Anda di halaman 1dari 10

Perbandingan Agreget Alternatif Pecahan Batu Gamping

PERBANDINGAN AGREGAT ALTERNATIF PECAHAN BATU


GAMPING (KLASTIK SILIKLASTIK) DAN BATU KRAKAL (ANDESIT)
TERHADAP KUAT TEKAN BETON

Antón Ariyanto

ABSTRAK

Pemukiman atau rumah tinggal dan perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Pemenuhan kebutuhan akan rumah tinggal yang sudah dilakukan belum juga dapat
menjangkau sebagian masyarakat, khususnya yang berlokasi di daerah-daerah. Walaupun
mempunyai sumber material, tetapi masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat
untuk bahan bangunan, terutama bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan beton. Sebagian besar
bahan pembuat beton adalah bahan lokal (kecuali semen portland atau bahan tambah kimia).
Selama ini baru sebatas pemanfaatan batu gamping (klastik siliklastik) untuk fondasi. Selain itu
dianggap sudah dapat menggantikan fungsi dari batu kali sebelumnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbandingan kuat tekan beton dengan agregat pecahan batu gamping (klastik
siliklastik) dan beton dengan agregat batu alam krakal (andesit) pada umur 28 hari, mengetahui
pengaruh variasi faktor air semen (fas) terhadap kelecekan beton segar dan kuat tekan beton pada
setiap variasinya. Pada penelitian ini digunakan agregat dengan pecahan batu gamping (klastik
siliklastik) dan beton dengan agregat batu alam krakal (andesit) dengan variasi nilai faktor air
semen. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur beton 28 hari. Benda uji yang digunakan berupa
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Penelitian ini menggunakan 3 buah sampel
untuk tiap variasi nilai faktor air semen. Variasi nilai faktor air semen yang digunakan adalah 0,35;
0,40; dan 0,45. Dari hasil penelitian kuat tekan tertinggi rata-rata untuk beton dengan agregat batu
krakal (andesit) didapat pada nilai faktor air semen 0,35 yaitu sebesar 36,95 MPa. Sedangkan kuat
tekan tertinggi rata-rata untuk beton dengan agregat batu gamping (klastik siliklastik) didapat pada
nilai faktor air semen 0,40 yaitu sebesar 18,12 MPa. Hasil kuat tekan rata-rata keseluruhan
pengujian untuk beton dengan agregat batu krakal (andesit) dengan nilai faktor air semen 0,35;
0,40; dan 0,45 berturut-turut sebesar 36,95 MPa; 33,55 MPa; dan 31,71 MPa. Sedangkan untuk
beton dengan agregat batu gamping (klastik siliklastik) dengan nilai faktor air semen 0,35; 0,40; dan
0,45 berturut-turut sebesar 13,80 MPa; 18,13 MPa; dan 13,65 MPa.

Kata kunci : Klastik Siliklastik, Fas, Andesit

ABSTRACT

Residential and housing is one of the basic human needs. Meeting the demand for housing that has
been done yet to reach some people, especially those located in the regions. Although it has the
source material, but still not used optimally by the community for building materials, especially
materials needed to manufacture concrete. Most of the material for the concrete is local ingredients
(except for Portland cement or chemical additives). So far only limited use of limestone (clastic
siliclastic) for the foundation. Also considered was to replace the function of the rock times before.
This study aimed to compare the strength of concrete with limestone aggregate fractions (clastic
siliclastic) and concrete with natural stone aggregate Krakal (andesite) at 28 days, knowing the

