Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS

Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Selama


Program Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa
STIKES Wira Husada Yogyakarta

Disusun Oleh :

Nama : Yuda Alit Setiawan

NIM : PN.200874

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN & NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS

A. Konsep Ansietas
1. Definisi Ansietas

Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang


tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI, 2016). Ansietas
merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, ansietas berkaitan dengan
perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian
intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian
tersebut (Stuart, 2013)
2. Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Sumber: Stuart, Buku Saku Keperawatan Jiwa (2013)

Gambar 1. Rentang Respon


B. Etiologi
Berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ahli untuk mengetahui dari
penyebab anstietas, menurut Stuart & Sundeen (2013) menjelaskan ansietas
disebabkan oleh :

1) Faktor Predisposisi :
a. Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan instring
dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah
meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami
ansietas yang berat.
c. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli
teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang dipelajari
berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada
ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan
selanjutnya. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua
kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara
konflik dan ansietas : konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas menimbulkan
perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.
d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan
depresi.
e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-
aminobutirat (GABA) yang berperan dalam mekanisme biologis yang berhubungan
dengan ansietas.
2) Faktor Presipitasi
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor pencetus dapat
dikelompokkan dalam dua kategori :
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi
atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi
sosial yang terintegrasi pada individu.
c. Klasifikasi Ansietas
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan seharihari,
ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkat lapang
persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreativitas
2. Ansietas sedang
Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit perhatian lapang
persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang
selektif namun berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3. Ansietas berat
Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
4. Tingkat panic
Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan, dan terror. Hal ini
rinci terpecah dari porsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.
Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, perepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu
yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.

C. Tanda dan Gejala

Menurut PPNI (2016) tanda dan gejala ansietas disajikan dalam tabel :

Gejala dan Tanda Mayor Ansietas

Subjektif Objektif

Merasa bingung Tampak gelisah


Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi Tampak tegang Sulit
berkonsentrasi Sulit tidur
Sumber : PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016)

Gejala dan Tanda Minor Ansietas

Subjektif Objektif
Mengeluh pusing Frekuensi napas meningkat
Anoreksia Frekuensi nadi meningkat
Palpitasi Tekanan darah meningkat
Merasa tidak berdaya Diaphoresis
Tremor
Muka tampak pucat
Suara bergetar
Kontak mata buruk
Sering berkemih
Berorientasi pada masa lalu
Sumber : PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016)

D. PSIKOPATOLOGI

Sistem syaraf pusat menerima suatu persepsi ancaman. Persepsi ini timbul akibat adanya
rangsangan dari luar dan dalam yang berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetik.
Kemudian rangsangan dipersepsi oleh panca indra, diteruskan dan direspon oleh sistem
syaraf pusat melibatkan jalur cortex cerebri – limbic system – reticular activating system
– hypothalamus yang memberikan impuls kepada kelenjar hipofise untuk mensekresi
mediator hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal yang kemudian memicu
syaraf otonom melalui mediator hormonal yang lain (Owen, 2016).
E. KOMPLIKASI

Ansietas dalam jangka pendek dapat meningkatkan respon sistem kekebalan tubuh,
namun kecemasan dalam jangka panjang dapat memiliki efek sebaliknya yaitu seperti
depresi, gangguan pola tidur, nyeri kronis, kehilangan minat dalam seksual, pikiran untuk
bunuh diri (Pieter, Herri Zan Lubis, dkk , 2012)

F. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan farmakologi

Pengobatan untuk anti ansietas terutama benzodiazepine digunakan untuk jangka


pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena pengobatan ini
menyebabkan ketergantungan. Obat anti ansietas nonbenzodiazepine, seperti buspiron
(buspar) dan berbagai anti depresan juga digunakan (Ann Isaacs, 2005)

2. Penatalaksanaan non farmakologi

a. Distraksi

Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan ansietas dengan cara


mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap
ansietas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan
pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus ansietas yang mengakibatkan
lebih sedikit stimuli ansietas yang ditransmisikan ke otak. Membaca doa adalah
distraksi yang dapat menurunkan hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin
alami, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, ansietas dan tegang, memperbaiki
sistem kimia tubuh menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan,
detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Respirasi yang lambat
menimbulkan ketenangan, kendali emosi, dan sistem metabolisme baik. (Potter &
Perry, 2010)

b. Relaksasi

Masase juga merupakan terapi untuk relaksasi. Terapi relaksasi yang dilakukan
dapat berupa teknik relaksasi nafas dalam, mendengar musik, dan dengan masase,
tindakan ini bertujuan untuk membuat tubuh merasa lebih nyaman dan dapat untuk
meningkatkan kendali dan percaya diri serta mengurangi stres dan kecemasan yang
dirasakan. Masase dapat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorfin yang
merupakan pereda sakit alami, endorfin tersebut juga dapat menciptakan rasa
nyaman dan enak (Maryunami, 2010).

3. Terapi Masase Dapat Menurunkan Ansietas Pada Pasien Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Neno, Puguh, dkk (2013) didapatkan
rata-rata skor rentang kecemasan sebelum dilakukan relaksasi masase yaitu 43,44 dan
setelah dilakukan masase, ansietas mengalami penurunan menjadi 29,03, maka selisih
sebesar 14,41 artinya ada pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan
terapi relaksasi masase dalam menurunkan ansietas.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA

1. Ansietas Berhubungan Dengan Krisis Situasional ( SDKI )


H. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI

1. Ansietas Berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi Ansietas


- Observasi
Dengan Krisis selama 3x24 jam diharapkan masalah
dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Situasional (mis. Kondisi, waktu, stressor)
Tingkat Ansietas 2. Identifikasi kemampuan mengambilkan
Indicator A T keputusan
Verbalisasi kebingunggan 1 5 3. Monitor tanda tanda ansietas (verbal dan
Verbalisasi kehawatir akibat nonverbal )
kondisi yang dihadapi 1 5 - Terapeutik
Perilaku gelisa 1 5 1. Ciptakan suasan trapeutik unruk
Keluhan pusing 1 5 menumbuhkan kepercayaan
Anoreksia 1 5 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasa
Frekuensi pernafasan 1 5 3. Gunakan pendekatan yang tenang dan
Ferekuensi nadi 1 5 meyakinkan
Tekanan darah 1 5 4. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
Teremor 1 5 memicu kecemasa
Pucat 1 5
- Edukasi
Pola tidur 1 5
Perasaan keberdayaan 1 5 1. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
Kontak mata 1 5 pasien. Jika perlu
orientasi 1 5 2. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompentatif, sesuai kebutuhan
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
4. Latihan kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
5. Latihan teknik relaksasi
- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu
Terapi Relaksasi

- Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang menganggu kemampuan kongnitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang perna
digunakan
3. Identikasi kesedian, kemampuan dan
pengunanan teknik sebelumnya
4. Periksa keteganggan otot, ferekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesuda
latihan
5. Monitor respon terhadap relaksasi
- Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruangan nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertusil tentang persiapan
dan perosedur teknik relaksasi
3. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau tidankan
medis lainya, jika perlu
- Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis,
relaksasi yang tersedia( mis. Music,
meditasi, nafas dalam, relaksasi otot
progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering mengulagi atau melatih
teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis. Napas dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
Daftar Pustaka

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2341/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 16


agustus 2020

PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Sundeen & Stuart. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa.. Jakarta: EGC.

Owen, H. K. (2016). Hubungan Usia dan Jenis Kelamin Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien di RSD dr Soebandi Jember. Universitas
Jember : Fakultas Kedokteran.

Pieter, Herri Zan dan Lubis, Namora Lumonggo. 2012. Pengantar Psikologi dalam
keperawatan. Jakarta: Kencana.

Ann Isaacs, (2005). Panduan Belajar : Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Edisi 3
(terjemahan). Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai