik menjadi Gerakan (motion).
4) Heater mengubah listrik menjadi panas.
5) Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi suara.

Gambar 3.6 Loudspeaker

    Banyak perangkat elektronika yang dipergunakan saat ini adalah gabungan dari transduser
input dan transduser output. Dalam perangkat elektronika yang dimaksud ini terdiri dari sensor
(transduser input) dan actuator (transduser output) yang mengubah suatu bentuk energi menjadi
bentuk energi lainnya dan kemudian mengubahnya lagi menjadi bentuk energi yang lain.
Contohnya pengukur suhu badan (thermometer) yang mengkonversikan suhu badan menjadi
sinyal listrik (transduser input = sensor suhu) kemudian diproses oleh rangkaian elektronika
tertentu menjadi angka atau display yang dapat dibaca (transduser output = display).
    Berdasarkan aplikasinya, transduser dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya sebagai
berikut.
a) Transducer electromagnetic, seperti antenna, tape head/disk head, dan magnetic cartridge.
b) Transducer electrochemical, seperti hydrogen sensor dan pH probes.
c) Transducer electromechanical, seperti rotary motor, potensiometer, air flow sensor, dan
load cell.
d) Transducer electroacoustic, seperti loudspeaker, earphone, microphone, dan ultrasonic
transceiver.
e) Transducer electro-optical, seperti lampu LED, dioda laser, lampu pijar, dan tabung CRT.
f) Transducer thermoelectric, seperti komponen NTC , PTC, dan termokopel.

3. Prinsip Kerja Transduser


Transduser memiliki prinsip-prinsip kerja yang berbeda. Prinsip-prinsip kerja dari
transduser adalah sebagai berikut.
a) Prinsip Elektromagnetik
Prinsip elektromagnetik mengubah besaran energi fluks magnetis yang selanjutnya
mengibas suatu tegangan.
b) Prinsip Fotokonduktif
Prinsip fotokonduktif mengubah hantaran (konduktif) atau rambatan (resistan) bahan
semi konduktor yang mengenai perubahan cahaya.
c) Prinsip Fotovoltaik
Prinsip fotovoltaik menggunakan besaran indra cahaya yang diubah menjadi tegangan
antara bahan yang berbeda susunannya.
d) Prinsip Induktif
Prinsip induktif mengubah besaran energi yang masuk dengan metode perubahan
induktif.
e) Prinsip Kapasitif
Prinsip kapasitif mengubah besaran energi yang masuk dengan metode perubahan
kapasitas.
f) Prinsip Piezoelektris
Prinsip piezoelektris mengubah besaran energi yang mengubah tegangan (V) dan muatan
(Q) yang disebabkan oleh sejenis kristal.
g) Prinsip Potensiometer
 Prinsip potensiometer mengubah besaran energi menjadi kedudukan kontak geser pada
suatu hambatan.
h) Prinsip Reluktif
Prinsip reluktif mengubah tegangan AC dikarenakan efek yang timbul dari lintasan
reluxtan di antara dua atau lebih komponen saat system kumparan transduser
mengeluarkan rangsangan AC.
i) Prinsip Resitif
Prinsip resistif mengubah besaran energi menjadi perubahan hambatan dari sebuah
elemen
j) Prinsip Termoelektris
 Prinsip termoelektris mengubah besaran suhu dengan cara kerja efek Seeback, efek
Thomson atau efek Peltier.
k) Prinsip Ukur Regangan
Prinsip ukur ragangan mengubah besaran energi menjadi hambatan akibat adanya
regangan dan terdapat dua atau empat cabang suatu jembatan wheatstone.

4. Karakteristik Dasar Transduser


Transduser dirancang untuk meraba besaran ukur yang spesifik atau hanya tanggap
terhadap besaran ukur tertentu saja. Pemilihan karakteristik transduser listrik dan
mekanik sangat penting. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian
transduser sebagai berikut.
a) Kekuatan
Kemampuan untuk bertahan pada beban lebih, dengan pengaman proteksi beban lebih
yang dapat mencegah pemakaian beban lebih.
b) Linieritas
Linearitas yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik input dan output yang
simetris serta linier. Ketidaklinieran setidaknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang
diketahui dan tidak diketahui. Ketidaklinieran yang tidak diketahui sangat menyulitkan,
karena hubungan masukan keluaran tidak diketahui.
Adapun ketidaklinieran yang diketahui, maka transduser yang memiliki sifat semacam
ini masih dapat dimanfaatkan dengan menghindari ketidaklinierannya atau dengan
melakukan beberapa transformasi pada rumus-rumus yang menghubungkan masukan
dengan keluaran. Contoh ketidaklinearan yang diketahui, misalnya daerah mati (dead
zone), saturasi (saturation), logaritma, kuadrat, dan sebagainya.
1) Daerah mati (dead zone)
Daerah mati (dead zone) maksudnya ketidaklinieran yang terjadi apabila telah diberikan
masukan (input), keluaran (output) bahan ada. Baru setelah melewati nilai ambang
tertentu, ada keluaran (output) yang proporsional terhadap masukan (input).

Gambar 3.7 Daerah mati (dead zone) transduser

2) Saturasi
Saturasi maksudnya ketidaklinieran yang terjadi apabila masukan (input) dibesarkan
sampai nilai tertentu, keluaran (output) tidak bertambah besar, tetapi hanya menunjukkan
nilai yang tetap.

Gambar 3.8 Daerah saturasi transduser


3) Logaritma
Logaritma maksudnya ketidaklinieran yang terjadi apabila masukan (input) bertambah
besar secara linier, keluarannya (output) bertambah besar secara logaritma.

Tabel 3.1 Nilai Logaritma Transduser


4) Kuadrat
Kuadrat maksudnya ketidaklinieran yang terjadi apabila masukan (input) bertambah
besar secara linier, keluarannya (output) bertambah besar secara kuadrat.

Tabel 3.2 Nilai Kuadrat Transduser

c) Repeatibility
Repeatability yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika
digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang sama.
d) Instrumentasi Memuaskan
Memberikan sinyal output analog yang tinggi dengan perbandingan sinyal terhadap
noise yang besar; dalam banyak hal lebih disukai keluaran digital.
e) Stabilitas dan Keandalan Tinggi
Stabilitas tinggi yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak
terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan.
f) Tanggapan Dinamis (Dynamic Response) Baik
Tanggapan dinamik yang baik yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan bentuk
dan besar yang sama. Efek ini dianalisis sebagai tanggapan frekuensi.
g) Karakteristik Mekanik yang Baik
Karakteristik mekanik yang baik dapat mempengaruhi unjuk kerja statis kuasistatik dan
keadaan dinamis.
h) Minimumkan Noise yang Bersatu dengan Device Integrate
Minimumkan noise yang Bersatu dengan device integrated, minimumkan asimitri dan
kerusakan lain.

Anda mungkin juga menyukai