Antón Ariyanto, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pasir Pengaraian-Riau e-mail : ariyantost@yahoo.com Page 1
influence of water cement factor (fas) to kelecekan fresh concrete and compressive strength of
concrete on any variations. This research utilizes aggregate with limestone fragments (clastic
siliclastic) and concrete with natural stone aggregate Krakal (andesite) with variation values of
water cement factor. Compressive strength testing done on the concrete age of 28 days. The
samples used in the form of a cylinder with a diameter of 150 mm and 300 mm high. There were 3
samples for each variation of the water factor cement. Variations of water cement factor used is
0.35, 0.40, and 0.45. From the highest compressive strength results on average for concrete with
stone aggregate Krakal (andesite) obtained at 0.35 cement water factor value that is equal to 36.95
MPa. While the highest compressive strength average for concrete with limestone aggregate
(clastic siliclastic) obtained at 0.40 cement water factor value that is equal to 18.12 MPa. Results
The average compressive strength of the overall test for concrete with stone aggregate Krakal
(andesite) with cement water factor value of 0.35, 0.40, and 0.45 respectively at 36.95 MPa, 33.55
MPa, and 31 , 71 MPa. As for concrete with limestone aggregate (clastic siliclastic) with cement
water factor value of 0.35, 0.40, and 0.45 respectively at 13.80 MPa, 18.13 MPa, and 13.65 MPa.

Keywords: Clastic Siliclastic, Fas, Andesit

1. PENDAHULUAN Hasil bangunan yang menggunakan pondasi


batu gamping (klastik siliklastik) ini hingga
Pemukiman atau rumah tinggal dan beberapa tahun ternyata masih nampak kokoh.
perumahan merupakan salah satu kebutuhan Hal itu membuktikan bahwa batu gamping
dasar manusia. Pemenuhan kebutuhan akan dapat menjadi alternatif pengganti batu kali
rumah tinggal yang sudah dilakukan belum yang relefan digunakan saat ini. Dalam hal ini,
juga dapat menjangkau sebagian masyarakat, peneliti sebagai akademisi dibidang teknik
khususnya yang berlokasi di daerah-daerah. sipil berusaha menggali kualitas pecahan batu
Walaupun mempunyai sumber material, tetapi gamping (klastik siliklastik) sebagai
masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh pembanding agregat kasar batu krakal
masyarakat untuk bahan bangunan, terutama (andesit) pada campuran beton. Sehingga
bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan diharapkan memberi khasanah baru pada dunia
beton. struktur terutama bidang struktur beton.
Beton sejak dulu dikenal sebagai material Mengingat batu gamping (klastik siliklastik)
dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah memiliki daya serap yang besar terhadap air,
dibentuk, mudah diproduksi secara lokal, maka dilakukan penelitian kuat tekan beton
relatif kaku, dan ekonomis. Tapi di sisi lain, dengan beberapa variasi faktor air semen (fas)
beton juga menunjukan banyak keterbatasan untuk mengetahui kelecakan beton dan kuat
baik dalam proses produksi maupun sifat-sifat tekan beton.
mekaniknya, sehingga beton pada umumnya Beton adalah bahan bangunan yang terbuat
hanya digunakan untuk konstruksi dengan dari campuran semen, agregat dan air serta bila
ukuran kecil dan menengah. perlu ditambah dengan bahan aditive atau
Sebagian besar bahan pembuat beton admixture. Selain agregat alam seperti kerikil
adalah bahan lokal (kecuali semen portland dan pasir dapat juga digunakan bahan
atau bahan tambah kimia). Fenomena yang
alternatif yaitu agregat buatan, seperti limbah
terjadi di Yogyakarta saat ini adalah beton dan pecahan genteng. Nawy (1985)
penggunaan batu gamping sebagai pondasi, hal mendefinisikan beton sebagai sekumpulan
itu sudah terjadi hingga beberapa dekade. interaksi mekanis dan kimiawi dari material
Page 2 JURNAL APTEK Vol. 3 No. 1 Januari 2010
Perbandingan Agreget Alternatif Pecahan Batu Gamping

pembentuknya. Dalam SK SNI T-15-1991-03 Hubungan antara faktor air semen dan
beton dapat didefinisikan sebagai campuran kuat tekan dapat dilihat pada persamaan
antara semen portland atau semen hidraulik Abrams yaitu:
yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air
dengan atau tanpa bahan tambahan A
fc'  1, 5 x
.................................................. (2)
membentuk massa padat. Secara umum beton (B )
merupakan hasil reaksi antara semen hidraulik Dengan : A,B = konstanta
dengan air. x = faktor air semen
Kandungan agregat dalam campuran beton
biasanya berkisar antara 60%-70% dari berat Umur Beton
campuran beton. Agregat yang digunakan Kekuatan tekan beton akan bertambah
dapat berupa agregat alami atau agregat seiring dengan bertambahnya umur beton.
buatan. Secara umum berdasarkan ukurannya Kekuatan beton akan naik secara linier sampai
agregat dapat dibedakan menjadi dua macam umur 28 hari. Tetapi setelah melewati umur 28
yaitu agregat kasar dan agregat halus. Agregat hari peningkatan umur beton sudah tidak
kasar adalah batuan yang ukuran butirnya signifikan. Pada penelitian ini pengujian
lebih besar dari 4,80 mm. Agregat halus dilakukan pada umur beton 28 hari.
adalah batuan yang ukuran butirnya lebih kecil Dan untuk struktur yang menghendaki
dari 4,80 mm. kekuatan awal yang tinggi, maka campuran
beton dikombinasikan dengan semen khusus
Kuat Tekan Beton atau dengan penambahan bahan kimia.
Nilai kuat tekan beton seringkali menjadi Perkembangan kekuatan tekan untuk mortar
parameter utama mengenai kinerja beton. dan beton yang menggunakan berbagai jenis
Kekuatan tekan adalah kemampuan beton semen dapat dilihat pada Gambar
untuk menerima gaya tekan persatuan luas.
Kuat tekan silinder beton dapat dihitung
dengan persamaan berikut:

P
fc'  .................................................. (1)
A

Dengan : fc’ = kuat tekan beton (MPa)


P = beban maksimum (N)
A = luas benda uji (cm²)

Gambar 1. Perkembangan Kekuatan Tekan


Faktor Air Semen
Mortar dan Beton untuk Berbagai Tipe
Faktor air semen (fas, w/c) adalah angka
Portland Cement (Mulyono, 2003).
yang menunjukkan perbandingan antara berat
air dan berat semen. Pada beton mutu tinggi
Agregat Kasar Batu Gamping (Klastik
dan sangat tinggi, pengertian w/c bisa
Siliklastik)
diartikan sebagai water to cementitious ratio,
Batuan sedimen atau biasa disebut sebagai
yaitu rasio berat air terhadap berat total semen
batuan endapan terbentuk karena
dan aditif cementitious yang umumnya
mengendapnya bahan-bahan yang terurai,
ditambahkan pada campuran beton mutu
sehingga membentuk suatu lapisan endapan
tinggi.

Antón Ariyanto, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pasir Pengaraian-Riau e-mail : ariyantost@yahoo.com Page 3
bahan padat yang secara fisik diendapkan oleh Tabel 1. Nilai Slump Untuk Berbagai
angin, air, atau es. Batuan sedimen dapat juga Pekerjaan Beton
terbentuk dari bahan-bahan terlarut yang Uraian Slump (cm)
secara kimia terendapkan di lautan, danau atau Maksimum Minimum
sungai. Dinding, pelat pondasi, 12,5 5,0
Berdasarkan proses pembentukannya, pondasi telapak bertulang
batuan sedimen dapat digolongkan menjadi Pondasi telapak tidak 9,0 2,5
bertulang, kaison, struktur
tiga golongan yaitu: bawah tanah
a. Klastik, yang dibagi menjadi Pelat, kolom, balok,
dinding 15,0 7,5
siliklastik, piroklastik dan kapur, 7,5 5,0
Pengerasan jalan
b. Kimiawi, yang dibagi menjadi Pembetonan masal 7,5 2,5
evaporit, kapur dan lainnya, Sumber : PBI, 1971
c. Organik, yang dibagi menjadi kapur
dan gambut.
Sedimen klastik tersusun dari fragmen- 2. METODE PENELITIAN
fragmen dan bagian-bagian kecil yang terbawa A. Bahan Penelitian
Adapun bahan-bahan yang disiapkan pada
dalam keadaan padat. Sedimen-sedimen
penelitian ini adalah:
siliklastik terdiri dari bagian-bagian kecil
1. Semen
silikat (batu, pasir dan lempung). Batuan Semen yang digunakan dalam penelitian
piroklastik terdiri dari material-material ini adalah semen portland normal (type I)
vulkanik (tuff, lapili). Sedimen klastik kapur merek Semen Gresik kemasan 40 kg.
tersusun dari fragmen-fragmen batu kapur
2. Agregat halus
yang dibawakan Agregat halus yang dipakai adalah pasir
yang berasal dari Sungai Progo,
Agregat Kasar Batu Krakal (Andesit) Kulonprogo.
Agregat kasar batu krakal (andesit)
3. Agregat kasar
terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh
a) Andesit
air. Agregat ini mempunyai rongga udara Agregat kasar jenis batu krakal
minimum 33%, sehingga rasio luas (andesit) yang digunakan ialah berasal
permukaannya kecil. Beton yang dihasilkan dari Sungai Progo, Kulonprogo.
dari agregat ini kurang cocok untuk struktur
b) Klastik Siliklastik
yang menekankan pada kekuatan atau beton
Agregat kasar jenis pecahan batu
mutu tinggi, karena ikatan antar agregat gamping (klastik siliklastik) yang
kurang kuat. digunakan ialah berasal dari Desa
Sindet, Jetis, Bantul.
Slump
4. Air
Nilai slump menunjukkan tingkat Air yang digunakan dalam penelitian ini
kelecakan beton. Semakin tinggi nilai slump berasal dari saluran air bersih
maka semakin mudah tingkat pengerjaan Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
beton. Tabel 3.1 menunjukkan nilai slump Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
untuk berbagai pengerjaan beton.
B. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian
ini dari mulai pemeriksaan bahan dan
pengujian benda uji, antara lain:

Page 4 JURNAL APTEK Vol. 3 No. 1 Januari 2010


Perbandingan Agreget Alternatif Pecahan Batu Gamping

1. Mesin uji tekan beton Merk Hung Ta 5. Pengambilan benda uji beton segar,
berkapasitas maksimum 2000 KN. pengujian slump dan pembuatan benda uji
2. Cetakan beton berbentuk silinder dengan dan perawatan.
ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 6. Pengujian kuat tekan benda uji.
mm.
3. Saringan/ayakan, dengan ukuran 4,75 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,60 mm; 0,30 A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Agregat
mm; 0,15 mm. Halus (Pasir)
4. Oven, digunakan untuk mengeringkan 1) Gradasi Agregat Halus (Pasir)
sampel dalam pemeriksaan bahan-bahan Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat
yang akan digunakan dalam campuran halus yang berasal dari sungai Progo
beton. termasuk dalam daerah gradasi no. 1, yaitu
5. Timbangan, untuk mengetahui berat dari pasir kasar dengan modulus halus butir
bahan-bahan penyusun beton. sebesar 3,2. Dari hasil pemeriksaan (Tabel
6. Mesin Los Angeles, untuk menguji tingkat 5.1) kita sudah dapat menyimpulkan
keausan agregat kasar. bahwa agregat pasir yang kita gunakan
7. Gelas ukur, untuk menakar volume air. adalah masuk pada daerah gradasi 1 (pasir
8. Cangkul, cethok dan talam, digunakan kasar). (lihat Gambar 2).
untuk menampung dan menuang adukan Tabel 2. Pemeriksaan Gradasi Pasir
beton ke dalam cetakan.
9. Mistar dan kaliper, digunakan untuk
mengukur dimensi dari alat-alat dan benda
uji yang digunakan.
10. Piknometer, digunakan untuk pemeriksaan
berat jenis.

C. Cara Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai dari pembuatan
mix design kemudian pemeriksaan bahan
susun hingga pengujian kuat tekan benda uji.
Secara garis besar penelitian meliputi:
1. Pemeriksaan bahan susun agregat halus:
pemeriksaan gradasi agregat halus (pasir),
pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air Gambar 2 Hasil Pengujian Gradasi Pasir
agregat halus, pemeriksaan kadar lumpur
agregat halus, pemeriksaan kadar air 2) Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
agregat halus, pemeriksaan berat satuan Halus
agregat halus (pasir). Hasil pemerikasaan berat jenis pasir kering
2. Pemeriksaan bahan susun agregat kasar: didapat sebesar 2,79, sehingga pasir ini
pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air masih tergolong agregat normal, dimana
agregat kasar, pemeriksaan keausan batas berat jenis agregat normal antara 2,5
agregat kasar, pemeriksaan kadar lumpur sampai 2,7, sedangkan agregat berat
agregat kasar, pemeriksaan kadar air memiliki berat jenis diatas 2,8. Agregat ini
agregat kasar, dan pemeriksaan berat akan bisa menghasilkan beton dengan
satuan agregat kasar. berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan
4. Perancanagan bahan susun beton yang antara 15 MPa sampai 40 MPa. Dan juga
berupa: air, semen, pasir, krakal/batu dapat disebut juga dengan beton normal.
gamping (klastik siliklastik). Penyerapan air dari keadaan kering
menjadi keadaan jenuh kering muka

Antón Ariyanto, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pasir Pengaraian-Riau e-mail : ariyantost@yahoo.com Page 5
adalah 0,9%. Agregat normal mempunyai butir maksimum 20 mm dan ukuran butir
kemampuan serap air kurang dari 2%, minimum 10 mm. Hal ini bertujuan agar
sehingga agregat yang kita gunakan agregat yang dipakai bergradasi sela.
termasuk agregat normal. Sehingga diharapkan akan lebih
memudahkan pada proses pengerjaan
3) Kadar Lumpur Agregat Halus pencampuran beton.
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil
dari 70 mikron (0,0074) didapat sebesar 2. Berat Jenis dan Penyerapan Air
2,3%, lebih kecil dari batas yang Berat jenis batu krakal jenuh kering muka
ditetapkan (5%) untuk beton normal. adalah 2,6, sehingga batu krakal ini tergo-
Sehingga pasir dapat digunakan tanpa long agregat normal yaitu sekitar 2,5 sam-
harus dicuci. pai 2,7 (Tjokrodimuljo, 1995). Penyerapan
air dari keadaan kering menjadi keadaan
4) Kadar Air Agregat Halus jenuh kering muka adalah 1,96%. Penye-
Pemeriksaan kadar air ini dengan cara rapan air untuk agregat normal adalah
mengambil sampel pasir SSD yang maksimum 2%. Sebenarnya walaupun
langsung dari lapangan, sehingga dalam masih dikatakan normal, penyerapan air
perhitungan dapat diperoleh jumlah air sebesar itu kurang baik khususnya untuk
yang perlu ditambahkan atau dikurangkan, beton dengan kuat tekan yang tinggi,
dalam penelitian ini pasir yang akan karena dengan asumsi penyerapan air yang
digunakan untuk adukan adalah pasir tinggi maka pori-pori pada agregatnya
dalam keadaan jenuh kering muka yang besar atau banyak. Akan tetapi untuk
didapat dari penelitian sebesar 0,9%. pembuatan beton normal, nilai penyerapan
Kadar air dalam pasir ini menunjukkan air pada agregat ini masih bisa di tolerir.
bahwa agregat yang dipakai merupakan
agregat yang normal, yang mana kadar air 3. Keausan Butir
ini masih bisa dianggap masuk pada Keausan batu krakal sebesar 36% lebih
koridor yang normal. Dimana kadar air kecil dari batas maksimum yang
untuk agregat halus (pasir) pada umumnya ditetapkan (40%) untuk pembuatan beton
antara 1%-2% saja. dengan mutu beton K-125 – K225 atau
kelas mutu II.
5) Berat Satuan Agregat Halus
Berat satuan pasir SSD (ditumbuk) didapat 4. Kadar Lumpur
sebesar 1,4 gram/cm3. Berat satuan ini Kondisi batu krakal pada pengujian ini
berfungsi untuk mengindikasikan apakah langsung dari lapangan, tanpa proses pen-
agregat tersebut porous atau mampat. cucuian terlebih dahulu. Namun pada
Semakin besar berat satuan maka semakin kenyataannya dari hasil pengujian didapat
mampat agregat tersebut. Hal ini akan kadar lumpur sebesar 0,48%, sehingga
berpengaruh juga nantinya pada proses dalam pemeriksaan kadar lumpur didapat
pengerjaan beton bila dalam jumlah besar, kadar lumpur yang lebih kecil dari batas
dan juga berpengaruh pada kuat tekan yang ditetapkan (1%). Jadi agregat ini ti-
beton, dimana apabila agregatnya porous dak perlu lagi dicuci. Pada umumnya dila-
maka bisa terjadi penurunan kuat tekan pangan pemeriksaan kadar lumpur pada
pada beton. agregat kasar jarang sekali dilakukan, bia-
sanya hanya berdasarkan visualisasi saja.
B. Batu Krakal (Andesit)
1. Ukuran Agregat 5. Kadar Air
Ukuran agregat batu krakal (andesit) yang Kadar air yang terdapat dalam batu krakal
digunakan adalah agregat dengan ukuran jenuh kering muka adalah 1,96%. Syarat

Page 6 JURNAL APTEK Vol. 3 No. 1 Januari 2010


Perbandingan Agreget Alternatif Pecahan Batu Gamping

kadar air maksimum untuk agregat normal dalam penentuan perbandingan air yang
adalah sebesar 2%, dari data yang didapat sesungguhnya.
seperti diatas maka agregat ini masuk pada
golongan agregat normal dan masih layak 3. Keausan Butir
untuk di gunakan selama pada koridor Keausan batu gamping sebesar 53,98%
beton normal, sekurang-kurangnya masuk lebih besar dari batas maksimum yang
beton kelas mutu II. ditetapkan (40%) untuk pembuatan beton
dengan mutu beton K-125 – K225 atau
6. Berat Satuan kelas mutu II. Agregat ini masih bisa
Berat satuan batu krakal adalah 1,8 digunakan untuk beton kelas I atau beton
gram/cm3. Berat satuan ini berfungsi untuk mutu B0 dan B1.
mengindikasikan apakah agregat tersebut
porous atau mampat. Semakin besar berat 4. Kadar Lumpur
satuan maka semakin mampat agregat Kondisi batu gamping pada pengujian ini
tersebut. Selain itu untuk agregat kasar, langsung dari lapangan pada kondisi setelah
berat satuan ini digunakan untuk dipecah-pecah, tanpa proses pencucuian
mengidentifikasikan jenis batuan dan terlebih dahulu. Pada asumsinya batu ini
kelasnya. Untuk berat satuan diatas 1,2 tidak mengandung lumpur atau sangat
gram/cm3 agregat di katakan masuk dalam sedikit. Kadar lumpur atau bagian yang lebih
jenis agregat normal dan untuk berat diatas kecil dari 70 mikron (0,0074) dianggap 0%,
2,8 gram/cm3 termasuk agregat untuk sedangkan batas maksimum kadar lumpur
beton mutu tinggi. adalah 1% untuk beton normal. Sehingga
agregat dapat digunakan tanpa harus dicuci.
C. Batu Gamping (Klastik Siliklastik) Pada umumnya dilapangan pemeriksaan
1. Gradasi Butir kadar lumpur pada agregat kasar jarang
Ukuran agregat batu gamping (klastik sekali dilakukan, biasanya hanya
siliklastik) yang digunakan adalah agregat berdasarkan visualisasi saja.
dengan ukuran butir maksimum 20 mm
dan ukuran butir minimum 10 mm. Hal ini 5. Kadar Air
bertujuan agar agregat yang dipakai Kadar air yang terdapat dalam batu
bergradasi sela. Sehingga diharapkan akan gamping jenuh kering muka adalah
lebih memudahkan pada proses pengerjaan 28,87%. Syarat kadar air maksimum untuk
pencampuran beton. agregat normal adalah sebesar 2%, dari
data yang didapat seperti diatas maka
2. Berat Jenis dan Penyerapan Air agregat ini tidak masuk pada golongan
Berat jenis batu gamping jenuh kering agregat normal. Kadar air yang tinggi akan
muka adalah 1,56, sehingga batu ini berpengaruh buruk pada kuat tekan beton,
tergolong agregat ringan yaitu kurang dari karena pada saat beton mengering
2,5. Penyerapan air dari keadaan kering kandungan air yang terdapat pada agregat
menjadi keadaan jenuh kering muka akan mensuplai bagian-bagian lain seperti
adalah 23,84%, hal ini menunjukan bahwa pasta semen yang membutuhkan air. Pada
penyerapan air agregat ini lebih besar dari saat itu akan terjadi rongga pada agregat
penyerapan air untuk agregat normal yaitu karena sudah tidak mengandung air lagi
maksimum 2%. Dari data diatas menun- atau terjadi penyusutan. Hal itu akan
jukkan bahwa batu gamping pecah memi- menimbulkan keretakan pada beton.
liki porousitas yang tinggi, dimana akan
mempengaruhi kuat tekan beton, kele- 6. Berat Satuan
cakan dalam pengerjaan, dan kesulitan Berat satuan batu gamping adalah 0,71
gram/cm3. Berat satuan ini berfungsi untuk

Antón Ariyanto, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pasir Pengaraian-Riau e-mail : ariyantost@yahoo.com Page 7
mengindikasikan apakah agregat tersebut
porous atau mampat. Semakin besar berat Tabel 6. Kebutuhan Bahan Tiap 1 Adukan Beton
satuan maka semakin mampat agregat Batu Gamping
tersebut. Selain itu untuk agregat kasar,
berat satuan ini digunakan untuk meng-
identifikasikan jenis batuan dan kelasnya.
Untuk berat satuan diatas 1,2 gram/cm3
agregat di katakan masuk dalam jenis
agregat normal dan untuk berat diatas 2,8
gram/cm3 termasuk agregat untuk beton E. Hasil Uji Slump Beton Segar Batu Gamping
mutu tinggi. Berat satuan batu gamping ini Pecah
porous dan termasuk dalam jenis agregat Nilai slump didapat dari 1 kali pengujian
ringan, karena berat satuan dibawah 1,2 slump. Uji slump dilakukan setelah selesai 1
gram/cm3. kali pengadukan, dimana dalam penelitian ini
dilakukan 3 kali pengadukan dengan kadar fas
D. Hasil Perencanaan Campuran Beton berbeda. Hasil uji slump disajikan dalam Tabel
Perencanaan pengadukan beton dengan 7
metode SK SNI T–15–1990–03 untuk Tabel 7. Hasil Uji Slump Beton Segar
kebutuhan bahan untuk 1 m³ beton proporsi
bahan seperti yang terdapat pada Tabel 3.
Direncanakan untuk campuran beton ini adalah
dengan variasi fas 0,35; 0,40; 0,45; untuk tiap
variasi agregat.
Nilai slump yang dihasilkan berubah
Tabel 3. Kebutuhan Bahan Tiap 1 M³ Beton Batu
semakin meningkat sejalan dengan
Krakal
penambahan kadar fas. Hal ini terjadi karena
ikatan antara agregat semakin baik dengan
kadar fas yang semakin besar dan kelecakan
pengerjaan beton pun semakin mudah.
Pengaruh meningkatnya nilai slump ini juga
dikarenakan oleh serapan agregat kasar.
Dengan kata lain, agregat kasar batu gamping
Tabel 4. Kebutuhan Bahan Tiap 1 M³ Beton Batu ini mempunyai daya serap air yang tinggi
Gamping sehingga sangat berpengaruh pada kelecakan
yang terjadi. Secara umum dapat disimpulkan
bahwa nilai slump akan semakin meningkat
hingga titik tertentu dengan semakin
bertambahnya kadar fas yang digunakan pada
adukan beton dengan agregat batu gamping
tersebut.
Tabel 5. Kebutuhan Bahan Tiap 1 Adukan Beton
Batu Krakal F. Hasil Uji Tekan Beton
Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat
beton berumur 28 hari, dimana pada umur ini
kekuatan beton dianggap mencapai 100%.
Pengujian ini dilakukan untuk 3 buah benda uji
silinder beton untuk setiap variasi dengan
ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Kekuatan tekan hasil uji beton diambil
Page 8 JURNAL APTEK Vol. 3 No. 1 Januari 2010
Perbandingan Agreget Alternatif Pecahan Batu Gamping

