Anda di halaman 1dari 20

Vol. 2, No.

2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542


J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

ANALISIS OPTIMALISASI INTENSITAS PENCAHAYAAN BUATAN


TERHADAP EFISIENSI KERJA PADA PENJAHIT DI PASAR WONOMULYO

Ratnawati(1), Maarifah Dahlan(2)


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Bangsa Majene
Email: maarifahdahlan12@gmail.com

ABSTRAK

Pencahayaan merupakan bagian penting dari bangunan dalam menunjang kenyamanan


fisik dan fisiologi tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya menjadi lebih efisien.
Intensitas pencahayaan buatan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan
masalah terhadap kesehatan.Tujuan penelitian untuk menggambarkan dan menganalisis
optimalisasi intensitas pencahayaan buatan terhadap efisiensi kerja pada penjahit di
pasar Wonomulyo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Subyek penelitian sebanyak 3 informan yang hanya
menggunakan pencahayaan buatan dalam melakukan pekerjaannya dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Setelah data terkumpul, selanjutnya
dilakukan triangulasi yang bertujuan untuk mendapatkan data yang valid dan reliable.
Triangulasi sumber yaitu penelitian mewawancarai secara semiterstruktur dengan
menggali informasi mendetail subjek penelitian dan dokumentasi.Teknik analisis
menggunakan teknik Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi data. Hasil penelitian menyatakan rata-rata pengukuran intensitas
pencahayaan pada ruang kerja tidak ada memenuhi syarat dengan pengukuran pagi
pukul 08.30 bernilai 51,5 lux, siang pukul 13.00 bernilai 103,6 lux, sore pukul 16.40
bernilai 63 lux dengan standar 200 lux. Sedangkan untuk pencahayaan terhadap meja
jahit (bidang kerja) rata-rata pada meja jahit 1, meja jahit 2 dan meja jahit 3 yang diukur
pada pagi, siang, sore hari ternyata hanya meja jahit 1 pada waktu siang pukul 13.00
yang optimal pencahayaannya dengan nilai 301 lux.Meja jahit 1 dihuni oleh (P1) yang
hasil kerjanya lebih efisien karena dipengaruhi juga dengan umur pekerja.

Kata Kunci: Optimal, Intensitas Pencahayaan Buatan, Efisiensi Kerja.

PENDAHULUAN yang telah ditentukan. Penentuan


Pencahayaan merupakan bagian kebutuhan pencahayaan tergantung pada
penting dari sebuah bangunan dalam pekerjaannya. Ruang yang telah
menunjang kenyamanan fisik dan dirancang tidak dapat memenuhi
fisiologi tenaga kerja dalam fungsinya dengan baik apabila tidak
melaksanakan pekerjaannya menjadi disediakan akses pencahayaan. Oleh
lebih efisien. Tingkat intensitas sebab itu, tingkat pencahayaan perlu
pencahayaan di tempat kerja harus diatur untuk menghasilkan kesesuaian
diperhatikan agar sesuai dengan standar kebutuhan penglihatan di dalam ruang

14
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

berdasarkan jenis aktivitas (Santosa wawancara secara langsung terkait


dalam Puspa 2008). keluhan-keluhan yang dialami selama
Beberapa penelitian membuktikan menjahit dengan kondisi lingkungan
bahwa tingkat pencahayaan yang tepat kerja yang peneliti anggap kurang
dan disesuaikan dengan pekerjaan akan memenuhi standar lingkungan kerja
berdampak pada efisiensi kerja. Tahun yang baik dan pengaruhnya terhadap
2008 di APRAS industri kecil pakaian efisiensi kerja, sebagian besar penjahit
olahraga telah dilaksanakan kajian mengalami keluhan pada bagian
pencahayaan dengan hasil pencahayaan penglihatan. Ada yang sebelumnya tidak
tidak memenuhi standar. Kesimpulannya menggunakan kaca mata minus,
intensitas pencahayaan lambat laun sekarang sudah menggunakan. Dari segi
dapat memberikan dampak buruk pada efisiensi kerja, penjahit dengan
penjahit dan berpengaruh pada efisiensi pencahayaan yang jauh lebih terang dan
kerjanya (Wibiyanti, 2008). mendapatkan lebih banyak pencahayaan
Analisis statistik dengan buatan lebih cepat menyelesaikan
menggunakan uji korelasi pearson antara pekerjaannya dibandingkan dengan
intensitas penerangan terhadap kelelahan penjahit dengan ruangan dengan
mata pada pekerja bordir kesimpulannya pencahayaan yang minim. Oleh karena
terdapat korelasi antara penerangan menjahit merupakan pekerjaan yang
dengan kelelahan mata signifikan membutuhkan konsentrasi tinggi untuk
(Nurmawanto, 2011). Penelitian melihat secara kontinue benda-benda
dilakukan oleh Firmansyah (2010) yang kecil.
mengenai pengaruh intensitas Alasan inilah yang
penerangan terhadap kelelahan mata, melatarbelakangi penulis tertarik untuk
bahwa ada pengaruh antara intensitas melakukan penelitian tentang Analisis
penerangan terhadap kelelahan mata Optimalisasi Intensitas Pencahayaan
pada tenaga kerja di bagian control room Buatan Terhadap Efisiensi Kerja pada
dan workshop di PT. Indo Acidatama Penjahit di Pasar Wonomulyo
Tbk, Karanganyar. BAHAN DAN METODE
Hasil identifikasi awal pada lokasi PENELITIAN
penjahit yang ada di pasar wonomulyo a. Jenis Penelitian
melalui pengecekan lokasi dan

15
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

Jenis penelitian yang akan Instrumen utama dalam


digunakan adalah penelitian kualitatif penelitian ini adalah peneliti
dengan pendekatan fenomenologi dan sendiri. Dalam penelitian
mempelajari fenomena tentang respon kualitatif, tidak ada pilihan lain
keberadaan manusia bertujuan untuk daripada menjadikan manusia
menjelaskan pengalaman seseorang sebagai instrumen penelitian
dalam kehidupannya termasuk utama. Alasannya ialah bahwa,
didalamnya adalah interaksi sosial segala sesuatunya belum
yang dilakukannya (Wahab, A. 2013). mempunyai bentuk yang pasti.
b. Subjek Penelitian Masalah, fokus penelitian,
Subyek dalam penelitian ini prosedur penelitian, hipotesis
yaitu 3 informan yang hanya yang digunakan, bahkan hasil
menggunakan pencahayaan buatan yang diharapkan, itu semuanya
dalam melakukan pekerjaannya di tidak dapat ditentukan secara pasti
pasar Wonomulyo, ditentukan dengan dan jelas sebelumnya. (Nasution
teknik purposive sampling secara dalam Sugiyono 2012).
sengaja dipilih berdasarkan kriteria Sebagai instrumen utama,
yang telah ditetapkan oleh peneliti peneliti bertugas sebagai
sebagai berikut: perencana, pelaksana, pengamat,
1. Menggunakan jenis lampu pengumpul data, menganalisis
Fluorescent data, penafsir data dan pelapor
2. Bersedia menjadi informan hasil penelitian.
c. Fokus Penelitian 2. Insrumen Pendukung
Fokus utama dalam penelitian i Instrumen pendukung
ni adalah mendeskripsikan dan men dalam penelitian ini adalah
ganalisis terkait pedoman wawancara yang
optimalisasi intensitas pencahayaan b digunakan sebagai pertimbangan
uatan terhadap efisiensi kerja pada untuk mendukung dalam
penjahit di pasar Wonomulyo mengungkap pengetahuan
d. Instrumen Penelitian tentang pencahayaan buatan,
1. Instrumen Utama tingkat intensitas pencahayaan,
besar ukuran ruangan, jarak

16
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

sumber cahaya dengan meja kerja representasi yang diberikan subjek


penjahit, dan pengaruh dalam menjawab pertanyaan-
pencahayaan buatan terhadap pertanyaan pewawancara. Wawancara
efisiensi kerja. Pedoman tersebut akan direkam.
wawancara yang akan digunakan Setelah data terkumpul,
untuk mengungkap deskripsi dan selanjutnya dilakukan triangulasi
analisis optimalisasi intensitas yang bertujuan untuk mendapatkan
pencahayaan buatan terhadap data yanng valid dan reliable.
efisiensi kerja pada penjahit di Triangulasi yang dilakukan adalah
pasar Wonomulyo dalam hal ini triangulasi sumber yaitu penelitian
bersifat semiterstruktur. mewawancarai secara semiterstruktur
Kemudian yang diramu oleh dengan menggali informasi mendetail
peneliti sehingga mampu subjek penelitian.
mengungkap aspek-aspek dalam Langkah-langkah pengumpulan
penelitian ini. Pertanyaan spesifik dan validasi data dalam penelitian ini
dikembangkan berdasarkan adalah:
temuan-temuan pada pedoman 1. Dilakukan wawancara semi
wawancara. Dengan demikian terstruktur pada penjahit pertama
pertanyaan untuk setiap informan (P-1) selanjutnya dilakukan
tidak harus sama, tergantung wawancara pada penjahit kedua
jawaban subjek pada saat (P-2) kemudian dilakukan lagi
wawancara. wawancara pada penjahit ketiga
e. Teknik Pengumpulan Data dan (P-3) dengan pertanyaan yang
Validasi Data sama. Hasil rekaman wawancara
Pengumpulan data dalam dibuatkan transkip yang
penelitian ini yaitu pedoman dilengkapi dengan kode. Data
wawancara. Selanjutnya tujuan dari (P-1), (P-2) dan (P-3)
wawancara yaitu untuk berupa: transkip wawancara dan
mempelajari/menelusuri alasan subjek catatan lapangan.
mengambil kesimpulan itu. 2. Dilakukan triangulasi data
Pemahaman subjek penelitian dengan cara: data (P-1), data (P-
dipelajari melalui interpretasi atau 2) dan data (P-3) dibandingkan.

17
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

f. Teknik Analisis Data b. Dari hasil wawacara


Data yang diperoleh dalam dilakukan analisis. Kemudian
penelitian ini selanjutnya dianalisis disimpulkan sehingga mampu
dengan menggunakan teknik analisis menjawab permasalahan
data dengan menggunakan metode dalam penelitian ini.
seperti yang dikemukakan oleh 4. Membuat coding yang bertujuan
(Miles and Huberman dalam Junaedi, untuk memudahkan pemaparan
2014) dengan langkah-langkah hasil wawancara, maka dilakukan
sebagai berikut: pada petikan jawaban subjek
1. Menelaah seluruh data yang penelitian saat wawancara.
tersedia dari berbagai sumber, 5. Memaparkan data
yaitu wawancara dan pengamatan 6. Menafsirkan/menarik
yang sudah dituliskan dalam kesimpulanpenelitian dari
catatan lapangan. wawancara yang sudah
2. Reduksi data dikumpulkan dan memverifikasi
Reduksi data dalam penelitian kesimpulan tersebut. Pada tahap
ini meliputi: ini penarikan kesimpulan
a. Mentransformasikan dilakukan berdasarkan analisis
pertanyaan yang kemudian terhadap panduan wawancara
digunakan sebagai bahan yang telah dikumpulkan.
untuk wawancara Penarikan kesimpulan yaitu
b. Menyederhanakan hasil deskripsi optimalisasi intensitas
wawancara menjadi sususnan pencahayaan buatan terhadap
bahasa yang baik dan rapi, efisiensi kerja pada penjahit.
kemudian 7. Analisis hal-hal yang menarik,
mentransformasikan kedalam yakni analisis perilaku yang
catatan. ditunjukkan subjek penelitian
3. Penyajian data yang tidak terencana dan tidak
Penyajian data dalam penelitian terkait dengan tujuan penelitian.
ini meliputi: HASIL
a. Menyajikan hasil wawancara Hasil analisis wawancara terkait
yang telah direkam deskripsi optimalisasi intensitas

18
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

pencahayaan buatan terhadap efisiensi a. Umur


kerja pada penjahit terdiri atas tiga Karakteristik informan
bagian. Bagian pertama menjelaskan berdasarkan umur diketahui bahwa
gambaran karakteristik informan, kedua informan berumur 27 - 40 tahun,
gambaran umum kondisi area penjahit terdiri atas umur 27 tahun 1 orang,
dan hasil pengukuran intensitas 30 tahun 1 orang, dan 40 tahun 1
pencahayaan dilokasi los di pasar orang.
Wonomulyo, kemudian membahas hasil b. Pekerjaan
analisis. Semua informan memiliki
1. Gambaran Karakteristik Informan pekerjaan sebagai penjahit
Penelitian pakaian/celana di pasar
Penelitian ini menggunakan Wonomulyo.
informan sebanyak tiga orang yang c. Waktu Kerja
menggunakan jenis lampu flourecent, Pekerjaan menjahit dilaksanakan
lalu bekerja sebagai penjahit dan mulai pukul 08.00 hingga pukul
waktu kerja mulai dari pagi hingga 17.00 WITA.
sore hari dengan jenis kelamin laki- d. Kemampuan Menjahit
laki serta memiliki perbedaan umur Setiap informan memiliki
yang tentunya bersedia menjadi kemampuan yang berbeda-beda
informan maka terpilihlah untuk dalam menyelesaikan sebuah
menjadi informan. Gaya bahasa jahitan. Mulai dari tiga pakaian
informan yaitu bahasa Indonesia dan hingga tujuh dapat diselesaikan
terkadang berdialek jawa. Namun dalam waktu satu hari.Uraian di
kutipan hasil penelitian akan disajikan atas lebih rinci terdapat dalam
dalam bentuk hasil yang telah Tabel 1 berikut:
melewati proses “editing” oleh
peneliti.
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Informan
Informan Umur Pekerjaan Waktu Kerja Kemampuan Menjahit
(WITA) (sehari)
P1 27 Tahun Penjahit 08.00-1700 5-7 Pakaian
P2 30 Tahun Penjahit 08.00-1700 5 Pakaian
P3 40 Tahun Penjahit 08.00-1700 3 Pakaian
Sumber: Data Primer, 2016

19
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

Hasil wawancara langsung yang pemotong kain, empat unit meja


dilakukan diketahui bahwa seluruh jahit (tiga diantaranya sudah
informan pernah mendapatkan menggunakan tenaga dinamo/listrik
informasi mengenai pencahayaan dan yang satunya masih secara
baik melalui bacaan, internet manual namun tidak terpakai), dua
maupun orang lain. unit meja obras, dan satu unit
2. Gambaran Umum Kondisi setrika.
Penjahit di Pasar Wonomulyo Secara garis besar deskripsi
Letak penjahit pakaian ini proses kerja yang dilakukan para
berada di lantai dasar pasar penjahit di pasar wonomulyo dapat
Wonomulyo. Area kerja penjahit ini diuraikan sebagai berikut:
memiliki dimensi panjang ruang 3 a. Pembuatan pola pada bahan kain
m dan lebar ruang 28,5 m, sehingga sesuai dengan model pakaian
luas areanya menjadi 85,5 m2. yang telah ditentukan. Proses ini
Tenaga kerja dalam ruangan ini dilakukan diatas lantai karena
berjumlah tiga orang, setiap penjahit ukuran bahan kain yang lebar
bertugas membuat pola sendiri, dan tidak memungkinkan untuk
memotong bahan kain sendiri, dilakukan diatas meja.
mengobras bahan kain sendiri, serta b. Pemotongan bahan kain
bertanggung jawab dalam proses dilakukan di atas lantai agar
finishing (menyelesaikan/merapikan lebih mudah dipotong sesuai
bagian-bagian pakaian/ celana pada dengan pola yang telah dibuat
akhir produksi masing-masing). namun terkadang juga dilakukan
Waktu kerja setiap hari dimulai diatas meja bila bahan kain tidak
pada pukul 08.00–17.00 WITA. terlalu lebar.
Setiap penjahit melakukan c. Pengobrasan bagian-bagian
pekerjaan mulai dari proses awal pakaian/celana yang telah
sebelum menjahit, mulai menjahit dipotong sesuai polanya agar
hingga selesainya sebuah jahitan tepi kain tidak bertiras.
tanpa ada shift atau rotasi kerja. d. Penjahitan bagian-bagian
Alat-alat yang dimiliki di tempat pakaian/celana yang telah
menjahit ini antara lain adalah alat melalui proses pengobrasan.

20
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

e. Finishing, menyelesaikan atau pekerjaan-pekerjaan yang


merapikan pakaian/ celana pada membutuhkan ketelitian tinggi dan
akhir proses seperti menyetrika pencahayaan yang cukup seperti
pakaian/ celana yang sudah proses penjahitan bagian-bagian
dikerjakan dan lain-lain. pakaian/celana.
Dalam penelitian ini, peneliti
lebih memfokuskan kepada
Tabel 2. Gambaran Umum Kondisi Ruang Kerja pada Penjahit di Pasar
Wonomulyo
No Kondisi Meja 1 Meja 2 Meja 3
Ruang Kerja
1 Jenis Lampu Fluorescent Fluorescent Fluorescent
2 Kapasitas 24 W 24 W 24W
3 Daya Aliran Ketiga lampu memiliki aliran yang sama dari PLN dengan
Listrik daya 900 Volt
4 Posisi LampuSebelah kiri Sebelah kanan Berada pada belakang
penjahit, pada penjahit, pada penjahit , bagian atas
bagian atas bagian atas yang (langit-langit) antara
(langit-langit) berada di tengah- meja 3 dan meja 2
sejajar penjahit tengah antara
meja 1 meja 2 dan meja 3
5 Luas Ketiga meja jahit berada dalam 1 ruangan yang sama yaitu
Ruangan 85,5 m2
6 Warna Langit-langit berwarna putih, dinding berwarna hijau daun dan
Lingkungan lantai berwarna putih
Sumber: Data Primer
Kondisi ruang kerja akan Luas ruangan perlu diperhatikan
memberikan pengaruh terhadap agar pencahayaan yang diterima
pencahayaan yang dipantulkan. sesuai dengan kebutuhan, artinya
Terutama pada sumber pencahayaan tidak terlalu tinggi karena dapat
yang digunakan dan letaknya menyebabkan kesilauan dan tidak
didalam suatu ruang kerja. Daya terlalu rendah karena dapat
aliran listrik sangat berpengaruh menyebabkan mata bekerja keras
terhadap pancaran sinar setiap yang dapat membuat mata rabun.
lampu. Pemilihan warna ruangan harus
sesuai apalagi untuk di ruang kerja,

21
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

warna pada dinding memiliki makanya harus tepat.


pengaruh psikologi bagi manusia
3. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan pada Lokasi Penjahit di Pasar
Wonomulyo
Penelitian pengukuran pagi pukul 08.30 WITA, siang
pencahayaan pada lokasi penjahit di pukul 13.00 WITA dan sore pukul
pasar Wonomulyo dilaksanakan 16.40 WITA untuk pengukuran
selama tiga hari dan dalam sehari pada meja jahit (bidang kerja) dan
diukur pada tiga waktu yaitu mulai ruang kerja secara keseluruhan.
Tabel 3 Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Ruang Kerja di Lokasi Los
Penjahit di Pasar Wonomulyo
Rata-Rata Hasil Pengukuran % Terhadap
Waktu Pengukuran
Pencahayaan Ruang Kerja Standar
(JAM)
(Lux) (200 Lux)
Pagi (08.30) 51,5 25,75
Siang (13.00) 103,6 51,8
Sore (16.40) 63 31,5
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh diubah dalam bentuk persen (%)
rata-rata hasil pengukuran intensitas nilainyapun tidak termasuk dalam
pencahayaan terhadap ruang kerja pada kisaran batas yang dapat ditoleransi.
waktu pagi hari sebesar 51,5 lux dan Diketahui bahwa batas kisaran yang
jika diubah dalam % terhadap standar masih dapat ditoleransi pencahayaan
200 lux bernilai 25,75% , selanjutnya pada ruang yaitu 80-90%.
pada waktu siang hari hasil rata-rata Berdasarkan Tabel 3 hasil
sebesar 103,6 lux dan diubah dalam % pengukuran rata-rata menunjukkan
terhadap standar 200 lux bernilai bahwa ruang kerja ini termasuk cukup
51,8% , kemudian pada waktu sore hari gelap untuk digunakan sebagai ruang
sebesar 63 lux dan diubah dalam % kerja yang membutuhkan ketelitian.
terhadap standar 200 bernilai 31,5%. Ini Ruang kerja ini tidak optimal
berarti bahwa pencahayaan pada ruang pencahayaannya karena warna dinding
kerja penjahit di pasar Wonomulyo yang digunakan warna hijau daun.
tidak optimal karena rata-rata tidak Diketahui bahwa warna hijau daun
mencapai standar, bahkan setelah memiliki reflektan yang cukup rendah

22
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

sebesar 20-25%, karena menyerap fluorescent pada los penjahit


sebagian pencahayaan dari lampu
Tabel 4 : Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Lampu fluorescent
terhadap Meja Jahit (bidang kerja) pada Penjahit di Pasar Wonomulyo
Waktu Rata-rata Meja Rata-rata Meja Rata-rata Meja Jahit
Pengukuran Jahit 1 (Lux) Jahit 2 (Lux) 3 (Lux)
Pagi (08.30) 105 55 67
Siang (13.00) 301 52,3 68,7
Sore (16.40) 81,7 50,3 64,7
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Berdasarkan Tabel 4 pengukuran dua dan meja jahit tiga masih belum
intensitas pencahayaan lampu optimal pencahayan yang diterima dari
fluorescent terhadap meja jahit (bidang lampu fluorescent, ini dipengaruhi oleh
kerja) pada waktu pagi selama tiga hari letak meja jahit dua dan meja jahit tiga
diperoleh rata-rata meja jahit satu kurang sesuai. Meja jahit dua menerima
sebesar 105 lux, meja jahit dua sebesar pencahayaan dari lampu fluorescent
55 lux, dan meja jahit tiga sebesar 67 yang sama dengan meja jahit tiga,
lux. Ini menunjukkan bahwa tidak ada namun posisi meja jahit dua dan meja
satupun meja jahit yang optimal jahit tiga berbeda cara peletakannya.
intensitas pencahayaan pada waktu pagi Informan (P2) yang menempati meja
hari. jahit dua menerima pencahayaan dari
Selanjutnya untuk pengukuran sebelah kanannya ketika melakukan
pada waktu siang hari diperoleh rata- pekerjaan menjahit sedangkan
rata meja jahit satu sebesar 301 lux, informan (P3) yang menempati meja
meja jahit dua sebesar 52,3 lux dan jahit tiga menerima pencahayaan lampu
meja jahit tiga sebesar 68,7 lux. fluorescent dari belakangnya. Padahal
Ternyata terjadi perbedaan antara pekerjaan dalam menjahit harus
pengukuran diwaktu pagi, yaitu dari menerima pencahayaan yang dekat
ketiga meja jahit sebelumnya tidak ada dengan fokus kerjanya yaitu pada jarum
yang optimal, namun pada saat mesin jahit. Ketika sumber pencahayaan
pengukuran untuk waktu siang hari berada di sebelah kanan atau jauh
meja jahit satu menjadi optimal kebelakang, maka pencahayaan akan
intensitas pencahayaan. Pada meja jahit menimbulkan bayangan (shadow) dan

23
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

dapat mengurangi intensitas kerja secara keseluruhan. Berikut akan


pencahayaan yang diterima oleh para dijelaskan oleh peneliti mengapa
penjahit. intensitas pencahayaan pada los penjahit
Pengukuran waktu sore hari pasar Wonomulyo secara keseluruhan
diperoleh rata-rata meja jahit satu belum optimal.
sebesar 81,7 lux, meja jahit dua sebesar Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
50,3 lux dan meja jahit tiga sebesar 64,7 bahwa terdapat tiga informan yang
lux. Ini menunjukkan bahwa tidak ada dijadikan sumber penggalian informasi
satupun intensitas pencahayaan yang oleh peneliti dan memiliki umur yang
optimal pada saat waktu sore. Hal berbeda-beda serta memiliki
tersebut dipengaruhi oleh faktor kemampuan berbeda pula dalam
lingkungan yang sudah mulai gelap menghasilkan pakaian/celana.
kembali karena banyak los tertutup. Berdasarkan Tabel 2 dapat
Kemudian dinding-dinding yang banyak diketahui gambaran umum kondisi
digantungi pakaian-pakaian hasil ruang kerja pada penjahit di pasar
jahitan, lantai tertutup sisa-sisa kain, Wonomulyo. Untuk lebih jelasnya akan
meja jahit (bidang kerja) juga terdapat dipaparkan oleh penulis, mulai dari
sisa-sisa kain yang tanpa disadari jenis lampu yang digunakan adalah
penjahit dapat berpengaruh dalam lampu TL (fluorescent) dengan
penerimaan pencahayaan. kapasitas 24 W dan daya aliran listrik
berasal dari PLN (Perusahaan Listrik
PEMBAHASAN Negara) berdaya 900 Volt. Lampu
Berdasarkan informasi yang telah dengan kapasitas 24 W untuk ruangan
diperoleh mulai dari observasi, yang berukuran 85,5 m2sebenarnya
wawancara, dan dokumentasi. dapat mencapai pencahayaan ruang
Pengukuran intensitas pencahayaan di yang optimal apabila desainnya tepat
los penjahit dibagi menjadi tiga waktu sasaran. Hanya saja peletakan benda-
yaitu pagi, siang dan sore. Sedangkan benda serta jarak sumber pencahayaan
pengukuran pencahayaan untuk melihat harus sesuai dan pemilihan warna
optimalisasinya dibagi menjadi dua diding juga sangat berpengaruh.
yaitu pencahayaan pada meja jahit Pada los penjahit pasar Wonomulyo
(bidang kerja) dan pencahayaan ruang warna langit-langit dan lantai sudah

24
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

tepat karena memilih warna putih yang informan sangat menyukai warna hijau
mampu memberikan reflektan sebesar maka dapat mengubahnya menjadi
100%. Namun pada warna dinding warna hijau terang agar reflektan yang
untuk digunakan sebagai ruang kerja dihasilkan lebih besar daripada warna
kurang tepat. Warna yang digunakan hijau daun yang digunakan pada saat
adalah warna hijau, pada dasarnya penelitian. Sumber pencahayaan atau
warna hijau memiliki beberapa lampu TL dibersihkan agar tidak
tingkatan mulai yang nampak terang terdapat sarang laba-laba di area
hingga agak gelap. Warna hijau seperti tersebut.
hijau terang dan hijau lime lebih cocok
digunakan dalam ruang kerja dibanding .
hijau rumput, hijau daun maupun hijau Diketahui bahwa ruangan ini cukup
yang lainnya. Pada saat melakukan padat dengan mesin jahit, meja tempat
wawancara ternyata informan lebih setrika, dan rak tempat pakaian.
senang dengan warna hijau, makanya Ruangan yang tidak begitu luas dan
disarakankan untuk mengganti warna terdapat banyak barang didalamnya
dinding hijau yang lebih terang agar harus disiasati agar tidak mengurangi
pencahayaan ruangan dapat mencapai pencahayaan ruang kerja. Tempat
keoptimalan. menggantung pakaian hasil jahitan juga
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh rata- harus berada pada area yang tidak akan
rata hasil pengukuran intensitas menutupi sebagian besar sumber
pencahayaan terhadap ruang kerja pada pencahayaan. Posisi lampu pada ruang
waktu pagi, siang dan sore hari tidak kerja harus diperhatikan jaraknya
ada satupun yang optimal. Hal tersebut terhadap meja jahit (bidang kerja) agar
dipengaruhi oleh faktor lingkungan lebih optimal pencahayaannya. Apabila
yang telah dipaparkan sebelumnya. Jadi, letak meja jahit sudah tidak bisa diubah,
agar pencahayaan ruang dapat menjadi maka sumber pencahayaan harus
optimal sebaiknya faktor-faktor tersebut ditambah pada setiap meja jahit. Artinya
senantiasa diperhatikan sekecil apapun pencahayaan untuk meja jahit dua dan
itu. Seperti warna pada dinding meja jahit tiga masing-masing memiliki
sebaiknya segera diubah menjadi warna sumber pencahayaan tersendiri pada
yang lebih terang dan sehubungan bagian kiri penjahit, dengan demikian

25
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

intensitas yang akan diperoleh meja meja mesin jahit. Telah dipaparkan
jahit dua dan meja jahit tiga dapat sebelumnya bahwa waktu kerja
menjadi optimal seperti meja jahit satu dilaksanakan mulai dari pagi hingga
pada waktu siang. Untuk memperoleh sore hari dan tidak ada waktu malam
intensitas pencahayaan pada ruang kerja hari.Meskipun waktu kerja informan
dan bidang kerja pada semua waktu, memiliki peluang yang besar untuk
baik itu pada pagi, siang maupun sore mendapatkan bantuan pencahayaan
hari, maka sumber pencahayaan yang alami, akan tetapi lokasi penelitian
digunakan untuk ruang kerja harus lebih terletak ditengah pasar dengan
tinggi pencahayaannya dibanding bangunan yang saling berimpitan
bidang kerja. Sumber pencahayaan pada dengan penjahit lainnya dan diantarai
ruang kerja harus lebih terang karena oleh atap seng yang tertutup rapat dan
lebih luas fokus pancaran sinarnya. tidak transparan. Dengan demikian
Pencahayaan ruang kerja harus sesuai pencahayaan buatan sangat berperan
karena memiliki pengaruh yang cukup penting dalam penyelesaian pekerjaan
penting terhadap intensitas pencahayaan informan.
yang akan diterima oleh para pekerja Selanjutnya warna lingkungan
dan dapat berpengaruh terhadap kerja, bidang permukaan kerja diarea
efisiensi kerja. los penjahit pasar Wonomulyo berwarna
Untuk lebih jelasnya peneliti akan putih bertekstur halus dengan panjang
mengkajinya sebagai berikut: sumber 25 cm dan lebar 25 cm. Dinding
pencahayaan buatan yang digunakan disekitar area kerja tersebut berwarna
untuk menerangi bidang kerja ini adalah hijau daun. Langit-langit diarea kerja ini
3 unit lampu fluorescent (TL) dengan berwarna putih dan bertekstur halus
kapasitas masing-masing 24 W daya dengan panjang 50 cm dan lebar 50 cm.
aliran listrik 900 volt. Lampu TL yang Pada penggunaan warna putih untuk
pertama di pasang tepat di langit-langit lantai dan langit-langit sudah tepat,
bagian dalam los penjahit, lampu TL karena bahan warna putih dapat
yang ke dua dipasang pada pojok atas memberikan reflektan sebesar 100%.
sejajar dengan mesin jahit, lampu TL Warna hijau daun pada dinding dapat
yang ketiga berada pada pertengahan memberikan reflektan sebesar 20-25%.
atas pintu los yang tepat diantara dua Secara keseluruhan pemilihan warna

26
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

ruang sudah lumayan bagus, dengan mencapai titik optimal. Kemudian


warna ringan seperti warna putih pada ketinggian langit-langit, ketinggian
lantai akan memantulkan lebih banyak langit-langit yang diukur dari lantai
cahaya daripada lantai yang berwarna secara tegak lurus adalah 3 m, ini berarti
gelap dan bertekstur serta pemilihan sumber cahaya yang berada dalam
warna hijau pada dinding dapat ruangan terpasang tepat pada langit-
memberikan efek psikologis seperti langit berjarak 3 m untuk menerangi
penyegaran mata dan pikiran, ruangan. Sedangkan jarak antara langit-
keseimbangan pikiran, juga membawa langit dengan sumber cahaya yang di
kedamaian. Saat mata melihat sesuatu pojok dan di tengah-tengah pintu adalah
yang hijau, mata tidak perlu 0,7 m. Jarak antara meja jahit dengan
penyesuaian apapun, makanya kita sumber cahaya pada pojok dan
terasa nyaman dan tenang ketika pertengahan pintu adalah 1,5 m.
melihatnya. Hijau dianggap warna yang Dari ketiga sumber cahaya lampu
menenangkan dan santai, cocok sekali fluorescent (TL) seharusnya lampu
untuk dilihat bagi orang yang sedang fluorescent (TL) yang dipasang pada
tegang atau butuh menyeimbangkan langit-langit dalam ruang lebih terang
emosi, menciptakan keterbukaan antara dibanding lampu fluorescent (TL) yang
manusia. Namun warna hijau memiliki dipasang dekat dengan meja kerja.
beberapa tampilan warna yang berbeda, Berdasarkan klasifikasi lantai, dan
ada warna hijau yang mampu langit-langit sebagai penunjang
memberikan reflektan 50-55% dan ada pencahayaan, secara umum dapat
juga yang hanya memberikan reflektan dikatakan telah sesuai. Hal ini sesuai
20-25%. Pemilihan warna hijau yang dengan Keputusan Direktorat Jenderal
berada di los penjahit ini adalah warna PPM dan PLP sebagaimana dinyatakan
hijau daun dan termasuk pada reflektan bahwa: pertama lantai terbuat dari
20-25%. Inilah yang membuat bahan yang kuat, kedap air, tidak licin,
pencahayaan ruangan kurang tidak retak dan mudah dibersihkan.
dipantulkan, dengan kata lain bahwa Kedua, dinding berwarna terang dan
pencahayaannya diserap makanya bersih, permukaan halus, tidak
intensitas pencahayaan ruang pada bergelombang atau bergerigi dan retak-
penjahit di pasar Wonomulyo tidak ada retak. Ketiga, langit-langit berwarna

27
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

terang dan bersih, bebas dari sarang tengah pasar dan hanya mengandalkan
laba-laba, terbuat dari bahan yang kuat pencahayaan buatan sebanyak tiga, dua
serta tinggi berkisar antara 2,70 – 3,30 diantaranya untuk sumber pencahayaan
m diatas lantai (Sutanto dalam Indah fokus pada meja jahit (bidang kerja) dan
2013). satunya untuk pencahayaan ruang kerja.
Ketika tidak ada pencahayaan yang
Berdasarkan pada Tabel 4 bahwa berasal dari depan atau samping los
hasil pengukuran rata-rata lampu maka pencahayaan yang ada pada los
fluorescent terhadap meja jahit (bidang (ruang) kurang mampu memantulkan
kerja) pada waktu pagi mulai dari meja cahayanya.
jahit satu, meja jahit dua bahkan meja Hal tersebut yang membuat
jahit tiga tidak ada satupun yang intensitas yang diterima pada pagi hari
optimal intensitas pencahayaanya. tidak optimal karena pencahayaan akan
Padahal pengukuran yang dilakukan memiliki pantulan yang besar ketika
tidak hanya sekali, namun pengukuran bertemu dengan permukaan atau warna
dilakukan sebanyak tiga kali dalam tiga yang terang disekelilingnya, sedangkan
hari dan hasilnya rata-rata tetap sama untuk warna gelap apabila bertemu
yaitu tidak memenuhi standar apalagi pencahayaan bukannya dipantulkan
untuk mencapai optimalisasi intensitas melainkan diserap. Terlebih lagi jika
pencahayaan. Ini disebabkan karena ditambah dengan pakaian-pakaian yang
adanya hubungan dengan pencahayaan bergantungan di dinding-dinding dan
ruang kerja yang telah dipaparkan beberapa yang sangat dekat dengan
sebelumnya. Diketahui bahwa pada sumber pencahayaan, tanpa mereka
waktu pagi hari lingkungan kerja yang sadari dapat menghalangi pantulan
ada disekitar masih gelap makanya pencahayaan yang diperoleh.
kurang mampu memantulkan Selanjutnya dilakukan lagi
pencahayaannya. Ini diperkuat dengan pengukuran pada siang hari yang hasil
pernyataan informan (P1) “ketika hari rata-ratanya untuk pencahayaan lampu
masih pagi, rata-rata los yang ada di fluorescent terhadap meja jahit (bidang
pasar belum terbuka”. Pada lembaran kerja) ternyata hanya meja jahit satu
sebelumnya sudah dijelaskan letak yang memenuhi standar dan mencapai
tempat menjahit ini berada dibagian optimalisasi intensitas

28
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

pencahayaan.Sedangkan untuk yang diterima bidang kerja ini berasal


pencahayaan pada meja jahit dua dan dari satu unit lampu fluorescent berdaya
meja jahit tiga belum mencapai titik 24 W yang berada pada bagian atas
optimal. Meja jahit satu dapat dikatakan hampir sejajar dengan kepala bagian
optimal pencahayaannya karena rata- kiri penjahit. Jarak antara lampu
rata dari hasil pengukuran melebihi fluorescent dengan fokus kerja adalah
standar yang telah ditentukan dan tidak 1,5 m.Fokus bidang kerja meja jahit
menimbulkan kesilauan terhadap satu dihuni oleh informan pertama (P1)
informan (P1) dan hasil kerjanya juga yang berusia 27 tahun. Pada bidang
lebih efisien dibanding informan yang kerja ini intensitas pencahayaannya
lain. Ini diperkuat dengan penyataan termasuk optimal dan memberikan
Informan (P1) bahwa “Secara umum pengaruh terhadap efisiensi kerja pada
Saya dapat menyelesaikan mulai dari penjahit. Ini diperkuat dengan hasil
kisaran lima hingga tujuh pakaian, wawancara mendalam pada ketiga
namun apabila semuanya adalah informan. Dari ketiga informan dalam
pakaian dinas maka Saya hanya mampu menyelesaikan sebuah jahitan memiliki
menyelesaikan sebanyak lima. Tapi, kemampuan yang berbeda-beda.
terkhusus pakaian seragam sekolah, Sebenarnya berdasarkan
Saya mampu menyelesaikan mulai dari pengamatan peneliti selama beberapa
kisaran tujuh hingga sembilan dalam hari dengan waktu-waktu yang
sehari”. Informan (P1) juga tidak ditetapkan untuk diakukan pengukuran,
kesulitan memasukkan benang ke dalam pada siang hari lebih banyak
jarum jahit dan matanya tidak sakit. mendapatkan pantulan cahaya. Seperti
Intensitas pencahayaan yang diterima yang telah dijelaskan mengenai
oleh meja jahit (bidang kerja) satu untuk penataan ruang, ternyata itu memang
informan (P1) mencapai optimal juga betul- betul berpengaruh. Kondisi
dipengaruhi oleh beberapa faktor ruangan (los penjahit) diwaktu siang
lingkungan seperti penataan ruang, letak banyak menerima pantuan pencahayaan
fokus meja jahit (bidang kerja), jenis yang berasal dari lampu para tetangga
lampu dan jarak sumber los terdekat, serta dinding-dinding yang
pencahayaannya. Meja jahit satu berada belum terhalang oleh pakaian-pakaian
dipojok dengan sumber pencahayaan yang telah di jahit, lantai yang masih

29
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

lumayan bersih, dan beberapa pakaian disebabkan hasil dari potongan-


telah dirapikan disusun pada rak. potongan kain/ sisa-sisa kain yang tidak
Dinding yang cerah memberikan digunakan lagi berserakan di lantai.
pantulan pencahayaan yang lebih besar Mulai dari pagi melakukan pekerjaan
daripada dinding yang tertutup dengan menjahit tentunya akan menghasilkan
pakaian berwarna gelap serta lantai dan beberapa pakaian dan juga beberapa
langit-langitnya yang berwarna putih. sampah. Apalagi ruangannya tidak
Sedangkan meja jahit dua dan meja jahit terlalu luas dan di huni sebanyak tiga
tiga tidak optimal pencahayaannya, orang penjahit.
seharusnya satu lampu fluorescent fokus Dengan melakukan kegiatan
pada satu bidang kerja, namun untuk menjahit tentu menghasilkan pakaian
bidang kerja dua dan tiga ini sumbernya yang beberapa diantaranya harus
itu dibagi dua, dan letaknya pun yang disetrika dahulu lau digantung.
harusnya dikiri malah dikanan. Kegiatan seperti ini membuat sebagian
Makanya tidak optimal pencahayaan besar permukaan dinding tertutupi/
yang diterima . terhalangi oleh pakaian dan bahkan
Pengukuran yang telah beberapa diantaranya dekat dengan
dilaksanakan selama tiga hari pada sumber pencahayaan yang hampir
waktu sore tidak mencapai optimalisasi menutupi lampu flourescent. Ditambah
intensitas pencahayaan. Dan ini dapat lagi dengan adanya sisa kain pada
mempengaruhi efisiensi kerja para bidang kerja (meja jahit) yang kurang
penjahit. Lebih jelasnyabahwa diperhatikan para penjahit di los
berdasarkan pencahayaan yang cukup tersebut.
untuk pekerjaan membeda-bedakan Bidang kerja, sumber pencahayaan,
barang-barang kecil yang agak teliti lantai dan dinding semakin sulit
seperti menjahit tekstil atau kulit yang memantulkan cahayanya karena
berwarna muda harus paling sedikit dihalangi beberapa pakaian dan sisa-sisa
mempunyai kekuatan 200 lux kain. Inilah yang membuat pencahayaan
(suma’mur, 2014). yang diterima oleh para penjahit
Kondisi ruang los penjahit pada mengalami penurunan, karena tidak
sore hari cukup gelap jika berdasarkan selamanya baju-baju yang digantung
standar intensitas pencahayaan, ini berwarna terang, sehingga cahaya tidak

30
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

dipantulkan secara optimal, dan juga dengan optimalnya intensitas


tetangga los terdekat sudah mulai pencahayaan maka dapat membantu
banyak yang tertutup. Makanya hasil atau meningkatkan hasil kerjanya.
pengukuran intensitas pencahayaan Terlebih lagi pada penjahit yang masih
pada waktu sore hari ini jauh dari kata muda, akan lebih efisien lagi dalam
optimal. melaksanakan pekerjaannya. Tidak
Hasil pengukuran yang dilakukan hanya itu saja, ketika pencahayaan yang
ternyata memiliki keterkaitan antara diterima kurang baik dalam waktu yang
informan, sumber pencahayaan, lama maka dapat berdampak pada
pencahayaan ruang kerja, meja jahit kesehatan para pekerja. Itulah sebabnya
(bidang kerja). Setiap informan sejak dini harus diperbaiki dari awal
memiliki umur yang berbeda-beda, dan sebelum terjadi hal-hal yang tidak
ternyata umur ini memberikan pengaruh diinginkan.
terhadap efisiennya suatu pekerjaan KESIMPULAN
terlebih lagi jika terkombinasi dengan Berdasarkan hasil dan pembahasan
pencahayaan yang optimal. Semakin yang telah dipaparkan sebelumnya, di
muda umur Informan dan didukung peroleh kesimpulan sebagai berikut:
oleh letak sumber pencahayaan terhadap Penggunaan lampu fluorescent,
meja jahit (bidang kerja) maka semakin pemilihan warna dinding, warna lantai,
banyak pula pakaian yang mampu langit-langit yang cerah, penataan ruang
dihasilkan. Sebaliknya semakin tua seperti jarak antara sumber pencahayaan
umur informan yang disertai letak meja terhadap meja jahit (bidang kerja), dan
jahit kurang tepat maka kemampuan sumber pencahayaan terhadap ruang
menghasilkan pakaian hanya sedikit. kerja keseluruhan serta umur pekerja
Umur para penjahit yang berbeda berperan penting dalam pencapaian
ini harus disiasati dengan cara optimalisasi intensitas pencahayaan
mendesain ulang tempat kerja mereka, terhadap efisiensi kerja penjahit.
karena intensitas pencahayaan ruang Dengan menata kondisi ruang dan
kerja dan bidang kerja sangat memperhatikan kebersihan sumber
berpengaruh terhadap efisiensi pencahayaan dapat menjadikan semua
kerja para penjahit. Jadi, meskipun pencahayaan terhadap meja jahit
umurnya sudah tidak muda lagi namun (bidang kerja) mencapai nilai standar

31
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

yaitu 200 lux. Intensitas pencahayaan Azuma, F. 2014. Pengaruh Intensitas


pada ruang kerja dan meja jahit (bidang Penerangan Terhadap Kelelahan
Mata pada Karyawan Bagian
kerja) di pasar Wonomulyo rata-rata Produksi Pelintingan Manual di PT
belum optimal. DJITOE INDONESIA Tobako.
Skripsi. Surakarta: Program Studi
SARAN
Kesehatan Masyarakat Fakultas
Pihak pemerintah yang terkait dalam Ilmu Kesehatan Universitas
hal ini yaitu kepala pasar dalam Muhammadiyah. (online),
(http://www.surakarta.ac.id, diakses
membuat perencanaan lokasi maupun 23 Juni 2016)
desain letak pekerja yang membutuhkan Indah dkk, 2013. Analisa Pengaruh
Pencahayaan Terhadap Kelelahan
ketelitian sebaiknya ditempatkan pada
Mata Operator Di Ruang Kntrol
lokasi yang dapat menerima PT. XYZ,. Infokes.
pencahayaan alamiahagar dapat Puspa, 2008. Hubungan Intensitas
Pencahayaan dengan Keluhan
dikombinasikan dengan pencahayaan Kelelahan Mata pada Penjahit
buatan untuk mencapai optimalisasi Sektor Usaha Informal CV Wahyu
Langgeng. Jakarta: (online),
intensitas pencahayaan.
(http://www.jakarta.ac.id, diakses
Untuk para penjahit sebaiknya 23 Juni 2016)
mampu menyiasati ruang kerja yang Sedarmayanti, 2009. Sumberdaya
manusia dan produktivitas keja.
cukup kecil karena dihuni lebih dari Bandung: CV.Mandar Maju.
satu pekerja dan alat serta bahan, Silalahi, 2007. Studi Tentang Ilmu
Administrasi. Study, (online),studi-
kemudian memperhatikan faktor
tentang-ilmu-
penunjang tercapainya intensitas administrasi.56781.html?m=1,
pencahayaan optimal agar kerjanya diakses 24 Juni 2016).
efisien dan memperoleh keuntungan
lebih.

DAFTAR PUSTAKA
Ari, 2016. Optimalisasi Pencahayaan Al
ami dalam Efisiensi Energi di Perp
ustakaan UGM. Academia, (online)
, http://www.academia.edu/153641
08/optimalisasi-pencahayaan-
alami-dalam-efisiensi-energi-di-
perpustakaan_UGM, diakses 23
Juni 2016).

32
Vol. 2, No. 2, Nopember 2016 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
J-Kesmas
Jurnal Kesehatan Masyarakat

Soemirat, Juli. 2004. Kesehatan Undang-undang No 23 Tahun 1992


Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Tentang Kesehatan. Jakarta: Keppres.
Mada University Press. Wibiyanti, 2008. Analisis Pencahayaan di
Soeripto,M.2008. Higiene Industri. Apras Industri Kecil Pakaian
Jakarta: Fakultas Kedokteran Olahraga. Skripsi. Jakarta: (online),
Universitas Indonesia. (http://124128-S-5265-Kajian-
Suma’mur, 2014. Higiene Perusahaan dan pencahayaan-Analisis-1.pdf,diakses
Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung 23 Juni 2016).
Seto. Yuliani, 2016. Produktifitas Evektivitas Ef
Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri. Edisi isiensi. Air Ku Saja, (online), (http://ai
Pertama Cetakan Pertama. Surakarta: rkusaja.blogspot.co.id/2012/01/produk
Harapan Offset. tifitas-efektivitas-efisiensi-
Wahab, A. 2013. Pengantar Riset Bidang dan.html?=1, diakses 23 Juni 2016).
Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawa
t-an. Yogyakarta: Kaukaba.

33

Anda mungkin juga menyukai