DISUSUN OLEH :
Nama : YOGENDRA
NPM : E1G020060
Prodi : Teknologi Indistri Pertanian
Shift : Rabu ( 16.00 WIB )
Hari/Tanggal : Rabu / 3 November 2021
Kelompok :-
Dosen : 1. Hasanuddin,Ir.,M.Sc,
2. Tuti Tuturiama,STP.,M.Si
Ko-ass : Trio putra Setiawan S.TP
Objek Praktikum : Pembuatan Nata De Coco
Kedelai
Ragi tempe
Plastik
C. Alat :
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum pengamatan perubahan fisik dari
kedelai menjadi tempe pada proses fermentasinya. Pengamatan dilakukan pada tempe yang
dibungkus daun pisang dan plastic. Tempe diamati perubahan dari warna,aroma,rasa ,dan
teksur, serta tempe diamati selama 5 hari. Dengan pengamatan tersebut untuk mengetahui
bagaimana perubahan kedelai menjadi tempe.
Proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Rhizopu sp menghasilkan energi. Energi
tersebut sebagian ada yang dilepaskan oleh jamur Rhizopus spsebagai energi panas. Energi
panas itulah yang menyebabkan perubahan suhuselama proses inkubasi tempe. Selain terjadi
perubahan suhu, selama prosesinkubasi tempe juga terjadi perubahan warna, dan munculnya
titik- titik air yang dapat diamati pada permukaan dalam plastik pembungkus tempe. Pada
awal pengamatan, kedelai pada tempe seperti berselelimut kapas yang putih. Tetapi dengan
bertambahnya masa inkubasi, mulai muncul warna hitam pada permukaan (Suciati, 2012).
Pada pengamatan tempe kontrol tempe baik yang dibungkus dengan daun pisang
maupun dengan plastik masih berbentuk kedelai utuh karena belum mengalami proses
fermentasi, warna serta aroma yang khas kedelai.
Awal dari proses pembuatan tempe adalah dengan membuang kotoran yang ada pada
kedelai. Setelah itu kedelai mengalami proses perebusan yang tujuannya adalah untuk
melunakkan dan agar bakteri tempe dapat mati. Selanjutnya pencucian dan penghilangan kulit
ari tujuannya adalah agar ragi yang ditambahkan bisa masuk kedalam daging kedelai dan juga
agar teksturnya lembut tidak ada serat kasar.
Selama proses pembuatan tempe terjadi penurunan kadar karbohidrat. Sehingga daya
cerna tempe meningkat dan bebas dari masalah flatulensi. Fermentasi kedelai menjadi tempe
juga akan meningkatkan kandungan fosfor. Hal ini disebabkan hasil kerja enzim fitase yang
diproduksi kapang tempe, yang mampu menghidrolisa asam fitat menjadi inositol dan fosfat
yang bebas.
Pembuatan tempe ini menggunakan plastik dan daun pisang. Fermentasi dan
pengamatan dilakukan selama 5 hari. Pada pengamatan hari Ke-2 kedelai yang dibungkus
dengan daun pisang mengalami perubahan. Dimana telah tumbuh kapang pada beberapa
bagian kedelai dan masih ada pula kedelai yang belum tumbuh kapang. Pada pengamatan ini
kedelai berwarna putih pada bagian yang telah tumbuh kapang ,tempe beraroma khas tempe
dengan teksur agak padat. Pada tempe kemasan plastic juga mulai tumbuh kapang , beraroma
khas tempe dan juga memiliki rasa khas tempe serta warna putih karena kapang sudah
muncul.
Kemasan plastik memiliki kelebihan yaitu kuat, ringan, tidak karatan serta dapat diberi
warna, sedangkan kelemahannya adalah molekul kecil yang terkandung dalam plastik yang
dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Daun pisang memiliki
kelebihan pembungkus alami yang tidak mengandung bahan kimia, mudah ditemukan, mudah
di lipat dan memberi aroma (Winarno, 1994).
Pada pengamatan hari ke-3 tempe yang dibungkus dengan plastic, tempe memiliki
warna putih khas tempe, beraroma khas tempe segar, dengan tekstur yang keras dan padat,
karean pada hari ke-3 kapang sudah tumbuh secaara sempurna. Dan pula pada pada
pengamatan temep yang dikemas dengan menggunakan bungkus plastic mempunyao teksur
keras dan padat, berwarna putih, memiliki aroma khas tempe segar, dan rasa khas tempe yang
maish segar.
Pada pengamatan hari ke-4 sudah mulai terjadi perubahan yang signifikan pada tempe
baik yang dibungkus dengan plastic maupun tempe yang dibungkus menggunakan daun
pisang. Perubahan tempe yang dibungkus dengan daun pisang ,tempe mulai berwarna putih
kecoklakan karena tempe sudah mulai mengalami proses pembusukan. Tempe mulai
beraroma tidak sedap (berbau busuk), tempe juga rasanya berubah menjadi pagit, dengan
tekstur yang mulai lembek dan agak berlendir pada bagian atasnya. Hal yang hampir serupa
juga terjadi pada tempe yang dibungkus dengan plastik. Tempe mulai berubah warna menjadi
putih kekuningan, juga mulai beraroma busuk, serta rasa pahit jika dikonsumsi dengan teksur
yang lembek akibat tempe mengalami proses pembusukan.
Pada pengamatan hari ke-5 tempe yang dibungkus dengan plastic, tempe berwarna
kuning kecoklatan akibat proses pembusukan , tempe beraroma busuk yang menyengat serta
rasa pahit dan teksur sudah lembek. Hal yang sama juga terjadi pada tempe yang dibungkus
menggunakan daun pisang.
Rasa yang khas pada tempe disebabkan terjadinya degradasi komponen-komponen
dalam tempe selama berlangsungnya proses fermentasi. Rasa khas tempe yang enak adalah
tidak kecut. Rasa kecut yang muncul dikarenakan adanya pencucian kedelai yang kurang
bersih, sehingga mempengaruhi rasa yang dihasilkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya buat pada percobaan kali ini adalah :
6.2 Saran
Untuk para praktikan sebelum dilakukannya praktikum sebaiknya membaca penuntun
supaya lebih siap dan dapat memahami praktikum apa yang sedang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Terdapat dua jenis miroba yang sering digunakan dalam fermentasi tempe. Diskusikan
apa kelemahan dan kelebihan masing-masing mikroba tersebut dalam proses fermentasi
tempe?
2. Apa tujuan dari masing-masing tahapan pada pembuatan tempe...?
3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembuatan tempe...!
Jawab
a. Sortasi biji bertujuan untuk memisahkan biji kedelai yang bagus dan bisa digunakan
dan biji kedelai yang tidak dapat digunakan, dan untuk memperoleh keseragaman.
b. Pencucian biji kedelai bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang melekat maupun
tercampur didalm biji kedelai dan agar kedelai bersih.
c. Perebusan biji kedelai bertujuan untuk melunakkan biji kedelai agar nantinya dapat
menyerap asam pada tahap perendaman.
d. Perendaman biji setelah perebusan bertujuan untuk hidrasi biji kedelai dan
membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi.
e. Pengupasan biji kedelai bertujuan untuk agar miselium fungi dapat menembus biji
kedelai selama proses fermentasi.
f. Perebusan yang kedua bertujuan agar hasil fermentasi menyerap dengan baik.
g. Pendinginan bertujuan untuk mempermudah proses pemberian ragi.
h. Penebaran ragi bertujuan agar kedelai dapat menjadi tempe.
i. Pengemasan bertujuan agar tempe dapat terfermentasi dengan ragi yang telah
ditabur tadi dapat berjalan dengan baik.
j. Inkubasi bertujuan agar tempe dapat jadi seperti yang diinginkan.
1. Suhu
Dalam pembuatan tempe, suhu sangat berpengaruh dalam menetukan tumbuhatau
tidaknya jamur tempe. Dimana suhu yang dibutuhkan jamur tempe untuk tumbuh
adalah suhu ruang yakni antara 27 sampai 34 derajat celcius.
2. Kadar air
Jumlah kadar air yang terkandung dalam bahan baku juga mempengaruhi
keberhasilan dalam pembuatan tempe, jika kandungan air terlalu banyak maka
dikhawatirkan jamur yang tumbuh bukan hanya jamur tempe melainkan juga akan
ditumbuhi jamur pembusuk.
3. Jumlah agi yang digunakan
Jumlah ragi yang digunakan jika terlalu sedikit maka tempe yang dihasilkan akan
kurang maksimal dimana antara biji kacang satu dangan yang lainnya tidak
menempel dengan sempurna. Sebaliknya jika ragi yang digunakan terlalu banyak
maka akan merusak kualitas tempe karna jumlah jamur yang tumbuh terlalu banyak
dan akan mempercepat proses pembusukan.
4. Kebersihan alat dan bahan
Alat dan bahan yangkita gunakan harus benar-benar bersih karena jika ada
kontaminasi mikroba lain dalam alat dan bahan kita akan mengganggu proses
fermentasi tempe yang sedang kita buat