Pendahuluan
A. Latar belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis dapat menyebar dari
satu orang ke orang lain melalui transmisi udara (droplet dahak pasien tuberkulosis).
Pasien yang terinfeksi Tuberkulosis akan memproduksi droplet yang mengandung
sejumlah basil kuman TB ketika mereka batuk, bersin, atau berbicara. Orang yang
menghirup basil kuman TB tersebut dapat menjadi terinfeksi Tuberkulosis.
Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen
global dalam MDG’s (Kemenkes, 2015). Penyakit Tuberkulosis masih menjadi masalah
kesehatan utama di dunia. Hal tersebut menyebabkan gangguan kesehatan jutaan orang
pertahun penyebab utama kematian penyakit menular di dunia . Pada tahun 2014,
diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru yaitu 5,4 juta adalah laki-laki, 3,2 juta di kalangan
perempuan dan 1,0 juta anak- anak. Penyebab kematian akibat TB Paru pada tahun
2014 sangat tinggi yaitu 1,5 juta kematian , dimana sekitar 890.000 adalah laki-laki,
480.000 adalah perempuan dan 140.000 anak-anak (WHO, 2015). Indikator yang
digunakan dalam penanggulangan TB salah satunya Case Detection Rate CDR), yaitu
jumlah proporsi pasien baru BTA positif yang ditemukan dan pengobatan terhadap
jumlah pasien baru BTA positif, yang diperkirakan dalam wilayah tersebut (Kemenkes,
2015). Pencapaian CDR (Case Detection Rate-Angka Penemuan Kasus) TB di Indonesia
tiga tahun terakhir mengalami penurunan yaitu tahun 2012 sebesar 61 %, tahun 2013
sebesar 60 %, dan tahun 2014 menjadi 46 % (Kemenkes RI, 2015).
Laporan TB dunia oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, masih
menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor tiga di dunia setelah
India dan Cina, diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000
penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000). Penderita TBC di
Indonesia pada tahun 2016 mencapai 156.723 orang, Provinsi dengan peringkat 5
tertinggi yaitu Jawa Barat sebanyak 23.774 orang, Jawa Timur sebanyak 21.606 orang,
Jawa Tengah sebanyak 14.139 orang, Sumatera Utara sebanyak 11.771 orang, DKI
Jakarta sebanyak 9.516 orang (Profil kesehatan Indonesia, 2016). Berdasarkan data
Dinas Kesehatan di Kabupaten Kampar pada tahun 2018 terdapat 1.079 kasus dengan
rincian perempuan 383 kasus dan laki-laki sebanyak 696 kasus (Dinas Kesehatan
Kabupaten Kampar, 2018).
Berdasarkan data diatas penderita paru semakin meningkat, padahal TB Paru penyakit
yang bisa disembuhkan apabila cara penanganannya menggunakan prosedur dengan
benar, yaitu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan baik. Pentingnya
peran perawat sebagai tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan
termasuk berupaya bersama-sama mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit
TB Paru baik dengan cara pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga yang telah
terinfeksi.
B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas PKK III individu mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III.
b) Tujuan Khusus
o Dapat memahami konsep teori penyakit tubercolosis dan memberikan asuhan
keperawatan tuberculosis dengan temuan kasus.
BAB II
Tinjauan Teoritis
A. Konsep penyakit
i. Definisi
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang
dapat hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya
yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga
mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga
menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan
pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini
tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama
terjadi pada malam hari. Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit
radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami
proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie
M.P, 2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif
juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun
dengan tingkat penularan yang kecil (kemenkes RI,2015).
ii. Etiologi
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015),
Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar
matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria
tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada
dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe
human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari
penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila
menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.
iii. Manifestasi klinis
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan
pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak
ditemukan pasien TB Paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
a. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang- kadang
panas badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. keadaan
ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya
infeksi tuberkulosis yang masuk.
b. Batuk/batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada
setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk
ini dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbulnya
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). keadaan yang
lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang
pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat
juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya
sudah meliputi sebagian paru-paru
d. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
e. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar
keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
iv. Patofisiologi
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air bone),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga
gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman
akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri
di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh
dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan
bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang dikelilingi oleh
foist. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).
v. Patoflow
vi. Komplikasi
Pada anak dengan tuberculosis biasanya sering terjadi komplikasi.
