Anda di halaman 1dari 27

1.

Aqidah Islam
‫المن الرحيم‬
Aqidah ibarat pondasi dalam sebuah banguan. Bangunan agar kuat harus diperkuat pondasinya,
jika tidak kuat, maka bangunan yang didirikan di atasnya mudah roboh. Inilah sebabnya
mengapa kita harus memperkuat aqidah Islam.

Pengertian Aqidah Islam


Aqidah secara bahasa berasal dari kata ‘aqd yang berarti mempererat, mengokohkan, dan
mengikat dengan kuat. Secara istilah aqidah adalah keyakinan yang kuat yang tidak dimasuki
oleh keraguan. Dengan demikian, aqidah Islam berarti keimanan yang kuat kepada
Allah Ta’ala dengan  melaksanakan kewajiban berupa tauhid dan taat kepada-Nya, demikian juga
beriman kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada
qadar serta mengimani semua yang sudah shahih tentang prinsip-prinsip agama (ushuluddin),
perkara-perkara yang ghaib, berita yang disebutkan dalam Alquran maupun sunah
baik ‘ilmiyyah (sebagai pengetahuan yang harus diyakini) maupun ‘amaliyyah (pengetahuan yang
harus diamalkan).

Nama Lain Aqidah Islam


Nama lain aqidah Islam menurut Ahlussunnah di antaranya adalah al i’tiqad, al ‘aqaa’id, at
tauhid, sunah, ushuluddin, ushuluddiyaanah, al fiqhul akbar dan asy syarii’ah. Inilah beberapa
nama yang paling terkenal di kalangan Ahlussunnah. Adapun penamaan aqidah Islam dengan
ilmu kalam, filsafat, tashawwuf, dan teologi tidaklah dibenarkan, karena perbedaan yang
mencolok dalam ilmu-ilmu tersebut dengan aqidah Islam. Dalam ilmu kalam dan filsafat,
misalnya, yang dijadikan sandaran adalah akal bukan wahyu.

Sedangkan dalam ilmu tashawwuf di antara sandarannya adalah kasyf (adanya penyingkapan


tabir rahasia sesuatu yang ghaib). Adapun yang dijadikan sandaran dalam aqidah Islam adalah
Alquran, sunah yang shahih, dan ijma’ salafush shalih (generasi pertama Islam).

Di samping itu, jika akal dijadikan sandaran untuk menetapkan aqidah hasilnya
hanyalah zhann (perkiraan) yang bisa benar dan bisa salah karena keterbatasannya dan tidak
mampu menjangkau yang ghaib. Lalu bagaimana jika perkiraannya salah, maka sama saja ia
telah berkata tentang Allah Ta’ala tanpa ilmu, dan yang demikian merupakan dosa yang sangat
besar. Allah Ta’ala berfirman:

“……dan (mengharamkan) mengada-ada terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al
A’raaf: 33)

Oleh karena itu, prinsip kita dalam masalah aqidah adalah tauqifiyyah (diam menunggu dalil).

Pentingnya Mengenal Aqidah Islam atau Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah Secara Tafsil (Rinci)
Banyak orang yang mengaku dirinya Ahlussunnah wal Jama’ah, akan tetapi dalam perjalanannya
ternyata banyak menyelisihi Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Hal ini tidak lain, karena
pengenalan mereka tentang Ahlussunnah wal Jama’ah masih bersifat mujmal (garis besar) atau
tidak terperinci.

Secara umum, memang mereka mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,


karena tidak ada seorang muslim pun kecuali yang dijadikan acuan dalam hidupnya adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Akan tetapi sangat disayangkan, mereka tidak mengerti lebih rinci aqidah Ahlussunnah wal
Jama’ah sehingga banyak praktik yang mereka lakukan ternyata bertentangan dengan aqidah
Ahlussunnah wal Jama’ah. Nah, pada risalah yang singkat ini, kami akan jelaskan lebih rinci
aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah yang merupakan aqidah salafush shalih terdahulu –insya
Allah-.

Sumber Pengambilan Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah

1- ‫مصدر العقيدة هو كتاب هللا وسنة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وإحماع السلف الصالخ‬

2- ‫كل ما صح من سنة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وحب قبوله وإن كان احادا‬

3- ‫المرجع في فهم الكتاب والسنة هو النصوص المبينة لها وفهم السلف الصالح ومن سار على منهجهم من األئمة وال يعارض ما‬
‫ثبت من ذلك بمجرد احتماالت لغوية‬

Sumber pengambilan aqidah Islam adalah kitab Allah, sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan Ijma’ salafush shalih.
Semua yang shahih dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wajib diterima meskipun
jalur periwayatannya Ahad.
Yang dijadikan rujukan dalam memahami Alquran dan sunah adalah nash-nash yang
menerangkannya, pemahaman salafush shaalih, dan pemahaman orang-orang yang mengikuti
jejak mereka di kalangan para ulama. Semua yang telah tsabit (memang seperti itu secara
bahasa) tidak bisa ditolak dengan kemungkinan-kemungkinan lain dari sisi bahasa. (Mujmal
Ushul Ahlissunah, karya Dr. Nashir Al ‘Aql)
2. Akhlaq
Kata akhlak sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai muslim kita
mengetahui bahwa akhlak adalah salah satu hal yang harus diperhatikan terutama dalam
kehidupan bermasyarakat. Seorang muslim senantiasa dianjurkan untuk memiliki akhlak
yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk. Sedemikian pentingnya akhlak dalam islam
disebutkan juga dalam hadits bahwa Rasulullah SAW diutus kepada kaumnya dan seluruh
umat didunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia dimana saat itu akhlak masyarakat
terutama masyarakat jahiliyah masih jauh dari perilaku akhlak yang terpuji (baca sejarah
islam di Arab Saudi dan sejarah agama islam) .

Definisi Akhlak
Disebutkan bahwa akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqomahan seseorang dalam
menjalankan ibadah baca istiqomah dalam islam dan cara agar tetap istiqomah dijalan
Allah). Akhlak yang kita ketahui tersebut memiliki pengertian baik secara bahasa maupun
secara istilah.
Secara bahasa
Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab “Al Khulk” yang diartikan sebagai
perangai, tabiat. Budi pekerti, dan sifat seseorang. Jadi akhlak seseorang diartikan sebagai
budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya.
(baca istri-istri nabi muhammad dan sifatnya)

Secara istilah
Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat atau perangai
seseorang yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.
Seseorang yang mmeiliki sifat baik biasanya akan memiliki perangai atau akhlak yang baik
juga dan sebaliknya seseorang yang memiliki perangai yang tidak baik cenderung memiliki
akhlak yang tercela. Kata akhlak disebutkan dalam firman Allah pada ayat berikut ini

َ ِ‫إِ َّنا أَ ْخلَصْ َنا ُه ْم ِب َخال‬


ِ ‫ص ٍة ذ ِْك َرى الد‬
‫َّار‬
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka)
akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.(QS Shad : 46)

Golongan Akhlak
Akhlak sendiri dibedakan menjadi dua golongan yakni akhlak terpuji atau akhlakul karimah
dan akhlak tercela atau akhlakuk mazmumah.

Akhlak Terpuji
Diantara beberapa akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim adalah
kesopanan, sabar, jujur, derwaman, rendah hati, tutur kata yang lembut dan santun, gigih,
rela berkorban, adil, bijaksana,tawakal dan lain sebagainya. Seseorang yang mmeiliki akhlak
terpuji biasanya akan selalu menjaga sikap dan tutur katanya kepada orang lain dan merasa
bahwa dirinya diawasi oleh Allah SWT. (baca cara meningkatkan akhlak terpuji)
Akhlak tercela
Akhlak tercela adalah akhlak yang harus dijauhi oleh muslim karena dapat mendatangkan
mudharat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Contoh akhlak tercela
diantaranya adalah dusta (baca bahaya berbohong dan hukumnya dalam islam), iri,
dengki, ujub, fitnah, sombong, bakhil, tamak, takabur, hasad, aniaya, ghibah, riya dan
sebagainya. Akhlak yang tercela sangat dibenci oleh Allah SWt dan tidak jarang orang yang
memilikinya juga tidak disukai oleh masyarakat. (baca juga penyakit hati menurut islam).

Keutamaan Akhlak Dalam Islam


Telah disebutkan sebelumnya pengertian tentang akhlak dan sebagai umat muslim kita tahu
bahwa akhlak memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama islam. Beberapa keutamaan
mmeiliki akhlak yang terpuji antara lain

Berat timbangannya diakhirat


Seseorang yang memiliki akhlak terpuji disebutkan dalam hadits bahwa ia akan memiliki
timbangan yang berat kelak dihari akhir atau kiamat dimana semua amal manusia akan
ditimbang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut
Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada
akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat
orang yang berpuasa dan shalat. [HR Tirmidzi 

Dicintai Rasul SAW


Rasul SAW diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia didunia. Dan
tentu saja Rasul SAW sendiri mencintai manusia yang mmeiliki akhlak yang baik. Dari Jabir
RA; Rasulullah SAW  bersabda:
Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat tempatnya dariku di
hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari kalian dan
yan paling jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara, angkuh dalam
berbicara, dan sombong. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Memiliki kedudukan yang tinggi


Dalam suatu hadits disebutkan bahwa seseorang yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang
mulia memiliki kedudukan yang tinggi diakhirat kelak. Rasul SAW bersabda
“Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan)
yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir
dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah.
Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada
kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara’ yang lebih baik dari
menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih
mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat
malu dan sabar. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)

Dijamin rumah disurga


Memiliki akhlak yang mulia sangat penting bagi seorang muslim dan keutamaan memiliki
akhlak mulia sangatlah besar. Dalamsebuah hadits disebutkan bahwa Rasul menjamin
seseorang sebuah rumah disurga apabila ia memiliki akhlak yang mulia. Dari Abu Umamah
ra; Rasulullah SAW  bersabda:

Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat sekalipun ia benar,
dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang tidak berbohong sekalipun hanya
bergurau, dan rumah di atas surga bagi orang yang mulia akhlaknya. [HR Abu Daud ]
3.IPTEK
Ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan, budaya bangsa merupakan tiga unsur yang sangat
erat hubungannya dalam peradaban manusia yang tinggal di planet bumi. Kondisi adaptasi
terhadap lingkungan bagi pijakan manusia telah melahirkan pengetahuan dan cara atau
teknologi yang tepat guna untuk kesinambungan kehidupan dimuka bumi. Lingkungan tempat
seluruh kehidupan makhluk hidup dimuka planet bumi merupakan kondisi awal yang kemudian
akan memberi tantangan bagi para penghuni untuk beradaptasi yang kemudian berlanjut
dengan perkembangan perilakunya.

Adaptasi yang telah berlangsung sejak manusia pertama ada dan berlanjut secara turun temurun
dengan kenaikan jumlah penghuni yang makin lama makin menyebar, makin pula memberi
peluang munculnya pemikiran adaptasi dalam kelangsungan hidup. Kondisi adaptasi terhadap
lingkungan bagi pijakan manusia telah melahirkan pengetahuan dan cara atau teknologi yang
tepat guna untuk kesinambungan kehidupan di muka bumi.Konsep dasar pemikiran munculnya
pengetahuan dan teknologi ini, berdasarkan pada kenyataan bahwa kondisi lingkungan
menjadikan dasar bagi munculnya iptek dan budaya/perilaku dalam adaptasi dan kehidupan
sehari-hari. Hal ini dapat dipelajari dari kondisi lingkungan yang kerapatan penghuninya yang
padat/rapat dengan munculnya tantangan dari alam yang sering memberikan bencana seperti
yang umumnya terjadi dikawasan daerah sub tropis. Sehingga kawasan sub tropis umumnya
memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam peradaban dan budaya manusia dari jaman dulu
hingga kini. Kenyataan sejarah membuktikan, bahwa manusia yang tinggal di kawasan sub tropis
telah terlebih dahulu maju dari kawasan lainnya di bumi. Oleh karena itu, ekspansi dan
perluasan kekuasaan umumnya dilakukan oleh para penghuni yang tinggal di kawasan tersebut
dari dahulu hingga jaman modern di abad milinium ke tiga. Dari perkembangan yang sedang
berlangsung, memberikan arah dan pandangan bahwa iptek dan budaya lahir dari kondisi
lingkungan dan upaya adaptasi dalam menyikapi kondisi lingkungan alam dan sekitarnya.

Wilayah Indonesia yang secara geografis berada dikawasan tropis dengan lingkungan alam dan
sekitarnya cukup bersahabat, kondisi perkembangan iptek awalnya tergantung dari
perkembangan peradaban yang awalnya dijajah oleh bangsa lain yang umumnya berasal dari
kawasan sub tropis, (Belanda, Inggris, Jepang dan Sekutu).

Kondisi awal yang umumnya kurang mendukung, masih terciptanya budaya dengan kemudahan
dalam kehidupan dengan kejadian rendah terhadap bencana alam ini, telah memberikan
perhatian dan kepedulian tentang penciptaan pengetahuan dan teknologi berjalan sesuai kondisi
yang berkembang. Sehingga perkembangan iptek dari awal masih sangat tergantung pada
perkembangan di tingkat global. Dari perjalanan Bangsa Indonesia sejak jaman kemerdekaan
hingga kini, pengelolaan dan pembinaan iptek terkesan ketergantungan pada iptek manca
negara, hingga landasan dasar iptek yang cocok dan sesuai dengan kondisi lingkungan di
Indonesia kurang mendapat perhatian dan dukungan.

Kondisi ini umumnya bersamaan dengan ekspansi dan budaya asing telah merebak dan
berkembang pula di bumi pertiwi di Indonesia. Adanya upaya pemanfaatan iptek tanpa dilandasi
dasar pengetahuan kuat yang berlangsung menjelang akhir abad 20, dengan catatan adopsi
iptek dari manca negara, telah memberikan kondisi yang kurang berkembang sebagaimana
mestinya. Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan perkembangan kondisi
lingkungan mungkin akan dapat dibangun dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang
terjadi di bumi pertiwi yang berada di kawasan tropis.
Pembangunan landasan dasar ini mutlak diperlukan saat ini manakala pembangunan dasar yang
kuat tersebut dilanjutkan dengan upaya untuk mengembangkan mekanisme yang sesuai dan
cocok serta penyesuaian/adaptasi dengan iptek manca negara yang kian merebak.

Karena para ahli dan pemikir dengan kualifikasi pendidikan pasca sarjana dari manca negara,
penyesuaian diri dengan pengarahan dan pembinaan yang berjenjang dan berkelanjutan
merupakan bagian dari pembangunan dasar iptek yang mungkin akan dapat menahan
ketergantungan iptek dari manca negara.

Kemudian pembenahan diri kedalam kaitan dengan sistem pemantauan, pengarsipan dan
sosialisasi yang berjenjang dan berkelanjutan akan dapat memberi kontribusi tercapainya
landasan iptek di Indonesia. Perkembangan yang telah terjadi dengan masuknya iptek dan
budaya manca negara seyogyanya ditelusuri dan dikaji untuk diiringi dengan upaya penyelarasan
dan sosialisasi meluas. Dengan adanya kondisi iptek yang tidak tentu arah dengan kondisi
lingkungan yang telah berubah telah memberi kondisi yang kini berkembang dengan catatan
adanya kecenderungan : Telah ada perlindungan atas produk asli Indonesia (patent produk
tertentu), Bencana makin sering namun terlambat dan minim teknologi penanggulangan, Produk
pangan (beras) mulai tergantung dari manca negara selebihnya masih tergantung impor, dan
lainnya yang terkait.

Dari kondisi iptek saat ini yang umumnya cenderung tergantung pada perkembangan kondisi
tingkat internasional, diikuti pula dengan masuknya budaya asing, telah menghantar pada
kenyataan budaya bangsa makin kehilangan keasliannya. Selanjutnya dari wacana dan
perkembangan budaya iptek dan budaya bangsa Indonesia yang makin pudar keasliannya, maka
upaya strategis dan sinergis untuk menyelaraskan kondisi ini seyogyanya perlu penyadaran diri.

Pembangunan landasan masyarakat akan iptek (capacity building development) yang


berkelanjutan mungkin merupakan cara yang dapat dilakukan dalam rangka pengentasan
kondisi yang makin menjerumuskan pada situasi dan kondisi yang kursi IPTEK dan budaya telah
berkembang dan berlangsung. Apakah kita akan berdiam diri atau berupaya agar tidak
larut/tenggelam .

Kesemuanya ini ditengahkan dalam rangka penyadaran diri dalam pembangunan landasan dari
IPTEK (base line) yang spesifik dan sesuai dengan budaya bangsa Indonesia dengan adat ke
Timurannya.
4. FILSAFAT KETUHANAN
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhandengan pendekatan akal budi, yaitu memakai
apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis.[1] Bagi orang yang menganut agama tertentu
(terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha
memikirkannya. [2]Penelaahan tentang Allah dalam filsafat lazimnya disebut teologi filosofi.[3] Hal
ini bukan menyelidiki tentang Allah sebagai objek, tetapi eksistensi alam semesta, yakni makhluk
yang diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa pertama, tetapi bukan pada diri-
Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi ilmu, bukan pula pada teodise.Santo Agustinus(354-
430)Sunting

Di bawah ini beberapa pemikir yang mempercayai adanya Allah, maka dengan begitu mereka pasti
orang beragama:
Santo Agustinus percaya bahwa Allah ada dengan melihat sejarah dari drama penciptaan, yang
melibatkan Allah dan manusia.[4] Allah menciptakan daratan untuk manusia, menciptakan manusia
(Adam) yang berdosa melawan Allah.[4] Lalu Adamdan Hawa diusir dari Taman Eden.[4] Kemudian
setelah manusia berkembang, mereka berdosa lebih lagi dan dihukum dengan air bah dalam
sejarah Nuh.[4] Orang-orang Yahudi yang diberikan perjanjian Allah ternyata tidak dapat
memeliharanya sehingga dihukum melalui bangsa-bangsa lain.[4] Lalu Allah yang maha kasih
menebus manusia

Thomas Aquinas menggabungkan pemikiran Aristoteles dengan Wahyu Kristen.


[4] Kebenaran imandan rasa pengalaman bukan hanya cocok, tetapi juga saling
melengkapi; beberapa kebenaran, seperti misteri dan inkarnasi dapat diketahui melalui
wahyu, sebagaimana pengetahuan dari susunan benda-benda di dunia, dapan diketahui
melalui rasa pengalaman; seperti kesadaran manusia akan eksistensi Allah, baik
wahyu maupun rasa pengalaman dipakai untuk membentuk persepsi tentang adanya
Allah.

Descartes (1596-1650)
Rene Descartes memikirkan Tuhan bermula dari prinsip utamanya yang merupakan
“gabungan antara pietisme Katolik dan sains.[5] Descartes adalah seorang filsuf
rasionalis yang terkenal dengan pemikiran ide Allah.[6] Tantangan yang mendorong
Descartes adalah keragu-raguan radikalnya, The Methode of Doubt, bahkan
menurutnya,"indra bisa saja menipu, Yang Maha Kuasa dalam bayangan kita juga bisa
saja menipu, sebab kita yang membayangkan".[6][7] Dalam menjawab skeptisismeorang-
orang pada masanya, maka dalam tinggalnya di Neubau, dekat kota Ulm - Jerman,
disebut sebagai “perjalanan menara”, kata lain dari meditasi yang dilakukan, dia
menemukan Cogito, ergo sum tahun 1618.[1][6] Karena orang pada zamannya
meragukan apa yang mereka lihat, maka hal ini dipatahkan oleh Descartes bahwa
apa yang dipikirkan saja sebenarnya sudah ada, minimal di pikiran.[6] Orang bisa
menyangkal segala sesuatu, tetapi ia tidak bisa menyangkal dirinya sendiri. [1] Jadi
Allah di sini juga demikian, Allah sudah ada dengan sendirinya, bahkan lebih jauh
Descartes mencari bukti-bukti empiris yang dia warisi dari para pendahulunya.
[6] Keterbukaan untuk mengemukakan ide dalam pikiran, maka segala sesuatu yang
dapat dipikirkan pasti bisa ada.[1] Alkitab salah satu bukti eksistensi Allah, kemudian
juga relasi bahwa manusia, binatang, malaikat, dan objek-objek lain ada
karena natural lightyang adalah Allah sendiri.[6]
Filsafat Ketuhanan menurut Descartes adalah berawal dari fungsi iman, yang pada
akhirnya berguna untuk menemukan Allah. Tanpa iman manusia cenderung menolak
Allah. Ada dua hal yang bisa ditempuh agar Aku sampai pada Allah:
Hegel (1770-1831)
Hegel juga disebut filsuf idealisme Jerman.[9] Ajaran yang terkenal dari Hegel adalah
dialektika, di mana ada dua hal berbeda (bahkan kontras) yang bertemu dan membentuk hal
baru.[1] Pertama-tama Hegel membedakan antara rasio murni (dalam Kant) sebagai
kesadaran manusia, tetapi ada yang lebih dari itu yaitu intelek. Intelek itu senantiasa
mengerjakan kinerja rasio dan intelektualitas sehingga dialektika terus terjadi. [1] Roh Absolut
yang adalah intelek itu bekerja dan menyatakan dirinya dalam proses sejarah manusia.
[1] Pekerjaan Roh itu dapat mencapai tujuannya dalam alam semesta ketika terjadi dialektika
antara subjek dan objek, antara yang terbatas dan tidak terbatas, dan yang paling bisa
dimengerti adalah antara yang imanen dan transenden. [1] Hegel berpendapat Allah di dalam
agama Kristen juga bekerja seperti peristiwa reformasi yang sebenarnya merupakan
peristiwa pemulih atau pengembali keadaan manusia menjadi baik kembali. [1] Dari
peristiwa-peristiwa itu maka Allah menurut Hegel dapat diartikan dalam tiga tahap: 1. Segala
sesuatu yang terjadi dalam sejarah adalah proses perjalanan Roh (Allah) yang menemukan
dirinya sendiri 2. Melalui manusia dengan kesadarannya, Roh itu menemukan dirinya
(peristiwa revolusi oleh Napoleon misalny) 3. Sehingga terjadi keselarasan arah gerak
manusia dan arah gerak Roh dalam emansipasi dan kebebasanmanusia, untuk itu Roh akan
memakai nama "Akal budi".[1] Namun Allah yang dinyatakan Hegel sebenarnya terikat pada
manusia yang berproses dalam sejarah.[1]

5.HAKIKAT
Pengertian Hakikat dan Definisinya (Pembahasan Terlengkap)
Hakikat yang jelas akan memberikan tahu kita akan makna yang ada di dalam pembicaraan atau
kalimat tersebut. Untuk mengerti lebih jelas apa itu makna akan di jelaskan dengan definisi dari
hakikat juga sebagai berikut.

Pengertian Hakikat
Hakikat atau haqiqat yang merupakan suatu kata benda yang berasal dari bahasa Arab “Al-Haqq”
yang di dalam bahasa Indonesia yaitu “hak” dengan artian memilik atau ke-punyaan, kebenaran,
atau juga yang benar-benar ada. Secara etimologi kata hakikat sendiri berarti inti sesuatu, puncak
atau juga sumber dari segala sesuatu.

Dapat di simpulkan bahwa hakikat ialah suatu kalimat atau ungkapan yang dapat di gunakan untuk
menunjukan makna yang sebenarnya atau juga makna yang paling mendasar dari sesuatu.
Seperti pada kondisi atau pemikiran, atau benda, tetapi bisa juga beberapa yang menjadi ungkapan
yang seudah sering kita gunakan di dalam kondisi tertentu sehingga akan menjadi semacam
konvensi dan hakikat seperti itu dapat di sebut sebagai hakikat secara adat kebiasaan.
Definisi Hakikat
Hakikat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI memiliki dua definisi yakni:
Definisi berarti : intisari atau dasar.
Contohnya : dia yg menanamkan “hakikat” ajaran Islam di hatiku;
Manusia adalah  makhluk sosial,  selalu membutuhkan orang lain.  Dia tidak bisa hidup sendirian.
Bergantung dengan orang lain. Oleh karena itu dia harus selalu berbuat baik kepada siapapun. 

Akan tetapi manusia itu juga pengertian yang berbeda. Manusia menurut beberapa tokoh atau teori
sangatlah bervariasi. Menurut Notonagoro, manusia adalah makhluk monopluralis, artinya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara jiwa dan raga. Dalam arti ini, aspek
jiwanya meliputi cipta, rasa dan karsa. 
Manusia selalu punya keinginan, harapan,  cita-cita dan perasaan yang berbeda. Keinginan dan
harapan serta cita-cita tak lepas karena manusia punya jiwa yang optimis. Jiwa yang selalu
berpandangan positif akan masa depannya. 
Lain lagi dengan teori Evolusi Darwin yang berpendapat bahwa manusia dipandang secara jasmani
yaitu manusia berasal dari evolusi hewan bertulang belakang. Aspek jiwa menurut teori ini adalah
dilihat dari fungsi otak manusia itu sendiri.
Teori evolusi Darwin sendiri sudah tidak banyak yang mempergunakannya. Perubahan dari kera ke
wujud manusia seperti sekarang sudah ditinggalHAKIKA

Menurut Warner yang mempelopori Psikoanalitik Tradisional berpendapat bahwa manusia berbuat
karena dorongan yang bersifat instingtif. Insting manusia bisa berubah karena kemajuan pendidikan
atau pengetahuannya.

Menurut Sigmund Freud, struktur kepribadian manusia meliputi:


1). Id yaitu dorongan biologis. Dalam Id terdapat potensi yang terbawa sejak lahir, insting- insting
dan nafsu primer, sumber energy psikis yang memberi daya pada ego dan superego untuk
menjalankan fungsinya. Id yang terletak di alam tak sadar manusia, berlaku prinsip kenikmatan
berorientasi pada kenikmatan dan menuntut pemuasannya dan menghindari hal- hal yang tidak
menyenangkan.
Strata kesadaran manusia dalam Id
*    alam sadar
*    pra sadar
*    alam tak sadar
2). Ego, berfungsi merealisasikan kebutuhan- kebutuhan Id dengan jalan memilih bentuk- bentuk
pemuasan kenikmatan yang benar- benar ada dan tersedia dan caranya dapat diterima dan sesuai
norma- norma yang berlaku. Letak ego adalah di alam sadar dan sebagian di alam tak sadar.
3). Superego, yang merupakan pengembangan dari ego. Dalam superego terdapat prinsip ideal yaitu
perilaku manusia harus sesuai dengan norma.
Pandangan tentang manusia oleh golongan humanistic antara lain dikemukakan oleh Rogers, Adler
serta doktrin agama. Rogers menyatakan bahwa manusia berkembang untuk meraih kesempurnaan.
Sedangkan Adler menyatakan bahwa manusia digerakkan oleh kebutuhan. Kebutuhan tersebut
membatasi untuk mencapai kesempurnaan. 
Dari sisi agama, manusia adalah ciptaan Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Sebagai makhluk
Tuhan maka segala tingkah lakunya harus sesuai dengan aturan dari Tuhan,  sesuai agama atau
kepercayaan masing- masing. 

6.Martabat Dan Tanggung Jawab Manusia


Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksud nya adalah secara dasarnya maqam merupakan
tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalikNya, yang juga merupakan sesuatu keadaan
tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya pada saat dalam perjalanan spritual dalam
beribadah kepada Allah Swt. Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang
dalam hasil ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam
tersebut, secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7 (tujuh),
yang di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba yang menempuh perjalanan
dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan isi dari maqam
ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan sembarangan menggunakan tahapan
maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhah dzikir pada setiap maqam, ia
harus ada mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa proses sebagai
berikut:
Taubat;
Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram;
Merasa miskin diri dari segalanya;
Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap tuhan yang maha esa;
Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;
Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan ingatan
kepadaNya;
Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.
Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada maqamat, maka seseorang hamba akan
muncul sifat berikut :
Ketenangan jiwa;
Harap kepada Allah Swt;
Selalu rindu kepadaNya dan suka meningkatkan ibadahnya;
Muhibbah, cinta kepada Allah Swt.
Untuk mendapatkan point di atas, seseorang hamba harus melalui beberapa tingkatan maqam di
bawah ini, tetapi melaluinya adalah amalan dzikir pada maqam yang 7 (tujuh), adapun hasilnya
akan dapat di uraikan dengan beberapa maqam sifat, yaitu :
Taubat;
Zuhud;
Sabar;
Syukur;
Khauf (takut);
Raja’ (harap);
Tawakkal;
Ridha;
Muhibbah.

Tanggung Jawab Manusia


Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga
merupakan makhluk sosial. Di mana dalam kehidupannya di bebani tanggung jawab, mempunyai
hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan.
Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan
fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan
semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam
diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar
yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab.
Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda, Tanggung
jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Macam-Macam Tanggung Jawab


a.      Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri
Manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”, sebagai mana kehidupan manusia mempunyai
beban dan tanggung jawab masing-masing.
b.      Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga.
Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya.
c.       Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai dengan kedudukanya
sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus berkomunikasi
dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota
masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar
dapat melangsunggkan hidupnya dalam masyarakat tersebut.

7. Menumbuhkan Rasa Kesadaran

Kalimat “kesadaran” berasal dari kata-kata “sadar”. Kata ini kamus besar Bahasa Indonesia memiliki
pengertian insaf, tahu dan mengerti, ingat kembali. Lebih lanjut kata dasar sadar tersebut dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti menyadari, menyadarkan dan penyadaran. Semua
ungkapan tersebut memiliki konotasi yang berbeda sesuai dengan perubahan kalimat dasar yang
digunakan.

Kalimat “menyadari” dapat diartikan sebagai upaya dan usaha dalam menginsafi, mengetahui atau
menyadari kembali. Menyadarkan berarti menjadikan (menyebabkan) seseorang sadar,
menginsafkan, dan mengingatkan atau ingatan kembali(siuman). Penyadaran proses, cara,
perbuatan yang menyadarkan. Kesadaran merupakan keadaan kensifan, mengerti atau hal yang
dirasakan atau dialami oleh seseorang.

Dari makna sadar, kesadaran, menyadari dan penyadaran maka sadar adalah suatu tujuan yaitu
lahirnya keinsafan, tahu dan mengerti dan ingatan kembali. Kesadaran merupakan situasi atau hasil
dari kegiatan menyadari sedangkan penyadaran  merupakan proses untuk menciptakan suasana
sadar.

Sadar diri dimaknai dengan tahu diri. Tahu diri merupakan kondisi dimana seseorang mengenal  hal
ihwal  diri serta mampu menempatkan diri sesuai dengan fungsi dan posisi yang tepat. Oleh karena itu
orang yang tahu diri adalah orang yang mampu dan sanggup membawakan diri ditengah-tengaah
kehidupan dan tidak mengalami kesulitan pada penerimaan orang lain akan berbagai kondisi dirinya.

 Dengan demikian yang dimaksud dengan penyadaran adalah semua proses dan tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam mengembalikan atau menciptakan keinsafan, mengetahui sesuatu,
dan mengembalikan ingatan pasien/klien setelah suasana tersebut dipengaruhi atau hilang oleh
faktor penyakit atau karena sebab lain.

     Pada intinya keberadaan manusia, membukakan kesadaran bahwa  :

1. Manusia adalah makhluk yang terbatas, dan tidak selamanya mampu mengaktualkan potensi-potensi
dirinya

2. Manusia memiliki potensi mengambil atau tidak mengambil suatu tindakan

3. Manusia memiliki suatu ukuran pilihan tentang tindakan-tindakan yang akan diambil, karena itu manusia
menciptakan sebagian dari nasibnya sendiri.

4. Manusia pada dasarnya sedirian, tetapi memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain;
manusia menyadari bahwa terpisah tetapi juga terkait dengan orang lain.

5. Makna adalah sesuatu yang tidak diperoleh begitu saja, tetapi merupakan hasil pencarian manusia dan
dari penciptaan tujuan manusia yang unik.

6. Kecemasan eksistensial adalah bagian hidup esensial sebab dengan meningkatnya kesadaran atas
keharusan memilih, maka manusia mengalami peningkatan  tanggung jawab atas konsekuensi-
konsekuensi tindakan memilih.

7. Kecemasan timbul dari penerimaan ketidakpastian masa depan.

Manusia bisa mengalami kondisi-kondis kesepian, ketidakbermak-naan, kekosongan, rasa berdosa,


dan isolasi, sebab kesadaran  adalah kesanggupan yang mendorong kita  untuk mengenal kondidi-
kondisi tersebut.( Gerald Corey, 2007: 65).

Kesadaran dalam Islam merupakan hal yang sangat penting untuk diciptakan. Hal ini diseababkan
kesadaran itu diperlukan untuk mencapai siatuasi kehidupan yang lebih baik. Inti dari hidup
sesungguhnya kesadaran diri. Setiap diri  semestinya menyadari akan eksistensinya sebagai
manusia di samping sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Oleh karena itu semestinya
setiap diri memiliki kesadaran yang tinggi dikaitkan dengan tujuan hidup, tugas hidup, tantangan
hidup, teman hidup, lawan hidup, perbekalan hidup dan berakhirnya kehidupan.

Dari segi tujuan hidup, manusia diciptakan hanyalah untuk beribadah kepadanya dan menjadi
khalifah di muka bumi. Beribadah kepada Allah (abdi) dilakukan dengan penuh keihlasan dalam
penghambaan.(Qs. Az-Zariyat: 56, Al-Bayyinah: 5). Prinsip beribadah dalam menjalankan kehidupan
akan mendorong manusia untuk selalu berbuat optimal dan terhindar dari perasaan terpaksa dan
memberatkan. Begitu pula halnya sebagai khalifat yang ditugaskan untuk mengatur dan menata
kelola kehidupan di bumi dengan cara-cara yang dirdhoi Allah swt yakni dengan kasih sayang dan
keadilan serta  menjadi rahmat bagi sekalian alam.

Kehidupan ini juga perlu disadari bahwa ia juga memiliki tantangan. Tantangan hidup adalah
bagaimana bisa menundukkan kehidupan dunia yang serba gemerlap untuk kepentingan akhirat.
Kehidupan juga memiliki tantangan yang begitu hebat yaitu mengusahakan kemaksiatan dan
kejahatan serta perlanggaran menjadi kebaikan, kesalehan dan ketaatan. Bagaimana kemalasan
yang ada dalam diri berubah menjadi pribadi yanh ulet, inisiatif, produktif dan sebagainya

Kesadaran yang perlu dimiliki oleh setiap diri adalah siapa yang menjadi musuh dan kawan dalam
hidup. Musuh dalam konteks al-Qur`an khususnya bagi orang beriman adalah setan dan orang-orang
kafir. Karena setan berupaya menggoda dan menyesatkan manusia dari kebenaran dan orang kafir
menghalangi orang-orang beriman untuk tunduk di jalan Tuhan. Orang kafir (Yahudi dan Nashara)
selama-lamanya tidak akan pernah senang terhadap orang beriman selagi belum
mengikuti  millah mereka. (Qs.al-Baqarah ayat 120). Sementara itu kawan adalah orang mukmin.( Qs.
Al-Hujurat: 10) yang satu sama lain harus hidup dalam tolong menolong, saling mengingatkan dengan
kebenaran dan kesebaran serta dengan kasih sayang.
Selanjutnya perlu pula disadari bahwa hidup ini hanyalah sebentar dan akan kembali kepada Tuhan.
Oleh karena itu kehidupan sesaat juga akan diminta pertangungjawabannya kelak di akhirat tentang
apa yang telah dibuat selama hidup di dunia dan untuk perbekalan hidup di kampung akhirat.

Proses Menumbuhkan Kesadaran

Salah satu cara menumbuhkan kesadaran dalam persfektif Islam melalui


proses Muhasabah. Muhasabah dalam perspektif sufi upaya memperhitungkan atau mengevaluasi
diri. Muhasabah(kalkulasi diri) digunakan sebagai upaya dalam mencapai tingkat ketenangan
diri( Ahmad Mubarok:2005: 31).

  Muhasabah dilakukan setelah beramal. Muhasabah juga diartikan sebagai kegiatan mengingat,


merenungi, menyadari  atau  mengevalusai aktivitas untuk merancang masa depan yang lebih baik.

Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat al-Hasyar  ayat 18

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesung–
guhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Qs. Al-Hasyar : 18)

Muhasabah menurut Haris al-Muhasibi (200: 97) diartikan dengan upaya mengenali diri
(ma`rifatunnafs). Mengetahui diri dimaksud adalah mengetahui kecenderungan tabiat dan
keinginannya, mengetahui segala bentuk kelemahan dan kekuatan diri. Merenungi apa yang telah
diperbuat, berapa banyak kelalaian yang telah diperbuat dan sebagainya. Materi muhasabah  bisa
dikaitkan kepada proses merenungi apa dan siapa kita? Untuk apa kita ke dunia? Apa yang perlu kita
siapkan? Kemana akhir kehidupan kita?

Pemaparan di atas dapat dipahami bahwa hakikat penyadaran  merupakan suatu proses pemahaman
diri(sadar) dengan indikator mampunya seseorang untuk tahu, kenal, mengerti dengan apa yang
sedang dirasakan, dipikirkan dan dilakukan.

Dikaitkan dengan kondisi sakit “semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang terhadap keluhan
penyakit yang dideritanya, maka akan lebih cepat penenangan dan kesiapannya dalam menghadapi
resiko sakit yang dialaminya”.
Proses penyadaran dapat diamatai dari berbagai kegiatan antra lain:

1)      Melakukan terapi/intervensi rohani untuk memabangkitkan, menumbuhkan rasa insaf, tahu dan
mengerti serta mengembalikan daya ingat pasien/ klien dengan arti dan hakikat serta realita sakit
yang dideritanya.

2)      Pasien/ klien mengikuti program penyadaran

3)      Tingkat keberhasilan layanan dilihat sejauh mana pasien/klien mampu mengenali, memahami,
menyadari, menerima serta mempertimbangkan sebab dan akibat dari sakit yang dihadapi serta
kembalinya daya ingat (siuman) dari kondoisi tidak sadar. Karena hakikat sadar atau kesadaran
adalah lahirnya kondisi dimana seseorang mengerti dan tahu dengan apa yang ada dalam fikiran dan
yang dilakukannya.

Muhasabah yang dilakukan amat sederhana namun mengesankan bagi pasien. Muhasabah dilakuan
dengan mengajukan pertanyaan sederhana yang membutuhkan perenungan mendalam bagi
pasien/klien. Pertanyaan dalam muhasabah yang sering diajukan Ruhis pada pasien misalnya”
Berapa usia Bapak/Ibu/Sdr sekarang? Berapa lamanya Bapak/Ibu/ Sdr dirawat?. Jika dibandingkan
lama sehat dengan lama sakit serta dirawat, pantaskah kita mengeluh dan menyalahkan diri atau
mengupat Tuhan?

Penyadaran(muhasabah) berdasarkan pengamatan penulis dilakukan pada setiap kali kunjungan ke


ruangan inap pasien. Di antara ungkapan penyadaran yang diberikan Ruhis kepada pasien/klien
adalah hidup kita adalah hamba Allah, Allahlah yang memiliki kita, Allah berkehendak terhadap diri
kita, Dia berkuasa atas kehidupan kita.

Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu syariat yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu berupa penjelasan dan petunjuk-petunjuk-Nya.

Rasulullah SAW bersabda ”Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya


Dia akan menjadkannya paham (mengerti) dalam urusan agama.” [HR. Bukhori dan
Muslim]
Rasulullah SAW juga bersabda ”Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan uang dinar
ataupun dirham, akan tetapi sesungguhnya mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang
dapat mengambilnya, maka ia telah mengambil untung yang sangat besar.” [HR. Abu
Daud]
Yang diwariskan Nabi Muhammad kepada umatnya adalah ilmu syariat Allah, bukan
harta atau yang lainnya. Namun tidak dipungkiri kalau ilmu-ilmu duniawi juga banyak
mendatangkan faidah.

Ilmu duniawi bisa memberikan banyak faedah jika memiliki dua kriteria, yaitu jika ilmu
tersebut untuk ketaatan kepada Allah dan membantu dalam menolong agama Allah
serta dapat dinikmati oleh hamba-hamba Allah SWT.

8. Menutut Ilmu

Ilmu adalah amal saleh yang paling utama dan juga merupakan salah satu ibadah yang
mulia. Ilmu termasuk dalam kategori jihad di jalan Allah, hal ini karena agama Allah
sendiri ditegakkan dengan dua perkara, yaitu dengan ilmu (dalil/petunjuk) dan dengan
pedang (senjata/perang). Kedua hal ini harus terus ditegakkan.
Namun agama Allah tidak bisa ditegakkan dengan keduanya secara berbarengan. Jadi
perkara pertama harus didahulukan diatas perkara yang kedua.

Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW tidak pernah memerangi suatu kaum sampai
mereka menerima panggilan dakwah kepada Allah, dengan demikian ilmu mendahului
perang.
Ilmu adalah perkara mulia yang membedakan antara orang yang tahu dan tidak tahu.
Allah  akan mengangkat derajad orang yang berilmu. Allah SWT berfirman”Adakah sama
antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahuinya?” (Az Zumar: 9).
Allah SWT juga berfirman”Allah   akan mengangkat derajad orang-orang yang beriman di
antara kalian, serta orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajad.” (Al Mujaadilah:
11).
Dengan ilmu jugalah sarana untuk memperoleh surga Allah SWT yang penuh dengan
kenikmatan dan kebahagiaan hakiki dan abadi.

Sebagaimana sabda Nabi  Muhammad SAW ”Barang siapa yang menempuh jalan untuk
menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Keutamaan Ilmu Dalam Islam
Allah SWT telah memuji ilmu dan pemiliknya. Allah  menganjurkan para hambanya untuk
menuntut ilmu dan membekali diri dengan ilmu tersebut.

Ilmu adalah amal saleh yang paling utama dan juga merupakan salah satu ibadah yang
mulia. Ilmu termasuk dalam kategori jihad di jalan Allah, hal ini karena agama Allah
sendiri ditegakkan dengan dua perkara, yaitu dengan ilmu (dalil/petunjuk) dan dengan
pedang (senjata/perang). Kedua hal ini harus terus ditegakkan.

Namun agama Allah tidak bisa ditegakkan dengan keduanya secara berbarengan. Jadi
perkara pertama harus didahulukan diatas perkara yang kedua.

Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW tidak pernah memerangi suatu kaum sampai
mereka menerima panggilan dakwah kepada Allah, dengan demikian ilmu mendahului
perang.
Ilmu adalah perkara mulia yang membedakan antara orang yang tahu dan tidak tahu.
Allah  akan mengangkat derajad orang yang berilmu. Allah SWT berfirman”Adakah sama
antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahuinya?” (Az Zumar: 9).
Allah SWT juga berfirman”Allah  akan mengangkat derajad orang-orang yang beriman di
antara kalian, serta orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajad.” (Al Mujaadilah:
11).
Dengan ilmu jugalah sarana untuk memperoleh surga Allah SWT yang penuh dengan
kenikmatan dan kebahagiaan hakiki dan abadi.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW ”Barang siapa yang menempuh jalan untuk


menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.
Muslim)
Tujuan Menuntut Ilmu
Hendaklah seseorang mempelajari dan mendalami ilmu agama dengan niat yang ikhlas
dan untuk menghilangkan kekurangan dan kebodohan pada dirinya.

Allah SWT memberitahukan bahwa Dia mengeluakan kita dari perut ibu dalam keadaan
bodoh.

Allah berfirman”Dan Allah   telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati
agar kamu bersyukur.” (An Nahl: 78)
Seorang penyair bertutur ”Ilmu mengangkat rumah yang tidak bertiang dan kebodohan
merusak rumah yang kokoh dan tinggi.” Oleh karena itu hendaklah kita meluruskan niat
dalam belajar sehingga Allah SWT berkenan untuk mengangkat derajat kita.
Seorang yang belajar agama atau menuntut ilmu, seharusnya tidak menjadikan ilmu
hanya sebagai tujuan, namun ilmu merupakan wasilah atau sarana untuk beramal saleh
baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, adab atau muamalah.

9. Kerukunan Antar Umat Beragama

Indonesia merupakan negaara yang terdiri dari beragam agama, oleh karena itu masyarakat
indonesia merupakan masyarakat majemuk. Indonesia merupakan salah satu contoh negara
yang memiliki masyarakat yang multikiltural hal itu dilatar belakangi bukan hanya karena
keanekaragaman suku, budaya, bahasa, ras, tetapi juga dalam hal agama. Pemerintah
Indonesia sendiri mengakui bebrapa agama yang berada di Neegeri ini antara lain; Agama
Islam, Katolik, Hindu, Budha, Protestan, dan Kong Huchu. Agama yang terakhir tersebut
merupakan hasil dari pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dari beberpa  agama
yang ada di indonesia maka muncullah perbedaan agama yang dianut oleh masyarakat
Indonesia sendiri. Dengan adanya perbedaan agama di Indonesia apabila tidak terpelihara
dengan baiik maka bisa timbul konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai-
nilai agama itu sendiri yang mengajarkan tentang kedamaian, saling menolang dan sifat
saling menghormati satu sama lain.

Oleh karena itu untuk mewujudkan kerukunan ummat beragama di Indonesia, masyarakat
harus berpedoman pada nilai-nilai agama yang yeng mengajarkan kedamaian, serta saifat
saling menghormati, supayaa tidaak menimbulkan  konflik antar agama.

Pengertian agama secara sosiologis sering berbeda dengan pengertiannya secara


etimologis. Secara etimologis kata agama berasal dari bahasa sanskerta. Ada yang
mengatakan agama berasal dari kata a yang berarti tidak dan gam berarti pergi (Agus,
2010:29).

 Maka agama disini dapat diartikan tidak pergi, tidak hilang, atau tidak putus. Arti ini agaknya
karena agama diajarkan ooleh penganutnya secara turun-temurun atau karena agama pada
umumnya mengajarkan kekekalan hidup, atau kematian bukanlah khir kehidupan karena
ada lagi kehidupan selanjutnya di alam ghaib dan akhirat.

Kerukunan ialah muatan yang memiliki makna "baik" dan "damai", hakikatnya kerukunan ialah hidup
bersama dalam bermasyarakat dengan menciptakan persatuan hati dan bersepakat untuk tidak
menciptakan perselisihan dan pertenngkaran (Nazmudin, 2010:24).

Pada bagian lain, mengenai istilah kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun
karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup
berdampingan dan damai serta tentram. Adapun langkah-langkah untuk mencapai seperti itu,
memerlukan proses, dialog, saling terbuka, menerima dan rasa saling menghargai. Kerukunan
antarumat beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah dan toleranhid

Dalam islam pun mengajarkan bahwa manusia ditakdirkan Allah sebagai mahluk sosial yang
membutuhkan hubungan dan interaksi dengan manusia yang lainnya. Sebagai mahluk sosial,
manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain guna memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
kebutuhan materiil maupun kebutuhan spiritualnya. Bahkan Islam juga mengajarkan bahwa manusia
dianjurkan untuk bekerja sama dan saluing tolong menolong dengan sesama manusia dalam hal
kebaikan. Dalam kehidupan bermasyarakat umat Islam dapat berhubungan dengan siaapa saja tanpa
batasan-batasan ras, budaya, bangsa, dan bahkan agama.

10. Peranan Umat Dalam Masyarakat

Keragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu merupakan kekayaan alam dan budaya
yang sangat potensial untuk menjadi modal dasar dalam pembangunan masyarakat dan
bangsa.

Akan tetapi keragaman itu tidak mustahil menjadi tantangan jika dalam implementasi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terjadi perpecahan. Maka dalam hal
ini bukan hanya pemerintah yang mempunyai peran tetapi juga masyarakat punya andil
yang besar dalam menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat, agar segala perbedaan
itu dapat dirangkum menjadi sesuatu yang bernilai positif.

Selain itu, pemerintah juga harus menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan hukum
dan peraturan yang berlaku. Potensi yang sangat besar dalam menghambat tujuan hidup
bersama adalah masalah agama. Contoh nyata yang terjadi dewasa ini yaitu konflik
berbau agama yang terjadi di Tanjungbalai di mana rumah ibadah dibakar oleh
sekelompok orang yang mengatasnamakan agama tertentu.

Partisipasi tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Mendoakan bangsa, masyarakat dan pemerintah.

Mendoakan orang lain,tanpa melihat latar belakang suku, ras, dan agama adalah salah
satu bentuk mengasihi dan memedulikan orang lain. Dengan mendoakan secara tulus dan
ikhlas menjadi pertanda bahwa kita telah berpartisipasi di dalam segala pergumulan
bangsa dan negara.

Didalam Alkitab juga disebutkan bahwa kita harus mendoakan orang lain seperti Surat
Rasul Paulus kepada jemaat di Timotius,

"Pertama-tama aku menasehatkan: naikkanlah permohonan dan doa dan ucapan syukur
untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar agar kita hidup tenang
dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang
berkenan kepada Allah, juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang
diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran" (Timotius 2:1-4).

Semua orang harus kita doakan, supaya semua orang mendapatkan keselamatan. Jika
semua orang telah mendapatkan keselamatan, maka peluang untuk menikmati
kehidupan yang damai dan sejahtera akan terwujud.

J. Verkuyl mengatakan bahwa doa umat Kristen jika dilakukan dengan ketulusan hati dan
dengan iman, sangatlah besar. Artinya bahwa doa adalah bagian pelayanan politis yang
paling dasar yang dapat dilakukan oleh setiap orang terhadap pemerintah agar kehidupan
yang damai dan tenteram dapat terwujud dengan baik dan benar.

(b) Taat akan hukum dan peraturan yang berlaku.

Hidup dengan taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku adalah penjabaran dan
prinsip hidup Kristiani. Orang Kristen harus menjadi "Garam dan Terang" dunia sekitarnya
seperti yang tertulis dalam Matius 5:13-14 dan menjadi berkat bagi orang lain seperti yang
tertulis dalam Kejadian 12:2.
Rasul Paulus juga menjabarkan berbagai hal yang harus dilakukan sebagai bentuk
ketaatan kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Antara lain:

-Tidak melawan perintah yang sah.


-Membayar pajak dan cukai kepada pemerintah.
-Memberi rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerimanya ( Roma
13:1-7 ).
(c) Menjauhkan sikap mental negatif.

Sikap mental yang negatif ini tampak dalam kesombongan religius, dan lebih tepat
dikatakan sombong rohani. Sikap tersebut muncul adalah sebagai akibat dari timbulnya
prasangka bahwa ajaran agamanya saja yang benar serta menganggap agama lain salah.

Hal inilah permasalahan besar dalam beragama. Tafsir yang salah akan ajaran agama akan
menimbulkan dampak yang sangat besar karena bisa berpotensi menimbulkan doktrin
yang salah sehingga otomatis implementasinya pun akan salah.

(e) Menjauhkan sikap yang menonjolkan kelompok mayoritas atau minoritas.

Di dalam kehidupan umat beragama, sering muncul sikap merasa lebih berkuasa karena
dalil kemayoritasan sehingga mereka merasa bahwa yang layak diperhitungkan atau
difasilitasi hanyalah kelompok mayoritas. Inilah yang menimbulkan adanya diskriminasi
dalam hal hidup berbangsa dan bernegara.

Kita berbeda dalam banyak hal baik dari segi agama, harta, pendidikan, adat istiadat, suku
tetapi di hadapan Tuhan kita semua adalah sama. Yang membedakan kita adalah iman
dan perbuatan kita.

11. Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia (disingkat HAM, bahasa Inggris: human rights, bahasa Prancis: droits de


l'homme) adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia
memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. Hak asasi
manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal.
HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut. Hak asasi manusia juga tidak dapat dibagi-bagi,
saling berhubungan, dan saling bergantung.
Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa hak
tersebut "dianugerahkan secara alamiah" oleh alam semesta, Tuhan, atau nalar. Sementara
itu, mereka yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini bahwa hak asasi manusia
merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat. Ada pula yang
menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim kaum yang tertindas, dan pada saat
yang sama juga terdapat kelompok yang meragukan keberadaan HAM sama sekali dan
menyatakan bahwa hak asasi manusia hanya ada karena manusia mencetuskan dan
membicarakan konsep tersebut. Dari sudut pandang hukum internasional, hak asasi
manusia sendiri dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan
biasanya harus ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan dalam
suatu masyarakat demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya dapat dilakukan dalam
keadaan darurat yang mengancam "kehidupan bangsa", dan pecahnya perang pun belum
mencukupi syarat ini. Selama perang, hukum kemanusiaan internasional berlaku sebagai lex
specialis. Walaupun begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh dikesampingkan dalam keadaan
apapun, seperti hak untuk bebas dari perbudakan maupun penyiksaan.
Upaya untuk menelusuri sejarah hak asasi manusia terganjal oleh perdebatan mengenai titik
awalnya.[2][3]Secara umum dan abstrak, nilai-nilai yang mendasari hak asasi manusia
(seperti keadilan, kesetaraan, dan martabat) dapat ditemukan dalam berbagai masyarakat
dalam sejarah.[4] Konsep-konsep yang terkait dengan hak asasi manusia sudah dapat
ditelusuri paling tidak semenjak dikeluarkannya Undang-Undang
Hammurabi di Babilonia pada abad ke-18 SM, dan juga dengan munculnya kitab-kitab
agama.[2] Apabila yang dijadikan tolok ukur adalah sejarah gagasan bahwa semua manusia
memiliki hak kodrati, konsep ini sudah ada setidaknya dari zaman Yunani Kuno dengan
munculnya pemikiran filsuf-filsuf Stoikisme.[2] Namun, klaim-klaim historis semacam ini
telah menuai kritikan karena dianggap menyamaratakan gagasan mengenai keadilan,
kesetaraan, dan kemanusiaan dengan konsep hak asasi manusia modern.

Terlepas dari perbedaan pandangan mengenai hakikatnya, berdasarkan makna harfiahnya,


hak asasi manusia umumnya dianggap sebagai hak yang dimiliki seseorang karena ia
adalah seorang manusia.[45] Hak asasi manusia bersifat "universal", atau dalam kata lain
hak tersebut dimiliki oleh semua orang di seantero jagad. Maka dari itu, konsep "universal"
dalam artian ini berkaitan dengan cakupan penerapan hak asasi manusia yang memadukan
cakupan wilayah (ratione loci) terluas dengan cakupan perorangan (ratione personae) yang
juga paling luas. Bahkan dapat dikatakan bahwa penyebutan istilah geografis dalam makna
dari konsep "universal" itu berlebihan, karena hak asasi manusia berlaku kepada semua
orang tanpa terkecuali, sehingga tidak masalah orang itu sedang berada di mana. Dalam
konsep ini juga terkandung pemahaman bahwa tidak ada manusia yang lebih rendah
daripada yang lain, dan juga bahwa tidak ada manusia yang "bukan manusia", sehingga asas
universal sangat terkait dengan asas kesetaraan dan non-diskriminasi.[46] Hal ini juga
menandakan bahwa hak asasi manusia tidak dapat dicabut (inalienable) karena seseorang
tidak dapat mengubah ataupun meniadakan jati diri manusianya.[47]
Hak asasi manusia bersifat subjektif, dalam artian selalu ada yang menjadi pemilik hak.

Setiap hak juga memiliki objek, misalnya "kebebasan berkumpul". Hak selalu dialamatkan
kepada suatu pihak atau pihak-pihak lain, dan hak asasi manusia utamanya diarahkan
kepada negara.

"Hak sipil dan politik" dan "hak ekonomi, sosial, dan budaya"
Hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi " hak sipil dan politik" dan "hak ekonomi,
sosial, dan budaya". Pada dasarnya, hak ekonomi, sosial, dan budaya berupaya
memastikan agar individu dapat mengakses barang publik tertentu seperti perumahan,
pendidikan, atau layanan kesehatan.[62]Oleh sebab itu, hak ekonomi, sosial, dan budaya
membutuhkan investasi yang besar dari negara, sehingga hak-hak tersebut tidak dapat
diwujudkan dalam sekejap. ICESCR mengakui kenyataan ini, dan Pasal 2 ICESCR hanya
mengharuskan negara untuk mengupayakan "perwujudan progresif" (progressive
realization): Di sisi lain, hak-hak sipil dan politik berurusan dengan kebebasan sipil,
contohnya adalah hak untuk hidup, kebebasan berserikat, kebebasan berkumpul, kebebasan
berekspresi, atau hak atas peradilan yang jujur. Negara hanya diwajibkan untuk tidak
melanggar kebebasan tersebut. Contohnya, negara dapat dengan mudah menghormati hak
untuk hidup dengan tidak membantai rakyatnya, dan pemerintah juga tidak akan melanggar
hak atas kebebasan berpendapat jika mereka tidak membredel media yang tidak disukainya.

 Hak individu dan hak kolektif


PUHAM dan perjanjian-perjanjian HAM internasional memiliki pendekatan yang
individualistik, atau dalam kata lain, individulah yang menjadi penerima hak. [71]Pasal 27
ICCPR memang menyatakan bahwa "Di negara-negara yang memiliki kelompok minoritas
berdasarkan suku bangsa, agama atau bahasa, orang-orang yang tergolong dalam
kelompok minoritas tersebut tidak boleh diingkari haknya dalam masyarakat, bersama-sama
anggota kelompoknya yang lain, untuk menikmati budaya mereka sendiri, untuk
menjalankan dan mengamalkan agamanya sendiri, atau menggunakan bahasa mereka
sendiri."[59] Namun, perjanjian ini tidak menyebut "kelompok minoritas" sebagai penerima
hak, tetapi malah menggunakan istilah "orang-orang yang tergolong ke dalam kelompok
minoritas". Hal ini mungkin disebabkan oleh kekhawatiran bahwa pasal ini dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan separatis. Pendekatan semacam ini juga
digunakan oleh Deklarasi tentang Hak-Hak Orang-Orang yang Tergolong ke dalam Minoritas
Nasional atau Etnis, Agama, dan Bahasa (1992).

12. Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara
bebas dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang
kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan
terhadap harkat dan martabat manusia.

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan
cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama
adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan aktif
dalam pengambilan keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern,
seluruh rakyat masih merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya
dijalankan secara tidak langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan.
Konsep demokrasi perwakilan muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada Abad
Pertengahan Eropa, Era Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan Prancis.

Secara umum terdapat dua bentuk demokrasi yaitu demokrasi langsung dan
demokrasi perwakilan.
Demokrasi langsung.
Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi di mana setiap rakyat
memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan. Dalam
sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan
sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik yang terjadi.
Sistem demokrasi langsung digunakan pada masa awal terbentuknya demokrasi di
Athena di mana ketika terdapat suatu permasalahan yang harus diselesaikan,
seluruh rakyat berkumpul untuk membahasnya. Di era modern sistem ini menjadi
tidak praktis karena umumnya populasi suatu negara cukup besar dan
mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum merupakan hal yang sulit. Selain
itu, sistem ini menuntut partisipasi yang tinggi dari rakyat sedangkan rakyat modern
cenderung tidak memiliki waktu untuk mempelajari semua permasalahan politik
negara.
Demokrasi perwakilan.
Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui pemilihan
umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka.
Jenis-jenis demokrasi berdasarkan yang dijadikan prioritas atau titik perhatian:

 Demokrasi Material
 Demokrasi Formal
 Demokrasi Campuran

13. Kontribusi Agama Dalam Kehidupan

Agama itu sangat penting disegala aspek kehidupan umat manusia selain itu agama juga
agama berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yg kita yakini hidup
akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak menyikapi sesuatu.
Contohnya saja diZaman Nabi Muhammad agama berperan penting dalam segala bidang
termasuk pemerintahannya. Dizaman sekarang ini banyak orang pinter tapi agamanya
kurang selain itu pinternya pada kebelinger, pintar bicara saja. tapi tidak ada
buktinya. Makanya agama itu dibutuhkan oleh setiap umat manusia

Islam adalah solusi. Solusi segala permasalahan di dunia ini dengan kesempurnaan ajarannya
(syumul). Kesempurnaan ajaran Islam dapat ditelaah dari sumber aslinya, yaitu Alquran dan
Sunnah yang mengatur pola kehidupan manusia, mulai dari hal terkecil hingga terbesar baik
ekonomi, sosial, politik, hukum, ketatanegaraan, budaya, seni, akhlak/etika, keluarga, dan lain-
lain. Bahkan, bagaimana cara membersihkan najis pun diatur oleh Islam.
Ajaran Islam merupakan rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semesta alam), artinya Islam selalu
membawa kedamaian, keamanan, kesejukan, dan keadilan bagi seluruh makhluk hidup yang
berada diatas dunia. Islam tidak memandang bentuk atau rupa seseorang dan membedakan
derajat atau martabat manusia dalam level apapapun. Islam menghormati dan memberikan
kebebasan kepada seseorang untuk menganut suatu keyakinan atau agama tanpa memaksakan
ajaran Islam tersebut dijalankan (laa ikrahaa fiddiin).
Penjelasan Qur’an Surat an-Nisa Ayat 59

Yaa ayyuhalladziina aamanuu athii’ullaha wa athii’urrasuula wa uulil aman


minkum, fain tanaaza’tum fii syai-in farudduuhu ilallaha warrasuuli inkuntum
tu-minuuna billahi walyaumil aakhiri, dzalika khairun wa-ahsanu ta-wiila. (Q.S.
an-Nisa 59)

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan Ulil
Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa: 59)

Tentang Ayat Ini

Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata tentang firman-Nya,


“Taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan Ulil Amri di antara kamu.” Ayat ini turun
berkenaan dengan ‘Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin ‘Adi, ketika diutus oleh
Rasulullah di dalam satu pasukan khusus. Demikianlah yang dikeluarkan oleh
seluruh jama’ah kecuali Ibnu Majah.

Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali, ia berkata: “Rasulullah SAW


mengutus satu pasukan khusus dan mengangkat salah seorang Anshar menjadi
komandan mereka. Tatkala mereka telah keluar, maka ia marah kepada mereka
dalam suatu masalah, lalu ia berkata, ‘Bukanlah Rasulullah SAW memerintahkan
kalian untuk mentaatiku?’ Mereka menjawab, ‘Betul.’ Dia berkata lagi,
‘Kumpulkanlah untukku kayu bakar oleh kalian.’ Kemudian ia meminta api, lalu
ia membakrnya, dan ia berkata, ‘Aku berkeinginan keras agar kalian masuk ke
dalamnya.’ Maka seorang pemuda diantara mereka berkata. ‘Sebaiknya kalian
lari menuju Rasulullah SAW dari api ini. Maka jangan terburu-buru (mengambil
keputusan) sampai kalian bertemu dengan Rasullah SAW. Jika beliau
perintahkan kalian untuk masuk ke dalamnya, maka masuklah.’ Lalu mereka
kembali kepada Rasulullah SAW dan mengabarkan tentang hal itu. Maka
Rasulullah pun bersabda kepada mereka, ‘Seandainya kalian masuk ke dalam
api itu, niscaya kalian tidak akan keluar lagi selama-lamanya. Ketaatan itu
hanya pada yang ma’ruf.” (HR. Bukhari-Muslim dari hadits Al-A’masy)
Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW sudah memberi batasan kepada
kita, bahwasannya ketaatan hanya pada yang ma’ruf, dan bukannya pada yang
tidak ma’ruf.

Ayat juga ini disebutkan oleh ulama sebagai hak para pemimpin yang menjadi kewajiban
rakyat. Sedangkan pada ayat sebelumnya QS. An-Nisa': 58, sebagai hak rakyat yang menjadi
kewajiban para pemimpin. Yaitu agar para pemimpin menunaikan amanat kepemimpinan
dengan sebaik-baiknya. Memberikan hak kepada yang berhak menerimanya, dan
memutuskan hukum di antara rakyatnya dengan seadil-adilnya.
Menurut Ustadz Ihsan Tanjung, ayat ini begitu populer dikumandangkan para jurkam di
musim kampanye. Dan oleh para pemimpin negeri ini ayat ini juga sering disitir ketika
mereka berpidato dihadapan alim ulama, ustadz, santri dan aktifis islam. tidak ketinggalan
juga, para pendukung thaghut (pemimpin yang tidak memberlakukan hukum Islam)
menjadikannya sebagai dalil untuk melegitimasi loyalitas dan ketaatan pada mereka.
Kenapa bisa demikian? karena di dalamnya terkandung perintah Allah agar ummat taat
kepada Ulil Amri Minkum (para pemimpin di antara kalian atau para pemimpin di antara
orang-orang beriman).

‫ِين آَ َم ُنوا أَطِ يعُوا هَّللا َ َوأَطِ يعُوا الرَّ سُو َل َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُكم‬
َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
"Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu." (QS. An-Nisa: 59)
Mereka biasanya hanya membacakan ayat tersebut hingga kata-kata Ulil Amri Minkum.
Bagian sesudahnya jarang dikutip. Padahal justru bagian selanjutnya yang sangat penting.
Mengapa? Karena justru bagian itulah yang menjelaskan ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum.
Bagian itulah yang menjadikan kita memahami siapa yang sebenarnya Ulil Amri Minkum dan
siapa yang bukan. Bagian itulah yang akan menentukan apakah fulan-fulan yang
berkampanye tersebut pantas atau tidak memperoleh ketaatan ummat. 

Dalam bagian selanjutnya Allah berfirman:

‫ك َخ ْي ٌر َوأَحْ َسنُ َتأْ ِوياًل‬


َ ِ‫ون ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم اآْل َخ ِِر َذل‬ ِ ‫ازعْ ُت ْم فِي َشيْ ٍء َف ُردُّوهُ إِلَى هَّللا ِ َوالرَّ س‬
َ ‫ُول إِنْ ُك ْن ُت ْم ُت ْؤ ِم ُن‬ َ ‫َفإِنْ َت َن‬

"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-
Nisa: 59)
Allah menjelaskan bahwa ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum yang sebenarnya ialah komitmen
untuk selalu mengembalikan segenap urusan yang diperselisihkan kepada Allah (Al Qur'an)
dan Rasul (sunnahnya). Para pemimpin sejati di antara orang-orang beriman tidak mungkin
akan rela menyelesaikan berbagai urusan kepada selain Al-Qur’an dan Sunnah Ar-Rasul.
Sebab mereka sangat faham dan meyakini pesan Allah:
َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
‫ِين آَ َم ُنوا اَل ُت َق ِّدمُوا َبي َْن َي َديِ هَّللا ِ َو َرسُولِ ِه َوا َّتقُوا هَّللا َ إِنَّ هَّللا َ َسمِي ٌع َعلِي ٌم‬
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(QS. Al-Hujuraat: 1)

Makna Ulil Amri

‘Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan, dari Ibnu ‘Abbas bahwa, “Wa uulil amri
minkum” (Dan Ulil Amri di antara kamu), maknanya adalah ahli fiqh dan ahli agama.
Sedangkan menurut Mujahid, ‘Atha, Al-Hasan Bashri dan Abul ‘Aliyah-begitu pula Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah-, bermakna ulama. Ibnu Katsir menambahkan, “Yang jelas bahwa
Ulil Amri itu umum mencakup setiap pemegang urusan, baik umara maupun ulama.”

Ibnu Qayyim dalam I’lamul Muwaqi’in mengatakan, “Allah SWT memerintahkan


manusia agar taat kepada Ulil Amri, dan Ulil Amri itu tidak lain adalah ulama, akan tetapi
diartikan juga sebagai umara (pemerintah/tokoh formal masyarakat).”

Jadi, tidaklah benar ‘Ulil Amri’ bermakna satu-satunya pemimimpin dalam satu
jamaah tertentu.

Ibnu Katsir berkata, “Ayat di atas (QS. An-Nisa: 59) adalah perintah untuk
mentaati ulama dan umara. Untuk itu Allah berfirman, ‘Taatlah kepada Allah,’ yaitu
ikutilah Kitab-Nya (Al-Qur’an), ‘Dan taatlah kepada Rasul,’ yaitu peganglah Sunnahnya,
‘Dan Ulil Amri di antara kamu,’ yaitu pada apa yang mereka perintahkan kepada kalian
dalam rangka taat kepada Allah, bukan dalam maksiat kepada-Nya. Karena, tidak
berlaku ketaatan kepada makhluk dalam rangka maksiat kepada Allah.”

Artinya taat kepada Ulil Amri ada batasannya, berbeda dengan taat kepada Allah
dan Rasul-Nya yang merupakan sesuatu yang mutlak.

Anda mungkin juga menyukai