berdasarkan rata-rata tiga benda uji. Hasil


pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada Rendahnya nilai kuat tekan beton dengan
Tabel 8 dan 9. agregat batu gamping ini disebabkan karena
kekerasan agregat batu gamping lebih rendah dari
Tabel 8. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton kekerasan batu krakal. Hal ini dapat dilihat dari
(Dengan Agregat Batu Krakal) hasil uji Los Angelos yang menunjukkan besarnya
keausan agregat yang sampai sebesar 53,98%, ini
sangat berpengaruh pada kuat tekan beton. Kuat
tekan tertinggi rata-rata yang dicapai oleh beton
dengan agregat batu krakal (andesit) cenderung
menurun kuat tekannya seiring dengan
meningkatnya nilai faktor air semen. Sedangkan
kuat tekan tertinggi rata-rata yang dicapai oleh
beton dengan agregat batu gamping (klastik
Tabel 9. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton siliklastik) kuat tekan beton yang dihasilkan
(Dengan Agregat Batu Gamping) mengalami peningkatan sampai dengan nilai faktor
air semen 0,40 dan kemudian kuat tekan beton
mengalami penurunan pada nilai faktor air semen
0,45. Hal ini disebabkan karena agregat batu
gamping ini sangat porous dan sesuai hasil uji
bahan diatas menyatakan bahwa penyerapan air
yang terjadi sangat besar, sehingga pada
pengerjaan betonnya pada fas yang rendah sangat
sulit terutama pada proses pengadukan beton untuk
Dari kedua tabel diatas terlihat kuat tekan mencapai beton yang homogen.
tertinggi rata-rata yang dicapai oleh beton dengan
agregat batu krakal (andesit) dengan nilai faktor air
semen 0,35 sebesar 36,95 MPa. Sedangkan kuat UCAPAN TERIMA KASIH
tekan tertinggi yang dicapai oleh beton dengan Penulis mengucapkan terimakasih kepada
agregat batu gamping (klastik siliklastik) hanya teknisi laboratorium Bahan Bangunan Jurusan
mencapai 18,12 MPa, pada nilai faktor air semen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
0,40. Yogyakarta yang telah membantu pelaksanaan
Perbandingan kekuatan tekan untuk beton penelitian.
dengan agregat batu krakal (andesit) dan beton
dengan agregat batu gamping (klastik siliklastik)
yang menggunakan berbagai variasi faktor air DAFTAR PUSTAKA
semen (fas) dapat dilihat pada Gambar 3
Gahtan.., 2002, Membandingkan Penggunaan
Agregat Batu Kali Dicampur Dengan Batu
Bedhes Merah Pada Komposisi
Perbandingan 100:0; 80:20; Dan 60:40;
Sebagai Campuran Laston Untuk Lalau
Lintas Sedang, Yogyakarta.

Harditya, C., 2006, Pengaruh Variasi Kadar


Superplastisizer Terhadap Kuat Tekan
Beton Mutu Tinggi Dengan Bahan
Gambar 3. Diagaram Kuat Tekan Beton untuk Tambah Silicafume 10%, Yogyakarta.
Berbagai Variasi Faktor Air Semen

Antón Ariyanto, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pasir Pengaraian-Riau e-mail : ariyantost@yahoo.com Page 9
Ismanto, H., 2003, Pengaruh Persentasi Batu Dan Superplasticizer Dengan Kadar Fas
Keprus Gunung Kidul Dan Pasir Gunung 0,3; 0,35; 0,4; Dan 0,45, Yogyakarta.
Merapi Sebagai Campuran Agregat
Terhadap Sifat-Sifat Lapis Lapis Pondasi Syahrial, A., 2002, Membandingkan Penggunaan
Bawah (Sub Base), Yogyakarta. Agregat Batu Kali Dicampur Dengan Batu
Bedhes Merah Dengan Komposisi
Mulyono, T., 2004, Teknologi Beton, Andi , Perbandingan 0:100; 20:80; Dan 40:60;
Yogyakarta. Sebagai Campuran Laston Untuk Lalau
Lintas Sedang, Yogyakarta.
Prasatya, E., 2005, Uji kuat Tekan Beton Ringan
Dengan Agregat Kasar Batu Apung Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Edisi
Menggunakan Bahan Tambah Silica Fume Kedua, Nafiri, Yogyakarta

Page 10 JURNAL APTEK Vol. 3 No. 1 Januari 2010

Anda mungkin juga menyukai