Menurut Wallgren, ada 3 komplikasi dasar Tuberculosis paru pada anak,
yaitu penyebaran limfohematogen, Tuberculosis endobronkial, dan
Tuberculosis paru kronik. Sebanyak 0,5-3% penyebaran limfohematogen
akan menjadi Tuberculosis milier atau meningitis Tuberculosis, hal ini
biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.
Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat
pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama
(3-9 bulan). Terjadinya Tuberculosis paru kronik sangat bervariasi,
Tuberculosis paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di
dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang
terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan dewasa muda.
Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang
terinfeksi Tuberculosis. Tuberculosis tulang dan sendi terjadi pada 5- 10%
anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi
dapat juga 2-3 tahun kemudian. Tuberculosis ginjal biasanya terjadi 5-25
tahun setelah infeksi primer (Ardiansyah, 2012).
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada
TB paru adalah:
1) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
4) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal, dan sebagainya.
6) Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).
vii. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang perlu dikaji pada pasien tuberkulosis paru
menurut Doenges (2000).
a. Klutur sputum: Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada
tahap aktif penyakit
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah): positif untuk basil asam-cepat.
c. Tes kulit (PPD,Mantoux, potongan Vollmer): Reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinis sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi
disebabkan oleh
mikrovakterium yang berbeda.
d. ELISA/Westren Blot : Dapat menyatakan adanya HIV
e. Foto Torak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
f. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine
dan cairan serebrospinal, biopsi kulit) : positif untuk Mycobacterium
tuberculosis.
g. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB, adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis
h. Elektrosit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.
i. GDA : Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati, peningkatan rasio uadar residu dan kapasitas paru total, dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap inflitrasi parenkim/fibrosis,
kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru meluas)
viii. Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis
dengan cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk
Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok yaitu :
a. obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas
yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat
disembuhkan dengan obat-obat ini.
b. obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).
a. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman
Somantri, p.68 2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan.
Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah
dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari kedalam
rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun,
namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering
mengalami TB diluar paru-paru (extrapulmonary) disbanding TB paru dengan
perbandingan 3:1. TB diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan
pada usia<3 tahun. Angka kejadia (pravelensi) TB paru pada usia 5-12 tahun
cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB paru
menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-
paru).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
Poltekkes Kemenkes Padang
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke
sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan
hitam dan diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi
merupakan penyakit infeksi menular.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan
tidur, kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. PemeriksaanFisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat) Nadi : Pada umumnya nadi
pasien meningkat Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-
20x/i)
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Suhumungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva
anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya
adanya pergeseran
trakea.
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya
pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas;
pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak
bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
c. Intervensi
No Tujuan dan Rencana Rasional
Diagnos kriteria hasil
a
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Ruang/Kelas : Ruang X
1. Identitas Klien
Usia : 74 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
2. Resume
Tn. B datang ke Rumah Sakit Siaga Medika pada tanggal 9 Juni 2021 pukul 09.21 WIB.
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan batuk- batuk, Pada saat pengkajian, klien
mengeluh sesak napas dan nyeri dada saat batuk. Klien mengatakan batuk-batuk dan
aktivitasnya terganggu. Klien mengeluh tidak bisa tidur dari kemarin karena sesak napas
dan batuk-batuk dan klien mengatakan susah makan (hanya makan bubur) dengan
frekuensi makan 3 kali sehari (hanya makan 4 sendok setiap waktu makan). Klien
mengatakan pernah mengalami penyakit Asma sekitar 5 tahun yang lalu. Klien sudah
masuk rumah sakit sangat sering sampai 5 kali. Klien tidak memiliki riwayat alergi. Klien
mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit keturunan atau menderita
penyakit seperti yang dideritanya saat ini.
Hasil observasi dan Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: klien tampak lemah, klien
tampak lusuh, pasien mengatakan batuk berlendir, TB: 168 cm, BB: 53 kg, Tanda-tanda
vital: didapatkan hasil tekanan darah 120/60 mmHg, nadi 80 kali/menit, pernapasan 32
kali/menit, dan suhu 36,5oC. kesadaran compos mentis kooperatif, GCS 15, WBC 16,5 x
103 /μL RBG 5.24 x 106/μL HGB 13,6 g/dL HCT 44,1 %, MCV 84,2 fL, MCH 26,0 Pg, PLT
523 x 103μL, BTA Positif ( + ). Masalah keperawatan yang muncul adalah pola napas
tidak efektif, setelah dilakukan tindakan memberikan oksigen tambahan sebanyak 2
liter dengan kanula nasal, memposisikan pasien semi fowler dan melakukan bantuan
kepala Klien batuk secara efektif. diberikan terapi obat Ceftriaxone 2 gr/IV/24 jam,
Dexametason ampl/IV/12 jam, Ranitidin 1 ampl/IV/12 jam, Combiven I + pulmicort II
nebu, Ambroxol 3 x sehari/oral, OAT 450 mg/ dl obat anti tuberkulosis,VFD RL (Intra
Vena Flood Drips Ringer Laktat) pada tangan kanan: 20 tetes/menit. Evaluasi secara
umum masalah belum teratasi, tujuan belum tercapai.
3. Riwayat Keperawatan :
2) Kronologis keluhan
c) Lamanya : 2 bulan
Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan tiga generasi dari klien)
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor risiko
Tidak ada
Makanan lunak,
Tidak ada
h. Penggunaan obat-obatan bubur
Tidak ada
2. Pola Eliminasi
a. BAK :
1) Frekuensi :......X/ hari
5 X/ hari 5 X/ l
2) Warna :............... Kuning terang Kuning terang
3) Keluhan :............
Tidak ada Tidak ada
4) Penggunaan alat bantu (kateter,
dll) : Klien tidak Klien
menggunakan menggunakan
alat bantu pispot
b. BAB :
1) Frekuensi :......X/ hari
2 X/ hari Belum pernah
2) Waktu : (pagi/ siang/ malam/ tidak
tentu) Pagi tidak ada
3) Warna :...........
4) Konsistensi :........
Coklat lembek Tidak ada
5) Keluhan :...........
6) Penggunaan laxatif :........ Lembek tidak ada
a. Mandi
1) Frekuensi :......X/ hari
2 X/ hari Tidak pernah
2) Waktu : pagi/ sore/ malam
b. Oral Hygiene Pagi dan sore tidak pernah
a. Lama tidur siang :.... Jam/ hari 1-2 Jam/ hari Tidak bisa tidur
b. Lama tidur malam :.....Jam/ hari
5-6 Jam/ hari Sulit untuk tidur
c. Kebiasaan sebelum tidur :......
Tidak ada Tidak ada
d. Hambatan :....
2) Jumlah :...... - -
3) Lama pemakaian :........
