Anda di halaman 1dari 52

Laporan pendahuluan dan Askep

"Tuberculosis Paru (TBC)”

Disusun sebagai salah satu tugas PKK III


Dosen Pembimbing : Ns. Devi Susanti., S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.M.B

Wafiq Azhariyah : 201805045

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KELUARGA
BEKASI
2021
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis dapat menyebar dari
satu orang ke orang lain melalui transmisi udara (droplet dahak pasien tuberkulosis).
Pasien yang terinfeksi Tuberkulosis akan memproduksi droplet yang mengandung
sejumlah basil kuman TB ketika mereka batuk, bersin, atau berbicara. Orang yang
menghirup basil kuman TB tersebut dapat menjadi terinfeksi Tuberkulosis.
Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen
global dalam MDG’s (Kemenkes, 2015). Penyakit Tuberkulosis masih menjadi masalah
kesehatan utama di dunia. Hal tersebut menyebabkan gangguan kesehatan jutaan orang
pertahun penyebab utama kematian penyakit menular di dunia . Pada tahun 2014,
diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru yaitu 5,4 juta adalah laki-laki, 3,2 juta di kalangan
perempuan dan 1,0 juta anak- anak. Penyebab kematian akibat TB Paru pada tahun
2014 sangat tinggi yaitu 1,5 juta kematian , dimana sekitar 890.000 adalah laki-laki,
480.000 adalah perempuan dan 140.000 anak-anak (WHO, 2015). Indikator yang
digunakan dalam penanggulangan TB salah satunya Case Detection Rate CDR), yaitu
jumlah proporsi pasien baru BTA positif yang ditemukan dan pengobatan terhadap
jumlah pasien baru BTA positif, yang diperkirakan dalam wilayah tersebut (Kemenkes,
2015). Pencapaian CDR (Case Detection Rate-Angka Penemuan Kasus) TB di Indonesia
tiga tahun terakhir mengalami penurunan yaitu tahun 2012 sebesar 61 %, tahun 2013
sebesar 60 %, dan tahun 2014 menjadi 46 % (Kemenkes RI, 2015).
Laporan TB dunia oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, masih
menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor tiga di dunia setelah
India dan Cina, diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000
penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000). Penderita TBC di
Indonesia pada tahun 2016 mencapai 156.723 orang, Provinsi dengan peringkat 5
tertinggi yaitu Jawa Barat sebanyak 23.774 orang, Jawa Timur sebanyak 21.606 orang,
Jawa Tengah sebanyak 14.139 orang, Sumatera Utara sebanyak 11.771 orang, DKI
Jakarta sebanyak 9.516 orang (Profil kesehatan Indonesia, 2016). Berdasarkan data
Dinas Kesehatan di Kabupaten Kampar pada tahun 2018 terdapat 1.079 kasus dengan
rincian perempuan 383 kasus dan laki-laki sebanyak 696 kasus (Dinas Kesehatan
Kabupaten Kampar, 2018).
Berdasarkan data diatas penderita paru semakin meningkat, padahal TB Paru penyakit
yang bisa disembuhkan apabila cara penanganannya menggunakan prosedur dengan
benar, yaitu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan baik. Pentingnya
peran perawat sebagai tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan
termasuk berupaya bersama-sama mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit
TB Paru baik dengan cara pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga yang telah
terinfeksi.
B. Tujuan
a) Tujuan Umum
 Untuk memenuhi tugas PKK III individu mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III.
b) Tujuan Khusus
o Dapat memahami konsep teori penyakit tubercolosis dan memberikan asuhan
keperawatan tuberculosis dengan temuan kasus.
BAB II

Tinjauan Teoritis

A. Konsep penyakit
i. Definisi
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang
dapat hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya
yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga
mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga
menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan
pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini
tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama
terjadi pada malam hari. Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit
radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami
proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie
M.P, 2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif
juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun
dengan tingkat penularan yang kecil (kemenkes RI,2015).
ii. Etiologi
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015),
Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar
matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria
tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada
dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe
human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari
penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila
menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.
iii. Manifestasi klinis
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan
pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak
ditemukan pasien TB Paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
a. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang- kadang
panas badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. keadaan
ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya
infeksi tuberkulosis yang masuk.
b. Batuk/batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada
setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk
ini dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbulnya
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). keadaan yang
lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang
pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat
juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya
sudah meliputi sebagian paru-paru
d. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
e. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar
keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
iv. Patofisiologi
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air bone),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga
gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman
akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri
di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh
dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan
bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang dikelilingi oleh
foist. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).
v. Patoflow
vi. Komplikasi
Pada anak dengan tuberculosis biasanya sering terjadi komplikasi.
Menurut Wallgren, ada 3 komplikasi dasar Tuberculosis paru pada anak,
yaitu penyebaran limfohematogen, Tuberculosis endobronkial, dan
Tuberculosis paru kronik. Sebanyak 0,5-3% penyebaran limfohematogen
akan menjadi Tuberculosis milier atau meningitis Tuberculosis, hal ini
biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.
Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat
pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama
(3-9 bulan). Terjadinya Tuberculosis paru kronik sangat bervariasi,
Tuberculosis paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di
dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang
terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan dewasa muda.
Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang
terinfeksi Tuberculosis. Tuberculosis tulang dan sendi terjadi pada 5- 10%
anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi
dapat juga 2-3 tahun kemudian. Tuberculosis ginjal biasanya terjadi 5-25
tahun setelah infeksi primer (Ardiansyah, 2012).
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada
TB paru adalah:
1) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
4) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal, dan sebagainya.
6) Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).
vii. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang perlu dikaji pada pasien tuberkulosis paru
menurut Doenges (2000).
a. Klutur sputum: Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada
tahap aktif penyakit
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah): positif untuk basil asam-cepat.
c. Tes kulit (PPD,Mantoux, potongan Vollmer): Reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinis sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi
disebabkan oleh
mikrovakterium yang berbeda.
d. ELISA/Westren Blot : Dapat menyatakan adanya HIV
e. Foto Torak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
f. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine
dan cairan serebrospinal, biopsi kulit) : positif untuk Mycobacterium
tuberculosis.
g. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB, adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis
h. Elektrosit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.
i. GDA : Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati, peningkatan rasio uadar residu dan kapasitas paru total, dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap inflitrasi parenkim/fibrosis,
kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru meluas)
viii. Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis
dengan cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk
Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok yaitu :
a. obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas
yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat
disembuhkan dengan obat-obat ini.
b. obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).

B. Konsep Asuhan keperawatan

a. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman
Somantri, p.68 2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan.
Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah
dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari kedalam
rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun,
namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering
mengalami TB diluar paru-paru (extrapulmonary) disbanding TB paru dengan
perbandingan 3:1. TB diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan
pada usia<3 tahun. Angka kejadia (pravelensi) TB paru pada usia 5-12 tahun
cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB paru
menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-
paru).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
Poltekkes Kemenkes Padang
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke
sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan
hitam dan diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi
merupakan penyakit infeksi menular.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh 2) Pernah berobat
tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur 7) Riwayat putus OAT.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.

e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya


1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
Poltekkes Kemenkes Padang

f. Riwayat Sosial Ekonomi


1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan
bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah
berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama
dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak
bersemangat dan putus harapan.

g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan
tidur, kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. PemeriksaanFisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat) Nadi : Pada umumnya nadi
pasien meningkat Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-
20x/i)
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Suhumungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva
anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya
adanya pergeseran
trakea.
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya
pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas;
pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak
bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

j. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas
pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari. Obyektif:
Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40-41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan. Obyektif:
turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak sub
kutan.
3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent,
mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar
bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan
tidak simetris (effusi pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.
b. Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan sekret
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

c. Intervensi
No Tujuan dan Rencana Rasional
Diagnos kriteria hasil
a

1 Setelah a. Kaji fungsi pernapasan a. Ronkhi, menunjukkan


dilakukan (bunyi napas, akumulasi
tindakan kecepatan, irama, sekret/ketidakmampuan
keperawatan kedalaman, dan untuk membersihkan
diharapkan penggunaan otot bantu jalan napas
bersihan jalan aksesori) b. Pengeluaran sulit bila
napas dengan b. Catat kemampuan sekret sangat tebal,
kriteria hasil : pasien mengeluarkan sputum berdarah
dahak catat karakter, kental/darah cerah (misal
Pasien dapat jumlah dahak, adanya infeksi, atau tidak kuatnya
mengeluarka hemoptisis hidrasi)
n sekret tanpa c. Ajarkan pasien posisi c. Posisi membantu
bantuan, semi fowler tinggi dan memaksimalkan ekspansi
pasien latihan napas dalam paru dan menurunkan
berpartisipasi d. anjurkan pasien untuk upaya pernapasan
dalam banyak minum air d. pemasukan tinggi cairan
program sedikitnya 2500ml untuk mengencerkan
pengobatan perhari sekret, membantu agar
e. kolaborasi: pemberian dahak mudah dikeluarkan
terapi OAT 3 e. Antibiotik spectrum luas,
tablet/hari dan injeksi membunuh kuman TBC
cefotacim 1 gr

2 Setelah a. Pantau suhu tubuh a. Sebagai indikator untuk


dilakukan b. anjurkan untuk banyak mengetahui status
tindakan minum air putih untuk hipertermi
keperawatan mencegah dehidrasi b. Dalam kondisi demam
diharapkan c. anjurkan istri pasien terjadi peningkatan
suhu tubuh agar memberikan evaporasi yang memicu
kembali kompres hangat pada timbulnya dehidrasi
normal lipatan ketiak dan c. mengurangi suhu tubuh
dengan femur dan memberikan
kriteria hasil : d. Anjurkan pasien untuk kenyamanan pada pasien
memakai pakaian yang dengan faktor konduksi
Suhu tubuh menyerap keringat d. Untuk meningkatkan
dalam e. Kolaborasi : pemberian pengeluaran panas
rentang (36°c paracetamol 500mg melalui radiasi
- 37°c) e. mengurangi panas dengan
farmakologis
3 Setelah a. Catat status nutrisi a. Berguna dalam
dilakukan pasien dari turgor kulit mendefinisikan
tindakan dan berat badan derajat/luasnya masalah
keperawatan b. kaji adanya anorexia, dan pilihan intervensi
diharapkan mual, muntah dan catat yang tepat
kebutuhan kemungkinan b. dapat mempengaruhi
nutrisi pasien hubungan dengan obat pilihan diet dan
terpenuhi c. motivasi pasien untuk mengidentifikasi area
dengan makan sedikit tapi pemecahan masalah untuk
kriteria hasil: sering meningkatkan pemasukan
d. dorong pasien untuk c. Menurunkan iritasi gaster
Menunjukkan sering beristirahat dan meningkatkan ststus
peningkatan e. Kolaborasi : pemberian nutrisi
berat badan injeksi ranitidine d. membantu menghemat
dan 50mg, antacid 500mg energy
melakukan dan curcuma 50mg e. membantu mengurangi
perubahan mual dan membantu
pola makan nafsu makan secara
farmakologis

4 Setelah a. Kaji kemampuan a. Belajar tergantung kapada


dilakukan pasien untuk belajar emosi dan kesiapan fisik
tindakan mengetahui masalah, b. dapat menunjukkan
keperawatan kelemahan, kemajuan atau
diharapkan lingkungan, media pengaktifan ulang
pasien yang terbaik bagi penyakit atau efek obat
mengetahui pasien yang memerlukan
informasi b. identifikasi gejala yang evaluasi berlanjut
tentang harus dilaporkan c. Meningkatkan kerja sama
penyakitnya, keperawatan, contoh dalam program
dengan hemoptisis, nyeri dada, pengobatan dan
kriteria hasil : demam, kesulitan mencegah penghentian
bernapas obat sesuai perbaikan
Pasien c. Jelaskan dosis obat, kondisi pasien
memperlihatk frekuensi pemberian, d. mencegah dan
an kerja obat yang menurunkan
peningkatan diharapkan dan alasan ketidaknyamanan
pengetahuan pengobatan lama, kaji sehubungan dengan terapi
mengenai potensial interaksi dan meningkatkan
perawatan dengan obat lain kerjasama dalam program
diri d. kaji potensial efek e. Memberikan kesempatan
samping pengobatan untuk memperbaiki
dan pemecahan kesehatan
masalah f. Informasi tertulis
e. Dorong pasien atau menurunkan hambatan
orang terdekat untuk pasien untuk mengingat
menyatakan takut atau sejumlah besar informasi
masalah, wajib
pertanyaan secara
nyata
f. berikan instruksi dan
informasi tertulis
khusus pada pasien
untuk rujukan.
Contohnya jadwal obat

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 10 Juni 2021

Tanggal Masuk : 9 Juni 2021

Ruang/Kelas : Ruang X

Nomor Register : 978727

Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru (TB Paru)

1. Identitas Klien

Nama Klien : Tn. B


Jenis kelamin : Laki-Laki

Usia : 74 tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Pendidikan : SD

Bahasa yg digunakan : Indonesia

Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Lambo lemo

Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan,Lain-lain) : Pribadi

Sumber Informasi (Klien / Keluarga) : Klien dan istri

2. Resume

Tn. B datang ke Rumah Sakit Siaga Medika pada tanggal 9 Juni 2021 pukul 09.21 WIB.
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan batuk- batuk, Pada saat pengkajian, klien
mengeluh sesak napas dan nyeri dada saat batuk. Klien mengatakan batuk-batuk dan
aktivitasnya terganggu. Klien mengeluh tidak bisa tidur dari kemarin karena sesak napas
dan batuk-batuk dan klien mengatakan susah makan (hanya makan bubur) dengan
frekuensi makan 3 kali sehari (hanya makan 4 sendok setiap waktu makan). Klien
mengatakan pernah mengalami penyakit Asma sekitar 5 tahun yang lalu. Klien sudah
masuk rumah sakit sangat sering sampai 5 kali. Klien tidak memiliki riwayat alergi. Klien
mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit keturunan atau menderita
penyakit seperti yang dideritanya saat ini.
Hasil observasi dan Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: klien tampak lemah, klien
tampak lusuh, pasien mengatakan batuk berlendir, TB: 168 cm, BB: 53 kg, Tanda-tanda
vital: didapatkan hasil tekanan darah 120/60 mmHg, nadi 80 kali/menit, pernapasan 32
kali/menit, dan suhu 36,5oC. kesadaran compos mentis kooperatif, GCS 15, WBC 16,5 x
103 /μL RBG 5.24 x 106/μL HGB 13,6 g/dL HCT 44,1 %, MCV 84,2 fL, MCH 26,0 Pg, PLT
523 x 103μL, BTA Positif ( + ). Masalah keperawatan yang muncul adalah pola napas
tidak efektif, setelah dilakukan tindakan memberikan oksigen tambahan sebanyak 2
liter dengan kanula nasal, memposisikan pasien semi fowler dan melakukan bantuan
kepala Klien batuk secara efektif. diberikan terapi obat Ceftriaxone 2 gr/IV/24 jam,
Dexametason ampl/IV/12 jam, Ranitidin 1 ampl/IV/12 jam, Combiven I + pulmicort II
nebu, Ambroxol 3 x sehari/oral, OAT 450 mg/ dl obat anti tuberkulosis,VFD RL (Intra
Vena Flood Drips Ringer Laktat) pada tangan kanan: 20 tetes/menit. Evaluasi secara
umum masalah belum teratasi, tujuan belum tercapai.

3. Riwayat Keperawatan :

a. Riwayat kesehatan sekarang.


1) Keluhan utama : Pasien mengatakan masih sesak, batuk berlendir susah
dikeluarkan

2) Kronologis keluhan

a) Faktor pencetus : sering merokok

b) Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( √ ) Bertahap

c) Lamanya : 2 bulan

d) Upaya mengatasi : berhenti merokok

b. Riwayat kesehatan masa lalu.

1) Riwayat Penyakit sebelumnya (termasuk kecelakaan) :

Klien sering ke rumah sakit 5 kali. Klien punya riwayat asma

2) Riwayat Alergi (Obat, Makanan, Binatang, Lingkungan) :

Tidak ada

3) Riwayat pemakaian obat :


Terapi OAT selama 2 bulan dan dihentikan sendiri oleh pasien

c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan tiga generasi dari klien)

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor risiko

Tidak ada

e. Riwayat Psikososial dan Spiritual.

1) Adakah orang terdekat dengan klien :

Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah keluarganya (Istri )

2) Interaksi dalam keluarga :

a) Pola Komunikasi : Komunikasi pasien sangat baik

b) Pembuatan Keputusan : Klien dan Istri

c) Kegiatan kemasyarakatan : Tidak ada

3) Dampak penyakit klien terhadap keluarga :


Pasien mengatakan ada dampak dari penyakit terhadap keluarga, dapat
menularkan penyakit TB Paru kepada istri dan anaknya, dan sebagian
aktivitas pasien dibantu oleh istrinya
4) Masalah yang mempengaruhi klien :
Pasien mengatakan tidak ada masalah yang mempengaruhi klien
5) Mekanisme koping terhadap masalah
( √ ) Pemecahan masalah
( ) Makan
( ) Tidur
( ) Minum obat
( ) Cari pertolongan
( ) Lain-lain (Misal: marah, diam)
6) Persepsi klien terhadap penyakitnya :
a) Hal yang sangat dipikirkan saat ini :
Pasien mengatakan penyakit adalah cobaan dari Allah SWT
b) Harapan setelah menjalani perawatan :
Pasien mengatakan berharap akan sembuh dan dapat
beraktivitas normal
c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit :
Pasien mengatakan aktivitas jadi terhambat dan dibantu oleh
keluarga
7) Sistem nilai kepercayaan :
a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
Pasien mengatakan tidak ada nilai-nilai kepercayaan yang
bertentangan dengan kesehatan
b) Aktivitas agama/ kepercayaan yang dilakukan :
Pasien mengatakan aktivitas agama yang dilakukan adalah
sholat 5 waktu dan berdzikir
8) Kondisi lingkungan rumah :
Pasien mengatakan tidak ada kondisi lingkungan rumah yang mempengaruhi
kesehatan saat ini
9) Pola kebiasaan :

HAL YANG DIKAJI POLA KEBIASAAN


Sebelum Sakit Di Rumah Sakit
1. Pola Nutrisi

a. Frekuensi makan :......X/ 3× 2×


hari
Baik Tidak
b. Nafsu makan : ......... baik/ tidak
Alasan :...........(mual, muntah, sariawan) - Mual tapi tidak
muntah

c. Porsi makanan yang dihabiskan 4 sendok


1 porsi
d. Makanan yang tidak disukai
Tidak ada
e. Makanan yang membuat alergi Tidak ada

f. Makanan pantangan Tidak ada


Tidak ada
Makanan olahan,
Tidak ada
g. Makanan diet alkohol

Makanan lunak,
Tidak ada
h. Penggunaan obat-obatan bubur

sebelum makan Obat OAT 450

Tidak ada mg/dl

i. Penggunaan alat bantu (NGT, dll) Tidak ada

Tidak ada
2. Pola Eliminasi

a. BAK :
1) Frekuensi :......X/ hari
5 X/ hari 5 X/ l
2) Warna :............... Kuning terang Kuning terang
3) Keluhan :............
Tidak ada Tidak ada
4) Penggunaan alat bantu (kateter,
dll) : Klien tidak Klien
menggunakan menggunakan
alat bantu pispot

b. BAB :
1) Frekuensi :......X/ hari
2 X/ hari Belum pernah
2) Waktu : (pagi/ siang/ malam/ tidak
tentu) Pagi tidak ada

3) Warna :...........
4) Konsistensi :........
Coklat lembek Tidak ada
5) Keluhan :...........
6) Penggunaan laxatif :........ Lembek tidak ada

Tidak ada Tidak ada

Pasien tidak tidak ada


menggunakan
laxatif
3. Pola Personal Hygiene

a. Mandi
1) Frekuensi :......X/ hari
2 X/ hari Tidak pernah
2) Waktu : pagi/ sore/ malam
b. Oral Hygiene Pagi dan sore tidak pernah

1) Frekuensi :.....X/ hari


2) Waktu :..........X/ hari
3 X/ hari Tidak pernah

c. Cuci rambut Pagi, setelah Tidak pernah

1) Frekuensi :.....X/ hari makan, sore


2 X/ hari Tidak pernah
4. Pola Istirahat dan Tidur

a. Lama tidur siang :.... Jam/ hari 1-2 Jam/ hari Tidak bisa tidur
b. Lama tidur malam :.....Jam/ hari
5-6 Jam/ hari Sulit untuk tidur
c. Kebiasaan sebelum tidur :......
Tidak ada Tidak ada
d. Hambatan :....

Tidak ada Pasien sulit tidur


di malam hari
karena batuk-
batuk

5. Pola Aktivitas dan Latihan

a. Waktu bekerja : Pagi/ siang/ malam Pagi Tidak bekerja


b. Olahraga : Ya/ tidak
Tidak Tidak
c. Jenis olahraga :
d. Frekuensi olahraga :.....X/ minggu -

e. Keluhan dalam beraktivitas -


(pergerakan tubuh/ mandi/
Tidak ada Sesak setelah
mengenakan pakaian/ sesak setelah
beraktivitas
beraktivitas/ dll)

5. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

a. Merokok : Ya/ tidak Ya Tidak


1) Frekuensi :.....
- -
2) Jumlah :........ Sebungkus/ hari -
3) Lama pemakaian :.......
- -
b. Minuman keras/ NABZA : Ya/ tidak
1) Frekuensi :....... Tidak Tidak

2) Jumlah :...... - -
3) Lama pemakaian :........
- -

- -

4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum :
1) Berat badan : sebelum sakit 54kg, setelah sakit 53 kg
2) Tinggi badan : 158 cm
3) Keadaan umum : ( ) Ringan (√) Sedang ( ) Berat
4) Pembesaran kelenjar getah bening : (√) Tidak , ( ) Ya, lokasi :....
b. Sistem Penglihatan :
1) Posisi mata : (√) Simetri ( ) Asimetris
2) Kelopak mata : (√) Normal ( ) Ptosis
3) Pergerakan bola mata : (√) Normal ( ) Abnormal
4) Konjungtiva : (√) Merah muda ( ) Anemis ( )Sangat merah
5) Kornea : (√) Normal ( ) Keruh/ berkabut
6) Sklera : ( ) Ikterik (√) Anikterik
7) Pupil : (√) Isokor ( ) Anisokor
8) Otot-otot mata : (√) Tidak ada kelainan ( ) Juling keluar/ dalam
9) Fungsi penglihatan : (√) Baik ( ) Kabur
10) Tanda-tanda radang : Tidak ada
11) Pemakaian kaca mata : (√) Tidak ( ) Ya, Jenis...
12) Pemakaian lensa kontak : Tidak ada
13) Reaksi terhadap cahaya : Miosis
c. Sistem Pendengaran :
1) Daun telinga : (√ ) Normal, ( ) Tidak, kanan/ kiri....
2) Karakteristik serumen (warna, konsistensi, bau) : kekuningan, lunak dan
tidak ada bau
3) Kondisi telinga tengah : (√) Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat lesi
4) Cairan dari telinga : (√) Tidak ( ) Ada,...
( ) Darah, nanah, dll
5) Perasaan penuh di telinga : ( ) Ya (√) Tidak
6) Tinitus : ( ) Ya (√) Tidak
7) Fungsi pendengaran : (√) Normal ( ) Kurang ( ) Tuli
8) Gangguan keseimbangan : (√) Tidak ( ) Ya
9) Pemakaian alat bantu : (√) Tidak ( ) Ya
d. Sistem Wicara : (√) Normal ( ) Tidak,....
( ) Aphasia ( ) Aphonia ( ) Dysatrial ( ) Dysphasia ( ) Anarthia
e. Sistem Pernapasan :
1) Jalan napas : ( ) Bersih (√) Ada, Sumbatan sputum
2) Pernapasan : ( ) Tidak sesak (√) Sesak
3) Menggunakan otot bantu pernapasan : ( √ ) Ya ( ) Tidak
4) Frekuensi : 32 ×/ menit
5) Irama : ( ) Teratur (√) Tidak teratur
6) Jenis pernapasan :
7) Kedalaman : ( ) Dalam (√) Dangkal
8) Batuk : ( ) Tidak (√ ) Ya, Produktif
9) Sputum : ( ) Tidak (√) Ya, Putih
10) Konsistensi : ( √ ) Kental ( ) Encer
11) Terdapat darah : ( √ ) Ya () Tidak
12) Palpasi dada : terdapat nyeri saat ditekan, tidak teraba pembengkakan
13) Perkusi dada : Redup
14) Suara napas : ( ) Vesikular (√) Ronchi ( ) Wheezing ( ) Rales
15) Nyeri saat bernapas : (√) Ya ( ) Tidak
16) Penggunaan alat bantu napas : (√) Tidak ( ) Ya,.....
f. Sistem Kardiovaskulaer :
1) Sirkulasi Perifer
a) Nadi : 100 ×/ menit, Irama : (√) Teratur ( ) Tidak teratur
Denyut : ( ) Lemah (√) Kuat
b) Tekanan darah : 120/ 60 mmHg
c) Distensi vena jugularis : kanan: (√) Tidak ( ) Ya
Kiri : (√) Tidak ( ) Ya
d) Temperatur kulit : (√) Hangat ( ) Dingin
e) Warna kulit : (√) Pucat ( )Cyanosis ( ) Kemerahan
f) Pengisian kapiler : < 2 detik
g) Edema : ( ) Ya (√) Tidak
h) Sirkulasi Jantung
2) Kecepatan denyut apical : 92 ×/ menit
3) Irama : (√) Teratur ( ) Tidak teratur
4) Kelainan bunyi jantung : -
5) Sakit dada : (√ ) Ya ( ) Tidak ada
Timbulnya : jarang timbul
g. Sistem Hematologi :
1) Pucat : (√) Tidak ( ) Ada
2) Perdarahan : (√) Tidak ( ) Ada
h. Sistem Syaraf Pusat :
1) Keluhan sakit kepala : tidak ada
2) Tingkat kesadaran : (√) Compos mentis ( ) Apatis
( ) Somnolent ( ) Soporokoma
i) Glasgow coma scale : E 4, V 5, M 6
j) Tanda-tanda peningkatan TIK: (√) Tidak ( ) Ya
k) Gangguan sistem persyarafan : -
l) Pemeriksaan reflek :
a) Reflek fisiologis : (√) Normal ( ) Tidak
b) Reflek Patologis : (√) Tidak ( ) Ya
i. Sistem Pencernaan :
Keadaan mulut :
1) Gigi : (√ ) Ya ( ) Tidak
2) Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya (√) Tidak
3) Stomatitis : ( ) Ya (√) Tidak
4) Lidah kotor : ( √ ) Ya () Tidak
5) Salifa : (√) Normal ( ) Abnormal
6) Muntah : (√) Tidak ( ) Ya
a) Isi : -
b) Warna : -
c) Frekuensi : -
d) Jumlah : -
7) Nyeri daerah perut : ( ) Ya (√) Tidak
8) Skala nyeri : -
9) Lokasi dan karakter nyeri : -
10) Bising usus : 16-20 ×/ menit
11) Diare : (√) Tidak ( ) Ya
a) Lamanya : -
b) Frekuensi : -
c) Warna feses : -
d) Konsistensi feses : -
12) Konstipasi : (√) Tidak ( ) Ya
13) Hepar : ( ) Teraba (√) Tidak teraba
14) Abdomen : (√) Lembek ( ) Kembung
( ) Acites ( ) Distensi
j. Sistem Endokrin :
1) Pembesaran kelenjar tiroid : (√) Tidak ( ) Ya,.....
( ) Exoptalmus ( ) Tremor ( ) Diaporesis
2) Nafas berbau keton : ( ) Ya (√) Tidak
( ) Poliuria ( ) Polidipsi ( )Poliphagia
3) Luka ganggren : (√) Tidak ( ) Ya, Lokasi.....
Kondisi luka...........
k. Sistem urogenital :
1) Balance cairan :
2) Perubahan pola kemih :
3) BAK : warna : (√) Kuning jernih ( ) Kuning kental/ cokelat
( ) Merah ( ) Putih
4) Distensi/ ketegangan kandung kemih : ( ) Ya (√) Tidak
5) Keluhan sakit pinggang : ( ) Ya (√) Tidak
6) Skala nyeri : -
l. Sistem integumen :
1) Turgor kulit : (√) Elastis ( ) Tidak elastis
2) Temperatur kulit : (√) Hangat ( ) Dingin
3) Warna kulit : (√) Pucat ( ) Sianosis ( ) Kemerahan
4) Keadaan kulit : (√) kotor ( ) Lesi ( ) Ulkus
5) Kelainan kulit : (√) Tidak ( ) Ya, jenis.....
6) Kondisi kulit daerah pemasangan infus : tidak terjadi pembengkakan
7) Keadaan rambut :
a) Tekstur : ( ) Baik (√) Tidak ( ) Alopesia
b) Kebersihan : (√) Tidak ( ) Ya
m. Sistem Muskuloskeletal :
1) Kesulitan dalam pergerakan : ( ) Ya (√) Tidak
2) Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( ) Ya (√) Tidak
3) Fraktur : ( ) Ya (√) Tidak
4) Lokasi : -
5) Kondisi : -
6) Kelainan bentuk tulang sendi : -
7) Kelainan struktur tulang belakang : -
8) Keadaan tonus otot : (√) Baik ( ) Hipotoni

1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 10 juni 2021 pukul 20.46 WIB

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 11 juni 2021 pukul 15.33 WIB


Hasil Pemeriksaan rontgen toraks PA (tanggal 12 juni 2021) Kesan: KP duplex
aktif.
Terapi
Ceftriaxone 2 gr/IV/24 jam
Dexametason 1 ampl/IV/12 jam
Ranitidin 1 ampl/IV/12 jam
Combiven I + pulmicort II nebu
Ambroxol 3 x sehari/oral
OAT 450 mg/ dl obat anti tuberkulosis
VFD RL (Intra Vena Flood Drips Ringer Laktat) pada tangan kanan: 20
tetes/menit.
Oksigen tambahan sebanyak 2 liter dengan
menggunakan kanula nasal.

2. Data Fokus

 
Data subyektif Data objektif
DS: Do:
Kesadaran: composmentis
Keadaan: sakit sedang
TTV:
TD: 120/60mmHg
N: 80x/menit
RR: 32x/menit
S: 36,5°c
BB: 53Kg
TB: 158 cm
WBC : 11,8 x 10 3 /μL
HGB : 12.9 g/dL

Kebutuhan fisiologis:  oksigenasi Kebutuhan fisiologis: oksigenasi


1. Pasien mengatakan lemas
2. Pasien mengatakan sesak napas aat batuk 1. RR: 32x/menit
3. Pasien mengatakan batuk batuk 2. bunyi nafas terdengar
  ronkipada paru kiri (ICS III).
3. Pasien tampak sesak
4. Pasien tampak batuk
berlendir
Kebutuhan fisiologis: nutrisi Kebutuhan fisiologis: nutrisi
1. Pasien mengatakan  susah makan (hanya makan 1. Mukosa bibir tampak
bubur) frekuensi makan 3x sehari (hanya makan 4. anemis
Sendok setiap waktu makan) 2. Pasien tampak lemah
2. Pasien mengatakan mual terapi tidak muntah 3. Pasien tampak lusuh
4. Mukosa bibir tampak
kemerahan
Kebutuhan nyaman Kebutuhan  nyaman
1. Pasien mengatakan Susah tidur karena sesak napas 1. Pasien tampak  lemah
dan batuk batuk 2. Pasien tampak lusuh
3. Pasien tampak batuk
berlendir
Kebutuhan aktualisasi: perilaku Kebutuhan aktualisasi: perilaku
1. Pasien mengatakan tidak pernah mandi, tidak pernah 1. Gigi dan lidah tampak kotor
keramas, jarang gosok gigi dan tidak pernah gunting 2. Kuku panjang dan kotor
kuku
3. Analisa data
Nama Klien / Umur : Ny. B (74 th)
No. Kamar / Ruang : ruang X kamar 311.1
Diagnosa Medis : Tuberculosis paru

No Data Masalah Etiologi


1 Ds: Bersihan jalan Napas tidak penumpukan sekret
efektif
1. Klien mengatakan batuk-
batuk

Do:

1. pernapasan : 32 x/menit
2. pasien tampak batuk
berlendir
3. Klien tampak sesak
4. terdengar Suara napas
tambahan : ronchi pada
paru kiri (ICS III)
5. WBC : 16,5 x 10 3 /μL
6. WBC : 11,8 x 10 3 /μL

2 Ds: Gangguan pola tidur Proses penyakit

1. Klien mengeluh tidak bisa


tidur dari kemarin karena
sesak napas dan batuk-
batuk

Do:

1. Klien tampak lemah


2. TD: 120/60 mmHg
3. konjungtiva tampak anemis
4. HGB : 13,6 g/dL
5. HGB : 12.9 g/dL
6. pernapasan : 32x/menit
7. Klien tampak batuk
berlendir

3 Ds: Perubahan nutrisi kurang dari intake tidak adekuat,


1. Klien mengatakan susah kebutuhan tubuh peningkatan
makan (hanya makan metabolisme di dalam
bubur) dengan frekuensi tubuh
makan 3 kali sehari (hanya
makan 4 sendok setiap
waktu makan)

Do:

1. Klien tampak lemah


2. TB : 168 cm, BB : 53kg
3. BBI : 61,2 kg
4. bibir agak kering
5. terdapat rasa mual saat
makan
6. lidah tampak kotor
7. WBC : 16,5 x 10 3 /μL
8. WBC : : 11,8 x 10 3 /μL

4 Ds: Defisit perawatan diri penurunan kemampuan


1. Klien mengatakan tidak dalam merawat diri
pernah mandi, tidak pernah
keramas, jarang gosok gigi
dan tidak pernah gunting
kuku
Do:
1. gigi tampak kotor
2. Kuku panjang dan kotor
3. Klien tampak lusuh

4. Diagnosa

a. Bersihan jalan Napas tidak efektif b.d penumpukan sekret d.d DS: Klien
mengatakan batuk-batuk, DO: Pernapasan 32 kali/menit, klien tampak batuk berlendir,
klien tampak sesak, terdengar suara napas tambahan: ronchi pada paru kiri (ICS III),
WBC: 16.5 x 10 3/μL, WBC: 11.8 x 10 3 /μL
b. Gangguan pola tidur b.d proses penyakit d.d DS: Klien mengeluh tidak bisa tidur dari
kemarin karena sesak napas dan batuk-batuk. DO: Klien tampak lemah, TD: 120/60
mmHg, konjungtiva tampak anemis, HGB: 13,6 g/dL, HGB: 12,9 g/dL, pernapasan: 32
kali/ menit, klien tampak batuk berlendir.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat,
peningkatan metabolisme di dalam tubuh d.d DS: Klien mengatakan susah makan
(hanya makan bubur) dengan frekuensi makan 3 kali sehari (hanya makan 4 sendok
setiap waktu makan). DO: Klien tampak lemah, TB: 168 cm, BB 53 kg, BBI: 61,2 kg, bibir
agak kering, terdapat rasa mual saat makan, lidah tampak kotor, WBC: 16.5 x 103 /μL,
WBC: 11.8 x 103 /μL
d. Defisit perawatan diri b.d penurunan kemampuan dalam merawat diri d.d DS:
Klien mengatakan tidak pernah mandi, tidak pernah keramas, jarang gosok gigi dan tidak
pernah gunting kuku. DO:Gigi tampak kotor, kuku panjang dan kotor serta klien tampak
lusuh.

5. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Rasional


Keperawata
Hasil Keperawatan
n
1 Bersihan Setelah dilakukan 1. Mengkaji fungsi 1. Adanya
tindakan asuhan respirasi misalnya
jalan Napas perubahan
suara napas,
tidak efektif keperawatan selama jumlah, irama dan fungsi
3x24 jam diharapkan kedalaman serta
b.d respirasi
penggunaan otot
penumpuka bersihan jalan Napas napas tambahan. dan
menjadi efektif, dengan 2. Mengatur posisi
n sekret d.d penggunaa
kriteria hasil: tidur semi atau
n obat
Ds: Klien high fowler. Bantu
1. Batuk klien untuk tambahan
mengatakan berlatih batuk
berkurang/hilan menandak
batuk- batuk secara efektif.
g an kondisi
3. Memberikan
Do: 2. sekret berkurang minum kurang penyakit
pernapasan : 3. Suara Napas lebih 2.500
ml/hari, anjurkan yang masih
32 x/menit, paru vesikuler untuk diberikan harus
Klien dalam kondisi
hangat jika tidak mendapatk
tampak
ada kontraindikasi. an
batuk
4. Mengajarkan penangana
berlendir, klien cara batuk
efektif. n penuh.
Klien
tampak 5. Memberikan 2. Posisi
oksigen tambahan semi / high
sesak, sesuai indikasi.
terdengar fowler
6. Memberikan
Suara napas pengobatan memberika
bronkodilator,
tambahan : n
kortikosteroid dan
ronchi pada agen mukolitik kesempata
paru kiri sesuai indikasi. n paru-
(ICS III). paru
WBC : 16,5 berkemban
x 10 3 /μ, g secara
WBC : 11,8
x 10 3 /μL maksimal.
Batuk
efektif
memperm
udah
ekspektora
si mukus.
3. Air
hangat
akan
memperm
udah
mengencer
kan sekret
melalui
proses
konduksi.
4. Batuk
efektif
akan
membantu
mengeluar
kan sekret.
5.
Meningkat
kan kadar
tekanan
parsial
oksigen
dan
saturasi
oksigen
dalam
darah.
6.
Pengobata
n berfungsi
untuk
memper-
lebar
saluran
udara,
memperte
bal dinding
saluran
udara
(bronkus),
dan
mengencer
kan sekret.
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Mengkaji pola, 1. Untuk
pola tidur tindakan asuhan waktu dan faktor mengidentifikasi
b.d proses keperawatan selama penyebab masalah dan
penyakit d.d 3x24 jam diharapkan kesulitan tidur. membantu pilihan
Ds: Klien gangguan pola tidur intervensi.
2. Memberikan
mengeluh dapat teratasi, dengan
2. Posisi yang
posisi yang
tidak bisa kriteria hasil:
nyaman akan
tidur dari nyaman bagi klien.
1. TD dalam batas membuat klien
kemarin 3. Menciptakan
karena sesak normal lingkungan yang menjadi lebih
napas dan 2. konjungtiva tenang misalnya tenang.
batuk-batuk tidak anemis dengan 3. Lingkungan
3. tidak ada membatasi sangat mendukung
Do: Klien
kelemahan pengunjung. kenyamanan klien.
tampak
4. tidur menjadi
lemah, TD: 4. Spiritual akan
4. Menganjurkan
adekuat
120/60 membantu
klien untuk
mmHg, menenangkan jiwa
melakukan
konjungtiva klien.
aktivitas
tampak
sederhana
anemis,
sebelum tidur
HGB : 13,6
misalnya
g/d, HGB :
membaca kitab
12.9 g/dL,
suci, mengaji, atau
pernapasan :
sholat (berdoa).
32x/menit,
Klien
tampak
batuk
berlendir
Perubahan Setelah dilakukan 1. Mengkaji Memberikan
nutrisi tindakan asuhan kebutuhan intake gambaran jumlah
kurang dari keperawatan selama klien intake, jenis
kebutuhan 1x24 jam diharapkan makanan dan
2. Menimbang BB
tubuh b.d kebutuhan nutrisi minuman yang
tiap hari
intake tidak terpenuhi dengan
dibutuhkan
adekuat, kriteria hasil : 3. Memberikan 2. Peningkatan BB
peningkatan porsi makan
1. Porsi makan sebagai indikator
metabolisme sedikit tapi sering.
dihabiskan perbaikan status
di dalam
2. BB meningkat, 4. Menganjurkan
tubuh d.d keadaan Klien makan makanan gizi klien
membaik dalam kondisi 3. Memberikan
Ds: Klien
mengatakan hangat. toleransi nutrisi

susah makan yang adekuat


5. Melakukan
(hanya 4. Makanan dalam
perawatan oral
makan kondisi hangat
hygiene.
bubur) akan mengurangi
dengan 6. Kolaborasi mual.
frekuensi pemberian diit 5. Perawatan oral
makan 3 kali dengan ahli gizi. hygiene akan
sehari meningkatkan
(hanya nafsu makan klien
makan 4
6. Untuk
sendok
menentukan
setiap waktu
nutrisi yang tepat
makan)
bagi klien,
Do: Klien
tampak
lemah, TB :
168 cm, BB :
53kg, BBI :
61,2 kg,
bibir agak
kering,
terdapat rasa
mual saat
makan, lidah
tampak
kotor,WBC :
16,5 x 10
3 /μ, WBC :
11,8 x 10
3 /μL
Defisit Setelah dilakukan 1. Mengkaji 1. Mengidentifikasi
perawatan tindakan asuhan kemampuan klien intervensi yang
diri b.d keperawatan selama dalam melakukan akan dilaksanakan.
penurunan 1x24 jam diharapkan perawatan diri. 2. Meningkatkan
kemampuan Defisit pengetahuan pemahaman klien
2. Menjelaskan
dalam (tingkat pengetahuan
dan keluarga.
kepada klien dan
merawat diri meningkat) 3. Memenuhi
keluarga tentang
d.d Kh : perawatan diri
pentingnya
Ds: Klien 1. Perilaku sesuai klien.
perawatan diri.
mengatakan anjuran 4. Keterlibatan
3. Melakukan keluarga akan
tidak pernah meningkat (5)
perawatan diri
mandi, tidak 2. Kemampuan menjadikan
klien (mandi,
pernah menjelaskan keluarga mandiri
pengetahuan gunting kuku,
keramas, dalam merawat
tentang suatu keramas dan oral klien
jarang gosok
topik meningkat hygiene).
gigi dan
tidak pernah (perawatan
4. Melibatkan
payudara) (5)
gunting keluarga dalam
3. Perilaku sesuai
kuku. melakukan
dengan
perawatan diri
Do: gigi pengetahuan
tampak klien
meningkat (cara
kotor, Kuku pijat oksitosin)
panjang dan (5)
kotor, Klien 4. Pertanyaan
tampak tentang masalah
lusuh yang dihadapi
menurun (5)
5. Perilaku
membaik (5)

6. Implementasi

Nama Klien / Umur : Ny. B (74 th)

No. Kamar / Ruang : ruang X kamar 311.1

Diagnosa Medis : Tuberculosis Paru

Hari, No Tindakan keperawatan dan hasil Paraf dan


tanggal dx nama jelas
waktu
27 juli 2021 1 1. Mengkaji suara napas dengan melakukan auskultasi Wafiq
08.00 menggunakan stetoskop dan didengarkan pada area
dada dan punggung, menghitung frekuensi pernapasan
dengan melihat jumlah inspirasi dan ekspirasi, serta
mengobservasi penggunaan otot napas tambahan
dengan cara inspeksi.
2. Mengatur posisi tidur dengan memberikan posisi
semifowler (posisi setengah duduk).
3. Memberikan klien minum air hangat sebanyak
setengah gelas untuk mengencerkan sputum yang
menumpuk di jalan napasnya.
4. Mengajarkan dan mendemonstrasikan batuk efektif
dengan cara menarik napas dalam melalui hidung dan
menghembuskan perlahan melalui mulut, diulang
selama tiga kali kemudian ketika menarik napas yang
ketiga kalinya lalu batuk secara spontan.
5. Memberikan oksigen tambahan sebanyak 2 liter
dengan
menggunakan kanula nasal.
6. Memberikan pengobatan sesuai indikasi, dimana klien
diberikan codein 1 tablet dan ambroxol 1 tablet.
28 juli 2021 2 1. Mengkaji pola tidur klien dengan menanyakan jam Wafiq
09.00 tidur, jam bangun tidur serta kesulitan tidur atau
seringnya terbangun di malam hari.
2. Memberikan posisi terlentang dan setengah duduk
(semi fowler) dengan cara memberikan sanggahan
bantal pada kepala sampai pundak.
3. Menciptakan lingkungan yang tenang dengan cara
membatasi jumlah pengunjung dan penjaga yang
diperbolehkan hanya 1 orang.
4. Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas
sederhana sebelum tidur misalnya membaca kitab suci,
mengaji, atau sholat (berdoa)
29 juli 2021 3 1. Menimbang berat badan klien dengan menggunakan Wafiq
09.00 timbangan berat badan (neraca).
2. Mengkaji makanan yang disukai dan tidak disukai oleh klien
dengan cara menanyakan hal-hal tersebut pada klien dan
memberikan pilihan makanan yang baik dikonsumsi oleh
klien.
3. Memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.
Dengan cara memberikan makanan secara kontinyu dalam
porsi yang bisa diterima klien.
4. Menganjurkan makan makanan dalam kondisi hangat.
5. Memberikan diit nutrisi sesuai indikasi yaitu makanan tinggi
kalori dan tinggi protein seperti ikan, daging, telur
dan lain sebagainya.

30 juli 2021 4 1. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan Wafiq


08.00 diri dan hasilnya klien tidak mampu melakukan perawatan diri
karena tangannya diinfus, namun keluarga mengatakan akan
selalu membantu memandikan klien.
2. Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya
perawatan diri.
3. Memandikan klien dengan menggunakan tisu basah secara
hati-hati dan selalu memantau pernapasannya.
4. Melakukan perawatan kuku (potong kuku dan
bersihkan) dengan cara merendam tangan di air hangat
kemudian kuku dipotong dan dibersihkan.
5. Membantu klien dalam menggosok gigi dengan
menggunakan sikat dan pasta gigi.
6. Melibatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri
klien.

7. Evaluasi

No Hari, Evaluasi hasil (SOAP) mengacu pada tujuan Paraf dan


dx tanggal nama jelas
waktu
1 27 juli S: Klien mengatakan masih batuk berlendir tetapi darahnya Wafiq
2021 sudah
berkurang.
13.00 O: Klien batuk berlendir, terdengar. suara napas tambahan:
ronchi pada paru kiri (ICS III), RR: 30 kali/menit.

A: Bersihan jalan nafas belum teratasi


P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,5 dan 6.
1. Mengkaji suara napas dengan melakukan auskultasi
menggunakan stetoskop dan didengarkan pada area dada dan
punggung, menghitung frekuensi pernapasan dengan melihat
jumlah inspirasi dan ekspirasi, serta mengobservasi penggunaan
otot napas tambahan dengan cara inspeksi.
2. Mengatur posisi tidur dengan memberikan posisi semifowler
(posisi setengah duduk).
3. Memberikan klien minum air hangat sebanyak setengah gelas
untuk mengencerkan sputum yang menumpuk di jalan napasnya.
5 Mengobservasi keadaan oksigen tambahan yang diberikan
kepada klien.
6. Memberikan pengobatan sesuai indikasi, dimana klien
diberikan

2 28 juli S: Klien mengatakan sulit tidur dan Wafiq


2021 sering terbangun karena batuk.
14.00 O: Klien tampak lemah, TD 120/60 mmHg, konjungtiva
tampak

anemis, nilai HGB: 10,9 g/dL

A: gangguan pola tidur belum teratasi

P: intervensi 1, 2 dan 3 dilanjutkan


1. Mengkaji pola tidur klien dengan menanyakan jam tidur, jam
bangun tidur serta kesulitan tidur atau seringnya terbangun di
malam hari.
2. Memberikan posisi terlentang dan setengah duduk (semi
fowler) dengan cara memberikan sanggahan bantal pada kepala
sampai pundak.
3. Menciptakan lingkungan yang tenang dengan cara membatasi
jumlah pengunjung dan penjaga yang diperbolehkan hanya 1
orang.

3 29 juli S : Merasa enak saat makan. Wafiq


2021 O : Makanan dihabiskan setengah
14.00 porsi, BB: 53 kg.
A : Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4 dan 5.
1. Menimbang berat badan klien dengan menggunakan
timbangan
3 Memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
dengan cara memberikan makanan secara kontinyu dalam
porsi yang bisa diterima klien.
4. Menganjurkan makan makanan dalam kondisi hangat.
5. Memberikan diit nutrisi sesuai indikasi yaitu makanan tinggi
kalori dan tinggi protein seperti ikan, daging, telur dan lain
sebagainya

4 30 juli S : Klien mengatakan segar setelah dimandikan (waslap) dan Wafiq


2021 gosok gigi.

13.00 A: Defisit perawatan diri teratasi.


O : Klien tampak segar, bersih dan harum.
A : Defisit perawatan diri teratasi.
P : intervensi dipertahankan
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (MTB) 1 . Robert Koch pertama kali menemukan MTB
padatahun 1882 2. Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru (2006), masih
menempatkanIndonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India
dan Cina.Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai
penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit
infeksi.Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk diagnosis
padasemua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang
dikumpulkandalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-
Sewaktu (SPS).Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian,mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensikuman terhadap OAT

B. SARAN
Dapat meningkatkan mutu pendidikan yng lebih berkualitas dan professional agar tercipta
perawat yng professional, terampil, inovatif, aktif, dan bermutu yang mampu memberikan
asuhan keperwatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengetahuan. Sebagai bahan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman penulis dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien Tuberculosis Paru.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press.

Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha Medika

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press

Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis Klinis. Jakarta. Widya
Medika
Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Gerdunas TB.

Dinkes Kampar. 2018. Profil Kesehatan Kesehatan Kampar.

Diagnosa Nanda Nic Noc. 2007-2008. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

Jakarta: EGC

Djojodibroto, R. Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Edisi 1. Jakarta:EGC


pp.136-143.

Doenges, Marilynn E.dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Alih Bahasa : I Made Kriasa.EGC.Jakarta

Hariadi, Slamet, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu Penyakit
Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo.

Hasan, Helmia, Wibisono M, Winariani, Hariadi S, editors. 2010. Tuberkolosis Paru. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR – RSUD Dr. Soetomo.

Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Junaidi,
Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta : Buana Ilmu Populer

Asih, Niluh Gede Yasmin dan Christantie Effendy. (2004). Keperawatan Medical Bedah Klien
Dengan Gangguan System Pernafasan. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. (2012) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2013) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid I. Yogyakarta: Mediactio.

Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. (2013). KMB I Keperawatan Medikal Bedah:
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai