0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan3 halaman
Kasus penyalahgunaan narkoba oleh 2 pelajar SMK dan 2 mahasiswa di Bogor melanggar nilai-nilai Pancasila. Mereka ditangkap setelah polisi menyita ganja dan sabu dari tangan mereka. Kasus ini melanggar sila ketuhanan, kemanusiaan, dan persatuan karena narkoba bertentangan dengan agama dan norma serta mengabaikan kepentingan masyarakat. Pemerintah perlu tindakan preventif dan rehabilitasi, sementara masyar
Kasus penyalahgunaan narkoba oleh 2 pelajar SMK dan 2 mahasiswa di Bogor melanggar nilai-nilai Pancasila. Mereka ditangkap setelah polisi menyita ganja dan sabu dari tangan mereka. Kasus ini melanggar sila ketuhanan, kemanusiaan, dan persatuan karena narkoba bertentangan dengan agama dan norma serta mengabaikan kepentingan masyarakat. Pemerintah perlu tindakan preventif dan rehabilitasi, sementara masyar
Kasus penyalahgunaan narkoba oleh 2 pelajar SMK dan 2 mahasiswa di Bogor melanggar nilai-nilai Pancasila. Mereka ditangkap setelah polisi menyita ganja dan sabu dari tangan mereka. Kasus ini melanggar sila ketuhanan, kemanusiaan, dan persatuan karena narkoba bertentangan dengan agama dan norma serta mengabaikan kepentingan masyarakat. Pemerintah perlu tindakan preventif dan rehabilitasi, sementara masyar
Topik : Kasus Penyalahgunaan Narkoba Oleh Pelajar SMK di Bogor
2. Deskripsi Kasus Polresta Bogor menangkap 2 pelajar SMK dan 2 mahasiswa terkait kasus narkoba pada 28 April 2014. Beberapa paket ganja dan 0,70 gram sabu disita. Berdasarkan pemeriksaan, 2 pelajar berinisial PS dan AN tersebut masih bersekolah di kelas 1. Keduanya ditangkap di lokasi berbeda. Dari tangan keduanya, polisi mengamankan barang bukti berupa 5 paket kecil berisi ganja seberat 53 gram. 3. Penyimpangan nilai-nilai pancasila Kasus tersebut merupakan sikap dan perilaku menyimpang dari nilai-nilai pancasila, sebagai berikut : Kasus penyalahgunaan narkoba ini merupakan bentuk penyimpangan nilai- nilai pancasila sila ke-1, 2 dan 3. Penyalahgunaan narkoba menyimpang sila ke-1, Ketuhanan Yang Maha Esa pada poin pertama yaitu merupakan bentuk keyakinan yang berpangkal dari kesadaran manusia sebagai makhluk Tuhan. Karena dengan melakukan penyalahgunaan narkoba berarti para pemakai tidak percaya bahwa Tuhan itu ada dan hanya Dia-Lah dzat Yang Maha Segalanya, dimana seharusnya tempat untuk mengadu atas masalah-masalah yang dihadapi adalah Tuhan, bukannya menggunakan narkoba. Narkoba hanyalah membuat mereka lupa dengan masalah yang mereka hadapi dalam beberapa saat. Narkoba juga dilarang dalam agama sehingga penyalahgunaan narkoba juga menyimpang sila ke-1 poin kedua yaitu tidak boleh melakukan perbuatan yang anti ketuhanan dan anti kehidupan beragama. Penyalahgunaan narkoba menyimpang sila ke-2, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab pada poin pertama yaitu merupakan bentuk kesadaran manusia terhadap potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma kebudayaan pada umumnya. Karena dengan melakukan penyalahgunaan narkoba berarti para pemakai telah melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Penyalahgunaan narkoba menyimpang sila ke-3, Persatuan Indonesia pada poin kedua yaitu menghargai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan masyarakat. Karena mereka yang telah mengalami kecanduan narkotika biasanya lebih suka menyendiri dan lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum atau bersama. 4. Solusi Solusi yang bisa ditawarkan pemerintah atas penyalahgunaan narkoba ini adalah tindakan preventif dan tindakan represif. Tindakan preventif berupa penyuluhan, seminar, workshop, pelatihan dan sejenisnya tentang narkoba dan bahayanya ke sejumlah sekolah, perguruan tinggi, serta masyarakat secara luas. Dengan demikian, masyarakat semakin paham tentang bahaya dan dampak negatif narkoba. Tindakan represif berupa upaya rehabilitasi bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi pemakai atau bahkan pencandu narkoba. Adapun solusi alternatif yang dapat dilakukan oleh masyarakat (Non- pemerintah) dalam mengatasi masalah narkoba ini, adalah dengan menggunakan beberapa pendekatan yang diterapkan kepada mereka, baik yang belum ataupun yang sudah terjerat belitan narkoba. Pendekatan agama (religius). Melalui pendekatan ini, mereka yang masih ‘bersih’ dari dunia narkoba, senantiasa ditanamkan ajaran agama yang mereka anut. Agama apa pun, tidak ada yang menghendaki pemeluknya untuk merusak dirinya, masa depannya, serta kehidupannya. Setiap agama mengajarkan pemeluknya untuk menegakkan kebaikan, menghindari kerusakan, baik pada dirinya, keluarganya, maupun lingkungan sekitarnya. Sedangkan bagi mereka yang sudah terlanjur masuk dalam kubangan narkoba, hendaknya diingatkan kembali nilai-nilai yang terkandung di dalam ajaran agama yang mereka yakini. Dengan jalan demikian, diharapkan ajaran agama yang pernah tertanam dalam benak mereka mampu menggugah jiwa mereka untuk kembali ke jalan yang benar. Pendekatan psikologis. Dengan pendekatan ini, mereka yang belum terjamah ‘kenikmatan semu’ narkoba, diberikan nasihat dari ‘hati ke hati’ oleh orang-orang yang dekat dengannya, sesuai dengan karakter kepribadian mereka. Langkah persuasif melalui pendekatan psikologis ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran dari dalam hati mereka untuk menjauhi dunia narkoba. Adapun bagi mereka yang telah larut dalam ‘kehidupan gelap’ narkoba, melalui pendekatan ini dapat diketahui, apakah mereka masuk dalam kategori pribadiyang ekstrovert (terbuka), introvert (tertutup), atau sensitif. Dengan mengetahui latar belakang kepribadian mereka, maka pendekatan ini diharapkan mampu mengembalikan mereka pada kehidupan mereka yang dulu. Pendekatan sosial. Baik bagi mereka yang belum, maupun yang sudah masuk dalam ‘sisi kelam’ narkoba, melalui pendekatan ini disadarkan bahwa mereka merupakan bagian penting dalam keluarga dan lingkungannya. Dengan penanaman sikap seperti ini, maka mereka merasa bahwa kehadiran mereka di tengah keluarga dan masyarakat memiliki arti penting. Dengan beberapa pendekatan di atas, diharapkan mampu menggerakkan hati para remaja dan generasi muda yang masih ‘suci’ dari kelamnya dunia narkoba untuk tidak larut dalam trend pergaulan yang menyesatkan.