- -
- -
4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum :
1) Berat badan : sebelum sakit 54kg, setelah sakit 53 kg
2) Tinggi badan : 158 cm
3) Keadaan umum : ( ) Ringan (√) Sedang ( ) Berat
4) Pembesaran kelenjar getah bening : (√) Tidak , ( ) Ya, lokasi :....
b. Sistem Penglihatan :
1) Posisi mata : (√) Simetri ( ) Asimetris
2) Kelopak mata : (√) Normal ( ) Ptosis
3) Pergerakan bola mata : (√) Normal ( ) Abnormal
4) Konjungtiva : (√) Merah muda ( ) Anemis ( )Sangat merah
5) Kornea : (√) Normal ( ) Keruh/ berkabut
6) Sklera : ( ) Ikterik (√) Anikterik
7) Pupil : (√) Isokor ( ) Anisokor
8) Otot-otot mata : (√) Tidak ada kelainan ( ) Juling keluar/ dalam
9) Fungsi penglihatan : (√) Baik ( ) Kabur
10) Tanda-tanda radang : Tidak ada
11) Pemakaian kaca mata : (√) Tidak ( ) Ya, Jenis...
12) Pemakaian lensa kontak : Tidak ada
13) Reaksi terhadap cahaya : Miosis
c. Sistem Pendengaran :
1) Daun telinga : (√ ) Normal, ( ) Tidak, kanan/ kiri....
2) Karakteristik serumen (warna, konsistensi, bau) : kekuningan, lunak dan
tidak ada bau
3) Kondisi telinga tengah : (√) Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat lesi
4) Cairan dari telinga : (√) Tidak ( ) Ada,...
( ) Darah, nanah, dll
5) Perasaan penuh di telinga : ( ) Ya (√) Tidak
6) Tinitus : ( ) Ya (√) Tidak
7) Fungsi pendengaran : (√) Normal ( ) Kurang ( ) Tuli
8) Gangguan keseimbangan : (√) Tidak ( ) Ya
9) Pemakaian alat bantu : (√) Tidak ( ) Ya
d. Sistem Wicara : (√) Normal ( ) Tidak,....
( ) Aphasia ( ) Aphonia ( ) Dysatrial ( ) Dysphasia ( ) Anarthia
e. Sistem Pernapasan :
1) Jalan napas : ( ) Bersih (√) Ada, Sumbatan sputum
2) Pernapasan : ( ) Tidak sesak (√) Sesak
3) Menggunakan otot bantu pernapasan : ( √ ) Ya ( ) Tidak
4) Frekuensi : 32 ×/ menit
5) Irama : ( ) Teratur (√) Tidak teratur
6) Jenis pernapasan :
7) Kedalaman : ( ) Dalam (√) Dangkal
8) Batuk : ( ) Tidak (√ ) Ya, Produktif
9) Sputum : ( ) Tidak (√) Ya, Putih
10) Konsistensi : ( √ ) Kental ( ) Encer
11) Terdapat darah : ( √ ) Ya () Tidak
12) Palpasi dada : terdapat nyeri saat ditekan, tidak teraba pembengkakan
13) Perkusi dada : Redup
14) Suara napas : ( ) Vesikular (√) Ronchi ( ) Wheezing ( ) Rales
15) Nyeri saat bernapas : (√) Ya ( ) Tidak
16) Penggunaan alat bantu napas : (√) Tidak ( ) Ya,.....
f. Sistem Kardiovaskulaer :
1) Sirkulasi Perifer
a) Nadi : 100 ×/ menit, Irama : (√) Teratur ( ) Tidak teratur
Denyut : ( ) Lemah (√) Kuat
b) Tekanan darah : 120/ 60 mmHg
c) Distensi vena jugularis : kanan: (√) Tidak ( ) Ya
Kiri : (√) Tidak ( ) Ya
d) Temperatur kulit : (√) Hangat ( ) Dingin
e) Warna kulit : (√) Pucat ( )Cyanosis ( ) Kemerahan
f) Pengisian kapiler : < 2 detik
g) Edema : ( ) Ya (√) Tidak
h) Sirkulasi Jantung
2) Kecepatan denyut apical : 92 ×/ menit
3) Irama : (√) Teratur ( ) Tidak teratur
4) Kelainan bunyi jantung : -
5) Sakit dada : (√ ) Ya ( ) Tidak ada
Timbulnya : jarang timbul
g. Sistem Hematologi :
1) Pucat : (√) Tidak ( ) Ada
2) Perdarahan : (√) Tidak ( ) Ada
h. Sistem Syaraf Pusat :
1) Keluhan sakit kepala : tidak ada
2) Tingkat kesadaran : (√) Compos mentis ( ) Apatis
( ) Somnolent ( ) Soporokoma
i) Glasgow coma scale : E 4, V 5, M 6
j) Tanda-tanda peningkatan TIK: (√) Tidak ( ) Ya
k) Gangguan sistem persyarafan : -
l) Pemeriksaan reflek :
a) Reflek fisiologis : (√) Normal ( ) Tidak
b) Reflek Patologis : (√) Tidak ( ) Ya
i. Sistem Pencernaan :
Keadaan mulut :
1) Gigi : (√ ) Ya ( ) Tidak
2) Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya (√) Tidak
3) Stomatitis : ( ) Ya (√) Tidak
4) Lidah kotor : ( √ ) Ya () Tidak
5) Salifa : (√) Normal ( ) Abnormal
6) Muntah : (√) Tidak ( ) Ya
a) Isi : -
b) Warna : -
c) Frekuensi : -
d) Jumlah : -
7) Nyeri daerah perut : ( ) Ya (√) Tidak
8) Skala nyeri : -
9) Lokasi dan karakter nyeri : -
10) Bising usus : 16-20 ×/ menit
11) Diare : (√) Tidak ( ) Ya
a) Lamanya : -
b) Frekuensi : -
c) Warna feses : -
d) Konsistensi feses : -
12) Konstipasi : (√) Tidak ( ) Ya
13) Hepar : ( ) Teraba (√) Tidak teraba
14) Abdomen : (√) Lembek ( ) Kembung
( ) Acites ( ) Distensi
j. Sistem Endokrin :
1) Pembesaran kelenjar tiroid : (√) Tidak ( ) Ya,.....
( ) Exoptalmus ( ) Tremor ( ) Diaporesis
2) Nafas berbau keton : ( ) Ya (√) Tidak
( ) Poliuria ( ) Polidipsi ( )Poliphagia
3) Luka ganggren : (√) Tidak ( ) Ya, Lokasi.....
Kondisi luka...........
k. Sistem urogenital :
1) Balance cairan :
2) Perubahan pola kemih :
3) BAK : warna : (√) Kuning jernih ( ) Kuning kental/ cokelat
( ) Merah ( ) Putih
4) Distensi/ ketegangan kandung kemih : ( ) Ya (√) Tidak
5) Keluhan sakit pinggang : ( ) Ya (√) Tidak
6) Skala nyeri : -
l. Sistem integumen :
1) Turgor kulit : (√) Elastis ( ) Tidak elastis
2) Temperatur kulit : (√) Hangat ( ) Dingin
3) Warna kulit : (√) Pucat ( ) Sianosis ( ) Kemerahan
4) Keadaan kulit : (√) kotor ( ) Lesi ( ) Ulkus
5) Kelainan kulit : (√) Tidak ( ) Ya, jenis.....
6) Kondisi kulit daerah pemasangan infus : tidak terjadi pembengkakan
7) Keadaan rambut :
a) Tekstur : ( ) Baik (√) Tidak ( ) Alopesia
b) Kebersihan : (√) Tidak ( ) Ya
m. Sistem Muskuloskeletal :
1) Kesulitan dalam pergerakan : ( ) Ya (√) Tidak
2) Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( ) Ya (√) Tidak
3) Fraktur : ( ) Ya (√) Tidak
4) Lokasi : -
5) Kondisi : -
6) Kelainan bentuk tulang sendi : -
7) Kelainan struktur tulang belakang : -
8) Keadaan tonus otot : (√) Baik ( ) Hipotoni
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 10 juni 2021 pukul 20.46 WIB
2. Data Fokus
Data subyektif Data objektif
DS: Do:
Kesadaran: composmentis
Keadaan: sakit sedang
TTV:
TD: 120/60mmHg
N: 80x/menit
RR: 32x/menit
S: 36,5°c
BB: 53Kg
TB: 158 cm
WBC : 11,8 x 10 3 /μL
HGB : 12.9 g/dL
Do:
1. pernapasan : 32 x/menit
2. pasien tampak batuk
berlendir
3. Klien tampak sesak
4. terdengar Suara napas
tambahan : ronchi pada
paru kiri (ICS III)
5. WBC : 16,5 x 10 3 /μL
6. WBC : 11,8 x 10 3 /μL
Do:
Do:
4. Diagnosa
a. Bersihan jalan Napas tidak efektif b.d penumpukan sekret d.d DS: Klien
mengatakan batuk-batuk, DO: Pernapasan 32 kali/menit, klien tampak batuk berlendir,
klien tampak sesak, terdengar suara napas tambahan: ronchi pada paru kiri (ICS III),
WBC: 16.5 x 10 3/μL, WBC: 11.8 x 10 3 /μL
b. Gangguan pola tidur b.d proses penyakit d.d DS: Klien mengeluh tidak bisa tidur dari
kemarin karena sesak napas dan batuk-batuk. DO: Klien tampak lemah, TD: 120/60
mmHg, konjungtiva tampak anemis, HGB: 13,6 g/dL, HGB: 12,9 g/dL, pernapasan: 32
kali/ menit, klien tampak batuk berlendir.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat,
peningkatan metabolisme di dalam tubuh d.d DS: Klien mengatakan susah makan
(hanya makan bubur) dengan frekuensi makan 3 kali sehari (hanya makan 4 sendok
setiap waktu makan). DO: Klien tampak lemah, TB: 168 cm, BB 53 kg, BBI: 61,2 kg, bibir
agak kering, terdapat rasa mual saat makan, lidah tampak kotor, WBC: 16.5 x 103 /μL,
WBC: 11.8 x 103 /μL
d. Defisit perawatan diri b.d penurunan kemampuan dalam merawat diri d.d DS:
Klien mengatakan tidak pernah mandi, tidak pernah keramas, jarang gosok gigi dan tidak
pernah gunting kuku. DO:Gigi tampak kotor, kuku panjang dan kotor serta klien tampak
lusuh.
5. Intervensi
6. Implementasi
7. Evaluasi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (MTB) 1 . Robert Koch pertama kali menemukan MTB
padatahun 1882 2. Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru (2006), masih
menempatkanIndonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India
dan Cina.Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai
penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit
infeksi.Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk diagnosis
padasemua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang
dikumpulkandalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-
Sewaktu (SPS).Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian,mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensikuman terhadap OAT
B. SARAN
Dapat meningkatkan mutu pendidikan yng lebih berkualitas dan professional agar tercipta
perawat yng professional, terampil, inovatif, aktif, dan bermutu yang mampu memberikan
asuhan keperwatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengetahuan. Sebagai bahan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman penulis dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien Tuberculosis Paru.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press.
Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha Medika
Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis Klinis. Jakarta. Widya
Medika
Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Gerdunas TB.
Diagnosa Nanda Nic Noc. 2007-2008. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E.dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Alih Bahasa : I Made Kriasa.EGC.Jakarta
Hariadi, Slamet, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu Penyakit
Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo.
Hasan, Helmia, Wibisono M, Winariani, Hariadi S, editors. 2010. Tuberkolosis Paru. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR – RSUD Dr. Soetomo.
Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Junaidi,
Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta : Buana Ilmu Populer
Asih, Niluh Gede Yasmin dan Christantie Effendy. (2004). Keperawatan Medical Bedah Klien
Dengan Gangguan System Pernafasan. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. (2012) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2013) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid I. Yogyakarta: Mediactio.
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. (2013). KMB I Keperawatan Medikal Bedah:
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika